Disusun Oleh Anggi Novarita Simbolon (114120044) Syahirah (114120006)
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA Jl. Raya Puspitek Serpong Tangerang Selatan i
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul Pembuatan Bioetanol dari Bahan Bergula Tetes Tebu (Molases) dengan baik. Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kasih-Nya sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Selain itu penyusun tidak lupamengucapkan terimakasih kepada: 1. Kedua orang tua kami yang telah memberi motivasi dan dukungan kepada kami. 2. Ibu. Dr. Joelianingsih ST, MT selaku dosen mata kuliah energi biomassa. 3. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Tidak Ada Gading Yang Tak Retak, penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun amat mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa dan masyarakat luas pada umumnya.
Tangerang, Mei 2014
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................................................................................................ i DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... ii BAB I .............................................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1 1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................................................................... 1 BAB II ............................................................................................................................................................. 3 ISI ................................................................................................................................................................... 3 2.1 SEJARAH BIOETANOL .................................................................................................................... 3 2.2 MANFAAT BIOETANOL .................................................................................................................. 4 2.2.1 SEBAGAI BAHAN BAKAR KENDARAAN .................................................................................. 4 2.2.2 SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI ......................................................................................... 4 2.2.3 SEBAGAI BAHAN BAKU FARMASI .......................................................................................... 4 2.3 SUMBER-SUMBER BAHAN BAKU BERGULA .................................................................................. 5 2.3.1 MOLASES (Saccharum Officinarum) ...................................................................................... 5 2.3.2 NIRA AREN (Arenga Pinnata Merr) ....................................................................................... 6 2.3.3 NIRA KELAPA (Cocos Nucifera) ............................................................................................. 6 2.3.4 NIRA LONTAR (SIWALAN) ...................................................................................................... 6 2.4 TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOETANOL DARI MOLASES ................................................................ 7 2.5 PROFIL INDUSTRI-INDUSTRI PEMAKAI DAN PEMASOK BIOETANOL DARI MOLASES ................. 12 2.5.1 Pabrik Pemasok Bioetanol dari Molases ............................................................................. 12 2.5.2 Pabrik Pengguna Bioetanol dari Molases ........................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................................... 1
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Indonesia yang merupakan negara agraris, setiap tahunnya menghasilkan limbah dari pertanian dan industri pertanian dalam jumlah yang besar. Pada Industri Tapioka, selain menghasilkan tepung tapioka, juga dihasilkan sisa-sisa pengolahan berupa limbah padat dan cair. Pada industri gula tebu, selain menghasilkan gula tebu, juga dihasilkan molase yang merupakan produk sampingan selama proses pemutihan gula. Dibeberapa pabrik gula, molase ini diekspor ke luar negeri dengan harga yang relatif murah. Dibanyak tempat, limbah ini masih sangat kecil daya gunanya dan sering menjadi masalah pencemaran lingkungan. Krisis energi dunia pada paruh kedua tahun ini yang tergolong parah dan melanda seluruh negara di dunia telah membangkitkan keyakinan bahwa bioenergi merupakan alternatif pemecahan hal tersebut. Sementara harga minyak bumi yang melambung belakangan ini dengan sendirinya membangkitkan insentif ekonomi bagi pengembangan bioenergi sebagai alternatif lain dari fosil energi yang kian mahal dan langka. Insentif itu juga timbul karena semakin besarnya perhatian negara-negara dunia pada persoalan lingkungan hidup akibat pencemaran yang kian parah, yang timbul dari emisi gas buang penggunaan fosil energi. Keunggulan bionergi yang utama adalah renewable dan dampak penggunaannnya terhadap lingkungan hidup jauh lebih ramah dari penggunaan fosil energi selama ini. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang menghadapi persoalan energi yang serius akibat ketergantungan yang sangat besar terhadap energi fosil, sementara pengembangan bioenergi sebagai alternatif masih kurang mendapat perhatian. Sesungguhnya potensi Indonesia untuk mengembangkan bioenergi relatif besar, baik bioetanol maupun biodisel. Salah satu potensi yang relatif besar adalah pengembangan bioetanol berbahan baku tebu. Dengan asumsi 80 liter bioetanol dapat dihasilkan dari 1 ton tebu (data teknis di Brazil) dan produktivitas tebu rata-rata 80 ton per ha, maka dari setiap ha lahan tebu dapat dihasilkan 6.400 liter etanol. 2
Apabila etanol dari tebu dapat mensubstitusi 10%dari kebutuhan gasoline pada tahun 2010 (33,4 milyar liter), maka target tersebut bisa dicapai dengan pengembangan areal tebu seluas 522 ribu ha. Dengan target subsitusi itu, jumlah gasoline yang dapat disubstitusi sebesar 3.34 milyar liter atau lebih dari Rp 15 triliun. Data survey menunjukkan ketersediaan lahan di luar Jawa yang sesuai untuk tebu terdapat sekitar 750 ribu ha. Melihat masalah tersebut diatas, timbullah gagasan untuk memanfaatkan molase dengan jalan mengubahnya menjadi bahan lain yang lebih berguna. Molase yang merupakan produk sampingan, masih banyak mengandung gula dan asam- asam anorganik. Hal ini menimbulkan ikut sertanya mikrobia dalam pengolahan molase. Molase seperti juga air kelapa, dapat dipakai sebagaimedia pertumbuhan mikrobia terutama khamir, sehingga merupakan bahan baku yang sangat baik untuk industri pembuatan etanol. Produksi etanol dari molase inimelibatkan mikrobia yang dapat menghasilkan etanol. Berbagai jenis mikrobia dapat digunakan untuk menghasilkan etanol. Khamir Saccharomycess cereviceae merupakan mikrobia yang paling banyak dan paling baik untuk digunakan dalam fermentasi etanol karena relatif lebih efisien dalam merubah gula menjadi etanoldan lebih toleran terhadap etanol bila dibandingkan dengan mikrobia lain. Untuk meningkatkan efisien produksi etanol, para ahli telah menyelidiki biokimia dari proses fermentasi etanol, sehingga teknologi fermentasi etanol mengalami kemajuan yang berarti.
3
BAB II ISI 2.1 SEJARAH BIOETANOL (Bio)Etanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam minuman beralkohol.Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari China bagian utara menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia prasejarah dari masa Neolitik. Campuran dari (Bio)etanol yang mendekati kemrunian untuk pertama kali ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang mengembangkan proses distilasi pada masa Kalifah Abbasid dengan peneliti yang terkenal waktu itu adalah Jabir ibn Hayyan (Geber), Al-Kindi (Alkindus) dan al-Razi (Rhazes). Catatan yang disusun oleh Jabir ibn Hayyan (721-815) menyebutkan bahwa uap dari wine yang mendidih mudah terbakar. Al-Kindi (801-873) dengan tegas menjelaskan tentang proses distilasi wine. Sedangkan (Bio)etanol absolut didapatkan pada tahun 1796 oleh Johann Tobias Lowitz, dengan menggunakan distilasi saringan arang. Antoine Lavoisier menggambarkan bahwa (Bio)etanol adalah senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Nicolas-Thodore de Saussure dapat menentukan rumus kimia etanol. Limapuluh tahun kemudian (1858), Archibald Scott Couper menerbitkan rumus bangun etanol.Dengan demikian etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus bangunnya.Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahu 1829 di Inggris oleh Henry Hennel dan S.G.Serullas di Perancis. Michael Faraday membuat etanol dengan menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen pada tahun 1982 yang digunakan pada proses produksi etanol sintetis hingga saat ini. Pada tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat, pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan (bio)etanol sebagai bahan bakarnya. Namun pada tahun 1920an bahan bakar dari petroleum yang harganya lebih murah telah menjadi dominan menyebabkan etanol kurang mendapatkan perhatian.Akhir-akhir ini, dengan meningkatnya harga minyak 4
bumi, bioetanol kembali mendapatkan perhatian dan telah menjadi alternatif energi yang terus dikembangkan. 2.2 MANFAAT BIOETANOL 2.2.1 SEBAGAI BAHAN BAKAR KENDARAAN Sebagai bahan bakar substitusi (pengganti) BBM pada kendaraan berbahan bakar bensin. Karena Bioetanol aman digunakan sebagai bahan bakar, titik nyala etanol tiga kali lebih tinggi dibandingkan bensin, memiliki nilai bilangan oktan yang tinggi serta emisi hidokarbon yang dihasilkan lebih sedikit. Sebagai bahan campuran dengan premium atau disebut juga dengan Gasohol, dapat digunakan langsung pada mobil bensin biasa (tanpa mengharuskan mesin dimodifikasi). Bahan bakar yang ramah lingkungan. Gas buang bioetanol lebih sedikit polusinya. Itu karena gas buang bioetanol melepas karbondioksida lebih banyak dari pada karbonmonoksida. Karbondioksida adalah zat yang diperlukan tumbuhan untuk memasak makanan. Sebaliknya, gas buang bensin banyak mengandung karbonmonoksida yang merugikan kesehatan makhluk hidup. 2.2.2 SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri. Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa kimia lain, seperti asetaldehid, etil asetat, asam asetat, etilene dibromida, glycol, etil klorida, dan semua etil ester. Sebagai bahan kimia dasar senyawa organic, pelarut untuk parfum, cat dan larutan obat,antidote beberapa racun. Digunakan untuk pembuatan beberapa deodorant 2.2.3 SEBAGAI BAHAN BAKU FARMASI Sebagai antiseptic, pengobatan untuk mengobati depresi dan obat bius Sebagai pelarut dalam pembuatan bahan-bahan komestik. 5
2.3 SUMBER-SUMBER BAHAN BAKU BERGULA 2.3.1 MOLASES (Saccharum Officinarum) Tetes Tebu (molases) adalah hasil samping proses pembuatan gula tebu (Saccharum officinarum). Tetes tebu berwujud cairan kental yang diperoleh dari tahap pemisahan kristal gula. Tetes tebu tidak dapat dibentuk gula dengan kadar tinggi (50-60 %), asam amino, dan mineral. Tingginya kandungan gula dalam tetes berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol. Daerah penghasil gula, atau juga penghasil tetes tebu terbanyak terdapat di daerah Jawa Timur, Sumatera khususnya Lampung serta Kalimantan.
Bentuk Kental, coklat kehitaman Ph 5,3 Titik Beku -18 0 C Titik Didih 107 0 C Specific gravity 1,4 Kelarutan dalam air Sangat larut Viscositas 4,323 cp Panas Spesifik 0,5 kkal/kg 0 C Densitas 1,47 gr/ml Tabel 2 . 2 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Molases Unsur Persentase (%) Rata-rata (%) Air 20 Sukrosa 30-40 35 Dekstrosa 4-9 7 Fruktosa 5-12 9 Karbohidrat lain 2-5 3 Abu 4 Unsur Nitrogen 2-6 12 Tabel 2 .1 Komposisi Kimia Molases 6
2.3.2 NIRA AREN (Arenga Pinnata Merr) Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) adalah salah satu keluarga palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Tanaman aren bisa tumbuh pada segala macam kondisi tanah, baik tanah berlempung, berkapur maupun berpasir. Namun pohon aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi. Daerah penghasil aren terbanyak di Indonesia ialah Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera utara, Sulawesi Selatan, Bengkulu dan Sulawesi Utara. Nira aren adalah nira yang diperoleh dengan penyadapan tangkai bunga aren, dan mulai dapat disadap selama 3 tahun, dan tiap tahun dapat disadap 3 4 tangkai bunga. Hasil niranya 300 400 liter per musim tangkai bunga (3 4) atau 900 1600 liter nira per tahun. Dalam sehari dapat disadap 2 kali dengan menghasilkan 3 10 liter nira. 2.3.3 NIRA KELAPA (Cocos Nucifera) Nira kelapa adalah cairan bening yang keluar dari bunga kelapa yang pucuknya belum membuka. Cairan ini merupakan bahan baku untuk pembuatan gula. Nira sering juga dibuat legen kata ini sebenarnya istilah bahasa jawa berasal dari kata legi artinya manis. 2.3.4 NIRA LONTAR (SIWALAN) Pohon Siwalan atau disebut juga Pohon Lontar (Borassus flabellifer) adalah sejenis palma (pinang-pinangan) yang tumbuh di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di Indonesia, PohonSiwalan tumbuh di Jawa Timur dan Jawa Tengah bagian timur, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi. Pohon ini banyak dimanfaatkan daunnya,batangnya, buah hingga bunganya yang dapat disadap untuk diminum langsungsebagai legen (nira), difermentasi menjadi tuak ataupun diolah menjadi gula siwalan (sejenisgula merah). Nira siwalan (legen) adalah cairan yang disadap dari bunga pohon siwalan, cairan inimengandung gula antara 10-15 %.Nira dapat diolah menjadi minuman ringan, maupunberalkohol, sirup, gula aren dan nata de arenga.
7
Tabel 2. 3 Komposisi Nira Berbagai Tanaman Palmae 2.4 TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOETANOL DARI MOLASES Tahap Pengolahan Bioetanol Dari Tetes Tebu 1. Pengolahan Tetes Pengolahan ini dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi yang optimum untuk pertumbuhan ragi dan untuk selanjutnya. Yang perlu disesuaikan dalam pengolahan ini adalah pH, konsentrasi gula dan pemakaian nutrisi.Tetes yan dihadapkan dari pabrik gula biasanya masih terlalu paket (85 0 Brix). Oleh karena itu, perlu diadakan pengenceran lebih dahulu untuk mendapatkankadar gula yang optimum (12 0 Brix untuk pembibitan dan 24 0 Brix padafermentasi).Pengaturan pH diatur dengan penambahan asam H 2 SO 4 hingga dicapai pH 4 5. 2. Tahap Penimbangan Tetes Pada penimbangan tetes ini dipakai jenis timbangan cepat dengan kapasitas timbang tertentu, dilengkapi dengan alat pembuka dan penutup berupa katup buangan yang dioperasikan secara manual. Dan juga panel on-off pompa tetes yang yang diatur secara otomatis. Cara kerjanya dengan menimbang tetes yang dipompa dari gudang penyimpan tetes untuk setiap harinya. 3. Tahap Pencampuran Tetes. Tahap pencampuran tetes ini menggunakan tangki pencampur tetes dengan kapasitas tertentu yang dilengkapi pancaran uap air panas (steam), yang berfungsi sebagai pengaduk dan pemanas tetes.Cara kerjanya yaitu pertamatama air panas bersuhu 70 o C dimasukkan ke dalam tangki pencampur tetes (mixing tank), kemudian disusul dengan tetes yang telah ditimbang.Setelah itu disirkulasi dengan menggunakan pompa hingga tetes dan air tercampur dengan baik. Pencampuran dianggap selesai Komposisi Nira Berbagai Tanaman Palmae (%) Jenis Tanaman Kadar Air Kadar Gula Kadar Protein Kadar Lemak Kadar Abu Nira Aren 88,26 11,03 0,30 0,02 0,12 Nira Lontar 87,04 11,60 0,25 0,02 0,27 Nira Kelapa 88,09 10,65 0,31 0,17 0,37 8
dengan indikasi kepekatan mencapai 90 o brix dan dipanskan dengan uap air panas (steam) sampai suhunya mencapai 90 o C. Tujuan diberikannya air panas adalah untuk mempercepat proses pelarutan, sedangkan pemanasan dengan uap air panas (steam) adalah untuk sterilisasi larutan tetes. Setelah semua tercampur dengan baik ditambahkan asam sulfat (H 2 SO 4 ) teknis dengan kepekatan 96,5 % sampai pH mencapai 4,5 - 5. Pemberian asam sulfat (H 2 SO 4 ) ini bertujuan untuk mengendapkan garam garam mineral di dalam tetes dan untuk memecah di-sakarida (sukrosa) didalam tetes menjadi monosakarida berupa senyawa d-glukosa dan d-fruktosa. 4. Tahap pengendapan Pada tahap pengendapan ini menggunakan tangki yang dilengkapi dengan pipa decanter. Pada tahap ini larutan tetes dengan kepekatan 40o brix dari tangki pencampur ditampung dalam tangki ini dan diendapkan selama 5 jam untuk mengendapkan kotoran-kotoran tetes (sludge), terutama endapan garam. Pengendapan ini bertujuan untuk mengurangi kerak yang terjadi pada mash column (kolom destilasi pertama). Setelah 5 jam, cairan tetes dipompa menuju tangki fermentor melalui decanter dan heat exchanger (HE). Heat exchanger ini berfungsi untuk menurunkan suhu sampai 30 o C sebagai syarat operasi fermentasi.Sedangkan cairan sisa yang berupa endapan kotoran- kotoran dan sebagian cairan tetes dipompa ke tangki pencuci endapan kotoran tetes (tangki sludge). 5. Tahap Separator Tangki Pencuci Endapan Kotoran Tetes. Sisa cairan tetes sebanyak 5% volume dari tangki pengendap tetes yang berupa endapan kotoran-kotoran dipompa keluar dari tangki pengendap melalui pipa decanter untuk ditampung di tangki sludge hingga mencapai volume tertentu.Kemudian cairan tetes diendapkan hingga waktu tertentu untuk selanjutnya dipompa kembali ke tangki mixing. Tujuan pencucian kotoran tetes ini adalah untuk efisiensi bahan baku berupa tetes agar bahan baku dapat dipakai semaksimal mungkin tanpa harus membuang sebagian yang tersisa. 6. Tahap pembiakan ragi Tahap ini menggunakan tangki prefermentor yang dilengkapi pipa aliran udara dan pipa aliran air pendingin pada bagian luar dinding tangki.Tahap ini bertujuan untuk mengembangbiakkan ragi jenis saccharomycescereviseae dengan menggunakan media 9
tetes. Untuk pembuatan larutan ragi, mula-mula diawali dengan cara memasukkan air proses bersuhu 15 o C dan tetes 40 o brix dari tangki pengendap tetes ke dalam tangki seeding dan mencampurnya hingga mencapai kekentalan sekitar 12 - 13 o brix yang disertai aliran udara dari blower dengan fungsi ganda yaitu untuk mempercepat tercampurnya tetes dengan air dan juga untuk konsumsi kebutuhan oksigen bagi ragi saccharomyces cereviseae yang berlangsung pada suasana aerob. Selain itu juga menjaga suhu tangki konstan pada 30 o C dengan mengalirkan air pada dinding luar tangki. Jika tidak dijaga, maka ragi sedang dikembangbiakkan akan terganggu kelangsungan hidupnya dan kemudian akan mati. Kemudian memasukkan ragi roti (gist) yang telah dilarutkan dengan air secukupnya.Untuk nutrisinya, dimasukkan urea, diammonium phospat, dan ammonia.PHP juga ditambahkan ke dalam larutan ini dengan tujuan untuk mempertahankan pH agar tetap konstan yaitu 4.5 5.Dari hasil campuran ini didapatkan biakan ragi. 7. Tahap fermentasi Tahap ini menggunakan tangki fermentor dengan dilengkapi pipa aliran udara dan pipa aliran air pendingin yang berasal dari air sungai untuk menjaga suhu fermentasi pada 30-32 o C. Fermentasi ini bertujuan untuk mendapatkan alcohol dengan kadar 8,5 9 % atau lebih. Pertama-tama dimulai dengan sterilisasi tangki fermentor yamg masih kosong dengan uap air panas (steam) sampai suhu 121 o C lalu membiarkan suhu di dalam tangki turun sampai 30 o C. Setelah itu memasukkan air proses dengan suhu 30 o
C, larutan tetes 40 o brix, proses fermentasi ini berjalan secara aerob. Selanjutnya biakan ragi yang telah dibiakkan pada tangki pre-fermentor dipompa masuk ke tangki fermentor. Setelah itu, tetes 40 o brix dipompa masuk ke tangki dan proses berlangsung selama 36 jam. Untuk pH larutan ini dijaga sekitar 4,5 - 5. Kemudian memasukkan ragi roti yang telah dilarutkan dengan air secukupnya dan yeast cream.Untuk nutrisinya, dimasukkan urea, ammonium, dan diammonium phospat. Sedangkan turkey red oil ditambahkan sebagai anti foam untuk mencegah pembentukan foam selama proses terjadi. Hal ini dilakukan selama 15 menit setelah persiapan media pada tangki fermentor selesai. Kemudian dimasukkan ke dalam 2 tangki fermentor pada waktu yang disesuaikan dengan jam awal fermentasi. Tahap fermentasi ini berlangsung selama 24 jam hingga kadar alkohol mencapai 8,5 - 9% dan kekentalan 6,5 - 7 o brix. Setelah 10
kadar alkohol sebesar 8,5 - 9% terpenuhi, larutan hasil fermentasi dipompa menuju separator untuk dipisahkan antara hasil fermentasi (cairan mash) dengan ragi (yeast cream). Separator ini menggunakan alat rotary vacuum filter yang merupakan alat dengan prinsip vacuum sehingga ragi (yeast cream) dan cairan hasil fermentasi (cairan mash) yang memilliki perbedaan massa jenis dapat dipisahkan. Ragi yang didapatkan masih dalam konsentrasi yang tinggi.Dari hasil fermentasi tidak semuanya dipisahkan raginya, hanya sekitar 80-90% saja.Sisanya 10-20% tidak diambil raginya karena mengandung kotorankotoran sisa berupa endapan garam mineral.Hasil fermentasi yang telah dipisahkan ini langsung masuk ke tangki mash (mash tank). Dan selanjutnya didestilasi hingga menjadi alkohol prima (fine alkohol) dengan kadar mencapai 96,5%. Pada tahap fermentasi ini terjadi reaksi hidrolisa, dimana sukrosa diubah menjadi glukosa. Persamaan reaksi hidrolisa yaitu: C1 2 H 22 O 11 +H 2 O 2C 6 H 12 O 6
Sedangkan reaksi utama adalah reaksi fermentasi, dimana glukosa diubah menjadi etanol dan air. Persamaan reaksinya adalah: C 6 H 12 O 6 2 C 2 H 5 OH + 2CO 2
Pada fermenter selain terbentuk etanol, juga akan terbentuk produk samping. Hasil samping dalam persen berat (%gula) adalah sebagai berikut: Asam asetat = 0,65% Fusel Oil = 0,85% Asetaldehid = 0,05% Reaksi samping yang terjadi pada main fermenter yaitu: C 6 H 12 O 6 C 3 H 8 O 3 + CH 3 CHO + 2 CO 2
C 6 H 12 O 6 + H2O 2 C 3 H 8 O 3 + CH 3 COOH + C 2 H 5 OH + 2CO 2
11
(Hr 298 = -324.3860 kcal/kg) Komponen pada fusel oil meliputi: Propanol = 12,5 % Isobutyl alcohol = 15 % Amyl alcohol = 30 % Isoamyl alcohol = 32,5 % Etanol = 10 % 8. Tahap Distilasi Produk hasil fermentasi mengandung alkohol yang rendah, disebut bir (beer)dan sebab itu perlu di naikkan konsentrasinya dengan jalan distilasi bertingkat.Beer mengandung 8 10% alkohol.Maksud dan proses distilasi adalah untuk memisahkan etanol dari campuranetanol air. Untuk larutan yang terdiri dari komponen-komponen yang berbedanyata suhu didihnya, distilasi merupakan cara yang paling mudah dioperasikandan juga merupakan cara pemisahan yang secara thermal adalah efisien.Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada 100 o C dan etanol mendidih padasekitar 77C. perbedaan dalam titik didih inilah yang memungkinkan pemisahancampuran etanol air.Prinsip : Jika larutan campuran etanol air dipanaskan, maka akan lebih banyak molekul etanol menguap dari pada air. Jika uap-uap ini didinginkan (dikondensasi), maka konsentrasi etanol dalam cairan yang dikondensasikan ituakan lebih tinggi dari pada dalam larutan aslinya. Jika kondensat ini dipanaskan lagi dan kemudian dikondensasikan, maka konsentrasi etanol akan lebih tinggi lagi. Proses ini bisa diulangi terus, sampai sebagian besar dari etanol dikonsentrasikan dalam suatu fasa. Namun hal ini ada batasnya. Pada larutan 96% etanol, didapatkan suatu campuran dengan titik didih yang sama(azeotrop). Pada keadaan ini, jika larutan 95-96% alkohol ini dipanaskan, maka rasio molekul air dan etanol dalam kondensat akan teap konstan sama. Apabila kadar etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan 12
kapur tohor atau zeolit sintetis.Tambahkan kapur tohor pada etanol.Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar airnya kurang lebih 99.5%.
2.5 PROFIL INDUSTRI-INDUSTRI PEMAKAI DAN PEMASOK BIOETANOL DARI MOLASES 2.5.1 Pabrik Pemasok Bioetanol dari Molases 1. PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) Adalah pabrik bioetanol yang memproduksi bioethanol berkapasitas 30 juta liter per tahun, terletak di Mojokerto. Bioetanol ini diproses dari bahan baku tetes tebu (molasses) yang akan dipasok dari pabrik gula (PG) Gempolkrep, Mojokerto, milik PTPN X. Bioetanol itu digunakan sebagai campuran bahan bakar premium dan dimanfaatkan untuk bahan bakar kendaraan bermesin. Bioetanol yang diproduksi pabrik bioetanol PTPN X ini memiliki tingkat kemurnian 99,5 persen yang sangat ramah lingkungan. Ini merupakan pabrik bioetanol berbasis tetes tebu pertama yang dimiliki BUMN. 2. PT. Pasadena Engineering Indonesia PT Pasadena Engineering Indonesia telah mengembangkan beberapa pabrik bioetanol dengan berbagai macam bahan baku. Pengembangkan pabrik bioetanol tersebar di beberapa kota di Indonesia, yaitu di Aceh, Banten, dan Sulawesi. Pengembangan pabrik bioetanol oleh PT Pasadena Engineering Indonesia merupakan salah satu perwujudan visi untuk mendukung pengembangan teknologi pro lingkungan di Indonesia.
13
Pabrik Bioetanol Berbasis Tebu Lokasi : Aceh Tengah Kapasitas : 3000 liter/hari Pengguna jasa : Kementerian Perindustrian Tahun berdiri :2009
Pabrik Bioetanol Berbasis Nira Lokasi : Minasas Selatan Kapasitas : 500 liter/hari Pengguna jasa : Kementerian Perindustrian Tahun berdiri : 2008
3. PT. Molindo Raya Industrial Molindo Adalah salah satu perusahaan ethanol terkemuka di Indonesia, dengan jumlah produksi 51 juta liter/tahun. Molindo termasuk satu dari tiga produsen terbesar di Indonesia. Saat ini 90 % dari produk Perseroan dipasarkan ke pasar domestic, sehingga Molindo menjadi market leader di pasar dalam negeri. Dengan pengalaman Group Perseroan di bidang ethanol sejak 1965, Molindo sudah memiliki brand recognitionuntuk ethanol kualitas food grade, baik di pasar domestic maupun pasar internasional 2.5.2 Pabrik Pengguna Bioetanol dari Molases 1. PT. Pertamina PT Pertamina (Persero) (dahulu bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara) urutan ke 122 dalam Fortune Global 500 pada tahun 2013.
Adalah sebuah BUMN yang bertugas mengelola penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. Pertamina adalah hasil gabungan dari perusahaan Pertamin dengan Permina yang didirikan pada tanggal 10 Desember 1957.Penggabungan ini terjadi pada 1968. 14
Perusahaan ini juga mengoperasikan 7 kilang minyak dengan kapasitas total 1.051,7 MBSD, pabrik petrokimia dengan kapasitas total 1.507.950 ton per tahun dan pabrik LPG dengan kapasitas total 102,3 juta ton per tahun.
2. PT. Paragon Technology and Innovation Adalah perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik yang berdiri pada tanggal 28 Februari 1985 dengan nama awal PT Pusaka Tradisi Ibu. Perusahaan ini baru berganti nama menjadi PT Paragon Technology and Innovation pada tahun 2011 dan telah mendapatkan sertifikat GMP (Good Manufacturing Process) dengan kapasitas produksi yang besar dan formulasi kosmetik yang unggul. Perusahaan ini menggunakan bioetanol yang sebagian besar digunakan sebagai pelarut.