Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SCADA DAN DCS

DISUSUN OLEH :
NAMA : AGUNG TRIATMOJO
NIM : 061230311543
DOSEN PEMBIMBING : IR. SISWANDI, M.T.



POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2014
PENDAHULUAN

SCADA, singkatan dari Supervisory Control and Data Acquisition,
merupakan pendukung utama dalam sistem ketenagalistrikan, baik pada sisi
pembangkit, transmisi, maupun distribusi. Adanya sistem SCADA memudahkan
operator untuk memantau keseluruhan jaringan tanpa harus melihat langsung ke
lapangan. Ketidakadaan SCADA dapat diibaratkan seseorang yang berjalan tanpa
dapat melihat. Sistem SCADA sangat dirasakan manfaatnya terutama pada saat
pemeliharaan dan saat penormalan bila terjadi gangguan. Sistem SCADA tidak
dapat berdiri sendiri, namun harus didukung oleh berbagai macam infrastruktur,
yaitu:
1. Telekomunikasi
2. Master Station
3. Remote Terminal Unit
4. Protokol Komunikasi














Media telekomunikasi yang umum digunakan adalah PLC (Power Line
Communication), Fiber Optik, dan Radio link. Pada awalnya penggunaan radio
link dan PLC banyak digunakan, terutama karena penggunaan PLC yang tidak
memerlukan jaringan khusus namun cukup menggunakan saluran transmisi tenaga
listrik yang ada. Namun pada perkembangannya penggunaan PLC mulai beralih
ke Fiber Optik dikarenakan kecepatan bit per second yang jauh di atas PLC. Pada
kenyataannya ketiga media tersebut di atas digunakan secara bersama-sama,
sebagai main dan backup. Master station merupakan kumpulan perangkat keras
dan lunak yang ada di control center. Biasanya desain untuk sebuah master station
tidak akan sama, namun secara garis besar desain dari sebuah master station
terdiri atas:
1. Server
2. Workstation
3. Historikal data
4. Projection mimic, dahulu masih menggunakan mimic board
5. Peripheral pendukung, seperti printer, logger
6. Recorder
7. Global Positioning System untuk referensi waktu, dahulu masih
menggunakan
8. Master clock
9. Dispatcher training simulator
10. Aplikasi SCADA dan Energy Management System
11. Uninterruptable Power Supply (UPS) untuk menjaga ketersediaan daya
listrik
12. Automatic Transfer Switch (ATS) dan Static Transfer Switch (STS) untuk
13. Mengendalikan aliran daya listrik menuju master station.

SCADA

1. Pengertian SCADA

SCADA adalah singkatan dari Supervisory Control and Data Acquisition.
Tujuannya adalah agar seorang operator di transmisi tenaga listrik, disebut dengan
dispatcher, dapat melakukan dan memanfaatkan hal-hal berikut:
- Telemetering (TM)
Dispatcher memanfaatkan TM untuk kebutuhan pemantauan meter, baik daya
nyata dalam MW, daya reaktif dalam Mvar, tegangan dalam kV, dan arus
dalam A. Dengan demikian dispatcher dapat memantau meter dari
keseluruhan jaringan hanya dengan duduk di tempatnya, tentu saja dengan
bantuan peralatan pendukung lainnya seperti telepon.
- Telesinyal (TS)
Dispatcher dapat memanfaatkan TS untuk mendapatkan indikasi dari semua
alarm dan kondisi peralatan tertentu yang bisa dibuka (open) dan ditutup
(close).
- Telekontrol (TC)
Dispatcher dapat melakukan kontrol secara remote, hanya dengan menekan
satu tombol, untuk membuka atau menutup peralatan sistem tenaga listrik.

Untuk kepentingan dimaksud di atas, seorang dispatcher akan dibantu dengan
suatu sistem SCADA yang terintegrasi yang berada di dalam ruangan khusus, dan
disebut dengan Control Center. Ruangan tersebut bergabung dengan ruangan
khusus untuk menempatkan komputer-komputer disebut dengan Master Station.

SCADA yang dioperasikan di control center mencakup berbagai aplikasi yaitu
sebagai berikut:
- Akuisisi data
- Supervisory control
- Pemantauan data, pemrosesan event (kejadian) dan alarm
- Kalkulasi data
- Tagging (penandaan)
- Perekaman data
- Pelaporan

Disamping kebutuhan akan control center, di sisi lain harus disiapkan
infrastruktur pendukung serta peralatan penunjang lainnya, yaitu telekomunikasi,
Remote Terminal Unit (RTU), transducer, dan lain sebagainya. Telekomunikasi
digunakan sebagai jalan komunikasi data maupun suara antara control center
dengan site (lokasi). RTU digunakan sebagai unit terminal untuk mengendalikan,
mengakuisisi data, dan mensupervisi sebuah Gardu Induk, dan selanjutnya
mengirimkan data tersebut ke control center dimaksud.

Fungsi SCADA
Sebuah sistem SCADA memiliki 4 (empat) fungsi , yaitu:
1. Akuisisi Data,
2. Komunikasi data jaringan,
3. Peyajian data, dan
4. Kontrol (proses)

Fungsi-fungsi tersebut didukung sepenuhnya melalui 4 (empat) komponen
SCADA, yaitu:
1. Sensor (baik yang analog maupun digital) dan relai kontrol yang
langsung berhubungan dengan berbagai macam aktuator pada sistem yang
dikontrol;
2. RTUs (Remote Telemetry Units). Merupakan unit-unit komputer kecil
(mini), maksudnya sebuah unit yang dilengkapi dengan sistem mandiri
seperti sebuah komputer, yang ditempatkan pada lokasi dan tempat-tempat
tertentu di lapangan. RTU bertindak sebagai pengumpul data lokal yang
mendapatkan datanya dari sensor-sensor dan mengirimkan perintah
langsung ke peralatan di lapangan;
3. Unit master SCADA (Master Terminal Unit - MTU). Kalo yang ini
merupakan komputer yang digunakan sebagai pengolah pusat dari sistem
SCADA. Unit master ini menyediakan HMI (Human Machine I nterface)
bagi pengguna dan secara otomatis mengatur sistem sesuai dengan
masukan-masukan (dari sensor) yang diterima;
4. Jaringan komunikasi, merupakan medium yang menghubungkan unit
master SCADA dengan RTU-RTU di lapangan.

Sistem SCADA yang Paling Sederhana Di Dunia
Sistem SCADA yang paling sederhana yang mungkin bisa dijumpai di
dunia adalah sebuah rangkaian tunggal yang memberitahu Anda sebuah kejadian
(event). Bayangkan sebuah pabrik yang memproduksi aksesoris, setiap kali
produk aksesoris berhasil dibuat, akan mengaktifkan sebuah saklar yang
terhubungkan ke lampu atau alarm untuk memberitahukan bahwa ada satu
aksesoris yang berhasil dibuat.
Tentunya, SCADA bisa melakukan lebih dari sekedar hal sederhana
tersebut. Tetapi prinsipnya sama saja, Sebuah sistem SCADA skala-penuh mampu
memantau dan (sekaligus) mengontrol proses yang jauh lebih besar dan kompleks.

Analisis Sistem Kontrol Digital ( DCS )
Pendahuluan
Sistem Kontrol Digital (Digital Control System) adalah cabang sistem
kontrol dengan proses dalam kawasan waktu kontinyu yang dihubungkan dengan
kontroler berupa kontroler digital sebagai elemen kontrol yang mengendalikan
sistem dan melakukan komputasi waktu diskrit. Tergantung pada persyaratan,
kontroler digital dapat berbentuk mikrokontroler dan ASIC untuk komputer
desktop standar. Karena komputer digital adalah sistem diskrit, maka
Transformasi Laplace yang digunakan dalam sistem kontrol diganti dengan Z-
transform. Oleh karenanya, Anda harus memahami mengenai konsep waktu
kontinyu dan konsep waktu diskrit.
Juga komputer digital memiliki presisi yang terbatas (Lihat kuantisasi)
perawatan ekstra yang diperlukan untuk memastikan kesalahan dalam koefisien,
A / D konversi, D / A konversi, dll tidak menghasilkan efek yang tidak diinginkan
atau direncanakan.
Penerapan kontrol digital mudah dapat dilakukan saat digunakan dalam
bentuk umpan balik. Sejak penciptaan komputer digital pertama di awal 1940-an
harga komputer digital telah menurun tajam. Alasan ini adalah salah satu alasan
banyaknya penerapan sistem kontrol digital untuk pengendalian sistem kontrol.
Alasan lainnya :
Flexibile: mudah untuk mengkonfigurasi dan mengkonfigurasi ulang melalui
perangkat lunak.
* Scalable: program dapat diatur disesuaikan dengan batas-batas memori atau
ruang penyimpanan tanpa biaya tambahan.
* Adaptable: parameter program dapat berubah dengan waktu
* Statis operasi: komputer digital jauh lebih rentan terhadap kondisi lingkungan
daripada kapasitor dan induktor
Berikut Materi Sistem Kontrol Digital
1. Pendahuluan
2. Analisa Sistem Kontrol Digital
3. Desain Sistem Kontrol Digital
4. Aplikasi Sistem Kontrol Digital

Anda mungkin juga menyukai