Anda di halaman 1dari 3

Sistem moneter internasional dan sistem finansial memainkan peran sentral dalam ekonomi

politik global. Dalam perjalanan sejarah perdagangan dan investasi internasional, sistem
moneter internasional telah mengalami berbagai dinamika untuk berusaha mengatur nilai kurs
dan menciptakan kestabilan moneter dalam perekonomian internasional sehingga berdampak
pada kestabilan ekonomi domestik di setiap negara. Tidak dapat dipungkiri, kondisi ekonomi
politik internasional berubah drastis terutama sejak berakhirnya Perang Dunia II yang ditandai
dengan kemunculan sistem ekonomi dan finansial yang baru yaitu Bretton Woods system
(Helleiner, 2008; 213). Salah satu sumbangsih terbesar Bretton Woods system dalam kehidupan
sistem ekonomi dan finansial adalah mendirikan institusi moneter dan finansial yang masih
berdiri kokoh hingga saat ini yaitu salah satunya adalah Bank Dunia (Peet, 2003: 111).
Bank Dunia merupakan agen pembangunan yang memiliki mission statement yaitu our
dream is a world without poverty. Fungsi utama Bank Dunia adalah memberikan bantuan
pinjaman jangka panjang kepada suatu negara khususnya negara-negara di dunia ketiga untuk
mengembalikan kondisi keuangan mereka paska perang seperti yang tercantum dalam artikel 1
dari artikel perjanjian Bretton Woods system (Helleiner, 2008; 220). Grup Bank Dunia sendiri
terbagi menjadi 5 institusi yang memiliki spesialisasi yang berbeda-beda, diantaranya adalah (1)
IBRD (International Bank for Reconstruction and Development) yang memiliki fungsi untuk
memberikan pinjaman pembangunan (development loans), pinjaman jaminan (guarantees
loans), dan menawarkan bantuan berupa analisis dan penasehat (advisory). (2) IDA
(International Development Association) yang memiliki fungsi untuk memberikan pinjaman
kepada negara-negara yang tidak memiliki kredit dalam pasar finansial internasional. (3) IFC
(International Finance Corporation) merupakan sumber pinjaman multilateral terbesar yang
ditujukan untuk sektor privat di negara-negara berkembang. (4) MIGA (Multilateral Investment
Guarantee Agency) yang berfungsi untuk menyediakan asuransi investasi. Dan (5) ICSID
(International Center for Settlement of Investment Disputes) yang berfungsi untuk memberikan
fasilitas penyelesaian sengketa investasi antara pemerintah suatu negara dengan investor asing
(Peet, 2003: 111-112).
Tonggak kepemimpinan Bank Dunia di awal pembentukannya dipegang oleh James D.
Wolfenshon. Markas Bank Dunia terletak di Washington, DC. Jumlah anggota Bank Dunia sama
dengan jumlah anggota IMF (International Monetary Fund) yaitu sebesar 184 negara (Peet,
2003:112). Namun saat ini Bank Dunia memiliki anggota sebesar 188 negara-negara di dunia
(web.worldbank.org). Amerika Serikat memberikan sumbangsih terbesar dalam proses
pembentukan Bank Dunia. Amerika Serikat memberikan sumberdaya mereka baik modal,
sumber daya manusia, kapital, dll dalam mengembangkan Bank Dunia. Hasilnya adalah struktur,
kebijakan-kebijakan politik, dan keputusan-keputusan yang dihasilkan oleh Bank Dunia selalu
mendapatkan pengaruh dari Amerika Serikat itu sendiri (Peet, 2003: 113). Di awal
pembentukannya Bank Dunia memiliki concern yang besar dalam memberikan bantuan berupa
pinjaman ke negara-negara Eropa untuk membantu mereka dalam proses rekonstruksi
pembangunan dalam negeri paska perang di akhir tahun 1940-an. Namun, di tahun 1950-an
Bank Dunia mulai mengubah fokus utama mereka dari membantu memberikan pinjaman
kepada negara-negara di Eropa menjadi memberikan bantuan pinjaman ke negara-negara di
dunia ketiga. Selama tahun 1950-an, Bank Dunia bersama institusi konvensional lainnya
menaruh kepentingan yang tinggi dalam menyelesaikan terutama isu-isu kemiskinan dan
distribusi kekayaan. Selain karena Bank Dunia bersama institusi konvensional lainnya tersebut
terjun langsung melihat kondisi pembangunan khususnya di negara-negara dunia ketiga, hal ini
juga dilakukan oleh Bank Dunia untuk menarik investor swasta, khususnya Wall Street (Peet,
2003: 114).
Fokus utama Bank Dunia untuk membantu negara-negara di dunia ketiga semakin kuat ketika
A.W Clauson menjabat sebagai presiden Bank Dunia di tahun 1981 menggantikan Robert
Strange McNamara. Dibawah kepemimpinan Clauson, kemiskinan menjadi sandaran utama
untuk mendorong kebijakan makro-ekonomi, stabilisasi, dan penyesuaian balance of payments
(neraca pembayaran). Tidak hanya itu saja, banyak ahli ekonomi yang berbeda pandangan
mengenai kehidupan ekonomi-politik ikut mewarnai dan juga bergabung ke dalam sruktur
organisasi Bank Dunia itu sendiri. Penyesuaian struktur dari masa kepemimpinan McNamara ke
Clauson juga ikut membawa pengaruh politik ke dalam Bank Dunia (Peet, 2003: 122).
Bank Dunia ketika itu juga mengenalkan instrumen baru untuk mendukung program-program di
negara-negara berkembang dan kebijakan reformasi struktural, diantaranya adalah structural
adjustment loan yang berfokus pada kebijakan ekonomi makro dan perubahan kelembagaan di
tingkat negara; dan sector adjustment loan yang berfokus pada promosi kebijakan sektoral
(Peet, 2003: 123). Bank Dunia juga menjelaskan bahwa penyesuaian struktural (adjustment
structural) sendiri mebutuhkan komitmen organisasi yang kuat untuk dapat mempertahankan
reformasi dari waktu ke waktu. Program reformasi yang dicanangkan oleh Bank Dunia itu
sendiri harus bersifat fleksibel dan mendukung modifikasi kebijakan baik dalam lingkup
perkembangan nasional dan internasional. Kebijakan reformasi ini nantinya akan menuju pada
perubahan struktural yang diinginkan dan akan mempengaruhi kehiduapn masyarakat miskin,
oleh karena itu Bank Dunia harus bekerja ekstra dengan pemerintah negara untuk
mengembangkan program yang sesuai (Peet, 2003: 124).
Terdapat beberapa kebijakan yang dapat digunakan untuk mempercepat pertumbuhan di
negara-negara berkembang yang dicetuskan oleh Bank Dunia, diantaranya adalah (1) kebijakan
perdagangan untuk meningkatkan daya saing internasional: mempertahankan nilai tukar yang
realistis dan stabil; menggantikan pembatasan kuantitaif dengan mengurangi tarif; membantu
negara berkembang ke arah strategi perdagangan yang baik; dan mendorong mereka untuk
terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka. (2) kebijakan yang ditujukan untuk
stabilitas ekonomi makro: menurunkan defisit fiskal melalui pengurangan pengeluaran publik
untuk meningkatkan savings dan meningkatkan alokasi sumber daya ekonomi. Dan (3)
kebijakan komplementer untuk meningkatkan alokasi sumber daya, seperti, kontrol terhadap
fewer price, investment regulation, dan labor market regulation (Peet, 2003: 124).
Namun, perkembangan Bank Dunia sendiri tidak luput dari kritikan-kritikan salah satunya
kritikan dari NGO dan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan isu-isu lingkungan.
Pertengahan tahun 1980an, Bank Dunia mendapatkan kritik dari NGO tersebut karena Bank
Dunia dinilai telah memberikan sejumlah pinjaman kepada sejumlah pihak yang berdampak
pada kerusakan lingkungan yang besar (Peet, 2003: 135). Seperti yang terjadi pada kasus
proyek Polonoroeste di awal tahun 1980 dan proyek pembangunan bendungan Sardar Sarovar
di sungai Narmada India di akhir tahun 1970an (Peet, 2003: 136).
Dari review diatas mengenai Bank Dunia, penulis dapat menyimpulkan bahwa kelahiran Bank
Dunia sebagai salah satu institusi pembangunan dunia tidak terlepas dari kondisi ekonomi
politik internasional yang selalu berdinamika. Bank Dunia merupakan salah satu institusi dari
tiga institusi yang dibentuk oleh Bretton Woods system. Namun sejak awal pembentukannya,
Amerika Serikat memberikan sumbangsih terbesar dalam proses pembentukan Bank Dunia.
Dengan kata lain, tidak dapat dipungkiri semua keputusan-keputusan yang dihasilkan oleh Bank
Dunia selalu disisipkan dengan kepentingan Amerika Serikat itu sendiri. Meskipun fokus
utama Bank Dunia mulai berubah yang tadinya menaruh kepentingan yang besar dalam
membantu dan memberikan pinjaman kepada negara-negara di Eropa menjadi membantu
merekonstruksi pembangunan di negara-negara dunia ketiga, Bank Dunia tidak terlepas dari
kritik terutama dari NGO dan gerakan-gerakan lingkungan dimana Bank Dunia memberikan
pinjaman kepada pemerintah sebuah negara yang berdampak pada kerusakan lingkungan yang
sangat besar. Menurut penulis sendiri, meksipun Bank Dunia merupakan sebuah institusi yang
baik dalam memberikan pinjaman kepada negara-negara khususnya negara-negara di dunia
ketiga untuk merekonstruksi pembangunan dalam negeri mereka paska perang, negara-negara
yang mendapatkan pinjaman tersebut harus memikirkan untung dan ruginya sebelum mereka
mau meminta bantuan kepada Bank Dunia.

Anda mungkin juga menyukai