Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN DISKUSI FISIOLOGI TUMBUHAN

SEMESTER GENAP
TAHUN AJARAN 2014/2015

ORGAN TUMBUHAN YANG MENGHASILKAN FITOHORMON DAN HORMON
LAIN YANG BERPERAN DALAM PERTUMBUHAN TUMBUHAN



NAMA : AGINTA PUTRI REHULINA KELIAT
140410120037
KELOMPOK 9



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Makhluk hidup selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
adalah proses kenaikan volume yang bersifat irreversible (tidak dapat balik) karena adanya
penambahan substansi termasuk di dalamnya ada perubahan bentuk yang menyertai
penambahan volume tersebut. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju kedewasaan
pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif yaitu makhluk hidup dikatakan dewasa apabila
alat perkembangbiakannya telah berfungsi. Seperti pada tumbuhan apabila telah berbunga
maka tumbuhan itu sudah dikatakan dewasa.
Tumbuhan juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan seperti memanjangnya
batang, akar dan sebagainya. Pemekaran bunga, pemasakan buah adalah salah satu
perkemabngan yang dialami oleh tumbuhan. Pemekaran bunga dan pemasakan buah kalau
kita teliti lebih lanjut sangatlah bervariasi sesuai dengan lingkungan dan jenis pohon itu
sendiri. Sebenarnya semua pemekaran bunga, pemanjangan atau pertumbuhan tunas-tunas
baru pada tumbuhan tersebut diatur oleh hormon tumbuhan yang dihasilkan pada bagian
tertentu dari tumbuhan itu sendiri.
Oleh sebab itu kita harus tahu organ pada tumbuhan tersebut yang menghasilkan
hormon (fitohormon). Fitohormon ini sering disebut juga dengan zat pengatur tumbuh.
Hormon merupakan hasil sekresi dalam tubuh yang dapat memacu pertumbuhan, tetapi ada
pula yang dapat menghambat pertumbuhan.









BAB II
PEMBAHASAN
Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman. Hormon
tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah
mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama tentang proses
pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti
pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh
hormon tanaman (Dewi, 2008).
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi
sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila
konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif
akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari
proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup jenisnya (Dewi, 2008).
Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan. Konsentrasi
yang sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu
atau menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel tumbuhan dan
dapat mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan (Dewi,
2008).
Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada tumbuhan sering
mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping mempengaruhi sel
lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur tumbuh untuk
membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak jauh (Dewi,
2008).
Menurut Gardner dalam Haerunisa (2010), sifat sifat tertentu yang dimiliki senyawa
fitohormon yaitu :
1. Tempat sintesis berbeda dari tempat aktivitas (misalnya, sintesis di pucuk dan daun muda,
tetapi responnya pada batang, akar, atau organ organ lain).
2. Respon bisa dihasilkan meskipun jumlahnya yang sangat kecil misalnya dalam
konsentrasinya bisa sekecil nanogram)
3. Tidak seperti vitamin dan enzim, respon mungkin berbentuk formatif dan lastik (tidak
terpulihkan).

2.1 Lima Tipe ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)
Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe utama ZPT yaitu auksin,
sitokinin, giberelin, asam absisat dan etilen. Tiap kelompok ZPT dapat menghasilkan
beberapa pengaruh yaitu kelima kelompok ZPT mempengaruhi pertumbuhan, namun hanya 4
dari 5 kelompok ZPT tersebut yang mempengaruhi perkembangan tumbuhan yaitu dalam hal
diferensiasi sel (Deana, 2007).
Seperti halnya hewan, tumbuhan memproduksi ZPT dalam jumlah yang sangat
sedikit, akan tetapi jumlah yang sedikit ini mampu mempengaruhi sel target. ZPT
menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target untuk membelah atau
memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan dengan cara menghambat pembelahan
atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat mempengaruhi metabolisme dan
perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan ini dengan cara mempengaruhi lintasan
sinyal tranduksi pada sel target. Pada tumbuhan seperti halnya pada hewan, lintasan ini
menyebabkan respon selular seperti mengekspresikan suatu gen, menghambat atau
mengaktivasi enzim, atau mengubah membran (Deana, 2007).
Pengelompokan hormon pada tumbuhan didasarkan dari struktur kimia, letak dan
pengaruh hormon tersebut terhadap tumbuhan itu sendiri. Macam-macam hormon pada
tumbuhan adalah sebagai berikut (Utomo, 2007):
2.1.1 Auksin
Auksin adalah senyawa asam asetat dengan gugus indol bersama derivatnya. Pusat
pembentukan auksin adalah ujung keleoptil (pucuk tumbuhan). Jika terkena cahaya matahari,
auksin akan mengalami kerusakan sehingga menghambat pertumbuhan tumbuhan. Hal ini
menyebabkan batang membelok ke arah datangnya cahaya karena pertumbuhan bagian yang
tidak terkena cahaya, lebih cepat daripada bagian yang terkena cahaya.
Auksin banyak diproduksi di jaringan meristem pada bagian ujung-ujung tumbuhan,
seperti kuncup bunga, pucuk daun dan ujung batang. Auksin tersebut disebarkan ke seluruh
bagian tumbuhan, tetapi tidak semua bagian mendapat bagian yang sama. Bagian yang jauh
dari ujung akan mendapatkan auksin lebih sedikit.
Berdasarkan struktur dasar molekulnya, auksin dapat dibagi menjadi indoles, phenols,
dan napthalines.
Struktur Kimia auksin

a. Auksin Di Dalam Perpanjangan Sel
Meristem tunas apikal adalah tempat utama sintesis auksin. Pada saat auksin bergerak
dari ujung tunas ke bawah ke daerah perpanjangan sel, maka hormon auksin mengstimulasi
pertumbuhan sel, mungkin dengan mengikat reseptor yang dibangun di dalam membran
plasma.
Auksin akan menstimulasi pertumbuhan hanya pada kisaran konsentrasi tertentu;
yaitu antara : 10-8 M sampai 10-4 M. Pada konsentrasi yang lebih tinggi; auksin akan
menghambat perpanjangan sel, mungkin dengan menginduksi produksi etilen, yaitu suatu
hormon yang pada umumnya berperan sebagai inhibitor pada perpanjangan sel.
Berdasarkan suatu hipotesis yang disebut hipotesis pertumbuhan asam (acid growth
hypothesis), pemompaan proton membran plasma memegang peranan utama dalam respon
pertumbuhan sel terhadap auksin. Di daerah perpanjangan tunas, auksin menstimulasi
pemompaan proton membran plasma, dan dalam beberapa menit; auksin akan meningkatkan
potensial membran (tekanan melewati membran) dan menurunkan pH di dalam dinding sel.
Pengasaman dinding sel ini, akan mengaktifkan enzim yang disebut ekspansin; yang
memecahkan ikatan hidrogen antara mikrofibril sellulose, dan melonggarkan struktur dinding
sel. Ekspansin dapat melemahkan integritas kertas saring yang dibuat dari sellulose murni.
Penambahan potensial membran, akan meningkatkan pengambilan ion ke dalam sel,
yang menyebabkan pengambilan air secara osmosis. Pengambilan air, bersama dengan
penambahan plastisitas dinding sel, memungkinkan sel untuk memanjang. Auksin juga
mengubah ekspresi gen secara cepat, yang menyebabkan sel dalam daerah perpanjangan,
memproduksi protein baru, dalam jangka waktu beberapa menit. Beberapa protein,
merupakan faktor transkripsi yang secara menekan ataupun mengaktifkan ekspresi gen
lainnya.
Untuk pertumbuhan selanjutnya, setelah dorongan awal ini, sel akan membuat lagi
sitoplasma dan bahan dinding sel. Auksin juga menstimulasi respon pertumbuhan
selanjutnya.
b. Auksin dalam Pembentukan Akar Lateral dan Akar Adventif
Auksin digunakan secara komersial di dalam perbanyakan vegetatif tumbuhan melalui
stek. Suatu potongan daun, maupun potongan batang, yang diberi serbuk pengakaran yang
mengandung auksin, seringkali menyebabkan terbentuknya akar adventif dekat permukaan
potongan tadi.
Auksin juga terlibat di dalam pembentukan percabangan akar. Beberapa peneliti
menemukan bahwa dalam mutan Arabidopsis, yang memperlihatkan perbanyakan akar lateral
yang ekstrim ternyata mengandung auksin dengan konsentrasi 17 kali lipat dari konsentrasi
yang normal.
2.1.2 Sitokinin
Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang mendorong pembelahan
(sitokinesis). Beberapa macam sitokinin merupakan sitokinin alami (misal : kinetin, zeatin)
dan beberapa lainnya merupakan sitokinin sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan
yang tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar
selanjutnya diangkut oleh xilem menuju sel-sel target pada batang.
Ahli biologi tumbuhan juga menemukan bahwa sitokinin dapat meningkatkan
pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin juga menunda
penuaan daun, bunga dan buah dengan cara mengontrol dengan baik proses kemunduran
yang menyebabkan kematian sel-sel tanaman. Penuaan pada daun melibatkan penguraian
klorofil dan protein-protein, kemudian produk tersebut diangkut oleh floem ke jaringan
meristem atau bagian lain dari tanaman yang membutuhkannya. Daun kacang jogo
(Phaseolus vulgaris) yang ditaruh dalam wadah berair dapat ditunda penuaannya beberapa
hari apabila disemprot dengan sitokinin. Sitokinin juga dapat menghambat penuaan bunga
dan buah. Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang kompleks yaitu tunas
lateralnya tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola pertumbuhan ini merupakan
hasil interaksi antara auksin dan sitokinin dengan perbandingan tertentu.
Sitokinin diproduksi dari akar dan diangkut ke tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di
kuncup terminal kemudian diangkut ke bagian bawah tumbuhan. Auksin cenderung
menghambat aktivitas meristem lateral yang letaknya berdekatan dengan meristem apikal
sehingga membatasi pembentukan tunas-tunas cabang dan fenomena ini disebut dominasi
apikal. Kuncup aksilar yang terdapat di bagian bawah tajuk (daerah yang berdekatan dengan
akar) biasanya akan tumbuh memanjang dibandingkan dengan tunas aksilar yang terdapat
dekat dengan kuncup terminal. Hal ini menunjukkan ratio sitokinin terhadap auksin yang
lebih tinggi pada bagian bawah tumbuhan.
Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah satu cara
tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah akar yang
banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin
ini akan menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak.
Interaksi antagonis ini umumnya juga terjadi di antara ZPT tumbuhan lainnya.
Struktur kimia sitokinin



2.1.3 Giberelin
Pada saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 110 macam senyawa giberelin
yang biasanya disingkat sebagai GA. Setiap GA dikenali dengan angka yang terdapat
padanya, misalnya GA6 . Giberelin dapat diperoleh dari biji yang belum dewasa (terutama
pada tumbuhan dikotil), ujung akar dan tunas , daun muda dan cendawan. Sebagian besar GA
yang diproduksi oleh tumbuhan adalah dalam bentuk inaktif, tampaknya memerlukan
prekursor untuk menjadi bentuk aktif. Pada spesies tumbuhan dijumpai kurang lebih 15
macam GA. Disamping terdapat pada tumbuhan ditemukan juga pada alga, lumut dan paku,
tetapi tidak pernah dijumpai pada bakteri. GA ditransportasikan melalui xilem dan floem,
tidak seperti auksin pergerakannya bersifat tidak polar.
Asetil koA, yang berperan penting pada proses respirasi berfungsi sebagai prekursor
pada sintesis GA. Kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan pada tanaman lebih
kuat dibandingkan dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh auksin apabila diberikan secara
tunggal. Namun demikian auksin dalam jumlah yang sangat sedikit tetap dibutuhkan agar GA
dapat memberikan efek yang maksimal.
Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi juga terlibat dalam
proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin. Pada beberapa tanaman
pemberian GA bisa memacu pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji.
Disintesis pada ujung batang dan akar, giberelin menghasilkan pengaruh yang cukup
luas. Salah satu efek utamanya adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Pengaruh
GA umumnya meningkatkan kerja auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT
tersebut belum diketahui secara pasti. Demikian juga jika dikombinasikan dengan auksin,
giberelin akan mempengaruhi perkembangan buah misalnya menyebabkan tanaman apel,
anggur, dan terong menghasilkan buah walaupun tanpa fertilisasi. Diketahui giberelin
digunakan secara luas untuk menghasilkan buah anggur tanpa biji pada varietas Thompson.
Giberelin juga menyebabkan ukuran buah anggur lebih besar dengan jarak antar buah yang
lebih renggang di dalam satu gerombol
Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji pada banyak tanaman.
Biji-biji yang membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk berkecambah seperti suhu
rendah akan segera berkecambah apabila disemprot dengan giberelin. Diduga giberelin yang
terdapat di dalam biji merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik
yang menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam jumlah
cukup akan menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang
mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat di
dalam biji. Pada beberapa tanaman, giberelin menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT
lainnya misalnya dengan asam absisat yang menyebabkan dormansi biji.
Struktur Kimia Giberelin





2.1.4 Asam Absisat
Musim dingin atau masa kering merupakan waktu dimana tanaman
beradaptasi menjadi dorman (penundaan pertumbuhan). Pada saat itu, ABA yang dihasilkan
oleh kuncup menghambat pembelahan sel pada jaringan meristem apikal dan pada kambium
pembuluh sehingga menunda pertumbuhan primer maupun sekunder. ABA juga memberi
sinyal pada kuncup untuk membentuk sisik yang akan melindungi kuncup dari kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan. Dinamai dengan asam absisat karena diketahui
bahwa ZPT ini menyebabkan absisi/rontoknya daun tumbuhan pada musim gugur. Nama
tersebut telah popular walaupun para peneliti tidak pernah membuktikan kalau ABA terlibat
dalam gugurnya daun.
Pada kehidupan suatu tumbuhan, merupakan hal yang menguntungkan untuk
menunda/menghentikan pertumbuhan sementara. Dormansi biji sangat penting terutama bagi
tumbuhan setahun di daerah gurun atau daerah semiarid, karena proses perkecambahan
dengan suplai air terbatas akan mengakibatkan kematian. Sejumlah faktor lingkungan
diketahui mempengaruhi dormansi biji, tetapi pada banyak tanaman ABA tampaknya
bertindak sebagai penghambat utama perkecambahan. Biji-biji tanaman setahun tetap dorman
di dalam tanah sampai air hujan mencuci ABA keluar dari biji. Sebagai contoh, tanaman dune
primroses (bunga putih) dan tanaman matahari (bunga kuning) di gurun Anza Borrego
(California), biji-bijinya akan berkecambah setelah hujan deras .
Sebagaimana telah dibahas di atas bahwa giberelin juga berperan dalam
perkecambahan biji. Pada banyak tumbuhan, rasio ABA terhadap giberelin menentukan
apakah biji akan tetap dorman atau berkecambah. Hal yang sama juga terdapat pada kasus
dormansi kuncup yang pertumbuhannya dikontrol oleh keseimbangan konsentrasi antar ZPT.
Sebagai contoh pada pertumbuhan kuncup dorman tanaman apel, walaupun konsentrasi ABA
pada kenyataannya lebih tinggi, tetapi gibberellin dengan konsentrasi yang tinggi pada
kuncup yang sedang tumbuh menunjukkan pengaruh yang sangat kuat pada penghambatan
pertumbuhan tunas dorman.
Selain perannya pada dormansi, ABA berperan juga sebagai stress plant growth
hormon yang membantu tanaman tersebut menghadapi kondisi yang tidak menguntungkan,
misalnya pada saat tumbuhan mengalami dehidrasi, ABA diakumulasikan di daun dan
menyebabkan stomata menutup. Hal ini walaupun mengurangi laju fotosintesis, tumbuhan
akan terselamatkan dari kehilangan air lebih banyak melalui proses transpirasi.
Struktur kimia asam absisat






2.1.5 Etilen
Buah-buahan terutama yang sudah tua melepaskan gas yang disebut etilen. Etilen
disintesis oleh tumbuhan dan menyebabkan proses pemasakan yang lebih cepat. Selain etilen
yang dihasilkan oleh tumbuhan, terdapat etilen sintetik, yaitu etepon (asam 2-
kloroetifosfonat). Etilen sintetik ini sering di gunakan para pedagang untuk mempercepat
pemasakan buah. Oleh karena itu buah yang tua sering diletakkan di tempat tertutup
(diperam) agar cepat masak.
Etilen merupakan senyawa unik dan hanya dijumpai dalam bentuk gas. senyawa ini
memaksa pematangan buah, menyebabkan daun tanggal dan merangsang penuaan. Tanaman
sering meningkatkan produksi etilen sebagai respon terhadap stress dan sebelum mati.
Konsentrasi etilen fluktuasi terhadap musim untuk mengatur kapan waktu menumbuhkan
daun dan kapan mematangkan buah.
Selain memacu pematangan, etilen juga memacu perkecambahan biji, menebalkan
batang, mendorong gugurnya daun, dan menghambat pemanjangan batang kecambah. Selain
itu, etilen menunda pembungaan, menurunkan dominansi apikal dan inisiasi akar, dan
menghambat pemanjangan batang kecambah.
Struktur Kimia Etilen




Selain lima hormon ZPT tersebut juga terdapat hormon lain yang berfungsi dalam
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Homon lain tersebut, diantaranya (Dewi, 2008) :
1. Oligosakarin
Merupakan senyawa oligogalakturonida, yaitu asam galaktrunat berantai pendek yang
merupakan sejenis gula yang dimodifikasi dan disebut GALU. Senyawa ini mirip dengan
system imun manusia, yaitu memicu respon pertahanan terhadap patogen. Selain itu, senyawa
ini mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel serta pembungaan.
Struktur kimia oligosakarida

GALU GALU GALU
n

2. Brasinosteroid
Brasinosteroid (BR) adalah hormon endogen berupa steroid yang dapat memacu
pertumbuhan dan dapat ditemukan pada biji, serbuk sari, dan jaringan vegetatif, serta
berfungsi pada konsetrasi nanomolar untuk memengaruhi perbesaran dan perbanyakan sel.
Brasinosteroid juga berinteraksi dengan hormon tanaman yang lain contohnya auksin serta
faktor lingkungan untuk meregulasi secara keseluruhan bentuk dan fungsi tanaman Fungsinya
yang penting bagi tumbuhan adalah untuk perpanjangan organ, diferensiasi jaringan
pembuluh, kesuburan, perkembangan daun, dan respon terhadap cahaya Brasinosteroid
pertama kali diisolasi dari serbuk sari tumbuhan mustard, namun ini diketahui terdapat juga
pada beberapa spesies lainnya. Salah satu contoh brasinosteroid adalah kastasteron yang ada
pada tunas kacang polong dan berfungsi dalam proses pemanjangan tunas.

Struktur Kimia Brasinosteroid


3. Asam Traumalin
Asam traumalin merupakan hormon hipotetik, yaitu gabungan beberapa aktivitas
hormon yang ada (auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat). Apabila tumbuhan
mengalami luka atau perlukaan karena gangguan fisik, maka akan segera terbentuk kambium
gabus.
Pembentukan kambium gabus itu terjadi karena adanya pengaruh hormon luka (asam
traumalin). Sebenarnya, peristiwa ini merupakan hasil kerja sama antarhormon pada
tumbuhan yang disebut restitusi (regenerasi). Awalnya, luka pada tumbuhan akan memacu
pengeluaran hormon luka yang kemudian merangsang pembentukan kambium gabus.
Pembentukan kambium gabus dilakukan oleh hormon giberelin. Selanjutnya, karena
pengaruh hormon sitokinin, terbentuklah sel-sel baru yang akan membentuk jaringan penutup
luka yang disebut kalus.


4. Hormon Kalin
Kalin merupakan hormon yang mempengaruhi pembentukan organ. Hormone ini,
dihasilkan pada jaringan meristem. Berdasarkan organ yang dipengaruhinya, kalin dibedakan
atas:
a. Rhizokalin, mempengaruhi pembentukan akar.
b. Kaulokalin, mempengaruhi pembentukan batang.
c. Filokalin, mempengaruhi pembentukan daun.
d. Antokalin, mempengaruhi pembentukan bunga.
5. Triakontanol
Triakontanol adalah alkohol rantai panjang yang memeiliki 30 atom karbon dalam
molekulnya. Triakontanol merupakan alkohol lemak, juga lebih dikenal dengan Melissyl
alkohol atau Myricyl alkohol.
Kelompok OH, ciri dari alkohol, berada pada akhir rantai. Rumus kimianya CHO dan
berat molekulnya adalah 438,42. Dalam suhu kamar, triakontanol berbentuk solid (padat) dan
titik cairnya pada suhu 85-90oC.Triakontanol tidak larut dalam air, larut dalam pelarut
organik yang berbeda, polaric dan non-polaric . di alam triakontanol dapat ditemukan dalam
kutikula dari berbgai jenis tanaman.
Dalam bentuk ester, dimana triakontanol bereaksi dengan asam dan bahan padat
ditemukan dalam lilin. 1-triakontanol yang ditemukan sekitar 1930-an, sampai hari ini juga
diproduksi secara sintetis, menghasilkan begitu banyak produk murni daripada ketika
diekstrak dari bahan tanaman.
Triakontanaol merupakan pemacu pertumbuhan (groeth stimulant) pada beberapa
jenis tanaman, sebagian besar ditemukan pada ros yang pemberiannya meningkatkan jumlah
basal breaks.






BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tentang fitohormon dan zat pengatur tumbuh pada
tumbuhan dapat disimpulkan :
1. Hormon Auksin banyak diproduksi di jaringan meristem pada bagian ujung-ujung
tumbuhan, seperti kuncup bunga, pucuk daun dan ujung batang.
2. Hormon Sitokinin diproduksi dari akar dan diangkut ke tajuk, sedangkan auksin
dihasilkan di kuncup terminal kemudian diangkut ke bagian bawah tumbuhan.
3. Hormon Giberelin disintesis pada ujung batang dan akar, selain itu juga dihasilkan
pada daun muda dan embrio.
4. Hormon Asam Absisat diproduksi pada daun, batang, akar, dan buah berwarna
hijau.
5. Hormon Etilen diproduksi pada Buah yang matang, buku pada batang, dan daun
yang sudah menua.
6. Terdapat hormon yang berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan pada
tumbuhan selain ZPT (Zat Pengatur Tumbuh), yaitu : Oligosakarin,
Brasinosteroid, Asam Traumalin, Hormon Kalin, dan Triakontanol.












DAFTAR PUSTAKA
Deana, Puspa Dewi. 2007. Zat Pengatur Tumbuh pada Tumbuhan. Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa : Serang
Dewi, Intan Ratna. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman.
Makalah Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran : Bandung.
Haerunisa, Rizki. 2010. Laporan Inisiasi Pada Akar Tanaman. Institut Pertanian Bogor :
Bogor
Utomo, Budi. 2007. Organ tumbuhan yang menghasilkan Fitohormon. Universitas Negri
Yogyakarta : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai