Anda di halaman 1dari 38

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

KANTOR WILAYAH JAWA BARAT


LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS III WARUNGKIARA



Jln. Palabuhan Ratu Km.30 ( pilar ) Kab. Sukabumi 43162




RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT ( RKS )
TEKNIS


KEGIATAN
PEMBANGUNAN / PENGADAAN / PENINGKATAN
SARANA DAN PRASARANA KANTOR WILAYAH JAWA BARAT
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS III WARUNGKIARA




PEKERJAAN

A. PEMBANGUNAN BLOK HUNIAN ( KAPASITAS 282 ORANG )
B. PEMBANGUNAN KANTOR UTAMA
C. PEMBANGUNAN POS JAGA BAWAH
D. PEMBANGUNAN BALAI LATIHAN KERJA
E. PEMBANGUNAN GEREJA
F. PEMBANGUNAN VIHARA
G. PEMBANGUNAN GAZEBO / AULA TERBUKA
H. PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DAN RUANG PENDIDIKAN
I. PAGAR KELILING DALAM
J. PEMBANGUNAN JALAN DI LINGKUNGAN LAPAS
K. PEKERJAAN TALUD DAN SALURAN LINGKUNGAN
L. PEKERJAAN JALAN PAVING BLOK ANTAR POS JAGA
M. PEMBANGUNAN POS JAGA ATAS TYPE A ( PONDASI TANAH KERAS )
N. PEMBANGUNAN POS JAGA ATAS TYPE B ( PONDASI TANAH URUGAN)
O. PEMBANGUNAN RUMAH DINAS TYPE 50 ( 3 UNIT )
P. PEMBUATAN SUMUR BOR


SUMBER DANA
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA ( APBN)


TAHUN ANGGARAN
2 0 1 4
KEGIATAN



PEMBANGUNAN / PENGADAAN / PENINGKATAN
SARANA DAN PRASARANA KANTOR WILAYAH JAWA BARAT
LAPAS KELAS III WARUNGKIARA




PEKERJAAN

A. PEMBANGUNAN BLOK HUNIAN ( KAPASITAS 282 ORANG )
B. PEMBANGUNAN KANTOR UTAMA
C. PEMBANGUNAN POS JAGA BAWAH
D. PEMBANGUNAN BALAI LATIHAN KERJA
E. PEMBANGUNAN GEREJA
F. PEMBANGUNAN VIHARA
G. PEMBANGUNAN GAZEBO / AULA TERBUKA
H. PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DAN RUANG PENDIDIKAN
I. PAGAR KELILING DALAM
J. PEMBANGUNAN JALAN DI LINGKUNGAN LAPAS
K. PEKERJAAN TALUD DAN SALURAN LINGKUNGAN
L. PEKERJAAN JALAN PAVING BLOK ANTAR POS JAGA
M. PEMBANGUNAN POS JAGA ATAS TYPE A ( PONDASI TANAH KERAS )
N. PEMBANGUNAN POS JAGA ATAS TYPE B ( PONDASI TANAH URUGAN)
O. PEMBANGUNAN RUMAH DINAS TYPE 50 ( 3 UNIT )
P. PEMBUATAN SUMUR BOR
PASAL 1 UMUM
PASAL 2 LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 3 MEMULAI KERKJA
PASAL 4 MOBILISASI
PASAL 5 PAPAN NAMA KEGIATAN
PASAL 6 KUASA KONTRAKTOR DILAPANGAN
PASAL 7 RENCANA KERJA
PASAL 8 KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN KERJA
PASAL 9 TENAGA DAN SARANA KERJA
PASAL 10 PEKERJAAN PEKERJAAN SEMENTARA
PASAL 11 GAMBAR-GAMBAR KERJA
PASAL 12 UKURAN-UKURAN
PASAL 13 PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA
PASAL 14 PENGUKURAN KONDISI TAPAK DAN PENENTUAN PEIL
PASAL 15 RAPAT-RAPAT KOORDINASI DAN KONSULTASI
PASAL 16 PRESTASI DAN KEMAJUAN PEKERJAAN
PASAL 17 PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
PASAL 18 PENYELESAIAN HASIL PEKERJAAN
PASAL 19 SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR
PASAL 20 LAPORAN - LAPORAN

DAFTAR ISI
SYARAT - SYARAT UMUM PEKERJAAN
SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

PASAL 1 STANDAR YANG BERLAKU
PASAL 2 MEREK-MEREK DAGANG
PASAL 3 DATA UMUM LAPANGAN KERJA
PASAL 4 PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN
PASAL 5 PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN
PASAL 6 PENGUKURAN
PASAL 7 PERSIAPAN PEKERJAAN
PASAL 8 PEKERJAAN BONGKARAN
PASAL 9 PEKERJAAN TANAH, GALIAN DAN URUGAN KEMBALI
PASAL 10 PEKERJAAN PONDASI BATU
PASAL 11 PEKERJAAN BETON
PASAL 12 PASANGAN BATU BATA
PASAL 13 PLESTER DAN ADUKAN
PASAL 14 PEKERJAAN PELAPIS LANTAI
PASAL 15 PEKERJAAN PELAPIS DINDING
PASAL 16 PEKERJAAN KAYU HALUS
PASAL 17 PEKERJAAN KUDA KUDA & ATAP
PASAL 18 PEKERJAAN LANGIT-LANGIT/ PLAFOND
PASAL 19 PEKERJAAN KUSEN DAN JENDELA ALUMUNIUM
PASAL 20 PEKERJAAN KACA
PASAL 21 PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
PASAL 22 PEKERJAAN PENGECATAN
PASAL 23 PEKERJAAN PENUTUP ATAP
PASAL 24 PEKERJAAN BESI DAN PAGAR TRANSPARAN
PASAL 25 PEKERJAAN ELEKTRIKAL
PASAL 26 PEKERJAAN PLUMBING DAN SANITAIR
PASAL 27 PEKERJAAN PAPING BLOK
PASAL 28 PEKERJAAN SUMUR DALAM
PASAL 29 PEKERJAAN PENANGKAL PETIR
PASAL 30 PEKERJAAN LAIN-LAIN
SYARAT SYARAT UMUM PEKERJAAN

PASAL 1
U M U M

1. Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik - baiknya seluruh seluk beluk
pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar kerja serta Rencana
kerja dan Syarat-syarat Teknis seperti akan diuraikan dibawah ini.
2. Didalam hal terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan dis informasi didalam pelaksanaan,
kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Konsultan pengawas dan direksi untuk mendapat
kejelasan pelaksanaan.
3. Spesifikasi ini merupakan pelengkap dan harus dibaca bersama-sama dengan gambar-gambar, yang
keduanya sama-sama menguraikan pekerjaan yang harus dilaksanakan.
4. Istilah pekerjaan, mencakup sistem penyaluran (Suplai) dan Instalasi seluruh peralatan dan material yang
harus dipadukan dalam konstruksi yang diperlukan menurut dokumen-dokumen kontrak, serta semua
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memasang dan menjalankan peralatan dan material tersebut.
5. Spesifikasi untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dan material yang dipakai, harus diterapkan baik
pada bagian dimana spesifikasi tersebut ditemukan maupun bagian-bagian lain dari pekerjaan atau
material tersebut dijumpai.



PASAL 2
LINGKUP PEKERJAAN

1. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan Kegiatan Pembangunan/Pengadaan/Peningkatan Sarana dan Prasarana Kantor Wilayah
Jawa Barat Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Warungkiara berada di Jalan Palabuhan Ratu Km.30 Pilar
) Kabupaten Sukabumi, sesuai dengan yang tertera pada daftar volume pekerjaan (BOQ).

2. Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan mencakup pekerjaan Pembangunan, adalah sebagai
berikut :

A. PEMBANGUNAN BLOK HUNIAN ( KAPASITAS 282 ORANG )
B. PEMBANGUNAN KANTOR UTAMA
C. PEMBANGUNAN POS JAGA BAWAH
D. PEMBANGUNAN BALAI LATIHAN KERJA
E. PEMBANGUNAN GEREJA
F. PEMBANGUNAN VIHARA
G. PEMBANGUNAN GAZEBO / AULA TERBUKA
H. PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DAN RUANG PENDIDIKAN
I. PAGAR KELILING DALAM
J. PEMBANGUNAN JALAN DI LINGKUNGAN LAPAS
K. PEKERJAAN TALUD DAN SALURAN LINGKUNGAN
L. PEKERJAAN JALAN PAVING BLOK ANTAR POS JAGA
M. PEMBANGUNAN POS JAGA ATAS TYPE A ( PONDASI TANAH KERAS )
N. PEMBANGUNAN POS JAGA ATAS TYPE B ( PONDASI TANAH URUGAN)
O. PEMBANGUNAN RUMAH DINAS TYPE 50 ( 3 UNIT )
P. PEMBUATAN SUMUR BOR

Pekerjaan yang tidak tercantum dalam lingkup di atas sudah termasuk dalam jenis pekerjaan yang
akan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana kerja.
Jenis dan macam pekerjaan serta uraian volume pekerjaan dapat dipelajari dari daftar volume
pekerjaan (BOQ). Pembangunan yang akan dibangun akan diserahkan kepada pelaksana
sebagaimana keadaannya pada waktu rapat penjelasan, untuk itu para pemborong wajib
meneliti pekerjaan yang akan dibangun menyangkut sifat dan luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang
berpengaruh terhadap harga penawaran.

3. PEKERJAAN PERSIAPAN
Meliputi : Pengukuran, bongkaran , mobilisasi peralatan , bahan/material, pengadaan air dan listrik untuk
bekerja dan tenaga kerja
PASAL 3
MEMULAI KERJA

Selambat-lambatnya 1 ( satu ) minggu setelah tanggal Perintah Kerja Pelaksanaan Pekerjaan ( SPK ), PIHAK
Kontraktor harus sudah memulai melaksanakan pembangunan fisik secara nyata dilapangan. Apabila setelah 1
( satu ) minggu Kontraktor/ Pemborong yang ditetapkan belum melaksanakan pembangunan fisik secara nyata
di lapangan, maka akan diberlakukan ketentuan yang telah dibuat oleh panitia Lelang.
Kontraktor dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa
terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direksi. Kontraktor harus pula memberikan penjelasan tertulis
dan selengkapnya tentang asal usul material yang didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan yang akan
dimulai pelaksanaannya, apabila diminta oleh Direksi.
Pemberitahuan mulai pekerjaan disampaikan dalam waktu yang cukup untuk Direksi mempertimbangkan
perlu tidaknya penelitian dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.


PASAL 4
MOBILISASI

Mobilisasi yang dimaksud adalah adalah mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Transportasi peralatan kontruksi yang berdasarkan daftar alat-alat kontruksi yang diajukan bersama
penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan digunakan untuk pelaksanaan
pekerjaan ini. Pembuatan kantor kontraktor, gudang dan lain-lain dilokasi proyek untuk keperluan pekerjaan.
2. Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, ontraktor dapat membuat berbagai perubahan,
pengurangan dan/atau penambahan terhadap alat-alat kontruksi dan instalasinya.
3. Dalam jangka waktu 7 ( Tujuh ) hari dari pemberitahuan memulai kerja, Kontraktor harus menyerahkan
program mobilisasi kepada konsultan Pengawas untuk disetujui.

PASAL 5
PAPAN NAMA KEGIATAN

Kontarktor harus memasang papan nama kegiatan menggunakan bahan dari bender sesuai dengan
ketentuan yang berlaku atas biaya kontraktor. Bentuk dan konstruksi papan nama kegiatan, sesuai
gambar yang terlampir pada dokumen penawaran. Lokasi identitas kegiatan ditentukan pada saat rapat
penjelasan kantor dan lapangan (aanwijing).

PASAL 6
KUASA KONTRAKTOR DILAPANGAN

1. Dilapangan pekerjaan, kontraktor wajib menunjuk seorang Kuasa kontraktor atau biasa disebut Pelaksana
yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh
dari kontraktor, berpendidikan minimal sarjana muda teknik sipil atau sederajat dengan pengalaman
minimum 10 ( sepuluh ) tahun.
2. Dengan adanya Pelaksana tidak berarti bahwa kontaktor lepas tanggung jawab sebagian maupun
keseluruhan terhadap kewajibannya.
3. Kontraktor wajib memberitahu secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan
Pengawas, nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapat persetujuan.
4. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas bahwa
Pelaksana dianggap kuirang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan
diberitahukan kepada Kontraktor untuk mengganti pelaksana.

PASAL 7
RENCANA KERJA

1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kontraktor wajib membuat Rencana Kerja
Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan beluga Bar-chart dan S-Curve bahan dan tenaga.
2. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan pengawas,
paling lambat 8 ( Delapan ) hari kalender setelah Surat Perintah Kerja ( SPK ) diterima kontraktor.
Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen.
3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja kepada konsultan pengawas untuk diberikan kepada
Pejabat pembuat Komitmen dan Perencana.
4. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan pembangunan sesuai dengan rencana kerja tersebut.
5. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor berdasarkan rencana Kerja tersebut.

PASAL 8
KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN KERJA

1. Kontraktor berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup ditempat pekerjaan untuk
para pekerja.
2. Kontraktor berkewajiban menyiapkan kotak PPPK ditempat pekerjaan.
3. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, kontraktor
bertanggungjawab atas keselamatan dan keamanan pekerjaan, bahan dan peralatan teknis dan kontruksi
yang diserahkan Pejabat Pembuat Komitmen, apabila terjadi kerusakan maka kontraktor harus
bertanggungjawab untuk memperbaikinya.
4. Apabila terjadi kecelakaan kontraktor harus mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban
kecelakaan itu.
5. Pihak Kontraktor harus ikut Serta dalam program ASTEK dan JAMSOSTEK dan memberitahukan secara
tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

PASAL 9
TENAGA DAN SARANA KERJA

Kontraktor / Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan Serta mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaannya
maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan
sempurna sampai dengan diserahterimakan pekerjaan tersebut kepada Pejabat Pembuat Komitmen
1. Tenaga Kerja / tenaga Ahli
Tenaga kerja dan Tenaga ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan volume pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
Tenaga yang dibutuhkan :
A. Tenaga Ahli
1) Site Manager (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan:
- pendidikan min S1 Teknik Sipil/ Arsitektur
- pengalaman min 5 Tahun
- Keahlian/SKA Muda Teknik Sipil/ Arsitektur
2) Tenaga Ahli Sipil Struktur (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan:
- pendidikan min S1 Teknik Sipil
- pengalaman min 5 Tahun
- Keahlian/SKA Muda Struktur
3) Tenaga Ahli Geodesi (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan:
- pendidikan min S1 Geodesi
- pengalaman min 5 Tahun
- Keahlian/SKA Muda Geodesi
4) Tenaga Ahli K3 Konstruksi (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan:
- pendidikan min S1
- pengalaman min 5 Tahun
- Keahlian/SKA K3 Konstruksi
5) Tenaga Ahli Mekanikal/Elektrikal (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan:
- pendidikan min S1
- pengalaman min 5 Tahun
- Keahlian/SKA Muda Mekanikal/Elektrikal

B. Tenaga Teknis/Terampil
1) Tenaga Terampil Tukang batu bata, (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan:
- pendidikan min STM/SMK
- pengalaman min 4 Tahun
- Keterampilan/SKT Tukang Batu Bata
2) Tenaga Terampil Tukang Las, (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan:
- pendidikan min STM/SMK
- pengalaman min 4 Tahun
- Keterampilan/SKT Tukang Batu Bata
3) Tenaga Terampil Tukang Keramik, (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan:
- pendidikan min STM/SMK
- pengalaman min 4 Tahun
- Keterampilan/SKT Tukang Batu Bata

4). Tenaga Terampil Tukang Cat, (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan:
- pendidikan min STM/SMK
- pengalaman min 4 Tahun
- Keterampilan/SKT Tukang Batu Bata






C. Tenaga Penunjang :
1) Operator Cad, (1 orang) Pend. Min SMU/SMK:
2) Logistik, (1 orang) kualifikasi Pend. Min SMU/SMK:
3) Tenaga Administrasi,(1 orang) Pend. Min SMU/SMK:

Daftar peralatan harus disediakan oleh Kontraktor sebagaimana diminta dalam dokumen penawaran.

Kontraktor dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memindahkan alat-alat tersebut, sebagian
atau seluruhnya tanpa persetujuan dari Direksi. Penyediaan peralatan ditempat pekerjaan terlebih
dahulu harus mendapat penelitian dan persetujuan dari Direksi. Kerusakan yang timbul pada peralatan
tersebut dan akan menggangu pelaksanaan pekerjaan harus segera diganti atau diperbaiki, sehingga
dengan demikian Direksi dapat menyetujui dimulainya pekerjaan.

3. Bahan-bahan bangunan
Kontraktor harus menyediakan sendiri semua material seperti yang disebutkan dalam daftar volume
pekerjaan. Mendatangkan bahan-bahan yang cukup memadai sesuai dengan kuantitas maupun
kualitas yang telah ditentukan. Mengerahkan tenaga kerja dengan jumlah yang mencukupi sesuai
dengan tingkat keahlian untuk masing-masing jenis pekerjaan.
Kelancaran mobilisasi bahan kelapangan pekerjaan maupun pengerahan tenaga kerja berjalan
denganbaik. Semua peralatan dan material yang disediakan, harus sesuai dengan kebutuhan atas
pekerjaan yang akan dilaksanakan dan kondisi lapangan. Nama-nama produsen material dan
peralatan yang diusulkan untuk pekerjaan, berikut cara kerjanya, kapasitas/ spesifikasinya, dan
informasi penting lainnya mengenai material dan peralatan tersebut, harus disediakan bila diminta
untuk dipertimbangkan oleh Direksi. Dalam hal mana, Direksi menganggap kapasitas dan spesifikasinya
tidak sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan, maka bagian-bagian atau keseluruhan
material/ peralatan tersebut harus diganti oleh Kontraktor, tanpa meminta biaya tambahan kepada
Pemberi Tugas.
Semua material dan peralatan harus disuplai dengan urutan dan waktu yang tepat, sehingga dapat
menjamin lancarnya pelaksanaan pekerjaan sesuai jadwal waktu yang telah ditentukanMenyediakan
bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap .
Contoh-contoh material yang dibutuhkan harus segera ditentukan tanpa menunggu pembiayaan dari
Pemberi Tugas dan diambil dengan cara pengambilan contoh sesuai standar yang disetujui.
Contoh-contoh tersebut harus dapat menggambarkan dengan nyata dari kualitas material yang akan
dipakai pada pekerjaan.
Contoh-contoh yang telah disetujui, harus disimpan tersendiri dan tidak boleh dicampur atau dikotori
sehingga menyebabkan berkurangnya kualitas dari material tersebut.
Penawaran dari Kontraktor harus sudah termasuk biaya yang dikeluarkan untuk pengujian material.
Jika dalam spesifikasi ini tidak disebutkan jenis dan merek material-material dari suatu jenis merek
tertentu, maka Kontraktor harus meminta petunjuk dari Direksi untuk menentukan jenis-jenis material
yang baik dan boleh dipakai. Kontraktor boleh mengganti dengan produk-produk tertentu yang
mempunyai kualitas minimal sama dengan kualitas yang ditentukan oleh Direksi.
Material pabrikasi yang digunakan harus mengajukan terlebih dahulu spesifikasi teknisnya.

4. Penyediaan Air dan Listrik untuk bekerja
Air untuk bekerja harus disediakan oleh kontraktor dengan membuat sumur pompa di area pekerjaan
atau disuply dari luar.
Air harus bersihbebas dari bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang merusak.
Kontraktor harus menyiapkan bak penampung air untuk bekerja yang senantiasa terisi penuh.
Listrik untuk bekerja harus disediakan kontraktor dan diperoleh dari sambungan PLN. Penggunaan
diesel untuk pembangkit listrik hanya dipergunakan untuk sementara

PASAL 10
PEKERJAAN-PEKERJAAN SEMENTARA


1. Jalan masuk ke lokasi pekerjaan dan sarana pelengkap yang bersifat sementara, harus disiapkan oleh
Kontraktor.
2. Jika diperlukan jembatan-jembatan darurat, maka Kontraktor harus merencanakannya dengan lebar
sesuai kebutuhan dan kondisi setempat, dan dengan bahan yang cukup kuat menahan beban yang
disyaratkan untuk jalur tersebut. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan ini termasuk
pemeliharaan sementaranya, merupakan beban Kontraktor sebagaimana tercantum dalam dokumen
penawarannya dan atau biaya tambah kurang sepanjang telah mendapat persetujuan Direksi.
3. Pada akhir pekerjaan utama, atas perintah Direksi bila sarana ini tidak diperlukan lagi, harus dibongkar
dan kondisi lapangan dirapihkan seperti semula, atau seperti disyaratkan oleh Direksi.
4. Kontraktor harus menyediakan sarana penyaluran semua air bekas dan sisa buangan dari pekerjaan-
pekerjaan sementara dan utama, yang timbul dimana saja. Cara pembuangan harus tidak merusak atau
mengganggu lingkungan setempat, baik terhadap tanah maupun saluran/ anak sungai.





PASAL 11
GAMBAR-GAMBAR KERJA

1. Gambar-gambar rencana proyek yang diberikan kepada Kontraktor, merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen kontrak, dan gambar paling akhir setelah diadakan perubahan-perubahan
untuk menjadi patokan dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, dan spesifikasi-spesifikasi lain
yang berhubungan dengan hal tersebut. Tidak dibenarkan menarik keuntungan dari kesalahan dan
kekurangan pada gambar, atau perbedaan ketentuan antara gambar rencana dan isi spesifikasi teknis.
3. Apabila ternyata terdapat kekurangan dan hal lain yang meragukan, Kontraktor diharuskan mengajukan
kepada Direksi secara tertulis dan Direksi akan mengoreksi serta menjelaskan gambar-gambar rencana
tersebut untuk kelengkapan yang telah disebutkan dalam spesifikasi teknis.
4. Penyimpangan di lapangan atas gambar rencana, akan ditentukan selanjutnya oleh Direksi dan akan
disampaikan kepada Kontraktor secara tertulis. Paling lambat 2 minggu sebelum pekerjaan dimulai,
5. Kontraktor harus menyerahkan gambar kerja kepada Direksi dan bila diminta oleh Direksi perhitungannya
pun harus diserahkan.
6. Gambar kerja untuk semua pekerjaan harus selalu disimpan di lapangan dalam kondisi baik, dapat
dibacakan dan sudah menjalani revisi terakhir. Kontraktor juga harus menyiapkan gambar-gambar yang
menunjukan perbedaan antara gambar-gambar rencana dan gambar-gambar kerja. Semua biaya
penyiapan dan pencetakan gambar-gambar menjadi tanggungan Kontraktor.

PASAL 12
UKURAN-UKURAN

Semua ukuran yang tertera pada gambar adalah ukuran sebenarnya dan gambarnya sendiri merupakan
gambar skala. Jika terdapat perbedaan antara ukuran dan gambarnya, maka akan dimintakan segera
pertimbangan dari para ahli untuk menetapkan mana yang benar.

PASAL 13
PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA

Kontraktor harus mengusahakan atas tanggungan sendiri, langkah-langkah dan fasilitas yang diperlukan
untuk melindungi pekerjaan dan bahan-bahan yang digunakan, agar tidak rusak atau berkurang mutu dan
kualitasnya karena pengaruh cuaca. Langkah-langkah dan fasilitas yang disiapkan oleh Kontraktor tersebut
harus dengan pertimbangan dan persetujuan dari Direksi.

PASAL 14
PENGUKURAN KONDISI TAPAK DAN PENENTUAN PEIL

1. Kontraktor harus mengerjakan pematokan untuk menentukan kedudukan dan peil dari konstruksi
pekerjaan yang akan dibangun sesuai yang disyaratkan dalam gambar-gambar rencana.
2. Pekerjaan ini seluruhnya dilakukan bersama Direksi, sehingga dengan persetujuan Direksi, maka
Kontraktor dapat memulai pekerjaan selanjutnya. Direksi dapat merevisi pemasangan patok tersebut bila
dipandang perlu dan Kontraktor wajib melaksanakan revisi tersebut sesuai petunjuk Direksi.
3. Sebelum pematokan Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi terlebih dahulu dalam waktu tidak
kurang dari 48 jam sebelum pelaksanaan, sehingga Direksi dapat mempersiapkan segala yang diperlukan
untuk melakukan pengawasan.
4. Pematokan yang telah selesai, harus diukur oleh Kontraktor untuk disetujui oleh Direksi dan menjadi
dasar untuk pembayaran.
5. Kontraktor wajib menyediakan alat-alat ukur dengan perlengkapannya, juru ukur dan pembantunya, yang
diperlukan oleh Direksi untuk melakukan pengawasan/ pengujian hasil pematokan dan atau untuk
pekerjaan-pekerjaan lainnya. Semua tanda-tanda di lapangan yang diberikan oleh Direksi atau dipasang
sendiri oleh Kontraktor harus tetap terpelihara dan terjaga dengan baik. Bila terdapat kerusakan atau
hilang harus segera diganti dengan persetujuan Direksi.
6. Bila terjadi penyimpangan dari gambar rencana, maka Kontraktor mengajukan 3 (Tiga) gambar
penampang dari lokasi yang dipatok tersebut untuk mendapat tanda tangan persetujuan revisi dari
Direksi, dan setelah direproduksi harus diserahkan kepada Direksi beserta aslinya. Ukuran maupun huruf
yang dipakai dalam gambar tersebut harus sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Direksi.

PASAL 15
RAPAT - RAPAT KOORDINASI DAN KONSULTASI


1. Pemberi Tugas dapat mengadakan rapat-rapat dengan mengundang Direksi dan Kontraktor maupun
pihak-pihak tersebut yang bersangkutan untuk membahas permasalahan dan progres kemajuan
pelaksanaan pekerjaan dalam rangka pengawasan/ pemantauan dan evaluasi pelaksanaan proyek.
2. Dalam kondisi tertentu dan mendesak Kontraktor dan atau Direksi dapat mengusulkan diadakannya rapat
untuk membahas permasalahan yang ada Semua hasil atau risalah rapat merupakan ketentuan dan
kesepakatan yang sifatnya mengikat terhadap perjanjian pemborongan secara keseluruhan.


PASAL 16
PRESTASI DAN KEMAJUAN PEKERJAAN


1. Prestasi pekerjaan ditentukan sesuai dengan jumlah prosentase pekerjaan yang telah selesai
dilaksanakan oleh Kontraktor. Prosentase pekerjaan ini dihitung dari nilai/ harga kontrak yang dengan
jumlah tertentu dalam satuan volume pekerjaan, telah diselesaikan dengan baik sesuai rekomendasi
Direksi.
2. Pembayaran terhadap pekerjaan akan dilakukan sesuai dengan prestasi/ kemajuan pekerjaan atas
volume dan harga satuannya, dimana harga satuan yang telah mencakup harga bahan, upah tenaga
kerja, biaya angkutan dan peralatan lain-lainnya sudah mencapai hasil pekerjaan yang sebaik-baiknya.
Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu dimana harga satuan telah diuraikan oleh Kontraktor, maka prestasi/
kemajuan pekerjaan dan pembayarannya dapat dihitung dan diberikan walaupun seluruh prosentase
pekerjaan tertentu tersebut belum selesai.
PASAL 17
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan kontraktor, tetapi karena bahan/material
maupun mutu pekerjaannya ditolak oleh konsultan Pengawas/ Direksi harus segera dihentikan dan
selanjutnya dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/
Direksi.
2. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum mendapatkan persetujuan
pengawas dan kontraktor harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada pengawas untuk
memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat.
3. Kontraktor harus melaporkan kepada pengawas kapan pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap
diperikasa.
4. Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/Direksi berhak membongkar bagian pekerjaan
atau seluruhnya untuk diperbaiki.
5. Biaya pembongkaran dan pemasangan/ perbaikan kembali menjadi tanggungan kontraktor, tidak dapat di
klaim sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan untuk memperpanjang waktu pelaksanaan.

PASAL 18
PENYELESAIAN HASIL PEKERJAAN

1. Pekerjaan harus mencakup semua bagian walaupun tidak diuraikan secara khusus dalam spesifikasi
teknis pekerjaan dan gambar-gambar rencana, sehingga secara keseluruhan dapat berfungsi
sebagaimana mestinya dan memenuhi syarat kontrak.
2. Kontraktor harus menguji hasil pekerjaan pada setiap tahapannya dan atau secara keseluruhan, sesuai
spesifikasi teknis yang bersangkutan. Apabila suatu pekerjaan selama pengujian tidak memenuhi syarat,
maka Kontraktor dengan biaya sendiri harus mengadakan perbaikan-perbaikan sampai pengujian ulang
berhasil secara memuaskan.


PASAL 19
SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTROR

1. Jika kontraktor menunjuk supplier atau kontraktor bawahan ( Sub kontraktor ) didalam hal pengadaan
material maupun pemasangannya , maka kontraktor wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada
konsultan pengawas dan direksi untuk mendapatkan persetujuan.
2. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan pengawas dilapangan untuk pekerjaan khusus dimana
pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai intruksi pabrik.



PASAL 20
LAPORAN-LAPORAN


1. Selama periode pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib membuat Laporan-laporan Harian, Mingguan
dan Bulanan yang menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan, prestasi/ kemajuan pekerjaan,
permasalahan dan lain-lainnya.
2. Laporan ini harus memuat sekurang-kurangnya informasi atas kejadian yang dijumpai selama periode
pembuatan laporan yang bersangkutan. Informasi-informasi tersebut antara lain: uraian mengenai
kemajuan pekerjaan yang sesungguhnya dicapai di akhir periode pembuatan laporan, jumlah pekerja,
jumlah dan jenis bahan/ material dan peralatan yang digunakan/ tersedia, kondisi cuaca dan lain-lain.

SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

PASAL 1
STANDAR YANG BERLAKU

Semua pekerjaan dalam Syarat-syarat ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan-
persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan SKSNI, SNI, dan Standar Industri Indonesia (SII) dan
peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain
:
SKSNI T-15-1991-03 BUKU STANDAR BETON 1991
SKSNI S-05-1990-F UKURAN KAYU BANGUNAN
1253-1989-A CAT EMULSI
SP 74 : 1977 CAT TENTANG BESI DAN TENTANG KAYU
SNI 0225-87-D PERATURAN INSTALASI LISTRIK
AVWI PERATURAN UMUM INSTALASI AIR
1974 PEDOMAN PLUMBING INDONESIA

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar yang tersebut diatas, maupun standar-
standar Nasional lainnya, maka diberlakukan standar-standar Internasional yang berlaku atas pekerjaan-
pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya berlaku standar-standar Persyaratan Teknis dari Negara-negara asal
bahan/ pekerjaan yang bersangkutan.

PASAL 2
MEREK-MEREK DAGANG
Kecuali ditentukan lain, maka nama-nama atau merek-merek dagang dari bahan yang disebutkan dalam
Persyaratan Teknis ini ditujukan untuk maksud-maksud perbandingan terutama dalam hal mutu, model, bentuk,
jenis dan sebagainya setelah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

Dalam hal dimana disebutkan 3 (tiga) merek dagang atau lebih untuk jenis bahan/ pekerjaan yang sama, maka
Pemborong diharuskan untuk dapat menyediakan salah satu dari padanya sesuai dengan persetujuan Konsultan
Pengawas.




1. TITIK-TITIK UKUR
PASAL 3
DATA UMUM LAPANGAN KERJA
Seluruh titik-titik ukur sehubungan dengan pekerjaan ini didasarkan pada ukuran setempat, yaitu titik-
titik ukur yang ada di lapangan Proyek seperti yang direncanakan dalam gambar-gambar grading dan
seperti yang disetujui Ahli.

2. DATA FISIK
Data sehubungan dengan kegiatan-kegiatan yang ada, dan lain-lain yang diterakan pada gambar-gambar
dimaksudkan sebagai informasi umum dan titik-titik tolak untuk pelaksanaan pekerjaan ini oleh
Kontraktor.
Penawaran yang diserahkan oleh Kontraktor, harus sudah meliputi semua biaya untuk pelaksanaannya
sesuai dengan ketinggian-ketinggian yang ditentukan pada gambar-gambar.

PASAL 4
PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa terlebih
dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada Konsultan Pengawas dan
dalam jangka waktu yang cukup, bila dipertimbangkan bahwa perlu mengadakan penelitian dan pengujian
terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.

PASAL 5
PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN
Bila Pemborong tidak berada ditempat pekerjaan dimana Konsultan Pengawas bermaksud untuk memberikan
petunjuk-petunjuknya, maka petunjuk-petunjuk harus diturut dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-
orang yang ditunjuk untuk itu oleh Pemborong.

PASAL 6
PENGUKURAN
Pemborong harus memulai pekerjaan pengukuran dari garis-garis dasar yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran pengukuran yang dibuatnya.
Pemborong harus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja, termasuk juru-juru ukur (Surveyor)
yang dibutuhkan sehubungan dengan pengukuran untuk setiap bagian pekerjaan yang memerlukannya.




1. AIR DAN DAYA
PASAL 7
PERSIAPAN PEKERJAAN
a. Kontraktor harus menyediakan air atas tanggungan/ biaya sendiri yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pekerjaan ini, yaitu :
Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang memenuhi persyaratan sesuai jenis
pekerjaan, cukup bersih, bebas dari segala macam kotoran dan zat-zat seperti minyak, asam,
garam, dan sebagainya yang dapat merusak atau mengurangi kekuatan konstruksi.
Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/ buang air dan kebutuhan lain para
pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut harus cukup terjamin.
b. Kontraktor harus menyediakan daya listrik atas tanggungan/ biaya sendiri sementara yang dibutuhkan
untuk peralatan dan penerangan serta keperluan lainnya dalam melaksanakan pekerjaan ini.
Pemasangan sistem listrik sementara ini harus memenuhi persyaratan yang berlaku. Kontraktor harus
mengatur dan menjaga agar jaringan dan peralatan listrik tidak membahayakan para pekerja di
lapangan.

2. KANTOR KONTRAKTOR, LOS DAN HALAMAN KERJA, GUDANG DAN FASILITAS LAIN
Kontraktor harus membangun kantor kontraktor ( direksi keet ) dan perlengkapannya (minimal : meja dan
kursi kerja 3 set, kursi rapat 10 bh dan meja rapat) , los kerja, gudang dan halaman kerja (work yard) di
dalam halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai Kontrak. Kontraktor harus
juga menyediakan untuk pekerja/ buruhnya fasilitas sementara (tempat mandi dan peturasan) yang
memadai untuk mandi dan buang air.
Kontraktor harus membuat tata letak/ denah halaman proyek dan rencana konstruksi fasilitas-fasilitas
tersebut. Kontraktor harus menjamin agar seluruh fasilitas itu tetap bersih dan terhindar dari kerusakan.

3. PEMBERSIHAN HALAMAN
a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan seperti adanya
pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus dibongkar dan dibersihkan serta
dipindahkan dari tanah bangunan kecuali barang-barang yang ditentukan harus dilindungi agar tetap
utuh.
b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk menghindarkan bangunan
yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas bongkaran tidak diperkenankan untuk
dipergunakan kembali dan harus diangkut keluar dari halaman proyek.

4. PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK)
a. Bouwplank dibuat dari kayu terentang (kayu kelas III) ukuran minimum 3/20 cm yang utuh dan kering.
Bouwplank dipasang dengan tiang-tiang dari kayu sejenis ukuran 5/7 cm dan dipasang pada setiap
jarak satu meter. Papan harus lurus dan diketam halus pada bagian atasnya.
b. Bouwplank harus benar-benar datar (waterpas) dan tegak lurus.Pengukuran harus memakai alat ukur
yang disetujui Pengawas Lapangan.
c. Bouwplank harus menunjukkan ketinggian 0.00. Letak dan ketinggian permukaan bouwplank harus
dijaga dan dipelihara agar tidak berubah selama pekerjaan berlangsung.

5. PAPAN NAMA KEGIATAN
Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama kegiatan di bagian depan halaman proyek sehingga
mudah dilihat umum. Ukuran dan redaksi papan nama tersebut sesuai dengan petunjuk Pemerintah Daerah
setempat. Kontraktor tidak diijinkan menempatkan atau memasang reklame dalam bentuk apapun di
halaman dan di sekitar proyek tanpa ijin dari Pemberi Tugas.

6. KEAMANAN PROYEK
a. Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang- barang milik Proyek, Konsultan Pengawas
dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian maupun pengrusakan
Serta kemungkina para tahanan melarikan diri memanpaatkan kegiatan proyek.
b. Untuk maksud diatas, maka Kontraktor harus membuat pagar pengaman serta perlengkapan lainnya
yang dapat menjamin keamanan.
c. Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat- alat dan hasil pekerjaan, maka akan
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam pekerjaan tambah/kurang
atau pengunduran waktu pelaksanaan.
d. Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk mencegah
bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam kebakaran yang siap dipakai
dan ditempatkan pada tempat- tempat yang strategis dan mudah dicapai.


PASAL 8
PEKERJAAN BONGKARAN
Sebelum melaksanakan pekerjaan bongkaran, Pemborong harus meminta ijin dulu kepada Pihak User dan
dalam hal pelaksanaannya hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Memperhatikan faktor keselamatan dan lingkungan sekitar kerja.
2. Bekas bongkaran yang masih dapat dipergunakan disimpan dan diamankan sesuai petunjuk dari User.
3. Berangkal/ puing-puing bekas bongkaran harus dibuang ke luar site.

4. Teknik pelaksanaan pembongkaran sedemikian rupa dengan memperhatikan urutan pelaksanaan.
5. Dalam pelaksanaan pembongkaran, adanya kerusakan diluar skope pekerjaan yang ada di RAB, karena
diakibatkan oleh kelalaian/ kecerobohan Pemborong maka kerusakan tersebut menjadi tanggung jawab
Pemborong.

PASAL 9
PEKERJAAN TANAH, GALIAN DAN URUGAN KEMBALI

1. LINGKUP PEKERJAAN
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah melaksanakan galian tanah sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan, menjaga terhadap kemungkinan terjadinya longsoran sehingga mengganggu pelaksanaan
pekerjaan pondasi sampai pengurugan kembali hingga padat.

2. PEMBERSIHAN
Pemborong harus membersihkan dan menyingkirkan semua semak-semak, rumput-rumput didalam
daerah pekerjaan.
Dalam pembersihan ini semua tunggul-tunggul dan akar-akar harus dimusnahkan dan disingkirkan
sehingga nantinya dapat diyakini semak-semak dan rumput-rumput tidak akan tumbuh kembali.
Lubang-lubang bekas penyingkiran tunggul-tunggul dan akar-akar harus diisi kembali atau ditimbun
dengan bahan-bahan yang cocok dan memenuhi syarat kemudian dipadatkan kembali.
Sampah-sampah dan bahan-bahan lain yang tidak akan dipergunakan harus dibakar dalam daerah yang
lapang sehingga selama pembakaran tidak akan merusak pohon-pohon yang ada disekitarnya.

3. PEMBUANGAN LAPISAN TANAH ATAS
Pembuangan lapisan tanah atas (Top Soil) dilakukan pada daerah (tempat) dimana nanti akan dibangun
konstruksi bangunan sedalam kurang lebih 20cm atau ketebalan disesuaikan dengan kondisi lapisan
tanah atas ditempat pekerjaan.

4. PENGGALIAN DAN PENIMBUNAN KEMBALI
1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi semua pekerjaan penggalian, penimbunan kembali, termasuk pengupasan dan
penimbunan kembali lapisan tanah atas (Top Soil) serta pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan
dengan itu, yang disesuaikan dengan gambar-gambar.
2. Pelaksanaan


a. Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedalaman yang perlu
untuk dasar pondasi yang dipersyaratkan atau diperlihatkan pada gambar-gambar.
Penggalian mencakup pemindahan tanah serta batu-batu dan bahan lain yang dijumpai dalam
pengerjaannya.
Kalau ternyata dijumpai kondisi yang tak memuaskan pada kedalaman yang diperlihatkan dalam
gambar-gambar maka penggalian harus diperdalam, diperbesar atau diubah sampai disetujui
Konsultan Pengawas, untuk mana pekerjaan ini akan dinilai sebagai pekerjaan tambah.
Kalau terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai kedalaman
yang melebihi apa yang tertera dalam gambar atau yang dapat disetujui oleh Konsultan
Pengawas, maka kelebihan diatas harus ditimbun kembali dengan pasir yang dipadatkan tanpa
pembebanan biaya tambahan kepada pemilik.
Pada pekerjaan penggalian untuk mencapai/ membentuk permukaan tanah rencana maka
Pemborong harus mengusahakan dan meyakini bahwa pada pekerjaan galian tersebut tidak
merusak/ mengganggu bangunan atau konstruksi yang sudah ada.
b. Penimbunan Kembali harus dilaksanakan didaerah-daerah ataupun bagian-bagian pekerjaan, serta
mengikuti ukuran-ukuran ketinggian, kemiringan-kemiringan dan bentuk-bentuk seperti yang
ditunjukkan dalam gambar-gambar.
Penimbunan harus dilaksanakan dalam bentuk-bentuk lapisan-lapisan dengan ketebalan
maksimum 20cm gembur.
Padatkan sesuai dengan Instruksi Konsultan Pengawas.Penimbunan dan timbun kembali, kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas, harus dari bahan galian pekerjaan ini.
Bahan timbunan harus bebas dari kotoran-kotoran, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan atau bahan
lain yang dapat merusak pekerjaan.
c. Perlindungan Terhadap Air
Selama pekerjaan berlangsung Pemborong harus dengan semua cara yang disetujui Konsultan
Pengawas, menjamin agar tidak terjadi genangan-genangan air yang dapat mengganggu/
merusak semua pekerjaan galian atau urugan.
d. Penghamparan dan Pemadatan
Tanah harus dihamparkan dalam lapisan-lapisan setebal tidak lebih dari 20cm gembur, agar dapat
mengatur kepadatan yang merata untuk seluruh ketebalannya.Tanah urugan harus dibasahi
secukupnya(sebelum dipadatkan) untuk mencapai kepadatan yang dipersyaratkan.

5. PERMUKAAN TANAH
Sebelum memulai suatu penggalian, Pemborong harus memeriksa permukaan tanah, baik setempat
maupun garis transisi yang tertera dalam kontrak adalah betul. Jika tidak sesuai Pelaksana harus
memberitahu secara tertulis kepada Pemberi Tugas/ Pengawas, jika tidak maka tuntutan mengenai
ketidaksamaan permukaan tanah tidak akan dipertimbangkan.

6. TINGGI PENDUGAAN (PEIL)
Dasar ukuran tinggi + 0,00 adalah dasar tinggi permukaan lantai bangunan induk, seperti yang
dinyatakan dalam gambar, dan selanjutnya menurut petunjuk Pelaksana.
Tinggi lantai ini harus disesuaikan dengan tinggi lantai gedung yang telah ada/ selesai dibangun,
sehingga dalam pekerjaan ini, termasuk pula pekerjaan pengurugan tanah.


PASAL 10
PEKERJAAN PONDASI
Lingkup pekerjaan meliputi pengadaan dan pemasangan batu belah , pondasi Bor pile , lantai kerja,
Footplat beton, pile cap, sesuai dengan gambar dan persyaratan disini.


A. PEKERJAAN PASANGAN BATU BELAH
Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan Anstamping batubelah, pondasi batu dengan campuran 1
Pc : 5 Psr. Pasangan batu belah termasuk saluran dan pekerjan lainlain yang menggunakan pasangan 1
Pc : 5 Psr sesuai gambar kerja dan persyaratan disini.

1. Galian Tanah
Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor harus memberitahu Direksi dan bersama-sama
menentukan lokasi dan ukuran penggalian, serta penempatan hasil galian dan pembuangan sisa
galian. Sesuai peil dan ukuran yang ditentukan dalam gambar rencana, Kontraktor melakukan
penggalian, perataan, pemadatan dan perapihan yang disiapkan untuk pekerjaan dengan
kegiatan-kegiatan galian pondasi pasangan batu kali.
Galian tanah tidak boleh merusak atau merubah konstruksi yang telah ada (existing) dan
memerlukan perhatian khusus pada tempat terjadinya batas konstruksi lama dan baru, untuk
menghindari terjadinya gagal dan atau bertambahnya volume pekerjaan konstruksi baru.
Peil dasar galian tanah harus sesuai dengan gambar rencana, namun tidak bersifat pasti karena
perubahan peil permukaan oleh Direksi dimungkinkan untuk berfungsinya bangunan/ konstruksi
dengan baik. Batu, kayu dan akar pohon serta rintangan-rintangan lain yang ditemui dalam galian
harus dibuang.
Pada saat penggalian Kontraktor perlu memperhatikan fasilitas-fasilitas umum yang berada
dalam tanah seperti : pipa air bersih, kabel telephone, kabel listrik dan lain-lainnya. Bila terjadi
kerusakan pada fasilitas-fasilitas tersebut, maka menjadi tanggungan Kontraktor untuk
perbaikannya.
Untuk mecapai kedalaman galian tertentu sesuai gambar rencana ternyata mengakibatkan
perubahan bentuk dan volume konstruksi dan atau terjadi kekosongan untuk mencapai peil yang
disyaratkan, maka Kontraktor harus memberitahu kepada Direksi untuk bersama-sama
menghitung dan mendapat persetujuan atas perubahan yang terjadi tersebut.
Setelah galian tanah selesai sesuai gambar rencana, maka Kontraktor perlu memberitahu Direksi
akan segera dimulainya pekerjaan selanjutnya.

2 . Bahan/ Material
a. Batu belah
Batu belah yang digunakan dari jenis batu belah yang keras berwarna hitam dengan permukaan
kasar tanpa cacat, retak berukuran diameter 2025cm.
Batu belah yang keras bermutu baik, tidak cacat dan tidak retak. Batu kapur, batu berpenampang
bulat, atau berpori besar dan terbungkus lumpur tidak diperkenankan dipakai.

b. Pasir Pasang
Pasir yang digunakan dari jenis Pasir Pasang yang bermutu baik, tidak mengandung bahan
organis, lumpur dan sejenisnya yang dapat mengurangi kekuatan pasangan.

c. Portland Cement (PC)
Portland Cement yang dipakai memenuhi persyaratan N.18/ type I menurut ASTM dan memenuhi
S.400 menurut standar Cement Portland, semen yang mengeras tidak boleh digunakan.

d. Air untuk Campuran Pasangan
Air untuk pembangunan haruslah air tawar yang bersih dan bebas dari zat-zat organik, tanah,
lumpur, garamgaram mineral, larutan alkali dan lainlain yang dapat mengurangi kekuatan
pasangan.
Masingmasing penggunaan jenis bahan tersebut dicampur dalam suatu komposisi adukan 1 Pc :
3 Psr ditambah air secukupnya sebagai campuran pasangan untuk meletakan batu belah
diatasnya.

3. Pelaksanaan
a. Sebelum dilaksanakan pemasangan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan apakah bagian/ lokasi
yang akan dikerjakan ada air tanah yang keluar dari dalam tanah; bila ada, akan berpengaruh dalam
kelangsungan pekerjaan maka hendaknya dipompa atau dialirkan agar lokasi terbebas dari
genangan air.
b. Setelah profil dibuat sesuai bentuk bangunan pada gambar rencana, bahan material seperti batu
sebelum dipasang harus bersih (dibasahi) dan dipasang sedemikian rupa dan disusun sesuai bentuk
profil berawal dari dasarnya (pondasi), sehingga tiap-tiap batu yang tersusun diselimuti seluruhnya
dengan adukan, komposisi adukan menggunakan adukan 1 Pc : 3 Psr.
c. Batubatu yang tersusun diletakkan sedemikian rupa sehingga membentuk bangunan yang kita
kehendaki (sesuai gambar design). Pada umumnya akhir pekerjaan pasangan batu ditutup dengan
pasangan batu kali. Atau finishing bisa berupa plesteran dengan campuran 1 Pc : 3 Psr atau dengan
siaran dengan menggunakan campuran 1 Pc : 2 Psr.
d. Pasangan batu kali yang tampak atau diatas permukaan tanah sebelum diberi campuran siaran
harus dikorek sedalam 1 (Satu) cm dengan lebar antar batu 11,5cm. Siaran batu menggunakan
adukan 1 Pc : 2 Psr dilaksanakan pada pasangan batu yang dibentuk batu muka dengan siaran alam
( pecah kaca ).
e. Plesteran menggunakan adukan 1 Pc : 3 Psr dilaksanakan pada seluruh pekerjaan plesteran.

B. PONDASI BOR PILE
Bagian ini meliputi perataan tanah, perakitan tulangan pondasi, proses pengeboran pondasi dan proses
pengecoran beton.
Pelaksanaan :
1. Persiapan pekerjaan
Pekerjaan pondasi borepile memerlukan alat berat yang sangat membantu dalam pelaksanaannya,
untuk itu kontraktor harus dapat memastikan pekerjaan persiapan apa yang harus dilakukan agar alat
berat dapat masuk serta bermanuver secara baik di areal proyek. Jika tidak disiapkan dengan baik bisa
saja alat berat tersebut ambles karena daya dukung tanahnya jelek.
2. Pekerjaan tulangan pondasi
Pengerjaan tulangan pondasi bisa dikerjakan sebelum pengeboran karena jangan sampai setelah di bor
tulangan belum siap. Jika tertunda lama tanah pada lubang borbisa rusak karena air hujan atauaktifitas
kerja lainnya. Pemilihan tempat perakitan tulangan jangan sampai jauh dari lokasi pemboran dan
mengganggu manuver alat berat.
3. Proses pengeboran
Pengeboran adalah proses awal pengerjaan pondasi borpile, kedalaman serta diameter pondasi menjadi
parameter utama pemilihan alat-alat bor.Adanya batuan atau material dibawah tanah perlu diantisipasi
sehingga perlu disiapkan metode, serta peralatan apa yang cocok digunakan.
Setelah mencapai kedalaman tertentu, untuk menghindari tanah ditepi lubang berguguran maka perlu
dipasang pipa ( casing ) yang mempunyai diameter dengan lubang pondasi, setelah casing terpasang
maka pengeboran bisa dilanjutkan kembali.
Setelah pengeboran mencapai kedalaman rencana maka perlu dipastikan secara manual kedalamannya.
Perlu juga dichek apakah jenis tanah sudah sesuai dengan jenis tanah yang direncakan. Apabila
kedalaman pemboran dan lubang bor telah siap maka bisa dilanjutkan dengan penempatan tulangan
pondasi.
4. Proses Pengecoran
Proses ini merupakan bagian paling kritis yang menentukan berfungsi atau tidaknya suatu pondasi
borpile. Meskipun proses pekerjaan sebelumnya sudah benar tetapi pada tahapan ini gagal, maka gagal
pula pondasi borpile tersebut secara keseluruhan. Pengecoran dikatakan gagal apabila lubang pondasi
tidak benar-benar terisi dengan beton secara keseluruhan, misalnya ada yang bercampur dengan galian
tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga pengecoran terputus.
Pengecoran beton dibantu dengan pipa tremie sehingga beton bisa disalurkan langsung kedasar lubang
tanpa mengalami pencampuran dengan air maupun lumpur.
Catatan :
Khusus untuk kedalaman pondasi pelaksanaan harus betul-betul sampai pada kedalaman tanah yang
ditentukan atau pada pembebanan pondasi yang dipersyaratkan untuk daya dukung pondasi dalam.
Pembuangan galian tanah apabila dibuang ke luar site harus tidak mengotori lingkungan/ jalan.
Untuk pekerjaan beton didalam tanah, tebal selimut beton minimal 5 cm.
Untuk pengerjaan Pondasi beton beton Lihat pasal pekerjaan beton.





1. KETENTUAN UMUM
PASAL 11
PEKERJAAN BETON
1. Persyaratan-persyaratan Konstruksi Beton, istilah teknis dan syarat-syarat pelaksanaan beton secara
umum menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam
buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan referensi di bawah ini:
a. Peraturan Beton SKSNI
b. Peraturan pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983

c. American sociaty of Testing Materials (ASTM)
d. Standar industri indonesia ( SII)

2. Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan tersebut di atas maka peraturan-peraturan
Indonesia yang menentukan.
3. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan kesesuaian yang tinggi menurut
persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan
Pengawas, semua pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan harus dibongkar dan diganti atas
biaya pemborong sendiri.
4. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai persyaratan dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian bahan-bahan
tersebut dan pemborong bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak
disetujui oleh Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari proyek /site dalam waktu 3 x 24
jam.

2. LINGKUP PEKERJAAN
1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk Pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan gambar
rencana termasuk pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan pembantu.
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian-bagian dari pekerjaan
lain yang tertanam dalam beton.

3. BAHAN - BAHAN
1. S e m e n :
a. Semua semen yang digunakan adalah jenis portland Cement sesuai dengan persyaratan NI-2
pasal Bab 3 Standar Indonesia NI-8 /1964, SII 0013-81 atau ASTM C-150 dan produksi dari satu
merk / pabrik.
b. Pemborong harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk mencegah
terjadinya kerusakan, dan tidak boleh ditaruh langsung di atas tanah tanpa alas kayu.
c. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena air/lembab tidak
diizinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari proyek dalam batas 3 x 24 jam.
d. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
2. Agregat Kasar :
a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai menurut NI-2
pasal 3, 4, 5 bab III dan serta mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.
b. Agregat Kasar terdiri dari butir-butir yang kasar., keras, tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila
ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20 % dari volume dan tidak boleh
mengalami pembekuan hingga melebihi 50 % kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles
(L A).
c. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reactif alkali atau substansi yang merusak beton
dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % serta mempunyai gradasi seperti berikut :
Saringan Ukuran % Lewat Saringan
1 25,00 mm 100
3 / 4 20,00 mm 90-100
3 / 8 95,00 mm 20-55
N0. 4 4,76 mm 0-1
Hasil crushing test dari laboratorium yang berwenang terhadap kubus-kubus beton yang
berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada Konsultan pengawas untuk dimintakan
persetujuannya.

3. Agregat Halus :
a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu dan harus
bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50% substansi-
substansi yang merusak beton atau NI-2 pasal 3 bab 3, sebagai referensi, boleh digunakan pasir
Cimangkok.
b. Pasir laut tidak diperkenankan dipergunakan dan pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang
tajam dan keras mempunyai gradasi seperti tabel berikut :

Saringan Ukuran % Lewat Saringan
3 / 8 9,5 mm 100
No. 4 4,76 mm

90-100
No. 8 2,39 mm

80-100
No. 16 1,19 mm

50-85
No. 30 0,19 mm

25-65
No. 50 0,297 mm

10-30
No. 100 0,149 mm

5-10
No. 200 0,074 mm

0-5

4. Air :
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat yang
dapat merusak beton baja bertulang. Dalam hal ini sebaiknya digunakan air bersih yang dapat
diminum, atau seperti NI - 2 pasal 6 Bab 3.
5. Baja tulangan :
a. Baja tulangan yang digunakan adalah baja polos dan baja ulir dimana harus memenuhi
persyaratan SKNI, dengan tegangan leleh karakteristik (Tau) = 2400 kg/cm2 atau baja U 24,
(Tau) = 3900 kg/cm2 atau baja U39, pemberi tugas atau konsultan, pengawas bila diperlukan,
akan melakukan pengujian test tegangan tarik-putus dan Bending untuk setiap 10 ton baja
tulangan, atas biaya pemborong.
b. Batang-batang tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara langsung dan dihindari
akan penimbunan baja tulangan diudara terbuka.
c. Kawat ikat berukuran minimal 1 mm.
d. Batang-batang tulangan yang berlainan ukurannya harus ditimbun pada tempat terpisah dan
diberi tanda yang jelas.

6. Bahan pencampur :
a. Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
b. Apabila akan digunakan bahan pencampur, pemborong harus mengadakan percobaan-percobaan
perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan pencampur (admixture) tersebut.
7. Cetakan Beton :
Dapat menggunakan kayu kelas II dengan ketebalan minimal 3 cm, atau multiplek tebal minimal 18
mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam SKSNI jarak
rangka kayu harus disetujui Konsultan Pengawas.

4. MUTU BETON
Bahan beton yang menggunakan sitemix bisa memakai proporsi campuran beton dengan perbandingan
berat yang telah ditentukan untuk masing-masing jenis pekerjaan.
Apabila dalam pelaksanaannya menggunakan beton readymix maka mutu beton yang digunakan adalah
1. Mutu beton untuk Konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan karakteristik
sebagai berikut :
Mutu beton Jenis Pekerjaan


K 225 Semua struktur beton

2. Slump (kekentalan beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan SKSNI adalah sebagai berikut :

Jenis Konstruksi
Slump
maks. (cm)
Slump
min. (cm)
Pelat & Dinding Pondasi telapak 12,5 5,0
Pelat, Balok & Dinding, Kolom 15,0 7,5
Pelat diatas tanah/pergeseran
jalan
7,5 5,0

3. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekwensi getaran tinggi, maka harga tersebut diatas
dapat dinaikan sebesar 50 % dengan catatan tidak boleh melebihi 15 cm.

5. PERCOBAAN PENDAHULUAN
1. Pemborong harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup untuk
menetapkan dan mengawasi jumlah takaran dari masing-masing bahan pembentukan beton dengan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari material-material harus
dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan seluruh operasi harus dikontrol dan diawasi terus
menerus oleh seorang inspektor yang berpengalaman dan bertanggung jawab .
3 Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Bacth Mixer atau Portable Continous
Mixer). Mesin pengaduk harus betul-betul kosong sebelum menerima bahan-bahan dari adukan
selanjutnya dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
4. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit sesudah semua bahan
ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m3
dan Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan
bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan kekentalan dan warna
yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam
setiap adukan
5 Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Air harus dituang
terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan
pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi
beton yang dikehendaki.

6. PERSIAPAN PENGECORAN
1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan bebas dari
kotoran-kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton harus
sudah terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi dengan air
sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang akan
dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
3. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang tersebut harus disapu dengan spesi mortar dengan
susunan yang sama seperti adukan beton dan air harus dibuang dari semua bagian-bagian yang akan
dicor.
4. Pemborong harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin pengecoran diberikan
oleh Konsultan Pengawas.
5 Apabila pengecoran tidak memakai begisting kayu maka dasar permukaan yang akan dicat harus
diberi beton dengan adukan 1 pc : 3 ps : 5 krk setebal 5 cm.

7. ACUAN / CETAKAN BETON / BEGISTING
1. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.Cetakan harus sesuai
dengan bentuk, ukuran batas-batas dan bidang dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak boleh
bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelonggaran dari
penyangga harus menggunakan Multiplex.
2. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubang-lubang atau
terjadi lendutan. Sehubungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah Horisontal dan
Vertikal, terutama untuk permukaan beton yang tidak di finish ( exposeconcrete ) .
3. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan penunjang
seperti yang dibutuhkan tanpa adanya overstress atau perpindahan tempat pada beberapa bagian
konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus kuat dan kaku untuk menunjang berat
sendiri dan beban yang ada diatasnya selama pelaksanaan.
4. Penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya, kekuatan dan tidak akan
terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang. Permukaan cetakan harus bersih dari
segala macam kotoran, dan diberi form oil untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
Pelaksanaanya harus berhati-hati agar tidak terjadi kotak dengan baja tulangan yang dapat
mengurangi daya lekat beton dan dengan tulangan.
5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan terlulis dari Konsultan Pengawas, atau jika beton
telah melampaui waktu sebagai berikut :
a. Bagian sisi balok 48 jam
b. Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
c. Balok dengan beban konstruksi 21 hari
d. Plat lantai 21 hari
6. Dengan persetujuan Konsultan Pengawas cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila hasil pengujian
dari benda uji yang menpunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya, telah mencapai 75% dari
kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan oleh Konsultan Pengawas, tidak
mengurangi atau membebaskan tanggung jawab Pemborong tehadap kerusakan yang timbul akibat
pembongkaran cetakan.
7. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan cacat pada
permukaan beton dan dapat menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang dicetak.
8. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Pemborong wajib
mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.
9. Permukaan beton harus bersih dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian konstruksi yang
terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan sebelum pengurugan dilakukan.
10. Untuk permukan beton yang diharuskan exposed, maka pemborong wajib memfinishnya tanpa
pekerjaan tambah.

8.

PENGANGKUTAN DAN PENGECORAN

1. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara pengadukan dan

pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi perbedaan pengikatan yang menyolok

antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.

2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan, maka harus

dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

3. Pemborong harus memberitahukan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum

pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran beton berkaitan

dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa

Pemborong akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.

4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat telah

melampaui 1,5 jam, dan waktu ini dapat berkurang, bila Konsultan Pengawas menganggap perlu

berdasarkan kondisi tertentu.

5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya pemisahan material

(segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti

talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan alat-alat

tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.

6. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m. Bila memungkinkan
sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan
yang baru dituang.
7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami initial set atau yang telah
mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena getaran, penggetaran harus
bersamaan dengan penuangan beton.
8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai kerja
setebal 5 cm, agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan mencegah penyerapan air semen
oleh tanah /pasir secara langsung.
9. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara, sedang beton sudah menjadi keras dan tidak
berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitance) dan
partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton yang
padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan
harus dibersihkan.
10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran dari suatu
bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak dilaksanakan, kecuali atas
persetujuan Konsultan Pengawas dapat dilaksanakan pada malam hari dengan ketentuan bahwa
sistem penerangan sudah disiapkan dan memenuhi syarat, serta penyiapan tenda-tenda untuk
menjaga terjadi hujan.

9. PEMADATAN BETON
1. Pemborong bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan penuangan beton
dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa perlu penggetaran secara
berlebih.
2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan Mechanical Vibrator dan dioperasikan oleh
orang yang berpengalaman.
Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan Over Vibration dan tidak
diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton.
Hasil beton harus merupakan masa yang utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi atau keropos.
3. Pada daerah penulangan yang rapat , penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang
mempunyai frekwensi tinggi (rpm tinggi) untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.
4. Dalam hal penggunaan vibrator, maka slump dari beton boleh melebihi 12,5.
5. Jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan vertikal, tetapi dalam keadaan khusus boleh
miring 45 derajat dan jarum vibrator tidak boleh digerakkan secara horizontal.
6. Alat penggetar tidak boleh disentuh pada tulangan-tulangan, terutama pada tulangan yang telah
masuk pada beton yang telah mulai mengeras, serta berjarak minimal 5 cm dari bekisting.
7. Setelah sekitar jarum nampak mengkilap, maka secara perlahan-lahan harus ditarik, hal ini tercapai
setelah bergetar 30 detik (maksimal).

10. PENYAMBUNGAN KONSTRUKSI DAN DILATASI
1. Rencana atau schedule pengecoran harus disiapkan untuk penyelesaian satu konstruksi secara
menyeluruh, termasuk persetujuan letak Construction joints (sambungan konstruksi).
Dalam keadaan tertentu dan mendesak, Konsultan Pengawas dapat merubah letak Construction
joints tersebut .
2. Permukaan Construction joints harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas seluruh permukaan
sampai didapat permukaan beton yang padat.
3. Construction joints harus diusahakan berbentuk garis miring. Sedapat mungkin dihindarkan adanya
Construction joints tegak, kalaupun diperlukan maka harus dimintakan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
Bila Construction joints tegak diperlukan, maka tulangan harus menonjol sedemikian rupa sehingga
didapatkan suatu struktur yang monolit.

4. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan diberi lapisan grout segera
sebelum beton dituang.
5. Untuk penyambungan beton lama dan baru, harus menggunakan bahan additive Bonding Agent
(lem beton) yang disetujui konsultan pengawas.
6. Dilatasi antar kolom atau balok menggunakan Stereofon dan Sealant.

11. BAJA TULANGAN
1. Semua baja tulangan yang dipakai adalah tulangan besi polos, harus bersih dari segala macam
kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain yang akan merusak mutu beton.
2. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan harus sesuai dengan
persyaratan dalam SKSNI T 15-1991
3. Selimut beton harus mempunyai ketebalan minimal sebagai berikut :

Bagian konstruksi Tebal selimut beton (cm )

Pelat 2,0 cm
B a l o k 2,5 cm
K o l o m 2,5 cm
Sloof dan Pondasi 3 cm

12. BENDA -BENDA YANG TERTANAM DALAM BETON
1. Semua angkur, baut, pipa dan benda-benda lain yang diperlukan tertanam dalam beton, harus terikat
dengan baik pada cetakan sebelum pengecoran.
2. Benda-benda tersebut harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat dan kotoran-kotoran lain pada
saat mengecor
3. Sebelum dilakukan pengecoran pipa-pipa harus sudah diuji dengan baik, baru boleh dicor.

13. PENYELESAIAN BETON
1. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus tanpa ada bagian-bagian yang
membekas pada permukaan. Ujung-ujung atau sudut-sudut harus berbentuk penuh dan tajam.
2. Bagian-bagian yang rapuh, kasar, berlubang, dan tidak memenuhi persyaratan harus segera diperbaiki
dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan adukan beton yang sesuai baik kekuatan
maupun warnanya untuk kemudian diratakan. Bila diperlukan, seluruh permukaan beton dihaluskan
dengan ampelas, carborondum atau gurinda.
3. Permukaan pekerjaan beton harus mempunyai bentuk jadi yang rata. Toleransi kerataan pada
permukaan lantai tidak boleh melampaui 1cm dalam jarak 10 m. Tidak dibenarkan untuk menaburkan
semen kering pada permukaan beton dengan maksud menyerap kelebihan air.

14. PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON
1. Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Setelah pengecoran dan selesai, permukaan beton yang tidak tertutup oleh cetakan harus
tetap dijaga kelembabannya dengan jalan membasahi secara terus menerus selama 7 (tujuh) hari.
2. Permukaan-permukaan beton yang dibongkar cetakannya sedang masa perawatan beton belum
dilampaui, harus dirawat dan dilindungi seperti tersebut pada ayat (1) dan tidak boleh tertindih barang
atau terinjak langsung pada permukaan beton.
3. Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan belum dibongkar, selama masa
perawatan beton harus selalu dibasahi untuk mengurangi keretakan dan terjadinya celah-celah pada
sambungan.
4. Lantai beton atau permukaan beton lainnya yang tidak disebut di atas, harus dirawat dengan jalan
membasahi atau menutupi dengan membran yang basah.

15. PENGUJIAN BETON
1. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam SKSNI dan minimum memenuhi
persyaratan seperti yang tersebut dalam ayat berikut.
2. Untuk setiap jenis beton harus dibuat satu pengujian, yang dikerjakan dalam satu hari dengan volume
sampai sejumlah 5 m3, atau 2 benda uji.
3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji berbentuk kubus 15 x 15 x 15 cm. Satu
benda uji akan dites pada umur 28 hari dan hasilnya segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas,
sedangkan 3 (tiga) benda uji lainnya hasil rata-rata dari ketiga spesimen tersebut. Batas kekuatan
beton rata-rata harus sama atau lebih dari kekuatan karakteristik 225 kg/cm2 untuk mutu beton K
225, tidak boleh ada satu benda uji yang hasil tesnya lebih kecil dari = 160 kg/cm2.
4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi ditinggal dilapangan, dibiarkan mengalami
proses perawatann yang sama dengan keadaan sebenarnya.
5. Kubus-kubus yang baru dicetak disimpan pada tempat yang bebas getaran dan ditutup dengan karung
basah selama 24 jam.

16. SUHU / TEMPERATUR
1. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh lebih dari 32 derajat Celsius. Bila suhu dari beton yang
ditaruh berada antara 27 derajat dan 32 derajat Celsius, maka beton harus diaduk ditempat pekerjaan
dan langsung dicor.
2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat mengakibatkan suhu beton melebihi
dari 32 derajat Celsius, maka pemborong harus mengambil langkah-langkah yang efektif, umpamanya
mendinginkan agregat atau mengecor pada waktu malam hari.




1. LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 12
PASANGAN BATU BATA
Bagian ini meliputi hal-hal mengenai pengadaan bahan-bahan dan pemasangan semua pekerjaan
pasangan batu bata seperti yang tertera pada gambar.
Pelaksanaan pemasangan harus benar-benar mengikuti garis-garis ketinggian, bentuk-bentuk seperti
yang terlihat dalam gambar-gambar persyaratan disini.

2. BAHAN-BAHAN
1. Bata harus baru, terbakar, keras, terbuat dari tanah liat yang terpilih sesuai dengan persyaratan
berlaku.
Bilamana tidak terdapat bahan yang sesuai standar tersebut diatas, maka Konsultan Pengawas dapat
menentukan jenis-jenis lain yang ada dipasaran lokal dengan persyaratan-persyaratan yang
ditentukannya.
2. Adukan/ spesi untuk seluruh dinding bata harus berupa campuran 1 semen : 5 pasir.
Spesi khusus berupa "trasraam" dengan campuran 1 semen : 2 pasir digunakan mulai permukaan
beton sloof sampai setinggi 20 cm diatas pemukaan lantai.
3. Contoh bahan yang diusulkan untuk dipakai harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan
Persetujuan atas bahan-bahan tersebut harus sudah didapat sebelum bahan yang dimaksud dibawa
ke lapangan kerja untuk dipasang. Pengambilan contoh atas bahan-bahan yang telah berada
dilapangan akan dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan Konsultan Pengawas guna
keperluan pengujian.
Bahan yang tidak sesuai akan ditolak dan segera disingkirkan dari lapangan.

3. PENGERJAAN DAN PENYIMPANAN
Bahan-bahan untuk pekerjaan pasangan harus disimpan dengan cara-cara yang disetujui Konsultan
Pengawas, untuk menghindarkan dari segala hal yang dapat mengakibatkan kerusakan terhadap bahan
tersebut.

4. PELAKSANAAN
Pemasangan batu bata yang dilaksanakan harus dipasang rata, tegak dan lajur dan penaikannya diukur
tepat dengan tiang lot, dan kecuali bilamana tidak diperlihatkan dalam gambar-gambar maka setiap lajur
naik, bata harus putus sambungan dengan lajur bawahnya. Sebelum pekerjaan pemasangan dilaksanakan
bata/ batako harus direndam/ dibasahi dengan air dahulu. Beton untuk sloof, kolom praktis dan
ringbalk dipasang untuk setiap luas dinding maksimum 12 m2. Sesuai jam kerja, seluruh lajur pasangan
batu bata yang belum selesai, harus ditutup (dilindungi) dengan kertas semen, atau dengan cara-cara
lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.





1. LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 13
PLESTER DAN ADUKAN
Dalam hal ini meliputi seluruh pekerjaan plester dan adukan seperti yang dijelaskan dalam gambar-
gambar pelaksanaan.

2. BAHAN-BAHAN
Semua bahan yang digunakan dalam pekerjan ini terdiri dari :
1. P a s i r
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur atau campuran-
campuran lain.
2. Portland cement
Portland cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang membantu dan dalam zak
yang tertutup seperti yang disyaratkan. Hanya sebuah merk dari satu jenis semen yang boleh dipakai
dalam pekerjaan.
3. A i r
Air harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti, minyak, asam, dan unsur organik
kecuali ditunjukkan lain, Pemborong harus menyediakan air kerja atas biaya sendiri.

3. PERENCANAAN
1. Campuran Adukan dan Plester
Perbandingan adukan dan pengetesannya dapat dilaksanakan dalam waktu 1 minggu dan tidak ada
penambahan waktu lagi untuk itu.
1.1. Plester/ adukan dengan campuran 1pc:5ps digunakan pada daerah-daerah seluruh dinding bata
seperti ditunjukkan dalam gambar.
2. A c i a n
Acian dibuat dalam campuran 1pc:2air (volume) dan digunakan hanya pada dinding-dinding yang akan
di cat.

4. PELAKSANAAN
1. U m u m
Pergunakan mesin-mesin pengaduk (molen) dan peralatan yang memadai. Bersihkan semua
permukaan yang akan diplester dari bahan-bahan yang akan merusak plesteran dan disiram air
hingga jenuh.
Pekerjaan plesteran harus rata sesuai perintah Pengawas, dengan tebal plesteran, kecuali bila
dinyatakan lain adalah 20 mm dengan toleran minimum 15 mm dan maksimum 25 mm.

2. Pencampuran
Membuat campuran adukan/ plester tanpa mesin pengaduk hanya dapat dilaksanakan bila ada izin dari
Pengawas.
3. Pelaksanaan Adukan/ Plesteran
1. Adukan pasangan bata: lihat Pekerjaan Pemasangan Bata.
2. Plesteran.





1. LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 14
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya
untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.

2. PERSYARATAN BAHAN
1. Lantai keramik yang digunakan :
- Jenis : * Ceramic Tile ukuran : 40X40 cm, (atau sesuai petunjuk dalam bestek).
* Ceramic Tile ukuran : 20X20 cm, (atau sesuai petunjuk dalam bestek).
* Keramik untuk lantai, yang digunakan adalah produk sekualitas Mulia,
* Lantai rabat beton
- Bahan Pengisi : Grout semen berwarna/ IGI grout.
- Bahan Perekat : Adukan spesi 1 pc : 3 pasir pasang.
- W a r n a : Ditentukan kemudian.
2. Paving Block natural
3. Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-contohnya
kepada Konsultan Pengawas.

3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1. Sebelum dimulai pekerjaan Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing mengenai pola keramik.
2. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan bernoda.
3. Adukan pasangan/ pengikat dengan aduk campuran 1 pc : 3 pasir pasang dan ditambah bahan
perekat seperti yang disyaratkan atau dapat pula digunakan acian PC murni dan ditambah bahan
perekat.
4. Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak mengandung asam alkali)
sampai jenuh.
5. Hasil pemasangan lantai keramik harus merupakan bidang permukaan yang benar-benar rata, tidak
bergelombang, dengan memperhatikan kemiringan didaerah basah dan teras.
6. Pola, arah dan awal pemasangan lantai keramik harus sesuai gambar detail atau sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas.
7. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-siar), harus sama lebar dan sama
dalamnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk sudut siku yang saling berpotongan
tegak lurus sesamanya.
8. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar yang bermutu baik, dari bahan seperti yang telah disyaratkan
diatas.Warna sama dengan keramik yang dipasang.
9. Pemotongan unit-unit keramik tiles harus menggunakan alat pemotong keramik khusus sesuai
persyaratan dari pabrik.
10.Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda pada permukaan
keramik, hingga betul-betul bersih.
11.Keramik yang terpasang harus dibersihkan dari sentuhan/ beban selama 3x24 jam dan dilindungi dari
kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain.
12.Keramik plint terpasang siku terhadap lantai, dengan memperhatikan siar-siarnya bertemu siku
dengan siar lantai dan dengan ketebalan siar yang sama pula.

PASAL 15
PEKERJAAN PELAPIS DINDING

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pelapis dinding dipasang pada dinding di daerah daerah yang ditunjukkan dalam gambar.

2. BAHAN-BAHAN
1. Keramik
Keramik yang dipergunakan adalah keramik berukuran 20x25cm, 5x20cm, 10x40cm, keramik motif
batu alam produksi dalam negeri. Warna akan ditentukan kemudian.
2. Batu templek hitam
Batu templek hitam yang dipergunakan adalah Batu muka Hitam yang beraturan kualitas baik.
3. Adukan
Adukan terdiri dari 1 pc : 3 pasir. Bahan perekat keramik yang akan dipergunakan untuk pemasangan
pada dinding adalah Portland Cement biasa yang disetujui Ahli.

4. Air
Air harus bersih dan bebas dari asam, alkali dan organik lainnya.
5. Contoh-contoh
Sebelum diadakan pemasangan Pemborong diharuskan memberikan contoh bahan-bahan yang akan
dipakai untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.

3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1. Pada permukaan dinding beton/bata merah yang ada, keramik dapat langsung diletakkan, dengan
menggunakan perekat spesi 1 pc : 3 pasir, diaduk baik memakai larutan supercement, jumlah
pemakaian adalah 1 % dari berat semen yang dipakai dengan tebal adukan tidak lebih 1,5 cm atau
bahan perekat khusus, dengan memperhatikan sehingga mendapatkan ketebalan dinding seperti
tertera pada gambar.
2. Keramik yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, warna, motif keramik harus sama
tidak boleh retak, gompal atau cacat lainnya.
3. Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus untuk itu, sesuai petunjuk pabrik.
4. Sebelum keramik dipasang, keramik terlebih dahulu harus direndam air sampai jenuh.
5. Pola keramik harus memperhatikan ukuran/letak dan semua peralatan yang akan terpasang di
dinding seperti : panel, stop kontak, lemari gantung dan lain-lain yang tertera di dalam gambar.
6. Ketinggian peil tepi atas pola keramik disesuaikan gambar.
7. Awal pemasangan keramik pada dinding dan kemana sisa ukuran harus ditentukan, harus dibicarakan
terlebih dahulu dengan Pengawas sebelum pekerjaan pemasangan dimulai.
8. Bidang dinding keramik harus benar-benar rata, garis-garis siar harus benar-benar lurus. Siar arah
horizontal pada dinding yang berbeda ketinggian peil lantainya harus merupakan satu garis lurus.
9. Keramik harus disusun menurut garis-garis lurus dengan siar sebesar 4-5 mm setiap perpotongan siar
harus membentuk dua garis tegak lurus. Siar-siar keramik diisi dengan bahan pengisi siar
sehingga membentuk setengah lingkaran seperti yang disebutkan dalam persyaratan bahan dan
warnanya akan ditentukan kemudian.
10.Pembersihan permukaan ubin dari sisa-sisa adukan semen hanya boleh dilakukan dengan
menggunakan cairan pembersih untuk keramik seperti "Porstex" buatan lokal atau sejenis.
11.Nat-nat pada pemasangan keramik harus diisi dengan bahan supergrout.




1. LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 16
PEKERJAAN KAYU HALUS
Bagian ini mencakup hal-hal mengenai pengadaan dan pengerjaan Pintu, rangka plafond, list plafond,
rangka partisi.

2. BAHAN-BAHAN
1. Kayu pada umumnya harus kering, baik kering alami ataupun proses (dry kiln).
2. Kayu-kayu harus mempunyai 4 (Empat) sisi permukaan yang rata dan lurus dalam ukuran-ukuran
yang sesuai dengan persyaratan dalam gambar.
Kayu-kayu harus utuh, tanpa cacat atau cela seperti mata kayu, lubang-lubang dan sebagainya. Kayu-
kayu harus dikerjakan mengikuti pola-pola seperti yang tertera pada gambar-gambar atau yang
disyaratkan atau atas petunjuk ahli.
3. Kayu dari kelas awet II, kelas kuat II.
4. Pengikat-pengikat
Pengikat berupa paku, mur baut, kawat, sekrup dan lain-lain harus digalvanisir.
5. Contoh-contoh
Pemborong harus mengajukan contoh dari bahan yang akan dipakai untuk mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas.

3. UKURAN-UKURAN DAN KONDISI
Kayu-kayu harus mempunyai 4 (Empat) sisi permukaan yang rata dan lurus-lurus dalam ukuran-ukuran
yang sesuai dengan persyaratan digambar-gambar.
Kayu-kayu harus utuh, tanpa cacat atau cela seperti mata kayu, lubang-lubang dan sebagainya.
Kayu-kayu harus dikerjakan mengikuti pola-pola seperti yang tertera pada gambar-gambar atau yang
dipersyaratkan atau atas petunjuk Ahli.

4. PERLINDUNGAN
Bahan cat yang dipakai sesuai Bab Pekerjaan Cat.

5. PENGERJAAN
Semua pengerjaan harus dilaksanakan oleh tukang-tukang kayu terbaik dengan standard pengerjaan
yang disetujui Konsultan Pengawas. Untuk profil panjang seperti kusen dan sebagainya mesin-mesin.
Rangka-rangka dibuat harus sesuai dengan gambar atau menurut kebiasaan yang baik disetujui
Konsultan Pengawas. Semua lubang-lubang/ cacat ditempat bekas paku, baut dan permukaan
sambungan-sambungan dan lain-lain harus ditutup dengan dempul/ sealer hingga rapih kembali.

PASAL 17
PEKERJAAN KUDA KUDA & ATAP

A. PEKERJAAN KUDA-KUDA KONTRUKSI BESI
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan konstruksi baja seperti tercantum dalam gambar, termasuk
penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan Baja dan alat-alat bantu lainnya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan dengan baik.

2. PERATURAN-PERATURAN
1. Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan digunakan
peraturan sebagai berikut :
1. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1984.
2. American Institute of Steel Construction Specification 1980
3. American Society for Testingand Materials
4. American Welding Society Structural Welding Code
5. Persyaratan Umum bahan bangunan Indonesia (PUBI 1982)
6. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat

a. Perhitungan volume (berat) dari Konstruksi Baja harus dihitung berdasarkan volume (berat) netto
sesuai gambar struktur. Berat sisa atau waste akibat pemotongan atau pembentukan element -
element Konstruksi Baja tidak boleh dimasukan dalam perhitungan volume, melainkan (kalau ada)
dimasukan dalam harga satuan.

b. Material Baja
1. Semua material untuk Konstruksi Baja harus menggunakan baja yang baru dan merupakan Hot
Rolled Struktural Steel dan memenuhi mutu Baja ST 37 (PPBBI-83) atau ASTM A 36 atau SS 41
(JIS.U 3101-1970), dan ex Krakatau Steel (fy = 240 Mpa).
2. Semua material Baja harus baru, bebas/ bersih dari karat, lobang-lobang dan kerusakan lainnya.
Semua material Baja tersebut harus lurus, tidak terpuntir, tidak ada tekukan-tekukan, serta
memenuhi syarat toleransi seperti pada butir 5 dibawah ini.
3. Semua material harus disimpan rapi dan diletakan diatas papan atau balok-balok kayu untuk
menghindari kontak langsung dengan permukaan tanah, sehingga tidak merusak material. Dalam
penumpukan material harus dijaga agar tidak rusak, bengkok.
4. Direksi/ Pengawas akan menolak material-material baja yang tidak memenuhi syarat-syarat
tersebut diatas dan tidak diperkenankan untuk difabrikasi.

c. Penggantian Profil/ Penampang
1. Pada Prinsipnya dalam tahap design, profil-profil/ penampang yang digunakan adalah profil-profil/
penampang yang ada dipasaran
2. Apabila ternyata salah satu atau beberapa profil yang tergambar dalam gambar struktur tidak ada
dipasaran, maka pemborong dapat menggantikan profil tersebut dengan profil yang lain dengan
mengajukan secara tertulis kepada Direksi/Pengawas lengkap dengan perhitungan yang
menunjukan bahwa profil pengganti tersebut sama atau lebih kuat dari profil yang digantikan.
3. Selain segi kekuatan tersebut, maka harus diperhatikan juga masalah-masalah apakah profil
pengganti tersebut mengganggu design Ars, sehubungan dengan tinggi/ lebar profil pengganti.
Dengan adanya perubahan profil, maka tidak ada perubahan dalam biaya maupun Time Schedule.

d. Toleransi
1. Pada Prinsipnya toleransi material yang belum dibuat maupun yang sudah dibuat dan terpasang
harus memenuhi AISC (American Institute of Steel Construction) Bab Standard Mill Practice hal
1-121
2. Pemborong harus membaca persyaratan toleransi tersebut sebagai bagian dari spesifikasi Teknis
Konstruksi Baja ini. Direksi/ Pengawas dengan tegas akan menolak setiap profil-profil dan
pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan toleransi tersebut.

e. Perubahan System Sambungan
1. Apabila Pemborong berpendapat, untuk memudahkan pelaksanaan atau erection atau alasan
lainnya, maka pemborong dimungkinkan untuk mengajukan system sambungan lain yang tidak
sama dengan gambar rencana.
2. Usulan system sambungan tersebut harus diajukan lengkap dengan gambar dan perhitungan
system sanbungan pengganti untuk diperiksa dan disetujui Konsultan Perencana Struktur (4copy)
3. Tidak ada perubahan biaya apapun akibat perubahan sistim sambungan yang diusulkan
pemborong dan pemborong tetap mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan Time Schedule semula.

f. Syarat-syarat pelaksanaan
1. Gambar Kerja (Shop Drawing).
2. sebelum pelaksanaan dimulai, pemborong harus membuat gambar-gambar kerja yang diperlukan
dan mengirim 4 copy gambar kerja untuk diperiksa dan di setujui Direksi/Pengawas, bilamana
disetujui, 2 set gambar akan dikembalikan kepada Pemborong untuk dapat dimulai pekerjaan. Satu
set gambar disimpan oleh Direksi/ Pengawas.
3. Pemeriksaan dan persetujuan Direksi/Pengawas atas gambar kerja tersebut hanyalah menyangkut
segi kekuatan struktur saja.
4. Ukuran-ukuran/ dimensi-dimensi profil, ketebalan plate-plate, ukuran/ jumlah baut/ las, tebal
pengelasan. Ketepatan ukuran-ukuran panjang, lebar, tinggi atau posisi dari elemen-elemen
konstruksi Baja yang berhubungan dengan erection menjadi tanggung jawab Pemborong. Dengan
kata lain walaupun semua gambar kerja telah disetujui Direksi/ Pengawas, tidaklah berarti
mengurangi atau membebaskan pemborong dari tanggung jawab ketidak tepatan serta
kemudahan dalam erection elemen-elemen konstruksi Baja.
5. pada gambar kerja harus sudah terlihat bagian-bagian tambahan yang diperlukan untuk keperluan
montase serta cara-cara montase yang diperlukan.
6. Pemborong harus memberikan Marking Procedure yang akan dipakai kepada Direksi/ Pengawas
untuk disetujui.
7. Semua Konstruksi Baja yang telah selesai dibuat harus dibedakan dan diberi kode dengan jelas
sesuai bagian masing-masing agar dapat dipasang dengan mudah. Kode-kode tersebut ditulis
dengan cat agar tidak mudah terhapus.
8. Plat-plat sambungan dan lain-lain bagian elemen yang diperlukan untuk sambungan-sambungan
dilapangan, harus dibuat/ diikat sementara dulu pada masing-masing elemen dengan tetap diberi
tanda-tanda.

g. Pengelasan
1. Umum
1. Secara Prinsip semua yang berhubungan dengan pekerjaan pengelasan antara lain cara
pelaksanaan, teknik pengelasan, kualifikasi tukang las, operator las/ tack welder, inspection/
testing, toleransi, perbaikan las dan lain-lain harus memenuhi standart dan ketentuan-
ketentuan pengelasan.
2 Peralatan-peralatan pengelasan harus selalu ada baik di Workshop Pemborong maupun
dilapangan.

h. Kawat Las
1. Kawat las yang dipakai harus memenuhi standart dan ketentuan-ketentuan yang telah dapat
persetujuan dari Direksi/ Pengawas.
2. Kawat las yang sudah dibuka dari bungkusnya harus dilindungi atau disimpan sedemikian rupa
sehingga karakteristik atau sifatnya tidak berubah.
3. Setelah bungkus dibuka kawat las tidak diperbolehkan dibiarkan diudara terbuka melebihi max 4
jam. Kawat las yang dibiarkan diudara terbuka melebihi 4 jam tidak boleh digunakan untuk
pengelasan.
4. Kawat las yang basah/ terkena air sama sekali tidak boleh digunakan walaupun lewat pemanasan
oven ulang.

i. Mesin Las
1. Mesin las yang digunakan harus masih berfungsi dengan baik antara lain menghasilkan arus arus
yang kontinyu dan stabil.
2. Tenaga listrik mesin las harus berasal dari Genset yang dilengkapi dengan panel pembagi dan
travo las sehingga besarnya arus/ ampere dapat dikontrol/ diatur sesuai kebutuhan.

j. Pelaksanaan pengelasan
1. Pengelasan tidak boleh dilakukan pada keadaan dimana permukaan/ bagian yang hendak dilas
basah atau terexpose terhadap hujan, salju atau angin kencang atau keadaan dimana tukang-
tukang las/ welder bekerja pada kondisi cuaca buruk.
2. Ukuran kawat las, panjang lengkungan, voltage dan ampere mesin las harus disesuaikan dengan
type groove, posisi pengelasan. Besar arus harus sesuai dengan range yang diperbolehkan oleh
pembuat elektrode/ kawat las yang bersangkutan.
3. Bidang-bidang permukaan yang akan dilas harus rata, uniform, bebas dari sirip-sirip/ fins, bebas
dari retakan dan ketidak sempurnaan lainnya yang akan mempengaruhi kualitas las.
4. Bidang bidang permukaan yang akan dilas juga harus bebas dari mill scale tebal atau mill scale
yang lepas, slag, karat, kelembapan, lemak dan material-material lainnya yang akan mengganggu
proses pengelasan dan atau menghasilkan asap pengelasan yang mengganggu kesehatan.
5. Dalam asembling dan penyambungan bagian-bagian yang dilas maka harus dilakukan procedure
dan urutan sedemikian sehingga dapat dihindarkan semaksimal mungkin terjadinya distorsi dan
penyusutan/ shrinkage dari bagian-bagian yang dilas.
6. Pemborong harus mengajukan kepada Direksi/ Pengawas urutan pengelasan dan pengontrolan
yang diperkirakan akan menimbulkan distrosi dan penyusutan bagian-bagian yang akan dilas.
7. Profil penampang las/ weld profile dapat sedikit cekung/ cembung asalkan memenuhi syarat.

8. Bagian-bagian yang mengalami distorsi harus diluruskan dengan cara mekanis atau cara
pemanasan lokal.
9. Pendempulan/ chaulking terhadap pengelasan sama sekali tidak diperbolehkan.
10. Percikan-percikan las yang merusak permukaan plat atau bagian-bagian lainnya harus dicegah.
11. Cacat atau noda akibat percikan las harus digrinda/ dihaluskan kembali.
12. Kerak juga harus dibersihkan dari semua permukaan las yang sudah selesai.
13. Las dan bagian sekitarnya harus dibersihkan dengan cara disikat atau cara lain yang disetujui oleh
Direksi/ Pengawas.
14. Permukaan las yang sudah dibersihkan tidak boleh dicat sebelum mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi/ Pengawas.

k. Pengecatan
1. Persiapan pengecatan
a. Semua permukaan konstruksi baja sebelum dicat harus bebas dari ;
b. Lapisan mill, yaitu lapisan tipis mengkilap yang berasal dari rolling mill.
c. Karat
d. Minyak Oli
e. Dan lain-lain.
2. Setelah diadakan persiapan pengecatan seperti tersebut diatas, maka setelah dibuat, elemen
Konstruksi Baja dicat dasar I dilakukan sebagai berikut :
Type Cat : Setara Zincromate
Merek : Setara Dulux Quick Driying Universal Premier
Ketebalan : 35 Micron
Cat dasar I tersebut harus dilakukan di Workshop/ Pabrik, minimal 1 lapis atau sampai memperoleh
hasil pengecatan yang sama rata tebalnya.
3. Cat dasar II dilakukan setelah erection dengan ketentuan sebagai berikut :
Type Cat : Setara Zincromate
Merek : Setara Dulux Undercoat Ex.ICI Paint Indonesia
Ketebalan : 35 Micron
4. Cat dasar II baru boleh dilakukan setelah cat dasar I betul-betul kering dan diamplas, minimal 1
lapis atau sampai memperoleh hasil pengecatan yang sama rata tebalnya.
Apabila cat dasar II dilakukan sebelum cat dasar I mengering dengan baik sehingga timbul
bentolan-bentolan pada permukaan cat, maka Direksi/ Pengawas akan memerintahkan Pengawas
agar Cat dasar II tersebut diamplas dan dilakukan lagi pengecatan Cat Dasar II atas beban
Pemborong.
5. Cat Finish
Cat finish dilakukan 2 (dua) kali dengan ketentuan sebagai berikut :
Cat Finish I :
Jenis Cat : Setara Marine
Produk : Setara DanaPaint
Ketebalan : 30 Micron
Cat Finish II :
Jenis Cat : Setara Marien
Produk : Setara Danapaint
Ketebalan : 30 Micron
Sama seperti cat dasar I dan II, maka cat finish I maupun Cat finish II baru boleh dilakukan setelah
lapisan cat-cat sebelumnya betul-betul kering dan diamplas.
Direksi/ Pengawas akan memerintahkan pengecatan ulang pada setiap lapisan cat yang tidak
memenuhi persyaratan tersebut atas biaya Pemborong.

B. PEKERJAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke lapangan, perangkaian (assembling) dan ereksi (erection)
seluruh pekerjaan pemasangan baja ringan seperti tercantum dalam gambar kerja meliputi :
a. Kontruksi kuda-kuda ( Straus )
b. Pekerjaan reng (Batten)
c. Pekerjaan Jurai (Valley gutter)
Lingkup pekerjaan tidak meliputi:
a. Pemasangan atap
b. Pemasangan kap finishing atap
c. Talang selain talang jurai dalam
d. Assesoris atap

2. PERSYARATAN BAHAN
Material struktur rangka atap
a. Properti mekanis baja (Steel Mechanical Properties):
Baja Mutu Tinggi G550
Tegangan Leleh minimum (Minimum Yield Strength) : 550 Mpa

Modulus Elastisitas : 2.1 x 10
5
Mpa
Modulus Geser : 8 x 10
4
Mpa
b. Lapisan pelindung terhadap korosi (Protective Coating) :
Lapisan pelindung seng dan alumunium (Zincalume) dengan komposisi sebagai berikut :
55 % Alumunium (al)
43.5 % Seng (Zinc)
1.5 % Silicon (Si)
Ketebalan pelapisan : 50 gr/m
2
150 gr/m
2
(AZ 50 AZ 150)
c. Profil Material :
Rangka Atap
Profil yang digunakan untuk rangka atap adalah profil top hat (U terbalik).
Reng (Batten)
Profil yang digunakan reng adalah profil top hat (U terbalik).
a. TS.41.055 (tinggi profil 41 ,, dan tebal dasar baja 0.55 mm), berat 0.66 kg/m
b. TS. 61.100 (tinggi profil 61 mm dan tebal dasar baja 1.00 mm), berat 1,54 kg/m
c. TS. 1.75 (tinggi profil 61 mm dan tebal dasar baja 0.75 mm), berat 1.16 kg/m
Talang jurai dalam (Valley Gutter)
Talang yang dimaksud disini adalah talang jurai dalam dengan ketebalan dasar baja 0.45 mm dan
telah dibentuk menjadi talang lembah.

2. PERSYARATAN DESAIN
a. Desain rangka atap harus didukung oleh analisis perhitungan yang akurat serta memenuhi kaidah-
kaidah teknik yang benar dalam perancangan standard batas desain struktur baja cetak dingin (Limit
state Cold Formed Steel Structure Desain)
b. Kontraktor wajib menyerahkan mill certificate (sertifikat pabrik) dari material baja yang akan
digunakan serta dokumen data-data produk.

3. PERSYARATAN PRA KONSTRUKSI
a. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggun jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang
tercantum dalam gmbar kerja. Pada prinsipnya ukuran pada gambar kerja adalah ukuran jadi finish.
b. Setiap bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang tertulis disini yang diakibatkan oleh
kekurangtelitian dan kelalaian kontraktor akan ditolak dan harus diganti. Kewajiban yang sama juga
berlaku untuk ketidakcocokan kesalahan maupun kekurangan lain akibat Kontraktor tidak teliti dan
cermat dalam koordinasi dengan gambar pelengkap dari Arsitek, Struktur, Mekanikal dan Elektrikal.
Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambah dalam hal ini harus dikerjakan atas biaya kontraktor dan
tidak dapat diklaim sebagai biaya tambah.
c. Perubahan bahan/detail karena alasan tertentu harus diajukan kepada Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis. Semua perubahan yang
disetujui dapat dilaksanakan tanpa adanya biaya tambahan yang mempengaruhi kontrak, kecuali
untuk perubahan yang mengakibatkan pekerjaan kurang, kan diperhitungkan sebagai pekerjaan
tambah kurang
d. Kontraktor bertanggungjawab atas semua kesalahan detail, pabrikasi dan ketetapan pemasangan
semua komponen struktur konstruksi baja ringan.
e. Kontraktor wajib menyerahkan sertifikat jaminan kontruksi minimal 10 tahun sejak serah terima
pekerjaan

4. PERSYARATAN KONSTRUKSI
a. Sambungan
Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk pabrikasi dan instalasi adalah baut
menakik sendiri (self drilling screw) dengan spessifikasi sebagai berikut :
1. Kelas Ketahanan Minimum : Class 2
(Minimum Corrosion Rating)

2. Ukuran baut untuk struktur rangka atap (Truss Fastener) adalag type 12-14 x 20 dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Diamater ulir : 12 Gauge (5.5 mm)
b. Jumlah ulir per inchi (Threads per insh/TPI) : 14 TPI
c. Panjang : 5/16 (8 mm hex socket)
d. Material : AISI 1022 Heat Treated Carbon Steel
e. Kuat Geser Rata-rata (shear, average) : 8.8 kN
f. Kuat tarik minimum (tensile, min) : 15.3 kN
g. Kuat Torsi minimum (torque,min) : 13.2 kN
3. Ukuran baut untuk struktur reng (batten fartener) adalah type 10-16 x 16, dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Diamater ulir : 10 Gauge (4.87 mm)
b. Jumlah ulir per inchi (Threads per insh/TPI) : 16 TPI
c. Panjang : 5/16 (8 mm hex socket)
d. Material : AISI 1022 Heat Treated Carbon Steel
e. Kuat Geser Rata-rata (shear, average) : 6.8 kN

f. Kuat tarik minimum (tensile, min) : 11.9 kN
g. Kuat Torsi minimum (torque,min) : 8.4 kN
4. Pemasangan jumlah baut harus sesuai dengan detail sambungan pada gambar kerja
5. Pemasangan baut harus menggunakan alat bor listrik 560 watt dengan kemampuan alat minimal
200o rpm
b. Sambungan
1. Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan peralatan yangs esuai, alat
potong listrik dan gunting dan telah ditentukan oleh pabrik
2. Alat potong harus dalam kondisi baik
3. Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja
4. Bagian bekas irisan harua benar-benar datar, lurus dan bersih




1. LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 18
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT/ PLAFOND
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan langit-langit yang dipasang pada bangunan sesuai dengan
gambar-gambar.

2. BAHAN-BAHAN
1. Penutup plafond
Penutup plafond menggunakan Gypsum, GRC dan jabesment. Semua bahan menggunakan harus dari
kualitas terbaik.
2. Rangka plafond
Rangka plafond menggunakan rangka besi hollow dan kayu klas II seperti tertera dalam gambar.

3. PELAKSANAAN
Pemborong harus menyerahkan rencana langit-langit kepada Konsultan Pengawas untuk persetujuannya.
Pertemuan sambungan harus rapi dan rata.
Siapkan sambungan-sambungan lubang-lubang untuk pekerjaan lain (listrik, mekanikal) pada pekerjaan
langit-langit.

4. PEMASANGAN
Lembaran Gypsum dan jabesment retak-retak tidak boleh digunakan, dan harus disingkirkan dari
lapangan pekerjaan.
Rangka langit-langit dipasang tidak lebih besar dari 50x50 cm.

5. PENYIMPANAN
Letakkan Gypsum dan jabesment yang akan dipakai di daerah yang terlindung baik dari
cuaca.Tumpukkan di atas tiga kayu penahan (alas) pada setiap panjang lembaran ini.
Tinggi tumpukkan lembaran-lembaran tidak boleh lebih dari 2 meter.
Tempat tumpukkan harus jauh dari lalu lintas kendaraan-kendaraan proyek yang mungkin mengganggu.

PASAL 19
PEKERJAAN KUSEN DAN JENDELA ALUMUNIUM

1. LINGKUP PEKERJAAN
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, kusen jendela, kusen bovenlicht seperti yang dinyatakan/
ditunjukkan dalam gambar serta shop drawing dari Kontraktor.

2. PERSYARATAN BAHAN
a. Kusen alumunium yang digunakan :
- Bahan : Dari bahan alumunium framing system. Buatan Alcan, Intalan atau setara.
- Bentuk Profil : Sesuai shop drawing yang disetujui Perencana/ Konsultan Pengawas.
Untuk kusen jendela dan curtain wall luar dibuat dengan sistem frameless.
- Warna Profil : Ditentukan kemudian (contoh warna diajukan Kontraktor).
- Lebar Profil : 10 cm (pemakaian lebar bahan sesuai yang ditunjukkan dalam gambar).
- Tebal Profil : 1.20 mm
- Pewarnaan : warna ditentukan kembali.
b. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat dari pekerjaan
alumunium serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.
c. Konstruksi kusen alumunium yang dikerjakan seperti yang ditunjukkan dalam detail gambar
termasuk bentuk dan ukurannya.
d. Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan bentuk toleransi
ukuran, ketebalan, kesi-kuan, kelengkungan dan pewarnaan yang dipersyaratkan.
e. Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi warna profil-profil harus diseleksi
secermat mungkin. Kemudian pada waktu pabrikasi unit-unit, jendela, pintu partisi dll, profil
harus diseleksi lagi warnanya sehingga dalam tiap unit didapatkan warna yang sama..

Pekerjaan memotong, punch dan drill, dengan mesin harus sedemikian rupa sehingga diperoleh
hasil yang telah dirangkai untuk jendela, dinding dan pintu mempunyai toleransi ukuran sebagai
beikut :
- Untuk tinggi dan lebar 1 mm
- Untuk diagonal 2 mm
f. Accessories
Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl, pengikat alat
penggantung yang dihubungkan dengan alumunium harus ditutup caulking dan sealant, angkur-
angkur untuk rangka/ kusen alumunium terbuat dari steel plate tebal 2-3 mm, dengan lapisan zink
tidak kurang dari (13) mikron sehingga dapat bergeser.
g. Bahan Finishing
Treatment untuk permukaan kusen jendela dan daun pintu yang bersentuhan dengan bahan
alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan lainnya harus diberi lapisan finish dari laquer
yang jernih atau anti corrosive treatment dengan insulating war-nish seperti asphaltic varnish
atau bahan insulation lainnya.

3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Sebelum memulai pelaksanaan Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-gambar dan kondisi
dilapangan (ukuran dan peil lubang dan membuat contoh jadi untuk semua detail sambungan dan
profil alumunium yang berhubungan dengan sistem konstruksi bahan lain).
b. Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai, dengan membuat lengkap
dahulu shop drawing dengan petunjuk Konsultan Pengawas meliputi gambar denah, lokasi, merk,
kualitas, bentuk dan ukuran.
c. Semua frame/ kusen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan secara fabrikasi dengan teliti
sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
d. Pemotongan alumunium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk menghindarkan penempelan
debu besi pada permukaannya. Didasarkan untuk mengerjakannya pada tempat yang aman dengan
hati-hati tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaannya.
e. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup, rivet, stap dan harus
cocok.
Pengelasan harus rapi untuk memperoleh kualitas dan bentuk yang sesuai dengan gambar.
f.. Angkur-angkur untuk rangka/kusen alumunium terbuat dari steel plate setebal 2 - 3 mm dan
ditempatkan pada interval 600 mm.
g. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti karat/stainless steel,
sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus kedap air dan memenuhi syarat
kekuatan terhadap air sebesar 1000 kg/m2.
Celah antara kaca dan sistem kusen alumunium harus ditutup oleh sealant.
h. Disyaratkan bahwa kusen alumunium dilengkapi oleh kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:
1. Dapat menjadi kusen untuk dinding kaca mati.
2. Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar, dll.
3. Sistem kusen dapat menampung pintu kaca frameless.
4.Untuk sistem partisi, harus mampu moveable dipasang tanpa harus dimatikan secara penuh
yang merusak baik lantai maupun langit-langit.
5. Mempunyai accesories yang mampu mendukung kemungkinan diatas.
i. . Untuk fitting hard ware dan reinforcing materials yang mana kusen alumunium akan kontak
dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal yang bersangkutan harus diberi lapisan
chormium untuk menghindari kontak korosi.
j. Toleransi pemasangan kusen alumunium disatu sisi dinding adalah 10-25 mm yang kemudian diisi
dengan beton ringan/grout.
k. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada ruang yang dikondisikan
hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu dapat digunakan synthetic rubber atau bahan dari
synthetic resin. Penggunaan ini pada swing door dan double door.
l. Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi sealant supaya kedap air
dan kedap udara.
m. Tepi bawah ambang kusen exterior agar dilengkapi flashing untuk penahan air hujan.




1. LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 20
PEKERJAAN KACA
1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Pekerjaan kaca meliputi seluruh detail yang disebutkan/ ditunjukkan dalam detail gambar.

2. PERSYARATAN BAHAN
1. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya mempunyai ketebalan yang
sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses tarik tembus cahaya, tarik,
gilas dan pengambangan (float glass).
2. Toleransi lebar dan panjang
Ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi seperti yang ditentukan oleh pabrik.

3. Kesikuan
Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta tepi potongan yang rata
dan lurus, toleransi kesikuan maximum yang diperkenankan adalah 1,5 mm per meter.
4. Cacat-cacat
- Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus sesuai ketentuan dari pabrik.
- Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-ruang yang berisi gas yang terdapat pada
kaca).
- Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang dapat mengganggu pandangan.
- Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah baik sebagian atau seluruh tebal kaca).
- Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan lebar ke arah luar/ masuk).
- Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave) benang adalah cacat garis timbul yang
tembus pandangan, gelombang adalah permukaan kaca yang berubah dan mengganggu
pandangan.
- Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok).
- Mutu kaca lembaran yang digunakan mutu AA.
- Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui toleransi yang ditentukan oleh
pabrik. Untuk ketebalan kaca 3 mm.
5. Bahan Kaca
Bahan kaca dari jenis Clear Glass dan kaca polos/ buram dengan ketebalan 3 mm harus sesuai SNI
0047-1989-A.Digunakan setaraf produk PT. ASAHI MAS.
6. Semua bahan kaca sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.

3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan syarat pekerjaan
dalam buku ini.
2. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian.
3. Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Bahan yang terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan diberi tanda untuk mudah
diketahui, tanda-tanda tidak boleh menggunakan kapur. Tanda-tanda harus dibuat dari potongan
kertas yang direkatkan dengan menggunakan lem aci.
5. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat pemotong kaca khusus.
6. Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran rangka, minimal 10 mm masuk kedalam alur kaca pada
kusen.
7. Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan menggunakan cairan
pembersih kaca.
8. Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa melalui kusen, harus diisi dengan
lem silikon warna transparan cara pemasangan dan persiapan-persiapan pemasangan harus mengikuti
petunjuk yang dikeluarkan pabrik.
9. Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak diperkenankan retak/ pecah, dan bebas
dari segala noda dan bekas goresan.

PASAL 21
PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

1. LINGKUP PEKERJAAN
1. Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan daun pintu dan alat-alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
2. Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan meliputi seluruh pemasangan pada daun pintu
kayu, seperti yang ditunjukkan/ disyaratkan dalam detail gambar.

2. PERSYARATAN BAHAN
1. Semua "hard ware" yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam buku
Spesifikasi Teknis. Bila terjadi perubahan atau penggantian hardware akibat dari pemilihan merk,
Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.
2. Semua anak kunci harus dilengkapi dengan tanda pengenal. Tanda pengenal ini dihubungkan dengan
cincin kesetiap anak kunci.

3. PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA
1. Pekerjaan Kunci dan Pegangan Pintu
a. Semua pintu menggunakan peralatan kunci 2 slaag.
b. Semua kunci-kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu. Dipasang setinggi 90 cm
dari lantai, atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
2. Pekerjaan Engsel
a. Engsel atas dipasang + 28 cm (as) dari permukaan atas pintu.
Engsel bawah dipasang + 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu.
Engsel tengah dipasang ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.

b. Untuk pintu toilet, engsel atas dan bawah dipasang +28 cm dari permukaan pintu, engsel tengah
dipasang ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
c. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan pengujian secara
kasar dan halus.




1. LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 22
PEKERJAAN PENGECATAN
Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan yang berhubungan dan seharusnya dilaksanakan dalam
pengecatan dengan bahan-bahan emulsi, enamel, politur/ teak oil, cat dasar, pendempulan, baik yang
dilaksanakan sebagai pekerjaan permulaan, ditengah-tengah dan akhir.
Yang dicat adalah semua permukaan baja/ besi, kayu, plesteran tembok, plafond, list plafond dan beton,
dan permukaan-permukaan lain yang disebut dalam gambar dan RKS. Pekerjaan ini meliputi penyediaan
bahan, tenaga dan semua peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini. Untuk semua bahan
pelaksanaannya harus mentaati PUBB 1973 NI-3.

2. BAHAN-BAHAN
a. Umum
Bahan-bahan yang dipergunakan harus mendapat persetujuan dari Pengawas, baik mengenai
kualitas maupun pabrik asalnya. Bahan-bahan yang didatangkan ketempat pekerjaan harus diberikan
kepada Pengawas Lapangan untuk contoh/ pengujian.Contoh tersebut akan diambil secara acak
dengan disaksikan oleh Pengawas Lapangan. Pemakaian bahan-bahan pengering atau bahan-bahan
lainnya tanpa persetujuan Pengawas tidak diperbolehkan. Tempat-tempat/ kaleng-kaleng cat yang
dimasukkan harus lengkap dengan merk, nomor spesifikasi dan sebagainya. Selambat-lambatnya
sebulan sebelum pekerjaan pengecatan dimulai, Kontraktor harus mengajukan daftar tertulis dari
semua bahan yang akan dipakai untuk disetujui oleh Pengawas Lapangan. Pengawas Lapangan
berhak menguji contoh-contoh sebelum memberikan persetujuan. Warna-warna cat yang digunaan
akan kemudian ditentukan oleh Konsultan Perencana.
b. Cat dinding tembok
Cat yang digunakan adalah emulsion paint (setara Sanlex). Bahan penutup (dempul) yang digunakan
merupakan campuran dari bahan cat yang sama. Untuk cat dasar harus digunakan bahan cat dasar
yang dikeluarkan dari pabrik yang sama. Untuk dinding luar sebelum dicat, dilapisi dulu dengan
syntetis anti lumut.
c. Cat kayu
Cat yang digunakan untuk pengecatan permukaan kayu (bilamana tidak dipolitur) yang akan di-
expose harus mengandung bahan sintetis (synthetic resin) dari jenis yang baik (setara Seiv, Glotex).
Bahan penutup (dempul) dan cat dasar atau meni harus dipakai produk yang dikeluarkan oleh
pabrik yang sama.
d. Cat besi
Bahan cat besi yang digunakan adalah setara produk Glotex, Seiv. Sebelum pengecatan dilakukan
harus dilakukan pendempulan yang merata dan rapi. Warna cat yang akan digunakan akan
ditentukan kemudian bersama User.

3. PERSETUJUAN AHLI
Semua cat yang dipakai harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas sebelum boleh dipakai
didalam pekerjaan. Cat didatangkan ke lapangan pekerjaan dalam kaleng-kaleng asli dari pabrik, lengkap
dengan label perusahaan, merk dan sebagainya.

4. PELAKSANAAN
a. Sebelum pengecatan dilaksanakan, lantai harus dicuci dan dijaga agar debu tidak beterbangan. Alat
pembersih seperti lap harus disediakan dalam jumlah cukup. Sewaktu pelaksanaan pengecatan lantai
harus ditutupi sedemikian sehingga terhindar dari cipratan-cipratan cat. Cipratan yang masih
mengenai lantai dan bagian-bagian lain harus langsung dibersihkan segera begitu pekerjaan cat pada
bagian tertentu selesai.
b. Pengecatan dinding tembok
Semua bidang plesteran yang tidak ditutup dengan lapisan lain harus dicat dengan cat tembok.
Kontraktor tidak diperkenankan untuk mengecat sampai permukaan plesteran dinding benar-benar
kering. Permukaan plesteran yang belum rata tidak boleh dicat. Bidang plesteran yang dicat harus
diperbaiki dengan pendempulan/ plesteran yang sama. Retak-retak harus ditambal dengan bahan
penutup. Retak-retak yang lebar harus dipotong bersama-sama dengan pinggirannya dan ditambal
dengan plesteran yang baru. Sebelum diratakan dengan bahan penutup, tembok harus digosok
dengan batu kambang sampai rata dan halus. Pengecatan harus dilakukan dengan baik sesuai
dengan petunjuk dari pabrik cat yang bersangkutan, sampai terdapat warna yang rata.
c. Pengecatan kayu
Yang dicat adalah semua kayu yang tidak dipertahankan corak naturalnya, termasuk semua kusen
kayu dan permukaan kayu diexspose. Semua retak, celah, lubang harus dibersihkan, digosok/
diampelas, lalu dicat dasar dan ditambal dengan bahan penutup (dempul). Pengecatan dilakukan
setelah seluruh permukaan yang akan dicat sudah didempul dan dimeni. Pengecatan dilakukan lapis
demi lapis sehingga didapat hasil akhir yang rata diseluruh permukaan bidang pengecatan.

d. Pengecatan besi
Semua pekerjaan besi dan baja harus dicat dengan zinkromat. Sebelum dicat akhir besi dan baja
harus dicat meni terlebih dahulu menurut syarat-syarat yang ada.
Pengerjaan pengecatan harus mengikuti cara yang ditentukan.Besi/ baja yang akan dicat harus
diampelas, kemudian dicat meni dan dicat dasar. Pengecatan dilakukan lapis demi lapis sehingga
didapat hasil akhir yang rata. Pekerjaan harus rapi, sesedikit mungkin cipratan mengenai bagian-
bagian lain.




1. LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 23
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan, bahan dan alat yang dipakai dalam pekerjaan penutup atap
sesuai dengan gambar rencana.

2. BAHAN-BAHAN
Penutup atap menggunakan genteng metal ( pasir ) dan genteng plentong, spandex seperti ditunjukkan
dalam gambar. Bahan genteng merupakan satu pabrikan dan warnanya seragam

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
Pemasangan atap dari bahan satu pabrik dengan warna seragam, harus rapih dan dipastikan terhindar
dari kebocoran.

Pemasangan genteng metal :
Pada saat pemasangan genteng metal harus diperhatikan bagian atas dan bawah genteng tidak bisa
terbalik sebab ada sok untuk pemasangan lembaran pada sayap kanan dengan pemasangan pada
sayap kiri atap.
Pemotongan genteng harus memakai gunting besi, bagian yang dipotong adalah bagian atas dimana
gording terpasang.
Pemasangan paku pada reng harus datar ( 90 derajat ) tidak boleh miring.
Nok genteng dipasang dengan paku ulir tepat diatas sayap nok bagian smping dan diberi silikon agar
tidak merembes air.
Sudut kemiringan atap genteng metal yang ideal adalah 20 30 derajat.

PASAL 24
PEKERJAAN BESI DAN PAGAR TRANSPARAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup semua pembuatan dan pemasangan besi dan pagar trasparan Serta kawat silet anti
karat, seperti yang tercantum dalam gambar perencanaan, meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja dan
peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini.

2. BAHAN
a. Semua material harus baru, bebas/ bersih dari karat dan kerusakan lainnya.
b. Besi pipa untuk kolom pagar adalah pipa galvanis. Semua material tersebut harus lurus, tidak terpuntir,
tidak ada tekukan-tekukan, serta memenuhi syarat toleransi.
c. Pagar transparan harus mempunyai tingkat keamanan yang tinggi dan mempunyai karakteristik : anti
panjat, anti potong dan tahan terhadap peluru. Bahan pagar dari besi galvanis dengan pengecatan
akhir Heavy Galvanized.
d. Spesifikasi bahan pagar anti panjat Galvanis dan Kawat silet :

PAGAR ANTI PANJAT KAWAT SILET
- Dimensi Panel : 2400 x 2100 mm - Diameter Coil : 1000 mm
- Diameter : 4 mm - Lebar duri : 30 mm +/-1
- Ukuran lobang : 75 mm x 12.5 mm - Tinggi duri : 21 mm +/-1
- Tensile Strenght : 41 63 kgf - Jenis duri : Riper coil
- Kadar galvanis : 260 300 gr/m2 - Tebal duri : 0.5 mm +/0.08 mm
e. Bahan-bahan pelengkap harus dari jenis yang sama dengan barang yang dipasangkan dan yang paling
cocok untuk maksud yang bersangkutan. Semua kelengkapan yang perlu demi kesempurnaan
pemasangan harus diadakan, walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau RKS ini.

3. PELAKSANAAN
a. Contoh bahan-bahan yang akan dipakai harus diperlihatkan kepada Pengawas untuk disetujui. Contoh
itu harus memperlihatkan kualitas pengelasan dan penghalusan untuk standar dalam pekerjaan ini.
b. Pengerjaan harus bertaraf hi-security yang sebaik-baiknya. Kontraktor pelaksana harus meminta
penjelasan kepada aplikator pabrikan tentang standar pemasangan pagar yang benar. Semua
pengerjaan harus diselesaikan bebas dari puntiran, tekukan dan hubungan terbuka.
c. Pengelasan di bengkel ataupun di lapangan harus mendapat persetujuan Pengawas. Pada saat
pengelasan tidak boleh mengambil massa stroom dari pagar yang ada karena akan membuat cacat
pagar yang terpasang.Semua pengelasan, kecuali ditunjukkan lain, harus memakai las listrik. Tenaga
kerja yang melakukan hal ini harus benar-benar ahli.

d. Semua bagian yang dilas harus diratakan dan difinish sehingga sama dengan permukaan sekitarnya.
Bila memakai pengikat-pengikat lain seperti clip keling dan lain-lain yang tampak harus sama dalam
finish dan warna dengan bahan yang diikatnya.
e. Penyambungan dengan baut harus dilakukan dengan cara terbaik yang sesuai dengan maksudnya
termasuk perlengkapannya. Lubang-lubang untuk baut harus dibor dan dipunch.
f. Sebagai bahan finishing pekerjaan besi ini adalah semua lobang pipa ditutup agar tidak bisa masuk air
dan cat duco dengan warna akan ditentukan kemudian oleh Direksi.




1. U M U M
PASAL 25
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja, pemasangan,
pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan dan training bagi calon operator. Sehingga seluruh
sistem elektikal dapat beroperasi dengan sempuna.

2. LINGKUP PEKERJAAN
1. Pekerjaan Sistem Distribusi Daya Listrik
a. Pembuatan gambar as built dan shop drawing.
b. Pekerjaan instalasi penerangan dan stop kontak termasuk fixturesnya.
c. Penambahan daya listrik ke PLN, dan penyambungan kabel feeder listrik ke panel Existing.
2. Sistem penerangan dan stop kontak.
- Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur dan lampunya.
- Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak biasa dan atau stop kontak khusus.
- Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi pelindung kabel serta berbagai
accessories lainnya, seperti : box untuk saklar dan stop kontak, junction box, fleksible conduit,
bends/ elbows, socket dan lain-lain.
- Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi penerangan dan stop kontak.
- Pekerjaan sistem penerangan luar (Outdoor Lighting)
a. Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan luar
lengkap dengan tiang, pondasi, armature dan accessories lainnya.
b. Pengadaan dan pemasangan lampu jalan lengkap dengan tiang, pondasi, armature dan
accessories lainnya.
c. Pengadaan dan penerangan lampu facade lengkap dengan tiang armature dan accessories
lainnya.
d. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar lengkap dengan conduit, pelindung kabel
dan accessories lainnya.
- Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang menunjang sistem ini agar dapat beroperasi
dengan baik (seperti pekerjaan bak kontrol, kabel rack, support equipment dan accessories lainnya.


PASAL 26
PEKERJAAN PLUMBING DAN SANITAIR

1. LINGKUP PEKERJAAN
1. Sistim perpipaan air bersih dari pipa air di dekat bangunan ke fixture-fixture dalam bangunan lengkap
dengan sambungan-sambungan, belokan-belokan, tikungan, fitting-fitting dan perlengkapan lain yang
diperlukan.
2. Semua fixture yang direncanakan untuk dipasang termasuk kran-kran, lengkap dengan sambungan-
sambungan, belokan-belokan, tikungan, fitting-fitting dan perlengkapan lain yang diperlukan.
3. Semua fixture yang direncanakan untuk dipasang termasuk kran-kran, lengkap dengan sambungan-
sambungan dan perlengkapan lain yang diperlukan dalam persyaratan.
4. Sistem perpipaan pembuangan air kotor dan perpipaan vent dari fixture-fixture dalam bangunan
sampai ke bak-bak penampung, septic tank, atau saluran air hujan lengkap dengan sambungan-
sambungan, tikungan-tikungan dan perlengkapan lain yang diperlukan. Instalasi yang dinyatakan
dalam spesifikasi ini harus sesuai dengan Pedoman Plumbing Indonesia.

2. PENGENDALIAN PEKERJAAN
Syarat-syarat penerimaan untuk bahan-bahan dan peralatan, cara-cara pemasangan, kwalitas
pengerjaan, harus sesuai dengan standar yang wajar berlaku dan disesuaikan dengan pedoman
Plambing Indonesia.

3. STANDAR BAHAN
1. Semua bahan pipa dan peralatan-peralatan yang diperlukan harus memenuhi standar di bawah ini:
a. ASTM-A 120-57 untuk pipa-pipa dan fitting dari "Galvanized Iron".
b. ISO dan SNI 0162-1987-A dan SNI 0178-1987-A untuk pipa dan fitting PVC.
2. Setiap bahan pipa (satu panjang utuh), fitting, fixture-fixture dan peralatan yang akan dipasang pada
instalasi ini harus mempunyai tanda-tanda merk yang jelas dari pabrik pembuatnya.
Fitting-fitting dan fixture-fixture yang tidak memiliki tanda-tanda tersebut harus diganti atas
tanggung jawab Pemborong.

3. Bahan-bahan, peralatan-peralatan dan peralatan-peralatan tambahan yang disediakan harus baru dan
dapat diterima.
4. Pipa-pipa air bersih utama maupun pipa-pipa cabang untuk distribusi air sampai ke bangunan, baik
yang ditanam di dalam tanah maupun yang ditempatkan di atas langit-langit dibuat dari Galvanized
Iron Pipe.
5. Pipa-pipa sanitair domestik dari fixture-fixture sampai ke pipa yang ada, dibuat dari PVC tekanan
kerja 5 kg/cm2 standar ISO (klas AW).
6. Semua pipa-pipa sanitair di luar bangunan dibuat dari PVC tekanan kerja 5 kg/cm2 standar ISO (klas
AW).
7. Fitting-fitting untuk PVC harus cetakan pabrik dengan bahan penyambung (perekat) seperti
direkomendasikan oleh pabrik pembuat pipa.
8. Kran-kran air yang dipergunakan harus dari bahan kuningan dengan lapisan chrome, merk SAN-EI
atau merk lain yang setaraf dan disetujui.
9. Semua floor drain terbuat dari pelat berlubang-lubang dan dilapisi chrome, dilengkapi dengan water
trap seperti buatan SAN-EI atau merk lain yang setaraf dan disetujui.
10. WC jongkok seperti buatan KIA Standard type RAPI-C.

4. PERENCANAAN
1. Selama pemasangan berjalan, Pemborong harus menutup setiap ujung pipa yang terbuka untuk
mencegah masuknya tanah, debu, kotoran dan lain-lain.
Setiap jaringan pipa yang telah selesai dipasang harus ditiup dengan udara kempa, agar kotoran-
kotoran yang mungkin sudah masuk dapat terbuang sama sekali.
2. Cabang-cabang pipa air bersih harus dilengkapi dengan katup yang ditempatkan sedemikian rupa
sehingga jaringan tersebut dapat berfungsi, diganti dan dikontrol alirannya untuk masing-masing
kelompok atau outlet atau fixture.
3. Semua pipa harus diikat/ditetapkan dengan kuat dengan angker yang cukup kokoh (rigid).
Pipa-pipa tersebut ditumpu untuk menjaga agar tidak berubah tempatnya, agar inklinasinya tetap,
untuk mencegah timbulnya getaran, dan harus sedemikian sehingga masih memungkinkan
konstruksi dan expansi pipa oleh perubahan temperatur.
4. Pipa horisontal harus ditumpu dengan jarak antara tidak lebih dari 3 meter.
5. Pipa vertikal harus ditumpu dengan klem (clamp atau collar).
6. Penggantung/ penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam lainnya yang akan ditutup oleh tembok
atau bagian bangunan lainnya harus dilapisi terlebih dahulu dengan cat meni atau cat penahan
karat.
7. Semua sambungan yang menghubungkan pipa-pipa dengan diameter yang berbeda harus
digunakan reducing fitting atau increasing fitting.
8. Semua sambungan harus dibuat kedap suara dan kedap air.

5. PEMASANGAN
1. Sebelum memulai pekerjaannya, Pemborong harus memeriksa dan memahami pekerjaan-pekerjaan
pelaksanaan dari pihak-pihak lain yang ikut menyelesaikan proyek ini, apabila pekerjaan
pelaksanaan dari pihak-pihak lain tersebut dapat mempengaruhi kualitas pekerjaan Pemborong ini
sendiri.
Apabila terjadi sesuatu keadaan dimana Pemborong ini tidak mungkin menghasilkan kualitas
pengerjaan yang terbaik, Pemborong ini wajibmemberitahukan secara tertulis kepada Pemborong
Utama dan mengajukan saran-saran perubahan/ perbaikan. Apabila hal itu tidak dilakukan, Pemborong
ini tetap bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang mungkin ditimbulkannya.
2. Pelaksanaan pemasangan harus direncanakan dengan baik dan semua pembongkaran bagian-bagian
bangunan lainnya hanya boleh dilakukan setelah ada izin tertulis dari Pemilik/ Penanggung Jawab
Proyek.
3. Pemborong bertanggung jawab atas penyediaan dan lokasi pemasangan yang tepat.

6. PEMBERSIHAN
Apabila terjadi kemacetan, pengotoran atas bagian bangunan atau finish arsitektural atau timbulnya
kerusakan lainnya, yang semuanya atas kelalaian Pemborong, karena tidak membersihkan sistim
perpipaan dengan baik, maka semua perbaikannya adalah menjadi tanggung jawab Pemborong.

7. PENGUJIAN
1. Pengujian Sistim Distribusi Air
a. Setelah "roughing-in" selesai dipasang dan sebelum memasang fixture, seluruh sistim distribusi air
harus diuji dengan tekanan hidrostatik minimum 7,5 atm dalam jangka waktu yang cukup lama (+
120 menit) tanpa mengalami kebocoran.
b. Apabila sesuatu bagian dari instalasi pipa akan tertutup oleh tembok atau konstruksi bangunan
lainnya, maka bagian dari instalasi tersebut harus diuji dengan cara yang sama seperti di atas
sebelum ditutup dengan tembok atau bagian bangunan tersebut.

2. Kerusakan atau Kegagalan Uji
a. Apabila pada waktu pemeriksaan atau pengujian ternyata ada kerusakan atau kegagalan dari
sesuatu bagian dari instalasi atau sesuatu bahan dari instalasi, maka Pemborong harus mengganti
bagian atau bahan yang rusak/ gagal tersebut dan pemeriksaan/ pengujian dilakukan lagi sampai
memuaskan Pemilik/ Penanggung Jawab Proyek.
b. Penggantian atas bagian pipa atau bahan yang gagal/rusak tersebut harus dengan pipa atau
bahan yang baru.


8. PRODUK PABRIK YANG DISARANKAN
Valve : Toyo, Kitz, Hitachi atau setara
Perlengkapan Plumping : TOTO atau setara
Pipa PVC : Wavin, Rucika, Pralon, Unilon atau setara
Pipa GIP : PPI
Pipa Black Steel : PPI




1. LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 27
PEKERJAAN PAVING BLOK
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan, bahan dan alat yang dipakai dalam pekerjaan pemasangan
paving blok sesuai dengan gambar rencana.

2. BAHAN-BAHAN
Paving blok yang digunakan jenis natural seperti ditunjukkan dalam gambar. Bahan Paving blok satu
pabrikan dan warnanya seragam

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN

Sebelum Paving block dipasang pastikan struktur dari lahan yang hendak di Paving dalam keadaan
benar-benar padat. Apabila belum padat dapat dipadatkan dengan menggunakan mesin Roller (Wales)
atau Stamper kuda. Hal ini agar lahan yang telah dipasang paving block tidak amblas.
Sesuaikan spesifikasi beban yang akan melewati lahan yang akan dipasang paving dengan material
pendukung untuk landasan area paving. Material tersebut dapat berupa : Limestone, Base Course,
Sirdam, Makadam dsb.
Pastikan permukaan lahan yang akan di paving dalam kondisi rata/ sudah level.
Pasang Kanstin beton sebagai pengunci paving block, agar paving block yang sudah terpasang tidak
bergeser.
Gelar abu batu mengikuti kemiringan yang telah ditentukan kemudian diratakan dengan menggunakan
jidar kayu.
Lakukan pemasangan paving block dengan cara maju kedepan, sementara pekerja pemasang paving
berada diatas paving yang telah terpasang.
Untuk tepian lahan/ sudut-sudut yang belum terpasang paving block (las-lasan), potong paving block
dengan menggunakan alat pemotong paving block / paving block cutter.
Setelah lahan 100% sudah terpasang paving block, selanjutnya kita lakukan pengisian antar naat
paving block tersebut (pengisian joint filler) dengan menggunakan abu batu.
Padatkan paving block yang telah terpasang dengan menggunakan baby roller atau stamper kodok 1
sampai 2 kali putaran agar timbul gaya saling mengunci antar paving block satu sama lainnya.
Bersihkan area lahan yang telah terpasang paving block dari sisa-sisa abu batu.





1. PEMBUATAN SUMUR DALAM
PASAL 28
PEKERJAAN SUMUR DALAM
a. Uraian dan syarata teknis di bawah ini dimaksudkan untuk memberikan keterangan kepada calon
pemborong mengenai lokasi proyek, gambaran secara umum mengenai macam pekerjaan, jumlah
pekerjaan yang akan dilaksanakan, bahan-bahan yang harus digunakan untuk dapat menghasilkan
sumur bor dengan rencana yang dikehendaki.
b. Pemborong harus menyediakan peralatan pemboran yang lengkap dan tenaga tenaga yang cakap
yang berpengalaman untuk menggunakan alat bor dan perlengkapan lainnya.
c. Didalam penawaran harus dilampiri keterangan keterangan mengenai :
1. Daftar pengalaman dari pemborong mengenai sumur dalam yang pernah dikerjakan, mencakup
keadaan, diameter, jumlah sumur yang pernah dikerjakan dan spesifikasi sumur lainnya.
2. Nama personiol dan pengalamannya yang akan bertanggung jawab dalam pekerjaan yang akan
dilaksanakan sebagai Site Engineering minimal Sarjana Muda Geologi / Tambang Eksplorasi dengan
pengalaman 2 tahun dalam bidang pemboran air.
3. Merek alat dan Modelnya serta alat-alat bantu lain yang akan dipakai dalam pekerjaan ini termasuk
pompa lumpur, pompa testing dan Compressor, Logger dan lain lain.

d. Dimulai dari persiapan pekerjaan sampai terselesaikannya pekerjaan pemboran, pemborong
bertanggung jawab dan menanggung semua biaya / resiko yang diakibatkan oleh semua kecelakaan,
pencurian dan lain lain.
e. Pekerjaan sumur bor ini terdiri dari : 1 (satu ) paket pekerjaan Sumur dalam sebanyak 1 (satu ) buah
sumur Pekerjaan ini meliputi :
1. Water Jetting
2. Pengadaan / Pemasangan pompa, panel 1(satu) Unit
3. Pengadaan / Pemasangan Tangki
f. Lokasi sumur bor tersebut akan ditentukan lebih lanjut oleh Direksi Pelaksana. Kemudian lokasi
tersebut akan ditunjukan oleh Direksi / Tenaga Ahli.
g. Pemborong akan memilih cara cara pemboran sesuai kondisi Sumur bor, daerahnya, pemilihan
metode dan kontrolnya menjadi tanggung jawab pemborong, sebelum memulai pekerjaan, agar
prosedur tersebut disetujui oleh Pemberi Tugas. Semua bahan bahan yang diperlukan disediakan
sendiri oleh pemborong dan harus memenuhi persyaratan teknis yang telah ditentukan,
pembiayaannya sudah harus masuk dalam biaya pemboran permeter.
h. Semua peralatan dan material adalah mengikuti standard API atau yang sederajat. Penyimpangan dari
ketentuan ini harus mendapatkan ijin tertulis dari Direksi Pelaksana.
i. Setelah penyelesaian pekerjaan dan pembersihan maupun pengujian kualitas sumur, kontraktor wajib
mengatur keamanan dari pekerjaannya, sehingga aman terhadap kemungkinan kemungkinan
dirusak oleh pihak lain.
j. Kecerobohan dari pelaksanaan ini menjadi tanggung jawab pemborong.

2. PENYEDIAAN / INSTALASI PIPA NAIK
a. Bahan dari pipa atau pipa naik adalah pipa GIP (Medium) dengan standard API atau yang sederajat
yang umum dipakai untuk konstruksi sumur bor.
b. Pipa pipa / pipa naik yang akan dipergunakan untuk konstruksi sumur harus mempunyai
persyaratan sebagai berikut :

Nominal diameter
(inch)
Tebal Pipa
(mm)

3 4,5
6 8

3. PEMBERSIHAN DAN PENGURASAN SUMUR
a. Pembersihan lubang sumur bor yang telah dikonstruksi adalah merupakan pekerjaan terpenting dalam
pembuatan sumur bor. Dimaksudkan untuk mengeluarkan segala kotoran kotoran dan sisa lumpur
yang tertinggal didalam lubang bor. Penyumbatan lapisan aquifer oleh lumpur pemboran dan lain
lain. Selain itu yang terpenting adalah membersihkan open area dari pipa saringan / screen , grevel
pavk dan lain lain. Kesempurnaan dari pembuatan sumur bor adalah sangat tergantung dari
pelaksanaan pekerjaan ini.
b. Pemborong harus mempunyai peralatan yang sesuai spesifikasi teknis selama pekerjaan pemboran
berlangsung siap dilapangan.
Persyaratan dari peralatan tersebut adalah :
Untuk jetting minimum 4 nozzle.
Peralatan ini disesuaikan dengan diameter pipa saringan / screen . Prinsipnya besar nozzle diatur
sehingga mampu memberikan kecepatan air 30 m/dt
Pompa untuk sirkulasi dan High velocity jetting sesuai dengan pompa lumpur. Harus bertype
Piston dan mempunyai kapasitas minimum 500 1/min pada tekanan 20 bar.
Kompresor dengan kapasitas minimum 8 atm.

4. PELAKSANAAN WATER JETTING
Pembuangan Air.
Selama Penyempurnaan sumur, pemborong harus membuang air ke saluran pembuangan terdekat
atau ketempat lain yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas.
Penyedia Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab untuk mencegah agar air buangan tidak akan
merusak jalan atau kembali ke dalam sumur, bangunan dan lain lain, secara langsung dan tidak
langsung.

Pengambilan Contoh Air .
Pengambilan contoh air untuk diperiksa di laboratorium dilakukan sebanyak 1 kali, yaitu pada saat
pekerjaan water jetting selesai.
Contoh air masing masing 5 liter dan dimasukan dalam tempat yang bersih dan tertutup, sebaiknya
dari bahan gelas atau plastik.
Tempat contoh air harus jelas tertulis kapan waktu pengambilan nomor contoh, hari dan tanggal dan
lain lain.
Analisa kualitas air akan dilakukan dilaboratorium yang tempatnya akan ditentukan kemudian oleh
Pemberi Tugas.


Alat Pengukur Tinggi Muka Air dan Tekanan Air
Pemborong harus Punya dilokasi pekerjaan paling tidak 3 buah alat sounding elektronik untuk
maksimum pengukuran kedalaman permukaan air sampai 100 meter dan juga minimal 3 unit lengkap
alat pengukur tekanan (manometer) apabila kondisi sumur bertekanan artesis positif.
Keletihan alat ukur sounding elektronik adalah 1 cm dan ketelitian alat ukur manometer adalah : 0,002
milibar.
Pihak pemborong juga harus menyediakan dua buah kabel pengukur sepanjang 200 meter untuk
mengukur kadalaman sumur.

Catatan Test
Setelah selesainya Water Jeting, Pemborong harus menyerahkan hasil test sampel air kepada Pemberi
Tugas untuk secepatnya dievaluasi lebih lanjut.

Umum
Pemberi tugas berhak menolak seluruh pekerjaan ini bila terjadi hal hal sebagai berikut :
Water Jetting dilakukan tidak sesuai waktu yang telah ditentukan oleh Pemberi Tugas.
Peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan yang telah ditentukan / tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan.
Pengambilan contoh air yang keliru.
Dilakukan dengan urutan yang tidak sesuai dengan syarat teknis.

5. PEMASANGAN TANGKI HIDROFOOR DAN PERALATAN LAINNYA.
Umum .
Pemasangan Tangki Hidrofoor dimaksudkan untuk mencegah terjadinya tekanan balik (water hamer)
yang diakibatkan oleh tekanan air dalam jaringan pipa, sehingga pompa terjaga dari kerusakan.

Cara pelaksanaan.
Pemasangan tangki dan sistem perpipaannya dilakukan sesuai dengan skematik perpipaan yang benar.
Pipa yang digunakan pada sistem perpipaan tangki Hydrofoor jenis pipa Galvanized (GIP Medium)
Rangkaian sistem perpipaan dilaksanakan setelah pipa outlet dari sumur bor terpasang serta tangki
hydrofoor terpasang sempurna.

Uji Coba.
Setelah tangki hydrofoor dan seluruh sistem perpipaannya selesai terpasang maka pihak pemborong
diwajibkan untuk melaksanakan uji coba (trail Operation) yang akan direalisasikan oleh pihak Pemberi
Tugas.

7. PENGELASAN PIPA
Umum
Secara Prinsip semua yang berhubungan dengan pekerjaan pengelasan antara lain cara pelaksanaan,
teknik pengelasan, kualifikasi tukang las, operator las/ tack welder, inspection/ testing, toleransi,
perbaikan las dan lain-lain harus memenuhi standart dan ketentuan-ketentuan pengelasan.
Peralatan-peralatan pengelasan harus selalu ada baik di Workshop Pemborong maupun dilapangan.
Kawat Las
Kawat las yang dipakai harus memenuhi standart dan ketentuan-ketentuan yang telah dapat
persetujuan dari Direksi/ Pengawas.
Kawat las yang sudah dibuka dari bungkusnya harus dilindungi atau disimpan sedemikian rupa
sehingga karakteristik atau sifatnya tidak berubah.
Setelah bungkus dibuka kawat las tidak diperbolehkan dibiarkan diudara terbuka melebihi max 4 jam.
Kawat las yang dibiarkan diudara terbuka melebihi 4 jam tidak boleh digunakan untuk pengelasan.
Kawat las yang basah/ terkena air sama sekali tidak boleh digunakan walaupun lewat pemanasan
oven ulang.
Mesin Las
Mesin las yang digunakan harus masih berfungsi dengan baik antara lain menghasilkan arus arus yang
kontinyu dan stabil.
Tenaga listrik mesin las harus berasal dari Genset yang dilengkapi dengan panel pembagi dan travo
las sehingga besarnya arus/ ampere dapat dikontrol/ diatur sesuai kebutuhan.
Pelaksanaan pengelasan
Pengelasan tidak boleh dilakukan pada keadaan dimana permukaan/ bagian yang hendak dilas basah
atau terexpose terhadap hujan, salju atau angin kencang atau keadaan dimana tukang-tukang las/
welder bekerja pada kondisi cuaca buruk.
Ukuran kawat las, panjang lengkungan, voltage dan ampere mesin las harus disesuaikan dengan type
groove, posisi pengelasan. Besar arus harus sesuai dengan range yang diperbolehkan oleh pembuat
elektrode/ kawat las yang bersangkutan.
Bidang-bidang permukaan yang akan dilas harus rata, uniform, bebas dari sirip-sirip/ fins, bebas dari
retakan dan ketidak sempurnaan lainnya yang akan mempengaruhi kualitas las.
Bidang bidang permukaan yang akan dilas juga harus bebas dari mill scale tebal atau mill scale yang
lepas, slag, karat, kelembapan, lemak dan material-material lainnya yang akan mengganggu proses
pengelasan dan atau menghasilkan asap pengelasan yang mengganggu kesehatan.


Dalam asembling dan penyambungan bagian-bagian yang dilas maka harus dilakukan procedure dan
urutan sedemikian sehingga dapat dihindarkan semaksimal mungkin terjadinya distorsi dan
penyusutan/ shrinkage dari bagian-bagian yang dilas.
Pemborong harus mengajukan kepada Direksi/ Pengawas urutan pengelasan dan pengontrolan yang
diperkirakan akan menimbulkan distrosi dan penyusutan bagian-bagian yang akan dilas.
Profil penampang las/ weld profile dapat sedikit cekung/ cembung asalkan memenuhi syarat.
Bagian-bagian yang mengalami distorsi harus diluruskan dengan cara mekanis atau cara pemanasan
lokal.
Pendempulan/ chaulking terhadap pengelasan sama sekali tidak diperbolehkan.
Percikan-percikan las yang merusak permukaan plat atau bagian-bagian lainnya harus dicegah.
Cacat atau noda akibat percikan las harus digrinda/ dihaluskan kembali.
Kerak juga harus dibersihkan dari semua permukaan las yang sudah selesai.
Las dan bagian sekitarnya harus dibersihkan dengan cara disikat atau cara lain yang disetujui oleh
Direksi/ Pengawas.
Permukaan las yang sudah dibersihkan tidak boleh dicat sebelum mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi/ Pengawas.

PASAL 29
PEKERJAAN PENANGKAL PETIR

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pengadaan dan pemasangan instalasi penangkal petir (lightning protection) lengkap dengan sistem
pentanahan (grounding) sesuai dengan gambar-gambar perencanaan.
Selama pelaksanaan, persyaratan ini harus betul-betul ditaati.

2. SISTEM YANG DIGUNAKAN
Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem penangkal petir elektrostatis non radioaktif sebagai
perlindungan bangunan terhadap sambaran petir dari luar (external protection).
Sistem ini dilengkapi dengan pentanahan (grounding system) dengan nilai tahanan pentanahan maksimum
2 ohm.

3. STANDAR-STANDAR
Pekerjaan penangkal petir ini harus mengikuti standar-standar dan peraturan yang berlaku, antara lain :
a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) tahun 1987.
b. National Fire Protection Association (NFPA)
c. Standar-standar dan peraturan dari Depnaker.

4. GAMBAR PELAKSANAAN DAN CONTOH MATERIAL
Kontraktor harus menyerahkan gambar kerja (Shop Drawing) dan memberikan contoh material yang akan
dipasang sebelum pelaksanaan dilaksanakan.

5. WAKTU PELAKSANAAN
Pada prinsipnya sistem penangkal petir tersebut harus dipasang segera setelah pekerjaan struktur
bangunan telah mencapai struktur atap bangunan. Sub Kontraktor Penangkal Petir harus melakukan
koordinasi dengan Kontraktor pekerjaan struktur agar dalam pelaksanaannya dapat sesuai dengan waktu
yang tepat.


PASAL 30
PEKERJAAN LAIN - LAIN
a. Selain persyaratan teknis yang tercantum diatas Pelaksana diwajibkan pula mengadakan pengurusan-
pengurusan antara lain :
1. Pembuatan Perizinan dari Pemda setempat. Surat Perizinan ini harus sudah diserahkan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen sebelum serah terima pekerjaan pertama.
2. Papan nama kegiatan dan fhoto pelaksanaan
b. Sebelum penyerahan pertama, Pelaksana wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang belum sempurna
dan harus diperbaiki, semua ruangan harus bersih dipel, halaman harus ditata rapih dan semua barang
yang tidak berguna harus disingkirkan dari proyek.
c. Meskipun telah ada pengawasan dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan dari ketentuan bestek
dan gambar menjadi tanggung jawab Pelaksana untuk itu Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan
sebaik mungkin.
d. Selama masa pemeliharaan, Pelaksana wajib merawat, mengamankan dan memperbaiki segala cacat yang
timbul, sehingga sebelum penyerahan ke II dilaksanakan, pekerjaan benar-benar sempurna.
e. Semua yang belum tercantum didalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan kemudian, dalam rapat
penjelasan (Aanwijzing).

Anda mungkin juga menyukai