Anda di halaman 1dari 4

Review Artikel Demokrasi Penyembah Duit, Pelanggaran Kampanye 2014 Didominasi

Politik Uang

Sumber: www.shoutussalam.com

Politik uang atau politik perut adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap
seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia
menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum. Pembelian bisa dilakukan
menggunakan uang atau barang. Politik uang adalah sebuah bentuk pelanggaran kampanye.
Politik uang umumnya dilakukan simpatisan, kader atau bahkan pengurus partai politik
menjelang hari H pemilihan umum. Praktik politik uang dilakukan dengan cara pemberian
berbentuk uang, sembako antara lain beras, minyak dan gula kepada masyarakat dengan tujuan
untuk menarik simpati masyarakat agar mereka memberikan suaranya untuk partai yang
bersangkutan.

Politik uang sebenarnya akan menyebabkan nilai-nilai demokrasi luntur. Oleh karenanya,
jangan sampai ada pihak yang seolah-olah mendukung politik uang ini. Politik uang harus tidak
ada. Kalau masih terjadi dan sulit dibendung, maka perlu adanya pengaturan secara rinci melalui
undang-undang. Seperti isu yang terjadi baru-baru ini, pada acara kampanye Hanura beberapa
waktu yang lalu (walau belum tentu dilakukan oleh pihak Hanura atau tanpa sepengetahuan
pimpinan Hanura) berupa pemberian uang bensin atau sebagai ganti uang transport simpatisan
yang hadir pada acara kampanye tersebut. Kejadian seperti ini dapat memancing pihak lain untuk
melakukan hal serupa. Apabila tidak dibendung dengan sebuah kesepakatan bersama atau
dengan perincian undang-undang, maka akan "bergerak" menjadi "liar". Ini berbahaya. Maka
pihak yang berwenang perlu mencari inisiatif untuk menangani masalah ini. Misalnya dengan
suatu pengaturan tertentu. Hingga pemilu saat ini, pihak yang kontra terhadap politik uang masih
kesulitan untuk "menghalaunya".

Penyebab dari politik uang ini, berdasarkan arah terjadinya dapat dibagi menjadi dua:
Pertama, karena keinginan caleg untuk menang. Kedua, karena keinginan pemilih untuk
menerima.

Sedangkan berdasarkan maraknya terjadinya dapat dibagi menjadi tiga: Pertama, tingkat
kemakmuran rakyat masih rendah. Kedua, pengaruh ajaran kapitalis. Ketiga, gagalnya ajaran
kebahagiaan. Keempat, kekayaan yang diperoleh anggota legislatif. Kelima, ketidaksukaan
pemilih terhadap caleg atau partai tertentu.

Politik uang ini sangat berpengaruh bagi perolehan suara partai atau caleg tertentu.
Namun demikian, penyebab kemenangan atau kekalahan dari caleg atau partai tertentu, tidak
semata-mata disebabkan oleh politik uang. Ada beberapa sebab lain yang menyebabkan
kemenangan atau kekalahan dari caleg atau partai tertentu, diantaranya; 1. Kekecewaan pemilih
terhadap anggota legislatif pada periode sebelumnya. 2. Kesalahan pemilih dalam mencoblos
karena keawaman. 3. Kebingungan pemilih karena design kartu suara.




Review Artikel Kasus Melinda Dee yang Sensasional


Sumber: OKEZONE

Inong Malinda dee, mantan senior Relationship Manager Citibank diduga melakukan
tindak pidana pencucian dana nasabah Citibank sebesar lebih dari Rp 16 milyar. Nasabah-
nasabah yang ditangani Malinda biasanya adalah nasabah kelas kakap dengan dana lebih dari Rp
500 juta. Sedangkan bank-bank di Indonesia masih didominasi bukan oleh nasabah seperti itu.
Motif pelaku adalah untuk memuaskan dan menyenangkan suami keduanya yaitu Andhika
Gumilang.

Modus Operandi yang dilakukan pelaku sebagai karyawan bank adalah dengan sengaja
melakukan pengaburan transaksi dan pencatatan tidak benar terhadap bebrapa slip transfer. Slip
transfer digunakan untuk menarik dana pada rekening nasabah dan memindahkan dana milik
nasabah tanpa seizin nasabah ke beberapa rekening yang dikuasai oleh pelaku. Pelaku
mengalirkan hasil penggelapan dana nasabah Citibank ke 30 rekening. Total dana yang
digelapkan pelaku diduga mencapai lebih dari Rp 16 milyar. Dana tersebut dibelanjakan barang
mewah berupa empat mobil mewah dan dua apartemen yang saat ini disita polisi.

Penyidikan kasus ini relatif terhambat lantaran sejauh ini baru tiga nasabah yang berani
melapor polisi. Korban pelaku diduga lebih dari jumlah tersebut karena pelaku memiliki ratusan
nasabah. Proses penyelidikan juga terbentur aturan perbankan yang merahasiakan identitas serta
jumlah dana nasabah dan saat ini penyelidikan masih tertuju pada lalu lintas dari tiga nasabah
saja.

Hubungan antara bank dengan nasabahnya ternyata tidaklah seperti hubungan kontraktual
biasa, tetapi dalam hubungan tersebut terdapat pula kewajiban bagi bank untuk tidak membuka
rahasia dari nasabahnya kepada pihak lain mana pun kecuali jika ditentukan lain oleh perundang-
undang yang berlaku. Menurut pasal 1 angka 28 undang-undang perbankan, yang dimaksud
dengan rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya.

Kasus ini tentunya bisa menimbulkan kerugian dan dampak buruk bagi dunia perbankan
Indonesia serta Citibank itu sendiri khususnya pada manajemen likuiditasnya. Manajemen
likuiditas adalah Kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup utk
memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yg telah dikeluarkan kpd nasabah serta
pengelolaan atas reserve requirement (RR) atau Primary reserve atau Giro wajib minimum sesuai
ketentuan BI, dan secondary reserve. Resiko yang dapat timbul apabila gagal dalam manajemen
likuiditas adalah resiko pendanaan dan resiko bunga. Media berpengaruh besar dalam
membentuk main set pola pikir masyarakat. Yang terjadi saat ini media dapat dipesan untuk
mengabarkan suatu berita dan fokus pada berita tersebut dalam jangka waktu yang sudah
ditentukan yang memang sengaja untuk membuat masyarakat lupa dengan kasus besar yang
sudah terlanjur menjadi berita besar sebelumnya. Jika kita peka mengamati situasi nasional,
maka kasus Malinda dee ini merupakan isu turunan untuk menutupi kasus besar yang pernah
terjadi dan diberitakan sebelumnya, sebut saja kasus talangan dana Bank Century dan beberapa
kasus lainnya yang memang sedang menyudutkan pemerintah Indonesia sekarang ini.

Review Artikel Skandal Korporasi dan Akuntan



Dari kasus Skandal Korporasi dan Akuntan, maraknya peristiwa runtuhnya perusahaan-
perusahaan raksasa di Amerika disebabkan oleh terkuaknya skandal korporasi seperti manipulasi
pembukuan, penggelapan pajak, penipuan sekuritas, serta insider trading. Tidak hanya di
Amerika, hal ini juga terjadi di banyak negara lainnya Dari beberapa sebab tersebut, manipulasi
pembukuan merupakan pemicu terbesar runtuhnya perusahaan-perusahaan tersebut. Manipulasi
pembukuan terjadi karena adanya campur tangan dari akuntan yang menyebabkan nama baik
akuntan manjadi buruk di mata publik. Masyarakat menarik kesimpulan bahwa manipulasi
pembukuan merupakan kolusi dari beberapa pihak yang memiliki andil terhadap perusahaan-
perusahaan tersebut.

Ternyata perilaku tersebut sudah ada sejak berada di lingkungan pendidikan. Beberapa
survey telah membuktikan perilaku yang tidak etis di lingkungan pendidikan dapat menjadi
faktor atas prilaku tidak etis dalam dunia kerja. Prilaku tidak etis dalam dunia kerja dapat dilihat
dari banyaknya kasus penuntutan di pengadilan terhadap akuntan publik. Pemicu penuntutan
tersbut, salah satunya adalah karena kelalaian akuntan untuk mengungkap terjadinya kecurangan
/ fraud oleh manajemen.

Expectation gap merupakan salah satu penyebab terjadinya penuntutan terhadap akuntan.
Expectation gap adalah perbedaaan harapan antara auditor dengan pemakai laporan keuangan
dalam memandang tanggung jawab auditor dalam mendeteksi dan melaporkan terjadinya
kecurangan yang dilakukan manajemen. Terdapat keterbatasan peran auditor dalam mendeteksi
kecurangan, hal ini dikarenakan auditor tugas profesionalnya berdasarkan standar profesinya
yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pemakai laporan keuangan.

Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya pembinaan nilai moral dan etis lebih ditingkatkan.
Jika nilai moral dan etis telah dimiliki oleh para pelaku bisnis, maka hal ini dapat membatasi
pebisnis agar tidak melakukan kecurangan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian pelajaran
mengenai nilai-nilai moral dan etis sedini mungkin, misalnya disisipkan pada lingkungan sekolah
atau pendidikan. Sehingga, pada saat terjun ke dunia bisnis, para pelaku bisnis dan akuntan
sudah memiliki fondasi moral yang kokoh sehingga meminimalisir terjadinya kecurangan-
kecurangan seperti manipulasi pembukuan seperti saat ini.

Oleh karena hal ini, kita sebagai calon akuntan harus menjunjung tinggi nilai moral dan
etis agar dapat meminimalisir kecurangan dan penipuan yang terjadi di dunia bisnis. Mulai dari
dini kita harus membiasakan bersikap yang sesuai dengan kode etik akuntan. Dengan begini, kita
sebagai generasi muda dapat meningkatkan kualitas akuntan di Indonesia. Kita harus belajar
melayani kepentingan orang banyak daripada kepentingan prib adi atau kelompok. Jika para
pelaku bisnis memiliki kesadaran akan nilai moral dan etis, maka dunia bisnis akan terlepas dari
penipuan dan kecuurangan.

Anda mungkin juga menyukai