- Kalor yang masuk sistem berubah sebagai penambah energi dalam sistem. Perubahan kalor dapat diperoleh dengan persamaan : Q = (U 2 U 1 ) + W Dimana : Q = Panas yang diberikan U = Energi dalam gas W = Kerja Oleh karena pada sistem refrigerasi disebabkan adanya faktor hubungan antara panas dan kerja saling berkaitan, maka persamaan menjadi : Q = A . W Dimana : Q = Kalor yang diserap/efek refrigerasi (K Cal/kg) A = Kalor ekivalen dari kerja (1/427 K Cal/kgm) W = Daya kompresi (kgm/jam, K Cal/jam)
Kalor ekivalen yang diperlukan untuk kerja kompresi dengan tujuan agar kenaikan entalpy yang terjadi selama proses kompresi dapat berlangsung. - Kalor tidak mungkin berpindah dari sistem yang bersuhu rendah ke sistem yang bersuhu tinggi secara spontan. - Tidak mungkin ada sembarang proses yang dapat memindahkan panas dari satu temperatur ke temperatur lain yang lebih tinggi. - Panas yang diserap oleh suatu sistem tidak dapat diubah seluruhnya menjadi kerja mekanis pada suatu proses melingkar, ini berarti pastilah ada panas yang terbuang kesekeliling secara percuma. = 1 T 2 T 1 Q 2 Q 1 T 2 T 1 atau = Menurut Hukum I Thermodinamika. W = Q 2 Q 1 , Q 1 = Q 2 - T 2 T 1 Sehingga : W = Q 2 Q 1 atau T 1 = T 2
T 2 T 1 T 2 T 1 1 - Dimana : W = Usaha yang dilakukan Q 1 = Panas yang dibuang Q 2 = Panas yang diserap T 1 = Suhu panas T 2 = Suhu dingin - Entalpy dari suatu sistem didefinisikan sebagai penjumlahan energi dengan selisih hasil kali tekanan dan volume - Entalpy dapat didefinisikan kalor total dari panas bebas dan panas laten yang terdapat pada suatu benda. Harga entalpy dinyatakan dalam satuan K Cal/kg. Secara matematika dapat ditulis : i = + A P V Dimana : i = Entalpy U = Energi dalam A = Energi luar ( Kalor ekivalen dari kerja 1/427 K Cal/kgm) P = Tekanan V = Volume P 2 P 1 P 0 G a r i s
C a i r
J e n u h G a r i s
U a p
J e n u h C D B A B C D A i D i D i C i C i A i A i B i B Jika kita menggambarkan sirkulasi bahan pendingin (refrigeran) dalam instalasi pendingin pada diagram mollier akan terdapat garis persegi A, B, C, D.
1. Proses Refrigeran - Pada titik A, menyatakan keadaan gas refrigeran yang berada di tempat kompressor menghisap bahan pendingin yang masih rendah tekanannya (pada tingkat P 1 ). - Gas refrigeran yang dicetuskan keluar dari kompresor akan meningkat tekanannya sampai titik B, karena mendapat tekanan kompresi maka gas refrigeran ini disebut gas panas lanjut (Super heated Vapour).
2. Proses Pengembunan (Condensing) Gas refrigeran yang masuk ke dalam kondensor akan berubah dari tingkat gas menjadi cair karena didinginkan (membuang panas), dari titik B ke titik C tepat diatas garis cair jenuh (saturated liquid). Sedangkan tekanan pada saat itu masih tetap pada tingkat P 2 . 3. Proses Pengembangan (Ekspansi) Bahan refrigeran (pendingin) yang menjadi cair pada titik C, akan turun sampai titik ketika mengembun dalam kabut pada tepat kedudukan pipa kapiler/klep ekspansi (garis vertikal), karena cairan-cairan refrigeran yang disemprot oleh pipa kapiler sampai menjadi serupa kabut tidak berubah entalpynya, hanya tekanan dan suhu yang merosot (tekanan turun sampai titik P). 4. Proses Penguapan (Evaporation)
Refrigeran berupa kabut yang masuk kedalam evaporator menarik panas dari molekul-molekul gas sekitarnya, sehingga entalpy bertambah. Peralihan titik D ke titik A, menggambarkan pertambahan entalpy tersebut dan perubahan dari fase paduan cair dan gas ke fase gas, dimana garis uap jenuh (saturated vapour) memisahkan kedua daerahnya ditambah keterangan bahwa bilamana geseran dari titik A ke titik A disebut Super Head dan geseran titik C ke titik C disebut Super Cool. Mesin pendingin akan dapat bekerja dengan sempurna bila memiliki bagian-bagian komponen diantaranya: