INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA SURABAYA 2014 I. LATAR BELAKANG
Saat ini tanaman sorgum mulai dikembangkan di Indonesia sebagai pakan ternak dan alternatif solusi terhadap ancaman krisis pangan dan energi. Riset dan teknologi berbasis sorgum telah dikembangkan di bidang on farm dan off-farm, akan tetapi hanya pemuliaan tanaman dan budidaya untuk pakan ternak yang sudah diterapkan pada skala industri, sedangkan pemanfaatan biji untuk pangan dan nira untuk pembuatan bioetanol & jaggery masih terbatas pada skala kecil. Pada skala industri, biji sorgum belum termanfaatkan secara optimal, padahal mempunyai nilai gizi yang memadai sebagai bahan pangan. Pengolahan dan pemanfaatan biji sorgum masih belum berkembang karena mengandung tanin yang menyebabkan rasa sepat dan kurang disukai dalam produk pangan hasil olahannya. Di samping itu, teknologi pengolahan pasca panen (alat penyosoh biji sorgum) belum tersedia di pasaran dan belum ada industri yang menampung/mengolah biji sorgum yang dihasilkan oleh petani. Hal ini menyebabkan nilai tambah tanaman sorgum masih sangat kecil karena hanya batang/daunnya saja yang termanfaatkan secara optimal. Di sisi lain, ketergantungan bahan baku industri pangan terhadap gandum impor yang pada tahun 2012 telah mencapai 7 juta ton (senilai 35 triliun) harus dikurangi, sebagai upaya pencapaian ketahanan pangan jangka panjang dan menciptakan kemandirian bangsa. Salah satunya adalah dengan mengolah biji sorgum menjadi tepung sorgum termodifikasi untuk substitusi terigu. Teknologi modifikasi tepung sorgum dilakukan dengan proses penyosohan biji sorgum, penepungan, modifikasi dengan teknik ekstrusi, pengeringan dan penepungan kembali, serta pengayakan, pada kapasitas 1 ton/hari. Proses modifikasi dilakukan terhadap tepung sorgum agar memiliki sifat fisiko- kimia (pasting properties, swelling power, dan solubility) mendekati terigu. Tepung sorgum termodifikasi dapat digunakan untuk pembuatan noodle (substitusi 50% terhadap terigu), cake (dari sorgum termodifikasi hingga 100%), dan cookies (dari sorgum termodifikasi hingga 100%). Difusi teknologi dilakukan dengan memberikan rekomendasi dan alih teknologi kepada PT. Sinar Fajar Timur dan PTPN XII tentang penerapan teknologi produksi tepung sorgum termodifikasi dalam sistem produksi kapasitas 1 ton/hari. Industri pangan olahan yang selama ini hanya bertumpu pada tepung terigu dapat memanfaatkan tepung sorgum termodifikasi in
II. PENDAHULUAN Sorgum (Sorghum bicolor) merupakan jenis tanaman serealia yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daya adaptasi lingkungan yang cukup luas, khususnya pada lahan marginal.
Unsur Nutrisi Kandungan/100 g
Beras
Sorgu m
Terigu Ubi kayu
Jagung
Kedele
Kentang
Ubi jalar Kalori (cal)
360
332
365
146
361
286
83
123 Protein (g)
7.0
11.0
8.9
1.2
8.7
30.2
2
1.8 Lemak (g)
0.7
3.3
1.3
0.3
4.5
15.6
0.1
0.7 Karbohidrat (g)
79
73.0
77
34.7
72.4
30.1
19
28 Air (%) 9.8 11.2 12 63 13.5 - - - Serat (%)
1
2.3
-
-
2.70
-
-
- Kalsium (mg)
6.0
28.0
16
33.0
9.0
196
11
30
Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air, serta relatif tahan terhadap gangguan hama/penyakit (Sirappa, 2003). Potensi sorgum di Indonesia sangat besar hal ini diindikasikan oleh besarnya potensi lahan marginal di seluruh Indonesia yang berkisar 853 ribu hektar (Departemen Pertanian). Apabila lahan marginal tersebut dikelola untuk budidaya sorgum akan menghasilkan sekitar 6-10 juta ton biji/tahun, 75-100 juta ton batang/tahun yang mengandung 40-60 juta kL nira/tahun. Pemanfaatan tanaman sorgum di Indonesia saat ini sebagian besar digunakan untuk pakan ternak (silase) dengan memanfaatkan batang/daunnya. Pemanfaatan biji sorgum untuk pangan dan nira untuk pembuatan bioetanol & jaggery (gula merah) masih terbatas pada skala kecil, dan cenderung terabaikan oleh masyarakat. Minimnya pemanfaatan biji sorgum di Indonesia sangat disayangkan, padahal sorgum mempunyai nilai gizi yang memadai sebagai bahan pangan. Perbandingan kandungan gizi sorgum terhadap bahan pangan lain tersaji pada tabel berikut: Tabel 1. Kandungan Nutrisi Sorgum dalam 100 gr Bahan Dibanding Bahan Pangan Lain
Sumber: DEPKES RI., Direktorat Gizi (1992) & Beti et al.(1990)
Besi (mg)
0.8
4.4
1.2
0.7
4.6
6.9
0.7
0.7 Posfor (mg)
140
287
106
40
380
506
56
49 Vit. B1
0.12
0.38
0.12
0.06
0.27
0.93
Tabel 2. Kandungan Asam Amino Esensial Sorgum dan Bahan Pangan Lain
Meskipun mempunyai kandungan nutrisi dan asam amino esensial yang cukup tinggi dibandingkan bahan pangan lainnya, pemanfaatan sorgum sebagai bahan pangan di Indonesia saat ini masih terbatas. Sebenarnya sorgum mempunyai potensi cukup besar sebagai bahan pangan, namun pemanfaatannya belum berkembang antara lain karena penyosohan biji sorgum cukup sulit dilakukan. Di Indonesia, biji sorgum digunakan sebagai bahan makanan substitusi beras, namun karena kandungan taninnya cukup tinggi (0,403,60%), hasil olahannya kurang enak. Pemanfaatan biji sorgum saat ini pada umumnya hanya digunakan sebagai pakan burung, karena masyarakat belum menguasai teknologi pengolahan dan pemanfaatan bijinya yang mengandung tanin. Di samping itu, teknologi pengolahan pasca panen (alat penyosoh biji sorgum) juga belum tersedia di pasaran. Hal lain yang menyebabkan belum berkembangnya pemanfaatan biji sorgum adalah belum adanya industri yang menampung dan mengolah biji sorgum yang dihasilkan oleh petani menjadi produk pangan olahan, sehingga nilai tambah sorgum masih sangat kecil karena hanya batang/daunnya saja yang termanfaatkan secara optimal. Hal tersebut menyebabkan produksi sorgum nasional di tingkat petani saat ini masih lesu, karena belum ada industri penggunanya. Pada umumnya petani hanya menanam saat ada pesanan dari pengguna. Kapasitas produksi sorgum akan meningkat apabila sorgum dapat diangkat menjadi salah satu komoditas strategis dalam pengembangan sistem agribisnis dan agroindustri, antara lain pengembangan pemanfaatan biji sorgum sebagai bahan baku industri pangan. Melihat potensi sorgum yang sangat prospektif, pengembangan sorgum harus terus ditingkatkan untuk meningkatkan ketahanan pangan, sesuai dengan Peraturan Presiden no. 22 tahun 2009 tentang kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal. Biji sorgum dapat diolah menjadi tepung sorgum termodifikasi untuk substitusi tepung terigu (50-100%) sebagai bahan baku pangan olahan seperti noodle, bolu dan cookies. Pada tahun 2012 impor gandum Indonesia mencapai 7 juta ton (senilai 35 triliun Rupiah) atau setara dengan konsumsi terigu 5,7 juta ton, dan diperkirakan konsumsi gandum nasional naik 6% per tahun. Industri pengguna terigu nasional terdiri dari 60% UKM, 32% industri modern, dan 8% rumah tangga, dengan konsumsi terbesar untuk pembuatan mie (noodle) dan cookies. Ketergantungan bahan baku industri pangan terhadap gandum (impor) harus dikurangi, sebagai upaya pencapaian ketahanan pangan jangka panjang dan menciptakan kemandirian bangsa. Salah satunya dengan memanfaatkan tepung sorgum termodifikasi untuk substitusi terigu. Proses modifikasi tepung sorgum dilakukan dengan teknologi penyosohan biji sorgum, penepungan, modifikasi dengan teknik ekstrusi, pengeringan dan penepungan kembali, serta pengayakan, pada skala 1 ton/hari. Proses modifikasi dilakukan terhadap tepung sorgum agar memiliki sifat fisiko-kimia (pasting properties, swelling power, dan solubility) mendekati tepung terigu, sehingga dapat digunakan untuk substitusi terigu sebagai bahan baku pangan olahan. Paket teknologi tersebut perlu didifusikan kepada masyarakat industri, khususnya industri pangan berbasis pati dan PPBT (Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi) agar dapat diterapkan dalam skala industri dan dapat menstimulus tumbuhnya start-up company yang memproduksi tepung sorgum termodifikasi. Sorgum merupakan salah satu bahan makanan serealia penting yang menyediakan energi, protein, vitamin dan anti-oksidan. Komponen utama sorgum yang mempengaruhi kualitas makanan adalah pati (starch) dan protein (Taylor et al., 2006). Pati merupakan komponen utama yang memainkan peranan penting dalam produk makanan dan biasanya digunakan sebagai pengental (thickener) dan gelling agent. Sorgum mempunyai suhu gelatinasi yang lebih tinggi dibandingkan gandum, sehingga sorgum menyerap lebih banyak air dibandingkan dengan gandum. Hal tersebut dapat diatasi dengan proses pragelatinasi pati menggunakan teknik ekstrusi, sehingga sifat swelling power, pasting properties, dan solubility dapat ditingkatkan. Selain itu, protein sereal juga merupakan komponen penting sebagai struktur pembangun dalam makanan. Protein utama yang terdapat pada sorgum adalah kafirin yang terbungkus dalam protein body. Sorgum mempunyai protein body yang kaku (rigid) karena sifat polimerik ikatan disulfida dari protein gamma & beta- prolamin yang ditemukan pada tepi luar badan sorgum (Chanapamokkhot, H. dan M. Thongngam, 2007). Agar kafirin dapat digunakan dalam pengolahan makanan, protein body (kafirin) harus dimodifikasi struktur proteinnya. Struktur protein body dapat dimodifikasi dengan perlakuan tegangan geser atau tekanan & suhu yang tinggi (proses ekstrusi) sehingga akan meningkatkan penggunaan kafirin sebagai komponen fungsional dalam produk pangan olahan (Hamaker dan Bugusu, 2003). Penggunaan teknik ekstrusi dapat memodifikasi struktur protein dan sifat fungsional tepung sorgum, sehingga tepung sorgum dapat lebih mudah/cocok digunakan untuk substitusi tepung gandum sebagai bahan pangan olahan, terutama industri noodle, cookies, cake, dan biskuit.
III. METODE Penyiapan paket teknologi produksi tepung sorgum termodifikasi untuk subtitusi tepung terigu, baik hardware maupun software, dilakukan melalui pengujian proses modifikasi tepung sorgum dengan perlakuan panas dan tekanan (teknik ekstrusi) hingga diperoleh karakteristik fisiko-kimia produk sorgum termodifikasi yang mendekati terigu. Proses modifikasi dilakukan dengan rancangan percobaan (experimental design) yang disusun dengan metode central composite design pada beberapa variabel bebas. Tiap variabel terdiri dari 3 level (level atas, level tengah, dan level bawah). Metode optimasi berdasarkan metode permukaan respon (RSM) melibatkan 3 langkah utama yaitu: rancangan percobaan yang menggunakan pendekatan statistik, estimasi koefisien model matematik dan prediksi respon dan terakhir pencocokan model. Respon yang diamati adalah RVA pasting properties, swelling power, dan solubility. Pengukuran RVA Pasting Properties dilakukan dengan Brabender Viscograph E (USB) version 4.0.5 pada konsentrasi 6%, swelling power diukur dengan metode Leach, dan solubility diukur dengan metode Kainuma. Analisa komponen intrinsik juga dilakukan terhadap produk sorgum termodifikasi dengan parameter kadar air, protein, karbohidrat total, lemak, serat, abu, natrium, kalsium, dan anti-oksidan. Metode yang digunakan dalam melakukan kajian tekno ekonomi produksi tepung sorgum termodifikasi adalah metoda observasi dan survey dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Perhitungan dan analisis kelayakan usaha menggunakan parameter NPV (net present value), B/C ratio (benefit cost ratio), PBP (payback period), dan IRR (internal rate of return). Sosialisasi dilakukan kepada stake holder melalui berbagai metode, antara lain melalui presentasi dan diskusi terhadap stake holder, pengujian aplikasi pembuatan pangan olahan di berbagai industri pangan dan UKM, pameran pangan, focus Group Discussion (FGD), dan penerapan teknologi serta pemasaran produk tepung sorgum termodifikasi oleh mitra (PT. Sinar Fajar Timur) di tingkat grosir. Difusi teknologi dilakukan dengan memberikan rekomendasi dan alih teknologi kepada mitra tentang teknologi produksi tepung sorgum termodifikasi, yang disertai dengan penerapan teknologi produksi tepung sorgum termodifikasi untuk substitusi tepung terigu dalam sistem produksi kapasitas 1 ton/hari.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengujian proses modifikasi tepung sorgum diperoleh informasi teknis yang memuat teknologi proses produksi tepung sorgum termodifikasi, yaitu: - Spesifikasi bahan baku: Bahan baku yang digunakan adalah biji sorgum varietas Numbu dengan kadar air maksimal 12% yang diperoleh dari hasil budidaya kebun percobaan Balai Besar Teknologi Pati, Lampung. Biji sorgum harus disosoh terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan tanin pada bagian kulit luar (perikarp) yang akan menyebabkan rasa sepat pada produk pangan. Penyosohan dilakukan dengan menggunakan mesin penyosoh biji sorgum hasil rekayasa Balai Besar Teknologi Pati. Biji sorgum varietas Numbu sebelum dan sesudah disosoh disajikan pada gambar1:
(a) (b) Gambar 1. Biji Sorgum Varietas Numbu yang (a) Belum disosoh ; dan (b) Sudah Disosoh
- Konsep Proses: Modifikasi tepung sorgum dilakukan dengan cara memodifikasi struktur pati dan protein kafirin yang terbungkus dalam protein body, sehingga mempunyai sifat fisiko- kimia (swelling power, solubility, dan pasting properties) mendekati tepung terigu. Modifikasi dilakukan dengan perlakuan panas dan tekanan pada berbagai variabel proses, antara lain: 1. Diameter die (lubang pencetak bahan) 2. Kecepatan putaran motor screw ekstruder 3. Kecepatan putaran motor screw feeder 4. Kecepatan putaran motor cutter 5. Kadar air umpan (feed) 6. Temperatur ekstrusi Terigu
Sorgum Segitiga Modifie Karakteristik Alami Biru d
(Native) (Bench Sorghu
Mark) m Flour
Pasting Properties Beginning Gelatinization 23 BU : 88.7 o C 139 BU: 93.6 o C 13 BU 3.45 0.24 10.4 3.98 7.22 76.7
2.91 1.33 r) 19 BU : 86.8 o C 34 BU : 91.5 o C 3 BU 6.15 1 11.1 0.7 10.79 76.1 21 BU : 83.3 o C Max. Viscosity 33 BU : 89 o C Breakdown 4 BU Swelling Power 7 Solubility (% b/v) 1 Kadar Air (%) 10-11 Lemak (%) 1.43 Protein (%) 7.24 Karbohidrat Total (%) 79.2 Serat (%) 0.88 0.51 15 16 - 2.27 Kadar Abu (%) 0.47 Natrium (mg/100g 8.56 Kalsium (mg/100gr) 12.97 Anti oksidan (g/gr BHA) 570.7
-Tahapan Proses Produksi Diagram alir proses produk sorgum termodifikasi disajikan pada Gambar 2.
Biji sorgum yang sudah disosoh perlu ditepungkan terlebih dahulu dan diatur kadar airnya sebelum dimodifikasi. Setelah itu, tepung sorgum alami tersebut dimodifikasi dengan perlakuan panas dan tekanan (teknik ekstrusi) pada kondisi operasi tertentu. Pada tahap ekstrusi, proses modifikasi pati/protein akan terjadi, dimana pada suatu kondisi operasi tertentu maka struktur fisik pati akan mengalami swelling/ pembengkakan sehingga functional properties-nya akan berubah sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Setelah melewati proses ekstrusi, produk dikeringkan, ditepungkan kembali (size reduction), dan diayak pada ukuran partikel 80-100 mesh, lalu dikemas dengan karung.
- Spesifikasi Produk: Produk tepung sorgum termodifikasi yang dihasilkan mempunyai sifat-fisiko kimia yang mendekati terigu komersial. Karakteristik produk tepung sorgum termodifikasi tersaji pada Tabel 3, Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai beginning gelatinization tepung sorgum alami (23 BU pada temperatur 88,7 o C) dan tepung sorgum termodifikasi (21 BU pada temperatur 83.3 o C) mendekati nilai beginning gelatinization tepung terigu (19 BU pada temperatur 86,8 o C). Di sisi lain nilai maximum viscosity, breakdown, swelling power, dan solubility tepung sorgum alami yang telah dimodifikasi mendekati nilai tepung terigu. Karakteristik komponen intrinsik kadar air, protein, karbohidrat total, dan kadar serat tepung sorgum termodifikasi relatif tidak mengalami perubahan dibanding tepung sorgum alami. Sedangkan kadar lemak dan kadar abu mengalami penurunan. Produk pangan olahan yang menggunakan bahan baku tepung sorgum termodifikasi telah diuji sensori untuk mengetahui tingkat kesukaan dan penerimaan panelis. Uji sensori dilakukan terhadap atribut warna, tekstur, aroma, dan rasa keseluruhan pada cookies dan cake sorgum. Dari hasil uji sensori tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa tingkat penerimaan cookies dan cake sorgum sangat baik dengan nilai LoA (Level of Acceptance) > 3,5 yaitu 3,61 hingga 3,75 dalam skala 1-5. Hal tersebut menunjukkan bahwa tepung sorgum termodifikasi cocok untuk digunakan dalam pembuatan cookies dan cake karena disukai oleh masyarakat. Selanjutnya, produk sorgum termodifikasi diaplikasikan dalam pembuatan berbagai pangan olahan (Gambar 3) sebagai berikut: pembuatan cookies dari 100% tepung sorgum termodifikasi pembuatan cake dari 100% tepung sorgum termodifikasi pembuatan noodle dan bakpia dengan substitusi 50% tepung sorgum termodifikasi terhadap terigu. pembuatan bubur sorgum dari 100% tepung sorgum termodifikasi
Gambar 3. Produk Pangan Olahan yang Terbuat dari Tepung Sorgum Termodifikasi
No
Items Ratio input Harga satuan
Biaya per kg produk
( Rp )
(Rp) I
II
III IV
V Bahan baku, Kg Biji Sorgum Bahan lain Utilitas Listrik, Kwh Air, Kg Packaging Plant Overhead Depresiasi Biaya bunga Gaji Maintenance Biaya umum
1,17 0,39
2.800 1.700
70 10 50
100 157 1.410 100 50
3.276 663
70 10 50
100 157 1.410 100 50 Total Biaya 5.886
EQUIPMENT OTY CAPACITY HARGA
(Unit)
(Rp) Mesin penyosoh Hammer mill Roller mill Mixer Ekstruder
Evaluasi Tekno Ekonomi Produksi Tepung Sorgum Termodifikasi kapasitas 1 Ton/hari Peralatan, biaya proses, dan biaya investasi yang diperlukan untuk mendirikan sistem produksi tepung sorgum termodifikasi kapasitas 1 ton/hari ditunjukkan pada Tabel 4, 5, dan 6
Tabel 4. Daftar Peralatan Utama Sistem Produksi Tepung Sorgum Termodifikasi Kapasitas 1 Ton/Hari
Tabel 5. Biaya Proses Tepung Sorgum Termodifikasi Per Kg Produk
Tabel 6. Biaya Investasi (Fixed Capital Investment)
Parameter analisa kelayakan usaha atau investasi adalah sebagai berikut : Payback Period = 3,9 Tahun Payback Period merupakan penilaian terhadap jangka waktu atau periode pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Net Present Value = Rp.222.832.000,- NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskonkan pada saat ini. Nilai NPV tersebut menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan maka proyek atau industri dinyatakan layak atau bisa dijalankan. Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio (B/C Ratio) = 1,3 Profitability Index (PI) atau Benefit and Cos Ratio (B/C Ratio) merupakan rasio aktifitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi. Nilai B/C Ratio > 1, maka investasi dinyatakan layak atau diterima. Internal Rate of Return (IRR) = 36,2% IRR digunakan dalam menentukan apakah investasi dilaksanakan atau tidak, untuk itu biasanya digunakan acuan bahwa investasi yang dilakukan harus lebih tinggi dari minimum No Fixed Capital Investment Biaya (Rp) 1 2 3
4
5
6
7
8 9 Biaya Enjiniring Biaya pra konstruksi Pekerjaan sipil Pekerjaan mekanikal/elektrikal Peralatan Biaya perpipaan /piping works Biaya pengecatan dan insulasi Precom dan commissioning Tanah Areal Pabrik 35.000.000 15.000.000 350.000.000
35.000.000
800.000.000
2.000.000
2.000.000
15.000.000 600.000.000 Total 1.854.000.000 acceptable rate of return. Minimum acceptable rate of return adalah laju pengembalian minimum dari suatu investasi yang berani dilakukan oleh seorang investor. IRR merupakan tingkat pengembalian dari modal proyek yang dianalisis. Berupa tingkat bunga pada saat NPV=0, tingkat suku bunga pada saat itu disebut IRR (Satuan % pertahun). Dari tabel perhitungan diatas didapat nilai IRR sebesar 36,2% pertahun. Nilai IRR > (i =15%), maka investasi dinyatakan layak atau diterima.
Sosialisasi Program dan Hasil Kajian Teknologi Berbasis Sorgum Kepada Industri Pangan, UKM, dan Petani. Bersama dengan mitra, sosialisasi tentang produk tepung sorgum termodifikasi (modified sorghum flour) maupun teknologi proses produksinya telah dilakukan kepada stake holder (industri pangan berbasis pati, UKM, BUMN, pemerintah daerah, lembaga riset, dan perguruan tinggi). Dalam sosialisasi tersebut disampaikan informasi teknis dan ekonomis tentang prospek pengembangan pemanfaatan sorgum, khususnya pemanfaatan biji sebagai bahan pangan olahan untuk substitusi terigu. Sosialisasi dilakukan kepada stake holder melalui berbagai metode, antara lain: 1) Presentasi dan diskusi. Presentasi disampaikan kepada mitra (PT. Sinar Fajar Timur), BUMN (PTPN XII), PT. Bogasari, serta RPN (Riset Perkebunan Nusantara) diikuti diskusi terkait pemanfaatan teknologi produksi modified sorghum flour untuk substitusi terigu dan peluang kerjasama. 2) Pengujian aplikasi pembuatan pangan olahan di berbagai industri pangan dan UKM. Telah dilakukan koordinasi dengan mitra PT. Sinar Fajar Timur untuk memberikan sampel produk sorgum termodifikasi kepada berbagai industri pangan dan UKM. Selanjutnya, sampel tersebut diuji/diaplikasikan pada industri dan diperoleh hasil pengujian yang baik dan dapat diterima oleh pengguna. Saat ini telah dilakukan negosiasi harga untuk kerjasama pemanfaatan produk sorgum termodifikasi pada skala komersial. Beberapa industri yang telah melakukan uji aplikasi antara lain: PT. Garuda Food, sedang melakukan uji aplikasi untuk produk pangan olahannya pada skala industri dish Bakery, Yunatan bakery, dan Yusi Akmal Bakery telah melakukan pengujian untuk pembuatan cookies PT. Sinar Fajar Timur bersama industri noodle dan biscuit
3) Pameran. Beberapa pameran telah diikuti sebagai media untuk sosialisasi produk maupun teknologi produksi modified sorghum flour kepada para petani, pelaku bisnis (industri pangan), UKM yang bergerak dibidang pangan olahan (noodle, bakso, cake, cookies, dan restoran), serta pemerintah daerah. Pameran yang telah diikuti antara lain: 3 di Jogja Expo Center, Yogyakarta -35 di Jakarta HARTEKNAS Propinsi Lampung di Bandar Lampung
4) Focus Group Discussion (FGD). FGD merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk mensosialisasikan teknologi produksi modified sorghum flour kepada stake holder sekaligus saling bertukar informasi dan untuk memperkuat jaringan kerjasama. FGD yang telah diikuti antara lain: gan Gandum Tropis & Substitusi Terigu dengan Sagu dan Sorgum di Jakarta an, Pakan, dan Bioenergi di Yogyakarta 5) Pemasaran produk modified sorghum flour oleh mitra (PT. Sinar Fajar Timur) di tingkat grosir. Kemasan prototipe produk sorgum termodifikasi beserta informasi nilai gizinya yang telah dipasarkan oleh mitra dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5 berikut:
Gambar 4. Kemasan Prototipe Produk Tepung Sorgum Termodifikasi
Gambar 5. Informasi Nilai Gizi Modified Sorghum Flour pada Kemasan 1 kg
Gambar 5. InformasiNilai Gizi Modified Sorghum Flour pada Kemasan 1 kg
Difusi Teknologi Produksi Tepung Sorgum Termodifikasi pada Sistem Produksi Kapasitas 1 Ton/Hari
V. KESIMPULAN
1. Biji sorgum dapat diolah menjadi tepung sorgum termodifikasi yang mempunyai karakteristik mendekati tepung terigu dengan teknologi ekstrusi. 2. Modifikasi tepung sorgum dilakukan dengan cara memodifikasi struktur pati dan protein kafirin yang terbungkus dalam protein body, sehingga mempunyai sifat fisiko- kimia (swelling power, solubility, dan pasting properties) mendekati tepung terigu. 3. Produk sorgum termodifikasi dapat diaplikasikan dalam pembuatan berbagai pangan olahan antara lain cookies, cake, dan noodle. 4. Difusi teknologi produksi tepung sorgum termodifikasi kapasitas 1 ton/hari telahdilakukan dengan memberikan rekomendasi dan alih teknologi kepada PT. Sinar Fajar Timur dan PTPN XII. 5. Analisa tekno-ekonomi teknologi produksi tepung sorgum termodifikasi kapasitas 1 ton/harga menunjukkan bahwa: nilai Benefit and Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 1,3 nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 36.2%.
V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Beti, Y.A., A. Ispandi, dan Sudaryono.1990. Sorgum. Monografi No. 5. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Malang. [2] Chanapamokkhot, H. and M. Thongngam.2007. The Chemical and Physico-Chemical Properties of Sorghum Starch and Flour. Kasetsart J. (Nat. Sci.) 41 : 343 349. [3] DEPKES RI., Direktorat Gizi. (1992).Daftar Komposisi Bahan Makanan. Penerbit Bhratara-Jakarta. 57p. [4] Hamaker, B.R. and B.A. Bugusu. 2003.Overview: Sorghum Proteins and Food Quality. Department of Food Science. Purdue University and the INTSORMIL CRSP West Lafayette, Indiana, USA. Availible Source: http://www.afripro.org.uk/papers/Paper08 Hamaker.pdf, May 20, 2003. [5] Rooney, L.W. and R.D. Sullines. 1977. The Structure of Sorghum and Its Relation to Processing and Nutritional Value. Cereal Quality Laboratory, Texas University, USA. p. 91109. [6] Sirappa,M.P. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia Sebagai Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan, dan Industri. Jurnal Litbang, 22 (4), BPTP Sulawesi selatan, Makasar. [7] Taylor J.R.N., T.J. Schober and S.R. Bean.2006. Novel Food and non-Food Uses for Sorghum and Millets. J. Cereal Sci.. [8] Tester, R.F. and W.R. Morrison. 1990a.Swelling and Gelatinization of Cereal Starches,I. Effect of Amylopectin, Amylose and Lipids. Cereal Chem. 67: 551-557.