Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Konsentrasi Spasial Tata Ruang dan Masalah Perkotaan
Kegiatan untuk mewujudkan kota efisien dan kota yang mandiri itu
merupakan normatif yaitu sasaran yang seharusnya diwujudkan, namun banyak
hambatan dan kendala yang dihadapi tetapi tantangan tersebut harus dicarikan jalan
keluarnya.
Secara umum permasalahan perkotaan dapat dibagi dalam berbagai kelompok, yakni:
Keadaan lingkungan Fisik Perkotaan
Perencanaan dan berbagai program pembangunan kota serta koordinasi
pelaksanaanya menghadapai berbagai kelemahan
Prasarana dan sarana perkotaan masih relatif terbatas
Partisipasi masyarakat kalangan atas dan bawah belum dikembangkan
secara luas dan belum optimal
Norma tata tertib hukum, sosial, kemasyarakatan sering kurang efektif.

1.2 Terbentuknya Kota Karena Tuntutan Efisiensi
Jika ditelusuri terbentuknya kota di abad pertengahan yaitu merupakan
tempat persinggahan dari perjalanan yang jauh, berkembangnya menjadi kota
menengah dan besar karena memiliki peluang terjadinya efisiensi kegiatan ekonomi.
Kota-kota berfungsi sebagai terminal jasa distribusi yaitu jasa perdagangan dan jasa.
Suatu kota melayani pemasaran kepada daerah hinterlandnya. Sebuah kota besar
membawahi pengaruhnya (mensubordinasi) terhadap sejumlah kota kecil di
sekitarnya maka terbentuk suatu susunan kota atau pusat pelayanan yang efektif.


1.3 Lingkup Bahasan
Dalam langkah pembangunan kota yang efisien meliputi dua hal yaitu
peningkatan efisiensi pelayanan/public service untuk mendorong perkembangan
berbagai kegiatan ekonomi di perkotaan. Bebarapa topik utama dalam buku ini yaitu:
Peran dan Fungsi Kota dalam Pembangunan Wilayah
Interaksi Antar Pusat Kota dan Wilayah Hinterlandnya
Urbanisasi Di Perkotaan
2

Konsep Tata Ruang Ekonomi Perkotaan Tiga Dimensi
Beberapa Konsep Kota
Teori pertumbuhan kota dan struktur kota
Teori Pembangunan dan Polarisasi
Pembangunan sarana dan prasaranan perkotaan
Permukiman perkotaan
Perencanaan Anggaran Daerah
Strategi Pembangunan Perkotaan Jangka Panjang

























3

BAB II
PEMBAHASAN
1) Peran dan Fungsi Kota dalam pembangunan wilayah
Daerah perkotaan merupakan pusat aglomerasi. Di perkotaan besar dapat
diperoleh pelayanan, public utilities, dan jasa komunikasi. Demikian pula tersedia
tenaga terampil yang spesialistis, fasilitas hukum, administrasi perusahaan, dan
berbagai jasa pelayanan lainnya yang tidak terdapat di daerah kota-kota relatif kecil.
Dapat dikatakan bahwa kota-kota besar itu mempunyai kedudukan sebagai
entrepost atau gudang penumpukna segala pengaruh dari luar yang kemudian
merembes, mereap, dan di transfer ke berbagai daerah pelosok.
Kota sebagai pusat kegiatan konsumsi dan produksi tidak dapat dipisahkan
kaitannya dengan pengembangan daerah pedesaan agar dijalin dan ditingkatkan
sedemikian rupa dapat saling memberikan manfaat (mutual benefit) terutama ditinjau
dari kelancaran proses aliran produksi dan konsumsi antar wilayah dan antar kota.

2) Interaksi antar pusat kota dan wilayah hinterland nya
Terdapat kecenderungan keterhubungan (keterkaitan) dan ketergantungan
antar pusat dan wilayah yang mengitarinya. Daerah perkotaan membutuhkan pangan
dan tenaga kerja yang disuplai dari daerah-daerah pedesaan, dan sebaiknya daerah-
daerah pedesaan membutuhkan barang-barang manufaktur yang dihasilkan dari
perkotaan.
Hirarki kota dapat ditentukan berdasarkan kriteria jumlah penduduk dan
jumlah fasilitas pelayanan yang dimiliki. Hirarki kota dapat ditentukan pula berdasar
kegiatan arus barang. Kota-kota hirarki I melayani seluruh wilayah pengaruhnya dan
memiliki fasilitas pelayanan terlengkap dan berkemampuan pelayanan tertinggi. Kota
Hirarki II memiliki fasilitas pelayanan setingkat dan berkemampuan pelayanan lebih
rendah dari kota hirarki I. Antara kota dan simpul yang satu dengan kotaa-kota yang
lain terdapat hubungan fungsional.
Salah satu sasaran utama dari pengembangan wilayah adalah mengurangi
kesenjangan atau ketimpangan regional dan spasial, maka dari itu pentingnya Urban
dan Rural Linkages secara timbal balik dan saling melengkapi. Di wilayah pengaruh
hyang memiliki sumber daya potensial dan prospek yang kuat, agar di bangun
proyek/investasi fisik yang mampu menciptakan:
4

Comparative Advantage : yang mampu menghasilkan komoditas
dengan biaya produksi rendah, sehingga mampu bersaing, maka
pasarnya menjadi lebih luas
Marketability : Berarti pasar dari komoditas yang dihasilkan adalah
kuat dan luas
Sustainability : berarti keberlanjutan atau berjangka panjang.
Untuk mengetahui jenis program pembangunan yang akan dikembangkan
secara tepat dan layak maka perlibatan partisipasi masyarakat lokal harus
diberdayakan, karena anggota masyarakat itu di anggap yang paling mengetahui
potensi dan kondisi masyarakattnya, yang berarti menerapkan pendekatan partisipatif
dan pemberdayaan masyarakat.
Banyak teori dan konsep pembangunan yang berasal dari barat (negara
maju) yang kita telah pelajari. Meskipun datang dari negara yang maju, tidak
seluruhnya teori dan konsep tersebut sesuai dan cocok diterapkan dinegara kita.
Teori yang baik itu harus mempunyai asumsi-asumsi. Kalau asumsinya tidak sesuai
maka teori tersebut pasti tidak sesuai dan lemah. Teori yang baik dibangun
berdasarkan asumsi menurut apa adanya dan sebenarnya (positivisme) bukan
menurut asumsi yang seharusnya (normativisme). Setiap teori dan konsep
seharusnya dikaji tentang (acceptability) dapat diterima dan (implementability) dapat
di implementasikan. Jangan terlalu mudah untuk menerapkan teori dan konsep yang
belum dikaji secara cermat, karena kegagalan yang ditimbulkan itu akan
mengakibatkan kerugian yang sangat besar Memperbaiki kesalahan membutuhkan
waktu yang lama dan dana yang besar.

3) Urbanisasi di Perkotaan
Urbanisasi merupakan gejala ekonomi dan sosial yang penting dan
menunjukkan kecenderungan makin pesat sejalan dengan pertumbuhan kota itu
sendiri sebagai pusat pelayanan dan pusat pertumbuhan ekonomi. Urbanisasi ke
kota-kota besar merupakan kenyataan karena kota-kota besar memiliki daya tarik
ekonomi dan sosial yang sangat kuat. Dari daerah asal, pendatang urbanisasi terdiri
dari penduduk yang memiliki motivasi yang kuat, atau sebaliknya mereka yang
datang tidak memiliki keterampilan dan pada akhirnya akan gagal.
Pendatang urbanisasi membutuhkan sarana perumahan, lapangan kerja, dan
fasilitas transportasi. Kesemuanya itu membutuhkan dana dari pemerintah yang tidak
5

sedikit. Oleh karena itu dalam menyelenggarakan tugas utama kepemerintahan harus
megandalkan kemampuan sendiri, desentralisasi fiskal harus terlaksana secara
optimum.

4) Mengembangkan Konsep Tata Ruang Ekonomi Tiga Dimensi
Untuk mencapai keserasian laju perkembangan antar daerah perlu
digerakkan kerja sama antar daerah yang saling menguntungkan (mutual benefit).
Pada dasarnya pengembangan wilayah adalah suatu kajian yang mempelajari proses
kegiatan pembangunan dalam lingkup wilayah dan tata ruang dengan membuat
perkiraan-perkiraan mengenai pengaruh dari pembangunan yang kita lancarkan itu
pada beberapa lokasi.
Menurut logika Aristoteles, segala sesuatu itu di dapat diberikan definisi dari
tiga sudu pandang yaitu material description, formal relations, final objective. Sesuai
dengan logika tersebut maka terdapat tiga klasifikasi dalam konsep wilayah yaitu,
wilayah homogin yang berarti konsep yang menganggap bahwa wilayah-wilayah
geografis dapat dikaitkan bersama-sama menjadi satu wilayah tunggal apabila
memiliki karakteristik dan ciri yang serupa, wilayah polarisasi yaitu yang terdiri dari
satuan-satuan yang heterogin, dan wilayah perencanaan yang merupakan alat
perencanaan yang bersifat geografis dimana keputusan ekonomi di terapkan.
Konsentrasi ekonomi terletak pada tata ruang yang pada umumnya adalah di
kota-kota yang menjadikan urbanisasi ke kota pun pesat. Untuk mengurangi kuat
arus urbanisai ke kota besar di anjurkan untuk membangun pusat pembangunan
baru atau biasa disebut dengan Konsep Tata Ruang Ekonomi Tiga Dimensi yaitu
panjang, lebar, dan tinggi tingkat kegiatan ekonomi dari ruang yang di amati.

5) Beberapa Konsep Kota
Pada umumnya kota itu diartikan sebagai suatu permukaan wilayah dimana
terdapat konsengtrasi penduduk dan berbagai jenis kegiatan ekonomi. Idealnya,
suatu kota harus mampu mengakomodasi perkembangan kota yang sangat pesat
dan dinamis di masa mendatang.
Horizontal City, merupakan perluasan kota yang bersifat mendatar dengan
pemanfaatan lahan yang meluas dan semakin jauh dengan pusat kota (makin dekat
kota harga nilai/harga lahan makin tinggi) sehingga akan membentuk pusat-pusat
kota utama.
6

Vertical City, merupakan perluasan kota yang bersifat menjulang keatas atau
vertikal. Konsep kota dengan pola konsentris ini merupakan kota berskala besar,
pembangunan gedung dan perumahan padat dan banyak serta terdiri dari beberapa
lantai.
Linear City, dirancang dengan menggunakan konsep bahwa rute transport
harus menjadi detreminan aau penentu mengenai bentuk kota dan pembangunannya
di atur pada kedua sisi poros dan jalan utama.
Sattelite Town, diartiakn sebagai kota yang terletak dipinggir atau berdekatan
dengan kota yang besar yang secara ekonomis, politis, sosial, administrasi
tergantung pada kota utama.
Kota Agropolitan, Konsep ini dikembangkan oleh Friedman karena kegagalan
teori growth pole oleh Francouis Pheroux. Dalam konsep kota agropolitan mempunyai
radius terhadap wilayah pengaruhnya sekitar 10 KM atau satu jam perjalanan dengan
sepeda. Kota Agropolitan atau kota pertanian ini merupakan sub-ordinasi dari kota-
kota yang kegiatan utamanya adalah manufaktur dan jasa.
Resort Town, Kota Pariwisata merupakan permukiman yang di bangun
terutama untuk rekreasi termasuk kegiatan yang bersifat fisik, mental, dan budaya.
Umum nya banyak terdapat fasilitas hotel, motelm rumah makan, money changer,
toko cendremata dll. Konsep kota ini diterapkan pada kota yang udaranya sejuk dan
memiliki pemandangan indah serta kaya akan warisan budaya dan sejarah.
Garden City, Kota taman adalah kota yang dirancang untuk memperbaiki
mutu kehidupan kota industri. Kota taman mengandung di dalamnya jalur dan
kantong fasilitas taman umum, pekarangan hijau, dll.
Kota Danau, Kota yang mementingkan kondisi lingkungan hidup perkotaan
yang bersih. Konsep ini diterapkan pada beberapa tempat yang permukaan daratnya
lebih rendah dari permukaan laut.
Kota Pantai, Kota pantai muncul karena tersedia fasilitas perhubungan atau
strategi pertahanan. Ruang pantai dan laut serta daratan secara keseluruhan
merupakan aset lanskap kota pantai yang sangat menarik sehingga perlu di
rencanakan penataan ruangnya secara terintegrasi.
Mega City, Jumlah penduduk mega city yaitu yang mendekati angka 30 juta
jiwa. Pertumbuhan perkotaan berlangsung cepat, pembangunan prasarana dan
sarana juga harus cepat, semuanya serba cepat dan meningkat.
,
7

6) Teori Pertumbuhan Kota dan Struktur Kota
Sebagian besar analisis mengnai pertumbuhan kota baik secara tegas
menjelaskan bahwa besarnya kota merupakan determinan kota dari tingkat
pertumbuhan kota.
Teori Central Place, kota tumbuh dan berkembang sebagai akibat dari
penawaran barang-barang dan jasa kepada daerah sekitarnya, atau dengan kata lain
pertumbuhan kota merupakan suatu fungsi permintaan penduduk daerah sekitrnya.
Teori Urban Economic Base, menyatakan pertumbuhan kota merupakan
permintaan dari tempat dimana saja di luar batas pusat kota dengan
memperhitungkan adanya industri atau jasa yang melayani kebutuhan penduduk,
industri atau jasa tersebut merupakan dependent atau tidak bebas terhadap
perkembangan ekspor.
Menurut Burgess, struktur kota sebagai suatu rangkaian concentric zones
terjadi akibat invansi. Permukiman penduduk cenderung mengikuti tersedianya
jaringan transportasi. Dilihat dari struktur kota terdapat tiga pola yaitu: Pola
Segmentasi, Pola Konsentris, dan Pola Multi Centre.
Jaringan transportasi menghubungkan pusat kota ke berbagai kawasan
disekitarnya. Permukiman penduduk cenderung mengikuti tersedianya jaringan
transportasi. Berdasar pada asumsi bahwa dalam kota terdapat sebuah pusat maka
pemanfaatn tanah dapat dilakukan menurut pola segmentasi dan konsentris . Dalam
kenyataanya sebuah pusat mempunya sub-center disekitarnya yang berfungsi untuk
melayani kebutuhan perdagangan eceran bagi penduduk yang bertempat tinggal di
kawasan tersebut. Pola ini adalah pola multi-center.

7) Teori Pembangunan dan Polarisasi
Teori Lokasi Klasik, menjelaskan tentang lokasi optimum suatu perusahaan.
Kemudian teori ini dikembangkan oleh ekonom Perancis Frangcois Perroux dan
melahirkangrowth pole theory, namun teori ini di anggap tidak sempurna karena
hanya memfokuskan pada lokasi titik kegiatan ekonomi pada sistem regional atau
spasil. Kemudian maka lahirlah regional growth theory, meskipun teori ini dapat
dikatakan lebih superior dari teori sebelumnyaakan tetapi masih mengalami pula
keterbatasan oleh karena kuran menjelaskan ruang secara nasional.
8

Wilayah-wilayah pusat atau core regions terletak dalam hirarki sitem spasial.
Suatu wilayah membentuk suatu sistem spasial, hal ini tergantung pada pola
hubungan internalnya.

8) Pembangunan Sarana dan Prasaranan Perkotaan
Penyediaan prasarana dan sarana perkotaan diarahkan pada
penyelenggaraan fungsi kota, yang utama adalah penyediaan tempat tinggal, tempat
bekerja, sistem transportasi dan rekreasi. Prasarana mempunyai peranan ganda
yaitu menunjang pertumbuhan ekonomi dan menunjang pemerataan hasil
pembangunan sekaligus meningkatkan kualitas hidup. Manajemen prasarana dituntut
sebagai bisnis dan bukan birokrasi, dalam hubungan dengan keterbatasan
pemerintah, maka dapat dilakukan beberapa langkah:
Desentralisasi atau partisipasi masyarakat
Alokasi Anggaran
Pola Subsidi
Perbaikan dalam teknik perencanaan proyek.
Beberapa strategi dalam melaksanakan pembangunan prasarana perkotaan
dapat dikemukakan sebagai berikut:
Mempertimbangkan kemungkinan peningkatan kekuatan tumbuhnya
kegiatan ekonomi
Penentuan priroritas pembangunan
Bekerja sama dengan pihak swasta
Pembangunan prasarana dikaitkan dengan sistem kota yang luas
Prinsip pembangunan Bottom-Up Planning
Transparansi dan Akuntanbiltas
Mempertahankan daya dukung lingkungan
Menunjang perkembangan kota yang dinamis dan efektif.

9) Perumahan dan Permukiman Perkotaan
Penyediaan ruamh merupakan kebutuhan mental bagi kehidupan manusia.
Karakteristik industri pembangunan perumahan (pengembang) di daerah perkotaan
yaitu:
9

Lokalisasi, kegiatan yanng berorientasi pada wilayah geografis yang
agak kecil
Fragmentasi, perbedaan dalam produk pembuatan rumah sedang
dan mewah
Keterbatasan Kapasitas
Permasalahan utama penyediaan hunian di perkotaan adalah:
Tingginya kebutuhan tempat tinggal
Rendahnya kualitas pelayanan prasarana
Dalam penghunian rumah terdapat teori flitering up dan flitering-down yang
mengemukakan bahwa jika terjadi penurunan tingkat penghasilan masyarakat maka
rumah-rumah yang kurang baik cenderung dihuni oleh penduduk yang sebelumnya
berpendapatan lebih tinggi.
Perencanaan tata ruang manajemen lahan:
Pengembangan regional
Kondisi fisik kota
Kependudukan
Kondisi sosial, ekonomi perkotaan
Kecenderungan arah perkembangan kota
Bagi kota yang padat penduduknya, pertambahan penduduk tiap tahun jauh
melampaui penyediaan kesempatan kerja did alam wilayahnya, sehingga dirasakan
menambah tekanan permasalahan di kota0kota besar. Tekanan ekonomi dan
keterdesakan akan tempat tinggal bagi kaum pinggiran hingga membentuk
permukiman kumuh. Kumuh atau slum adalah permukiman atau perumaha orang-
orang miskin kota yang berpenduduk padat, terdapat di lorong-lorong yang kotor dan
merupakan bagian dari kota secara keseluruhan, juga biasa disebut dengan wilayah
semrawut. Seiring dengan kondisi lingkungan yang secara ekologi kumuh, melekat
pula ciri kehidupan sosial masyarakat yang penghuinya dalam situasi bertaraf rendah.
Penduduk cenderung bersikap frustasi, apatis dan sikap pasrah pada lingkungannya.
Pembinaan permukiman di daerah perkotaan diarahkan kepada kegiatan-
kegiatan utama sebagi berikut:
Usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan fasilitas pelayanan
umum perkotaan
Usaha perbaikan perumahan di daerah perkotaan
10

Usaha pengaturan jaringan penngangkutan umum yang lebih lancar
untuk mengimbangi peningkatan kendaraan bermotor dan makin
padatnya lalu lintas perkotaan
Usaha pencegahan pencemaran lingkungan, udara, dan air yang
diakibatkan oleh buangan ruamh tangga, buangan pasar dan industri.
Usaha pengaturan tata ruang dan tata guna tanah perkotaan yang
lebih serasi
Usaha pembinaan kesadaran masyarakat perkotaan akan
pentingnya keikutsertaan nya dalam pembinaan lingkungan
permikiman yang lebih baik.

10) Usaha Pengendalian Masalah Lingkungan Hidup di Perkotaan
Dampak lingkungan hidup di perkotaan sangat luas aspeknya karena
menyangkut kehidupan warga kotanya yang sangat heterogen dan makin meningkta
jumlahnya, sedangkan ruang kota yang tersedia relatif terbatas, sehingga hal ini
mengakibatkan terjadinya gejala meburuknya lingkungan hidup terutama di kota-kota
besar.
Penanganan terhadap lingkungan hidup dan usaha untuk menciptakan
keserasian lingkungan hidup bukan semata-mata hanya tanggung jawab pemerintah
akann tetapi menjadi tanggung jawab seluruh warga perkotaan.
Kebijakan dan perencanaan pembangunan kota haus berwawasan
lingkungan, mempertimbangkan tata ruang, dan pengendalian pencemaran
lingkungan. Usaha pengendalian lingkungan harus mempertimbangkan keterkaitan
berbagai kegiatan agar pencapaian sasaran lingkungan hidup di daerah perkotaan
dapat terwujud secara baik dan berkesinambungan.
Salah satu kesulitan dalam hubungan investasi masyarakat yang dilakukan
untuk mengendalikan lingkungan hidup yaitu tidak mudah untuk mengukur manfaat
penurunan tingkat pencemaran secara tangible, atau yang dapat di konversi dalam
uang. Sebagai konsekuensinya mungkin lebih mudah untuk menjelaskan apa
sasaran pengendalian lingkungan hidup dalam arti fisik yang hendak dicapai.

11) Perencanaan dan Manajemen Strategis Dalam Pembangunan Perkotaan
Perencanaan kota dimaksudkan agar pemerintah dapat melaksanakan
pembangunan secara professional dan merata sesuai dengan profesi yang dimiliknya.
11

Perencanaan kota terpadu sering pula disebut dengan perencanaan kota
komprehensif adalah untuk menghindari perencanaan yang saling bertabrakan satu
sama lain. Perencanaan ini dilakukan oleh antar instansi atas kerja sama tim. Tidak
gampang menyusun perencanaan koprehensif karena adanya perbedaan
kepentingan sektoral.
Tujuan penerapan manajemen strategi dalam pembangunan perkotaan:
Memahami prinsip dasar proses penyusunan manajemen strategis
pembngunan perkotaan
Mampu menyusun dan menganalisis aspek-aspek manajemen
perkotaan
Stakeholders dapat mengantisipasi situas yang selalu berubah-ubah
Merumuskan arah dan sasaran yang jelas bagi manajemen
perkotaan
Memperkuat komitmen perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan
Manajemen strategis disusun tidak kaku
Organisasi yang berhasil
Rencana adalah hasil dari proses perencanaan dokumen-dokumen yang
menunjukkan berbagai detail konfigurasi ruang dan infrastruktur yang diinginkan dari
perkembanagn kota di masa depan. Rencana biasanya disajikan dalam bentuk
peta/gambar yang disertai dengan teks rasionalisasi rencana berdasarkan analisis
terhadap kondisi yang ada pada saat ini dan analisis pada kecenderungan pada
masa depan. Ada Empat rencana pengembangan perkotaan yaitu:
Rencana Struktur (Structure Plan)
Rencana struktur adalah dokumen rencana yang mencakup area
geografis yang meliputi seluruh wilayah dan kota. Rencana ini
memberikan indikasi yang lengkap tentang pertumbuhan ruang dan
karakteristik penggunaan lahan pada masa depan secara mendetail.
Rencana Induk (Master Plan)
Rencana induk disusun untuk menetapkan penggunaan lahan
secara administratif dalam konteks manajemen perkotaan mengenai
kategori penggunaan lahan, kepadatan tinggi bangunan, dan
standar-standar lainnya dalam pembangunan perkotaan. Rencana
12

induk berfungsi sebagai kerangka kontrol dalam peruntukan dan
pemanfaatn lahan
Rencana Teknis (Technical Plan)
Rencana teknis merupakan dokumen rinci tentang biaya dan
pelaksanaan suatu proyek pembangunan. Rencana teknis atau
rencana tahunan merupakan kerangka bagi pekerjaan aktual yang
harus dilakukan dan memonitor kemajuan fisik danfinansial dari
suatu proyek.
Rencana Tindakan (Action Plan)
Rencana tindakan menjembatanai rencana jangka panjang dan
rencana teknis, Rencana tindakan merupakan sekumpulan alternatif
proyek jangka menengah (lima tahunan) yang disiapkan untuk
menjadi masukan bagi keputusan investasi, anggaran biaya implikasi
sumber daya dan ketertiban lembaga-lembaga dalam pelaksanaan.

Kriteria manajemen perkotaan:
Dapat diterima
Fleksibel
Dapat diukur
Memberikan Motivasi
Sesuai
Dapat dimengerti
Dapat dicapai

12) Strategi Nasional Perkotaan dalam Pembangunan Jangka Panjang
Strategi pengembangan perkotaan untuk masing-masing kota meliputi
beberapa upaya, misalnya:
Memperbaiki alokasi sumber daya (lahan) perkotaan
Memperbaiki kualitas sumber daya manusia
Mengurangi pengangguran
Pembangunan fasilitas pelayanan perkotaan dan meningkatkan
mutu pelayanan
Meningkatkan peran swasta dalam pelayanan kota
Penyempurnaan institusional
13

Kebutuhan untuk penyusunan strategi nasional pembangunan perkotaan
biasanya dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk yang pesat dan hierarki
permukiman secara nasional, maka disarankan bahwa kebijakan penyebaran
penduduk dapat memainkan peran penting dalam membentuk pola permukiman. Kita
mengenal strategi pusat pertumbuhsn ysng diperkuat oleh jaringan pusat-pusat satelit
dalam radius 40-50 kilometer dari kota utama untuk menyebarkan penduduk dan
kegiatan ekonomi dan untuk menghalangi migrasi dari daerah pedesaan ke daerah
perkotaan.
Salah satu isu penting dari pembangunan perkotaan masalah peningkatan
peranan swasta dalam pengelolaan pelayanan umum . Beberapa pertimbagan dapat
dikemukakan diantaranya:
Kecenderungan bertambah luasnya tugas yang ditangani pemerintah
daerah dalam penyediaan fasilitas umum maka konsekuensinya
diperlukan penyediaan dana pembiayaan dalam jumlah besar.
Cara kerja pemerintah daerah terikat peraturan dan ketentuan yang
telah ditetapkan oleh karena itu pelaksanaan kerjanya relatif lamban.
Ditinjau dari sisi lainn, pengelolaan yang dilakukan oleh swasta
adalah berorientasi pada produk untuk melayani pasar yang berarti
meningkatkan persaingan dalam bentuk menurunkan harga/biaya
produksi dan meningkatkan mutu pelayanan.


13) Perencanaan Anggaran Daerah
Pengelolaan anggarana daerah telah menjadi perhatian utama bagi para
pengambil keputusan dalam pemerintahan baik di tingkat pusat ataupun di tingkat
daerah. Selama ini dalam penentuan besarnya anggaran untuk setiap kegiatan
digunakan pendekatan inkremntal yang didasarkan pada perubahan satu atau lebih
variabel yang bersifat umum.
Perencanaan Anggaran Daerah harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
Keadilan Anggaran
Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
Anggaran Berimbang dan Defisit
Disiplin Anggaran
14

Transprasi dan Akuntabilitas Anggaran
Dari sisi penerimaan keuangan daerah yang berhasil adalah yang mampu
meningkatkan penerimaan daerah secara berkesinambungan tanpa meningkatkan
biaya administrasi. Keberhasilan keuangan daerah dalam menjalankan tugas dan
fungsinya di tentukan oleh:
Perangkat Lunak (peraturan, petunjuk pelaksaan dsbg)
Perangkat Keras (personil, peralatan, sarana dsbg)
Wajib Pajak
Kondisi masyarakat di bidang sosial, ekonomi dan politik
Tiga Penyebab utama ketidakefisienan pemungutan pajak retribusi yaitu: 1)
Tarif yang terlalu tinggi. 2) Lemahnya aparat pajak retribusi. 3) Rendahnya tingkat
kepatuhan pembayaran pajak.
Bentuk dasar kemitraan Pemerintah daerah atau BUMD dengan pihak
swasta dalam penyediaan pelayanan umum dapat berupa:
Kerjasama Pengelolaan yaitu Pemda atau BUMD bekerja sama
mengelola suatu usaha tanpa membentuk usaha baru.
Kerjasama Patungan yaitu Pemda atau BUMD bersama-sama
mengelola perseroan terbatas patungan, dengan tidak
menghilangkan keberadaan lembaga-lembaga yang terlibat.

14) Pembangunan Kota Optimum, Efisien dan Mandiri
Daerah perkotaan telah dipandang sebagai faktor produksi, kesatuan
lokasional yang digunakan masyarakat untuk menngktakan kesejahteraan penduduk.
Hubungan antara besaran kota dengan tingkat kesejahteraan msyarakat
dapat disamakan dengan hubungan antara besarnya kota dengan pertumbuhan
perkotaan itu sendiri. Salah satu aspek dari besaran kota adalah terbentuknya
primate city, yaitu suatu kota yang tumbuh begitu pesat jauh lebih besar beberapa
kali lipat dari kota berikutnya (kota besar kedua).
Sasaran pembanguna perkotaan:
Terselenggaranya pembangunan ekonomi
Makin mantapnya kemitraan pemerintah daerah dengan masyarakat
dan dunia usaha
15

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan meningktakan
pendapatan perkapita
Terwujudnya ketersinambungan dan keterpaduan hubungan antara
pedesaan dan perkotaan.
Strategi kebijakan pembangunan perkotaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Meningkatkan kemampuan pengelolaan kota
Meningkatkan penanganan masalah sosial kemasyarakatan
Menegakkan hukum
Menignkatkan kerja sama investasi
Meningkatkan dan mengembangkan fungsi kota.
Program Pembangunan Perkotaan:
Peningkatan kapsitas pengelolaan kota
Penanganan kerawanan sosial dan kemiskinan
Pengembangan fungsi kota
Mengatasi kendala pembangunan:
Partispasi dan pemberdayaan masyarakat
Kemitraan
Pinjaman Daerah
Kota mandiri merupakan konsentrasi permukiman yang memiliki fungsi
perkotaan yang lengkap dan secara ekonomi mampu mandiri dalam arti dapat
memberikan pelayanan umum dan memenuhi kebutuhan dasar warga permukiman
setempat dan mengembangkannya berdasarkan hasil kegiatann ekonominya.
Penduduk kota cenderung makin bertambah jumlahnya. Untuk memenuhi
kebutuhan penduduk perkotaan serta sebagai kegiatan sosial-ekonominya yang
makin meningkat dan bertambah luas itu diperlukan tersedianya prasarana dasar dan
sarana perkotaan. Semua elemen perkotaan harus dikaji dan dibahas secara
kompehensif untuk mengetahui seberapa besar dukungannya terhadap terwujudnya
pembangunan efisien dan mandiri.
16

Pembangunan perkotaan yang mandiri diartikan sebagai upaya untuk
memanfaatkan segala potensi sumber pembangunan, sumber-sumber penerimaan
keuangan daerah dan kemampuan yang dimiliki oleh pemerintah kota secara optimal.,
berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing yang tinggi untuk mewujudkan
pembangunan kota yangmandiri. Semangat kemandirian merupakan komitmen dan
kesepakatan pemerintah daerah dan masyarakat untuk tidak terlalu menggantungkan
pada fasilitas atau faktor-faktor yang berasal dari luar.

Anda mungkin juga menyukai