PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT KOTA PADANG DI KECAMATAN PAUH PADA PILKADA TAHUN 2005
OLEH : DADI DAPUTRA RAMA 06193086 NOVI HENDRA 06193058
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2008
2 1. 1. LATAR BELAKANG Partisipasi politik merupakan hal yang menarik untuk diperhatikan, terbukti dengan banyaknya ilmuan yang meneliti tentang hal ini. Dalam analisis politik modern, partisipasi termasuk kedalam hal penting yang belakangan ini banyak mendapat perhatian di negara-negara berkembang. Namun, walaupun ilmuan dan pengamat politik sudah relatif lama menekuninya, ternyata sampai saat ini belum ada keseragaman pemahaman tentang hal tersebut. Sehingga banyak penuli-penulis baru yang ingin meneliti permasalahan ini. Partisipasi politik adalah hal yang mempengaruhi sistem politik sebuah negara yang demokratis, karena sistem politik yang demikratis tidak akan ada artinya tanpa adanya partisipasi politik. Partisipasi poltik mempunyai hubungan dengan kepentingan masyarakat. Sehingga apa yang dilakukan rakyat dalam partisipasinya menunjukkan derajat kepentingan mereka. Sebenarnya apa yang dilakukan masyarakat dalam kegiatan politiknya, tidak lebih dari sebuah ungkapan tanggung jawab mereka terhadap keberlangsungan gerak dari pemerintah. Banyak masyarakat merefleksikannya dalam bentuk partisipasi politik aktif. Gejala ini sesuai dengan konsep partisipasi politik itu sendiri, dimana kegiatan dan aktifitas individu sebagai warga negara yang berusaha mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintah. Pengaruh terhadap pemerintah dapat mewujudkan perubahan dalam sistem politik Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan kekuatan politik. Salah satu kekuatan politik yang ada adalah masyarakat dan partisipasinya. Masyarakat merupakan kelas-kelas yang beragam. Mulai dilihat dari status sosial, kasta, pendidikan ,sampai pada status ekonominya. Setiap gejala sosial dalam masyarakat kan ikut mempengaruhi semua komponen penting pemerintah termasuk bidang politik. Sehingga keberagaman yang ada dalam masyarakat menjadi suatu fenomena ada atau tidaknya partisipasi dalam politik. Peran masyarakat dalam panggung politik bukanlah hal yang baru. Peran masyarakat sebenarnya sudah lama mengakar dalam kehidupan politik bangsa sejak Indonesia merdeka. Namun bentuk partisipasi masyarakat masa itu masih dalam belenggu, demokrasi hanya masih untuk para penguasa. Namun setelah lepasnya masa orde baru dan dimulai dengan pemerintahan yang baru barulah mulai terlihat partisipasi 3 masyarakat. Hal yang paling menonjol menunjukkan adanya demokrasi besar-basaran adalah diadakanya sebuah Pemilu yaitu Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2005 lalu. Partisipasi politik masyarakat lebih terbuka, hal ini dikarenakan pada Pilkada tahun 2005 masyarakat dapat memilih kepala daerahnya masing-masing sesuai dengan pilihan. Dilain hal, masyarakat juga dapat lebih mengenal dan mengetahui calon pilihannya. Keaadan yang demikian juga terjadi di Kota Padang. Berdasarkan survei awal yang dilakukan bahwa seiring dengan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur kebanyakan masyarakat Kota Padang memberikan partisipasi politiknya, terutama dalam menggunakan hak suara. Bentuk aktifitas partisipasi politik lainnya adalah kampanye, menjadi tim sukses, dan menjadi saksi atau pengawas pada saat pemilihan berlangsung. Yang menjadi menarik dari fenomena politik ini adalah tidak semua masyarakat melakukan partisipasi politiknya secara aktif, banyak faktor yang mempengaruhi serta tidak sedikit pula masyarakat yang tidak mau ambil peduli dalam kegiatan partisipasi politik. Sebagian mereka banyak yang menghabiskan waktu dirumah atau dilokasi tempat bekerja. Fenomena yang terjadi menjadi sebuah pertanyaan tentang apakah yang menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat partisipasi politik dan bentuk-bentuk partisipasi politik tersebut. Sebenarnya belum ada jawaban yang pasti terhadap pertanyaan tersebut, namun berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan tampak kecenderungan bahwa partisipasi politik masyarakat dipengaruhi oleh faktor utama yaitu tingkat pendidikan, status sosial dan tingkat perekonomian. Kebanyakan partisipasi masyarakat yang terwujud terjadi pada masyarakat yang golongan masyarakat menengah keatas. Dikarenakan pada golongan ini masyarakat rata-rata memiliki pendidikan politik dan perekonomian yang memadai.
1.2. FOKUS PENELITIAN Dalam penelitian ini yang menjadi focus penelitian adalah tingkat partisipasi masyarakat kota Padang pada umumnya dan masyarakat Kecamatan Pauh pada khususnya. Dari focus penelitian ini akan menjadi gambaran atau garis besar penelitian ini.. 4 1.3. PARADIMA PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan paradigma tradisionalais. Yang ditujukan untuk mencari data secara empiris khususnya masyarakat kecamatan pauh.
I. 4. PERUMUSAN MASALAH Berangkat dari latar belakang diatas yaitu adanya peran partisipasi masyarakat Kota Padang dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) daerah provinsi Sumatera Barat dengan tingakt dan jeni yang berbeda maka muncullah pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan antara tingkat status ekonomi masyarakat dengan tingkat partisipasi politiknya dalam Pilkada tahun 2005 Sumatera Barat? 2. bagaimana hubungan anatara tingkat pendidikan masyarakat dengan tingkat partisipasi politiknya dalam Pilkada tahun 2005 Sumatera Barat?
I.5. TUJUAN DAN SIGNIFIKANSI PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah: 1. untuk mengetahui hubungan antara tingkat status ekonomi dengan tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Gubenur dan Wakil Gubenur propinsi Sumatera Barat. 2. untuk mengetahui hubungan antara tingkat kosumsi media massa masyarakat dengan tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Gubenur dan Wakil gubenur provinsi Sumatera Barat. 3. untuk mengetahui hubungan antara tingkat identifiaksi kepartian masyarakat dengan tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Gubenur dan Wakil Gubenur provinsi Sumatera Barat.
Signifikan penelitian Hasil penelitian ini nantinya dapat memberi manfaat diantaranya sebagai berikut : 5 1. secara teoritis dapat memperkaya atau menambah referensi tentang partisipasi politik masyarakat yang masih minim di Sumatra Barat umumnya dan Unand khususnya. 2. secara akademis, dapat memberikan masukan bagi peneliti lainnya, khususnya yang tertarik dengan permasalahan partisipasi politik masyarakat. 3. secara praktis, dapat memberikan pemahaman dan pengambilan kebijakan dalam usaha peningkatan paritsipasi politik masyarakat, melalui proses perbaikan sosialisasi politik dan pendidikan politik pada masyarakat.
1.6. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGUKURAN Menurut pendapat para ahli, pilkada 2005 merupakan puncak apatisme public terhadap partai politik. Apatisme public ini pulalah yang secara dominan mendorang sejumlah komponen masyarakat, mengkampanyekan golput. Meskipun deemikian , apakah golput menjadi alternatif terbaik ? masih dibutuhkan pencermatan yang lebih akurat. Menurut ilmuan politik dari Universitas Goerge Mason, Amerika Serikat, Robert P Clark, partisipasi politik selain melalui aktifitas electroral (pemilu) bisa juga melalui lobi, aktifitas organisasional (non parpol), kontak individu dengan pejabat politik, bahkan kekerasan dalam artian upaya mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara melukai fisik seseorang atau merusak property milik pemerintah. Menurut Samuel P. Huntington dan Joan M. partisipasi politik adalah aktivitas warga Negara secara pribadi yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintah. Partisipasi politik dapat bersifat individu ataupun kolektif, terorganisasi ataupun spontan, mapan, atau sporadis, damai atau kekerasan, legal ataupun illegal, efektif atau tidak. Partisipasi politik juga bisa berarti kegiatan mempengaruhi pemerintah, terlepas dari kegiatan secara langsung atau tidak. Langsung berarti ia sendiri tanpa perantara dan taidak langsung melalui orang-orang yang dapat menyalurkan pemerintah. Biasanya partisipasi politik dipengaruhi oleh pertama, budaya politik masyarakat setempat. Ini terkait dengan beberapa nilai yang diyakini oleh masyarakat seperti nilai adat dan nilai tradisi, agama, dll. Kedua, partisipasi dipengaruhi juga oleh status social. Status social meliputi pendidikan, okonomi, dan kelas social masyarakat. Biasanya 6 masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan berpendapatan yang memadai lebih berpartisipasi dibandingkan orang yang berpendidikan dan berpenghasilan rendah. Ketiga, partisipasi dipengaruhi juga oleh keterbukaan yang dilakukan pemerintah. Ini berkaitan dengan political will pemerintah untuk membuka ruang public yang seluas- luasnya. Model-model partisipasi politik ada lima yaitu : 1. kegiatan pemilihan, berkaitan dengan setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil pemelihan. 2. lobbying, yaitu upaya yang dilakukan untuk menghubungi pejabatpejabat dan pemimpin politik dengan tujuan mempengaruhi keputusan mengenai persoalan yang menyangkut sejumlah orang. 3. kegiatan organisasi, tujuan utamanya adalah mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. 4. mencari koneksi, biasanya hanya bermanfaat pada sedikit orang. 5. tindakan kekerasan, hal ini dilakukan sebagai upaya terakhir.
1. Partipassi Politik Masyarakat dalam Pemilihan Gubenur dan Wakil Gubenur Sumbar 2005 Seiring dengan dilaksanakannya pemilihan kepala daerah langsung ( Pilkada) pada bulan Juni 2005 yang merupakan implementasi salah satu bagian dari UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dalam PP No. 6 tahun 2005 khususnya pemilihan Gubenur dan Wakil Gubenur, maka kegiatan partisipasi politik ini semakin terlihat dalam kehidupan masyarakat. Karena pilakda merupakan sakah satu produk demokrasi dan merupakan salah satu saran pendidikan pilitik, dimana semua masyarakat dapat memberikan partisipasi politiknya. Sebagaimana dicatat oleh propesor Miriam Budihardjo dalam bukunya demokrasi di Indonesia Selain itu dengan dilaksanakannya pemilihan Gubenur dan Wakil Gubenur ini maka masyarakat dapat memberikan partisipasi politiknya secara individual. Sebenarnya tidak hanya berkaitan dengan pemberian suara yang dapat dilakukan masyarakat dalam Pilgub. Masyarakat melakukan partisipasi politiknya antara lain dengan menjadi tim 7 sukses calon Gubenur dan Wakil Gubenur, saksi dalam pelaksanaan pemilihan, ikut dalam aktifitas kampanye pasangan calon.
2. Hubungan Tingkat Status Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Status adalah posisi dalam suatu hirarki, suatu wadah bagi hak dan kewajiban, aspek status dari peranan prestise yang berkaitan dengan suatau posisi peranan ideal. Sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut atau suatu kelompok lainnya dalam kelompok yang lebih besar. Oleh karena status yang dimiliki seseoang menentukannya dalam stratifikasi tersebut. Menurut Nimkof, status ekonomi menentukan kelas seseorang, maka status seseorang dalam masyarakat menjadi penting, dari yang diungakapkan diatas bahwa status ekonomi memisahkan orang dalam golongan yang berbeda-beda. Status ekonomi masyarakat yang tinggi mencerminkan kondisi keuangan masyarakat yang baik pula. Dengan memadainya keuangan masyarakat maka masyarakat tersebut dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain selain mencari uang. Biasanya status ekonomi atau keuangan yang memadai menyebabkan partisipasi politik yang tinggi pula.
1.7. MODEL ANALISIS Model analisis dalam penelitian sangat berguna untuk memfokuskan kajian yan dilakukan atau dengan pengertian lain, objek yang diteliti ditentukan criteria agar dapat menjawab masalah penelitian yang ada. Model analisis dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang berdomisili di Kecamatan Pauh dan mendaptkan hak dalam pemilu Gubenur dan Wakil Gubenur Sumbar. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pendapat, persepsi, dan orientasi individu terhadap partisipasi politiknya.
1.8 HIPOTESIS Penelitian ini berangkat dari suatu hipotesis kerja yang akan dibuktikan dalam penelitian lapangan dengan menggunakan analisis statistic. Hipotesis merupakan pernyatan yang menunjukan bagaiman peneliti berfikir tenetang hubungan antara 8 fenomena yang diamatinya. Hipotesis bertujuan untuk menuntun peneliti dalam mencari data-data responden yang termuat dalam item-item pertanyaan. Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah hipotesis korelatif yaitu adanya hubungan antara variabel-variabel yan diteliti. Hipotesis yang akan diuji tersebut antara lain: 1. semakin baik status ekonomi masyarakat maka semakin tinggi partisipasi politik masyarakat. 2. semakin tinggi tingkat kosumsi media massa maka masyarakat semakin tinggi tingkat partisipasi pilitik masyarakat. 3. semakin tinggi identifikasi kepartaian masyarakat maka semakin tinggi tingkat pertisipasi politik masyarakat.
Partisipasi politik masyarakat pauh dalam pilkada 2005
9
1.9 METODE PENELITIAN 1.9.1. Pendekatan dan Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Sementara jenid penelitian yang digunakan adalah eksplanatori atau penelitian penjelasan. Penelitian ini tidak hanya memberikan sekedar gambaran mengenai gejala social tertentu namun, juga menjelaskan hubungan klausa antara variabel-variabel penelitian dan pengajuan hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakkukan survey yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data.
1.9.2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini didukung dengan data yan bersifat kuantitatif. Teknik yan dipakai dalam penelitain ini adalah teknik wawancara tersrtuktur dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini disebarkan dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi dari lapangan. 1.9.3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pauh-Padang Sumatera Barat. Karena penelitian ini melihat tingkat partisipasi politik masyarakat Pauh. Selain itu Kecamatan Pauh adalah kecamatan yang memiliki Universitas yaitu Universitas Andalas, dimana partisipasi politik masyarakat dipengaruhi oleh keberadaan kampus unand.
1.9.4. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini diambil sebagai populasi adalah masyarakat Kecamatan Pauh yang memiliki hak suara. Penetapan ini didasari oleh aturan atau UU yang mengatur hak pilih yaitu warga negara Indonesia yang memiliki umur diatas 17 tahun. Dalam artian kata setiap masyarakat yang memenuhi syarat untuk memilih dan terdaftar sebagai pemilih. 10 Karena banyaknya populasi maka dalam penelitian ini ditarik sampel. Sampel adalah sebagian wakil yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini ditarik dengan menggunakan teknik stratified proportional random sampling Identitas Responden Umur Responden No Umur Frekuensi Persentase 1 < 25 4 40 2 26-35 2 20 3 36-45 3 30 4 > 46 1 10 Total 10 100
Dari 10 orang responden yang diteliti tidak ada yang memberikan jawaban tidak tentang umur. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa umur responden pada umumnya berkisar antara 22-46 tahun. Terbukti dengan 4 responden berumur dibawah 25 tahun dengan persentase 40%, 2 orang responden berumur antara 26-35 tahun atau 20%, umur 36-45 tahun berjumlah 3 orang atau 30% dan hanya 1 orang responden yang berumur antar 49-55 tahun atau 10%.
Jenis Kelamin Responden No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase 1 < 25 8 80 2 26-35 2 20 Total 10 100
Ternyata setelah dilakukan penelitian diketahui bahwa dari 10 orang responden jumlah responden laki-laki lebih banyak daripada responden perempuan yaitu sebanyak 8 orang atau 80%. Sedangkan jumlah responden perempuan adalah 2 orang atau 20%.
11 Pemungutan Suara Penggunaan Hak Pilih No Penggunaan Hak Pilih Frekuensi Persentase 1 Ya 8 80 2 Tidak 2 20 Total 10 100
Setelah dilakukan penelitian dapat diketahui bahwa dari 10 orang responden yang diteliti tidak semua responden yang menggunakan hak pilihnya dalam Pilkada 2005 tersebut. Namun jumlah responden yang menggunkan hak pilihya lebih banyak dibanding responden yang tidak memilih yaitu sebanyak 8 orang atau 80%, sedangkan responden yang tidak memilih adalah 2 orang atau 20%
Calon Yang Dipilih No Nama Calon Frekuensi Persentase 1 Gamawan-Marlis 3 37.5 2 Jefri-Dasman - - 3 Kapitra-Dalimi - - 4 Irwan-Ikasuma 4 50 5 Rahasia 1 12.5 Total 8 100
Dari data di atas dapat di lihat bahwa dari 8 orang responden yang ikut memilih, pasangan Gamawan-Marlis dipilih oleh 3 orang responden atau 37.5%. Pasangan Irwan- Ikasuma sebanyak 4 orang responden atau 50%. Pasangan Jefri-Dasman dan Kapitra- Dalimi tidak mendapat suara dari 8 orang pemilih tersebut. Sedangkan 1 orang responden atau 12.5% merahasiakan pasangan pilihannya.
12 Alasan Memilih No Alasan Memilih Frekuensi Persentase 1 Kesadaran sendiri 2 25 2 Fanatik terhadap calon 3 37.5 3 Suka terhadap calon 2 25 4 Diminta untuk memilih - - 5 Ikut pilihan orang lain 1 12.5 Total 8 100
Dari 8 orang responden yang memilih diketahui bahwa alasan responden memilih adalah karena kesadaran sendiri sebanyak 2 orang atau 25%, alasan memilih karena fanatik terhadap calon yang dipilih sebanyak 3 orang responden atau 37.5%. Responden yan memilih karena suka terhadap calon sebanyak 2 orang atau 25%. Sedangkan responden yang ikut pilihan orang lain hanya 1 orang dengan persentase 12.5%. Dan dari data diatas tidak ditemukan responden yang memilih karena diminta untuk memilih pasangan calon.
Sikap Terhadap Calon No Sikap Terhadap Calon Frekuensi Persentase 1 Simpati 6 75 2 Sangat simpati - - 3 Tidak simpati - - 4 Biasa saja 2 25 Total 8 100
Selain memilih karena adanya alasan, responden juga memiliki sikap terhadap calon yang dipilihnya. Dapat dilihat dari 8 orang pemilih terdapat sabagian besar responden memilih calonnya karena simpati terhadap calon tersebut yaitu sebanyak 6 orang atau 75%. Sedangkan responden yang bersikap biasa saja terhadap calonnya sebanyak 2 orang atau 25%.
13 Latar Belakang yang Cocok Untuk Seorang Gubernur No Latar Belakang Frekuensi Persentase 1 Birokrat 2 25 2 Militer 1 12.5 3 Politisi 1 12.5 4 Pengusaha 2 25 5 Praktisi - - 6 Lainnya 2 25 Total 8 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden menginginkan calon yang berlatar belakang birokrat dan pengusaha @2 orang atau @25%. Responden yang memilih calon berlatar belakang militer dan politisi @1 orang atau @12.5%. sedangkan untuk berlatar belakang seorang praktisi, tidak satupun calon yang memilihnya dan pilihan tersebut dialihkan ke pilihan lainnya yaitu sebanyak 2 orang atau 25% dari jumlah responden.
Alasan Jika Tidak Ikut Memilih No Alasan Frekuensi Persentase 1 Tidak percaya janji calon 5 50 2 Tidak ada calon yang sesuai 2 20 3 Bingung karena banyaknya calon - - 4 Ajakan teman - - 5 Kesibukan yang tidak bisa dilewatkan 3 30 Total 10 100
Berdasarkan data di atas kebanyakan dari 10 orang responden yang diajukan pertanyaan jika tidak ikut memilih rata-rata beralasan tidak percaya pada janji calon yaitu dengan 5 orang atau 50%. Untuk alasan tidak ada calon yang sesuai adalah sebanyak 2 orang responden atau 20%. Sedangkan responden yang memberikan alasan karena kesibukan yang tidak bisa dilewatkan adalah 3 orang atau 30%. Dan dari tabel tersebut 14 juga terlihat tidak ada responden yang memberikan alasan bingung karena banyak calon dan alasan ajakan teman.
Partisipasi Dalam Kampanye No Latar Belakang Frekuensi Persentase 1 Ya 2 20 2 Tidak 8 80 Total 10 100
Ternyata partisipasi politik masyarakat dalam kampanye berbanding terbalik dengan partisipasi dalam menggunakan hak suara yaitu dari 10 orang responden dapat dilihat bahwa sebanyak 8 orang responden atau 80% tidak ikut dalam kampanye Pilkada 2005. Sedangkan responden yang ikut dalam kampanye hanya sebanyak 2 orang atau 20%.
Mengikuti semua Kampanye No Mengikuti Semua Kampanye Frekuensi Persentase 1 Ya - - 2 Tidak semua 3 30 3 Tidak sama sekali 7 70 Total 10 100
Dari data di atas ternyata tidak ada satupun responden yang mengikuti semua kampanye Pilkada calon pilihannya. Responden yang tidak mengikuti semua kampanye sebanyak 3 orang atau 30%. Persentase yang besar adalah 70% atau 7 dari 10 orang responden tidak mengikuti sama sekali selama kampanye Pelikada 2005 berlangsung.
15 Status Sosial Ekonomi Pernghasilan perbulan No Jumlah penghasilan perbulan Frekuensi Persentase 1 < Rp. 1.000.000,00 3 30 2 Rp. 1.000.000,00 Rp. 1.500.000,00 4 40 3 Rp. 2.000.000,00 Rp. 3.000.000,00 3 30 4 Rp. 4.000.000,00 Rp. 5.000.000,00 - - 5 > Rp. 5. 000.000,00 - - Total 10 100
Berdasarkan data diatas, status sosial yang dilihat dari jumlah penghasilan perbulan berkisar antara Rp. 1.000.000,00 Rp. 2.000.000,00. dari 10 orang responden tersebut, responden yang berpenghasilan < Rp. 1.000.000,00 adalah sebanyak 3 orang atau 30%. Responden yang berpenghasilan antara Rp. 1.000.000,00 Rp. 1.500.000,00 adalah sebanyak 4 orang responden. Responden yang Rp. 2.000.000,00 Rp. 3.000.000,00 sebanyak 3 orang atau 30%. Sedangkan tidak ada satupun responden yang berpenghasilan lebih dari Rp. 4.000.000,00.
Daerah Tempat Tinggal No Daerah Tempat Tinggal Frekuensi Persentase 1 Apartemen - - 2 Perumahan/Komplek 4 40 3 Asrama - - 4 Perkampungan 6 60 Total 10 100
Data dari tabel di atas membuktikan bahwa responden sebagian besar tinggal di derah perkampungan sebanyak 6 orang atau 60% dan di daerah perumahan/komplek sebanyak 4 orang atau 40%. Namun, dari 10 orang responden tersebut tidak ada yang tinggal di apartemen ataupun asrama.
16 Media Massa Mengenal Calon No Media Frekuensi Persentase 1 Koran 2 20 2 Spanduk/Baliho 2 20 3 Radio 1 10 4 Teman 4 40 5 Dll 1 10 Total 10 100
Dari 10 orang responden yang diteliti dapat dilihat dari tabel di atas bahwa responden mengenal pasangan calonnya dari koran dan spanduk/baliho masing-masing sebanyak 2 orang dengan persentase masing-masingnya 20%. responden yang mengenal calonnya dari radio hanya 1 orang atau 10%. Sedangkan dari teman memiliki jumlah paling banyak yaitu 4 orang atau 40%, dan 1 orang responden atau 10% mengenal dari media lain.
Membaca Berita No Membaca berita Frekuensi Persentase 1 Setiap hari 1 10 2 4 kali seminggu 1 10 3 2 kali seminggu 3 30 4 1 kali seminggu 1 10 5 Tidak pernah 4 40 Total 10 100
Setelah dilakukan penelitian mengenai berapa kali responden membaca berita, dari 10 orang responden tersebut responden yang membaca berita setiap hari hanya 1 orang atau 10%. Responden yang membaca berita 4 kali dalam seminggu hanya 1 orang atau 10%, 2 kali seminggu sebanyak 3 orang atau 30% dan 1 kali seminggu 1 orang responden 17 atau 10%. Sedangkan responden yang tidak pernah membaca berita sebanyak 4 orang atau dengan persentase terbesar yaitu 40%.
Pernah Membaca Koran Lokal No Pernah Membaca Koran Lokal Frekuensi Persentase 1 Ya 10 100 2 Tidak - - Total 10 100
Dilihat dari aktifitas membaca koran, data di atas menunjukkan bahwa dari 10 orang responden, ternyata semua atau 100% responden pernah membaca koran lokal.
Membaca Koran Lokal No Membaca Koran Lokal Frekuensi Persentase 1 Setiap hari 1 1 2 4 kali seminggu 3 20 3 2 kali seminggu 2 20 4 1 kali seminggu 3 30 5 Tidak pernah 1 10 Total 10 100
Setelah dilakukan penelitian mengenai berapa kali responden membaca koran lokal dari 10 orang responden tersebut, hanya 1 orang responden yang membaca koran lokal setiap hari. Responden yang membaca koran lokal 4 kali dalam seminggu sebanyak 3 orang atau 30%, 2 kali seminggu sebanyak 2 orang atau 20% dan 1 kali seminggu dengan 4 orang responden yaitu 40%. Sedangkan responden yang tidak pernah membaca koran lokal hanya 1 orang atau 10%.
18 Pernah Membaca Koran Nasional No Pernah Membaca Koran Nasional Frekuensi Persentase 1 Ya 8 80 2 Tidak 2 20 Total 10 100
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa dari 10 orang reseponden, ternyata rata-rata responden pernah membaca koran nasional yaitu sebanyak 8 orang atau 80%. Sedangkan responden yang tidak pernah membaca koran nasional sebanyak 2 orang atau persentasinya 20%.
Membaca Koran Nasional No Membaca Koran Nasional Frekuensi Persentase 1 Setiap hari - - 2 4 kali seminggu 2 20 3 2 kali seminggu 2 20 4 1 kali seminggu 4 40 5 Tidak pernah 2 20 Total 10 100
Setelah dilakukan penelitian mengenai berapa kali responden membaca koran nasional dari 10 orang responden tersebut, tidak satupun responden yang membaca koran nasional setiap hari. Responden yang membaca koran nasional 4 kali dalam seminggu sebanyak 2 orang atau 20%, 2 kali seminggu sebanyak 2 orang atau 20% dan 1 kali seminggu memiliki persentase terbesar dengan 4 orang responden yaitu 40%. Sedangkan responden yang tidak pernah membaca koran nasional sebanyak 2 orang atau 20%.
19 Membaca Berita Politik Saat Membaca Koran No Membaca Koran Lokal Frekuensi Persentase 1 selalu 3 30 2 Jarang 2 20 3 Sekali-kali 3 30 4 Tidak pernah 2 20 Total 10 100
Dilihat dari ketertarikan responden terhadap berita politik saat membaca koran, dapat dilihat dari data di atas bahwa responden yang selalu membaca berita politik saat membaca koran adalah sebanyak 3 orang atau 30m%, responden yang jarang membaca berita politik sebanyak 2 orang atau 20%. Sedangkankan responden yang sekali-kali membaca berita politik sebanyak 3 orang atau 30% dan responden yang tidak pernah sebanyak 20% atau 2 orang responden
I.10. Analisis Uji Hipotesis Berdasarkan data dari penelitian maka untuk menguji hipotesis peneliti lihat berdasarkan tidak adanya partisipasi masyarakat di Kecamatan Pauh sebagai berikut:
no partisipasi masyarakat di Kecamatan Pauh 1 Berpartisipasi 2 Tidak Berpartisipasi 3 Tidak Berpartisipasi 4 Berpartisipasi 5 Berpartisipasi 6 Berpartisipasi 7 Berpartisipasi 8 Berpartisipasi 9 Berpartisipasi 10 Berpartisipasi
20 Berdasarkan data di atas peneliti akan menganalisa berdasarkan hipotesis yaitu : Ho= tidak ada partisipasi masyarakat di Kecamatan Pauh pada pilkada Sumbar 2005 Ha =adanya partisipasi masyarakat di Kecamatan Pauh pada pilkada Sumbar 2005
No Kategori Fo Fh ( Fo-Fh) 2 ( Fo-Fh) 2 Fh 1 Berpartisipasi 8 5 9 1,8 2 Tidak berpartisipasi 2 5 9 1,8 Jumlah 10 10 18 3,6
Jadi x hitung = 10 dan x table = 5%= 3.48 Uji hipotesis Jika x table > x hitung maka hipotesis Ha ditolak Jika x hitung dengan x table maka Ha diterima Maka Ha = 10 Ho = 3,48 Berarti dalam penelitian ini maka Ha nya diterima dan Ho nya ditolak
1.11. KESIMPULAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara tingkat status ekonomi, kosumsi media massa, dan identifikasi kepartaian dengan tingkat partisipasi politik. Hasil pengujian hipotesis tersebut adalah: 1. hipotesis pertama ditolak, karena terdapat hubungan terbalik antara status ekonomi dengan tingkat partisipasi politik. Hal ini dibuktikan dengan taraf kepercayaan 5 %. Berarti temuan pada survey awal yang menyatakan bahwa tingkat status ekonomi seseorang sangat menentukan tingkat partisipasi politik masyarakat salah. 21 2. hipotesis kedua diterima, karena t hitung lebih besar daripada t table hubungan antara tingkat kosumsi media massa dengan tingkat partisipasi politik. Ini juga dibuktikan dengan tingkat kepercayaan 5%. Berarti semakin tinggi tingkat kosumsi media massa tidak mempengaruhi tingkat partisipasi politik.
22 KUISIONER
LEMBARAN KUESIONER PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT PAUH PADA PILKADA TAHUN 2005
A. Identitas Responden
Nama : Umur : Jenis kelamin : Jorong : Apakah pendidikan terakhir anda? a. tidak tamat SD b. tamatan SD c. tamatan SMP/ Sederajat d. tamatan SMA/Sederajat e. tamatan diploma f. tamatan sarjana
Apakah propesi anda? a. PNS b. TNI/Polri c. Pensiunan/purna d. Pegawai swasta e.
B. Pemungutan Suara
1. Apakah anda ikut memilih pada pilkada 2005? a. ya b. tidak 2. Siapa calon gubenur yang anda pilih dalam pilkada tersebut? a. Gamawan fauzi-marlis rahman b. Jefri geofani-dasman c. Kapitra-dalimi d. Irwan prayitno-ikasuma e. Rahasia 3. Jika anda memilih dari alasan berikut, manakah yang membuat anda ikut memilih pada pilkada 2005? a. kesadaran sendiri b. fanatic trhadap salah satu calon c. suka terhadap salah satu calon 23 d. diminta untuk memilih salah satu calon e. ikut pilihan orang lain 4. Bagaimana sikap anda terhadap calon yang anda pilih? a. simpati b. sangat simpati c. tidak simpati d. biasa saja 5. Apa latarbelakang yang paling cocok menurut anda untuk seorang gubenur sumbar? a. birokrat b. militer c. politisi d. pengusaha e. akademisi f. kalangan praktisi g. lainnya 6. Jika anda tidak ikut memilih dari alasan berikut, manakah yang membuat anda tidak ikut memilih pada pilkada 2005? a. tidak percaya pada janji calon b. tidak ada yang sesuai dengan anda c. bingung karena banyaknya calon d. ajakan dari teman e. kesibukan yang tidak bisa dilewatkan 7. Apakah anda ikut kampanye pilkada tahun 2005? a. ya b. tidak 8. Apakah anda ikut semua kampanye calon pada pilkada tahun 2005? a. ya b. tidak semua c. tidak sama sekali
C. Status Sosial dan Ekonomi
9. Berapa penghasilan yang anda peroleh tiap bulannya? a. <Rp 1.000.000,00 b. Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00 c. Rp 2.000.000,00-Rp 3.000.000,00 d. Rp 4. 000.000,00-Rp 5.000.000,00 e. >Rp 5.000.000,00 10. Apakah penghasilan tersebut mencukupi kebutuhan anda? a. sangat mencukupi b. mencukupi c. kurang mencukupi d. tidak mecukupi e. sangat tidak mencukupi 24 11. Apakah pendidikan formal yang pernah anda terima? ---------------------------------------------------------------- 12. Apakah pendidkan informal yang pernah anda terima? -------------------------------------------------------------------- 13. Dimanakah pemukiman tempat anda tinggal? a. apartemen b. perumahan/kompek c. asrama d. perkampungan e. ------------------
D. Media Massa
14. Darimanakah anda kenal pasangan calon yang anda pilih? a. Koran b. Spanduk/baliho c. Radio d. Teman e. Dll 15. Berapa kali anda membaca berita di media massa? a. setiap hari b. 4 kali seminggu c. 2 kali seminggu d. 1 kali seminggu e. tidak pernah 16. Apakah anda pernah membaca Koran local? a. ya b. tidak 17. Berapa kali anda membaca Koran local? a. setiap hari b. 4 kali seminggu c. 2 kali seminggu d. 1 kali seminggu e. tidak pernah 18. Apakah anda pernah membaca Koran nasioanl? a. ya b. tidak 19. Berapa kali anda membaca Koran nasional? a. setiap hari b. 4 kali seminggu c. 2 kali seminggu d. 1 kali seminggu e. tidak pernah 20. Apakah setiap membaca Koran anda, membaca berita politik? a. selalu b. jarang 25 c. sekali-kali d. tidak pernah 21. Apakah anda selalu memperhatikan berita kampenye yang ada di media massa? a. ya b. tidak