Anda di halaman 1dari 19

Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan pajak?

Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,


keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Siapakah yang berwenang melakukan pemeriksaan pajak?
Yang berwenang melakukan pemeriksaan pajak adalah Direktur Jenderal Pajak
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 29 ayat 1 UU KUP.
Apa sajakah kriteria dilakukannya pemeriksaan pajak oleh DJP?
Ada dua kriteria untuk dilakukan pemeriksaan pajak oleh Dirjen Pajak, yaitu (1)
pemeriksaan yang harus dilakukan dan (2) pemeriksaan yang dapat dilakukan.
Pemeriksaan yang harus dilakukan adalah pemeriksaan dalam hal wajib pajak
mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, sebagaimana
diatur dalam Pasal 17B UU KUP. Dalam pemeriksaan ini terdapat ketentuan bahwa
dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan (pengembalian kelebihan pembayaran
pajak) diterima lengkap, maka surat ketetapan pajak harus sudah diterbitkan. Apabila
dalam jangka waktu 12 bulan tersebut terlewati dan surat ketetapan pajak belum
diterbitkan maka permohonan tersebut harus dikabulkan dan paling lambat satu bulan
harus diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh Dirjen
Pajak adalah pemeriksaan yang dilakukan kepada wajib pajak untuk tujuan menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, seperti bila wajib pajak:
menyampaikan SPT lebih bayar,
menyampaikan SPT yang menyatakan rugi,
tidak menyampaikan atau menyampaikan SPT tetapi melampaui jangka waktu
dalam surat teguran,
melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau
akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya,
menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis
risiko mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan yang tidak dipenuhi sesuai
ketentuan.
Kadang-kadang Dirjen Pajak melakukan juga pemeriksaan untuk tujuan lain. Apa ya
maksudnya?
Pemeriksaan untuk tujuan lain dilakukan dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang dapat meliputi penentuan,
pencocokan, atau pengumpulan materi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan,
seperti:
pemberianNPWP secara jabatan,
penghapusan NPWP,
pengukuhan atau pencabutan pengukupan PKP,
WP mengajukan keberatan,
Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto,
Pencocokan data dan/atau alat keterangan,
Penentuan WP berlokasi di daerah terpencil,
Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN,
Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak,
Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi
kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan,
Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (P3B).
Lantas, apa saja kewajiban wajib pajak yang diperiksa?
Dalam Pasal 29 diatur mengenai kewajiban wajib pajak ketika dilakukan pemeriksaan,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Wajib pajak yangd diperiksa wajib:
Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang
pajak,
Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu
dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan,
Memberikan keterangan lain yang diperlukan.
2. Buku, catatan, dan dokumen, serta data, informasi, dan keterangan lain tersebut
wajib dipenuhi oleh wajib pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak permintaan
disampaikan.
3. Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta
keterangan yang diminta, wajib pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk
merahasiakannya, maka kewajiaban merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan
untuk keperluan pemeriksaan.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Dirjen Pajak, apa saja produk yang
dihasilkan?
Hasil pemeriksaan pajak dapat berupa surat ketetapan pajak, surat tagihan pajak atau
dapat juga ditingkatkan menjadi pemeriksaan bukti permulaan dalam hal hasil
pemeriksaan memberikan indikasi adanya tindak pidana di bidang perpajakan.
Produk-produk pemeriksaan pajak tersebut diantaranya adalah:
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan pajak diketahui adanya pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan pajak diketahui bahwa jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang
dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.
Surat Ketetapan Pajak Nihil, apabila berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui
bahwa jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah
pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak
ada pembayaran pajak.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SPTKBT), apabila berdasarkan
hasil pemeriksaan ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah
pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka
penerbitan SKPKBT.
Surat Tagihan Pajak (STP), apabila berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui
adanya sanksi administrasi berupa denda atau bunga.
Pemeriksaan dapat ditingkatkan menjadi pemeriksaan bukti permulaan apabila
ditemukan indikasi adanya tindak pidana di bidang perpajakan.
I. PEMERIKSAAN PAJAK
A. Pengertian ( KMK -545/KMK.04/2000, SE - 03/PJ.7/2001, SE - 06/PJ.7/2004, SE -
02/PJ.7/2005, KEP - 142/PJ./2005)
1. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan kepada Wajib Pajak di
Kantor Unit Pelaksana pemeriksaan pajak yang meliputi satu jenis pajak tertentu
pada tahun berjalan dan tahun-tahun sebelumnya yang dapat dilaksanakan
melalui Pemeriksaan Sederhana Kantor atau Pemeriksaan dengan
Korespondensi.
3. Pemeriksaan Sederhana Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
mengirimkan surat panggilan kepada Wajib Pajak untuk datang ke kantor Dirjen
Pajak dan meminjamkan buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen.
4. Pemeriksa Pajak adalah PNS dilingkungan DJP atau tenaga ahli yang ditunjuk
oleh Dirjen Pajak yang diberi tugas wewenang, dan tanggungjawab untuk
melaksanakan pemeriksaan dibidang perpajakan
5. Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak adalah kartu yang diterbitkan oleh Kepala
Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak sebagai bukti bahwa pemegang kartu tersebut
adalah pemeriksa pajak.
6. Surat Perintah Pemeriksaan Pajak adalah surat perintah untuk melakukan
pemeriksaan pajak yang diterbitkan oleh Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan
Pajak.
7. Hasil pengelohan data elektronik adalah data yang sifat dan bentuknya elektronik,
dihasilkan oleh komputer atau pengolah data elektronik lainnya, disimpan di dalam
disket, CD, tape backup, hard disk atau media simpan elektronik lainnya atau data
yang masih berada dalam suatu jaringan elektronik.
8. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca
dan perhitungan rugi laba pada setiap tahun pajak berakhir.
9. Pembahasan Akhir Pemeriksaan (Closing Conference) adalah pembahasan yang
dilakukan antara pemeriksa pajak dan Wajib Pajak atas temuan selama
pemeriksaan, dan hasil bahasan temuan tersebut baik yang disetujui maupun
yang tidak disetujui dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan yang
ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak.
10. Kertas Kerja Pemeriksaan adalah catatan secara rinci dan jelas yang
diselenggarakan oleh Pemeriksa Pajak mengenai prosedur pemeriksaan yang
ditempuh, pengujian yang dilakukan, bukti dan keterangan yang dikumpulkan dan
kesimpulan yang diambil sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan.
11. Laporan pemeriksaan pajak adalah laporan terutang hasil pemeriksaan yang
disusun oleh pemeriksa pajak secara ringkas, dan jelas serta sesuai dengan ruang
lingkup dan tujuan pemeriksaan.
12. Bukti permulaan adalah keadaan dan atau bukti-bukti, baik berupa keterangan,
tulisan, perbuatan, atau benda-benda yang dapat memberikan petunjuk bahwa
suatu tindak pidana sedang atau telah terjadi yang dilakukan oleh Wajib Pajak
yang dapat menimbulkan kerugian pada Negara
13. Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan pajak untuk mendapatkan bukti
permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang
perpajakan
14. Ekstensifikasi adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan jumlah
Wajib Pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak (PKP) terdaftar serta untuk
menghitung besarnya angsuran Pajak Penghasilan (PPh) dalam tahunnnn
berjalan dan penyetoran pajak dalam suatu masa pajak.
15. Ruang lingkup pemeriksaan adalah Pemeriksaan Lapangan melalui Pemeriksaan
Sederhana Lapangan (PSL).
16. PSL ekstensifikasi termasuk dalam jenis pemeriksaan rutin untuk tujuan lain,
sehingga daftar Wajib Pajak yang akan dilakukan PSL ekstensifikasi harus
dimasukkan ke dalam daftar nominatif pemeriksaan rutin sebagaimana diatur
dalam kebijakan pemeriksaan yang berlaku.
17. Daftar nominatif adalah daftar usulan pemeriksaan mengenai daftar nama WP
yang akan dilakukan pemeriksaan beserta alasan dilakukannya pemeriksaan yang
diusulkan, dibuat dan diajukan oleh KPP, KP4, Karikpa, Kanwil atau KP DJP
kepada Direktorat P4.
PEMERIKSAAN PAJAK
A. Dasar Hukum
Pasal 29 dan 44 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 TAHUN 1994 Tanggal 23 Desember 1994 Tentang
Pencabutan atas Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1983 tentang Pendaftaran,
Pemberian NPWP, Penyampaian SPT dan Persyaratan Pengajuan Keberatan dan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1986 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang
Perpajakan
KMK Nomor 625/KMK.04/1994 tanggal 27 Desember 1994 tentang Tata Cara
Pemeriksaan di Bidang Perpajakan
KMK Nomor 545/KMK.04/2000 Tanggal 22 Desember 2000 Tentang Tata Cara
Pemeriksaan di Bidang Perpajakan
KEP - 01/PJ.7/1993 Tanggal 9 Maret 1993 Tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak
Terhadap Wajib Pajak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa
KEP - 18/PJ/1995 Tanggal 23 Februari 1995 tentang Tata Cara Penyegelan Dalam
Rangka Pemeriksaan di Bidang Perpajakan
KEP - 137/PJ./1999 Tanggal 18 Juni 1999 Tentang Sistem Kriteria Seleksi SPT Untuk
Diperiksa
SE - 11/PJ.7/1994 Tanggal 19 Agustus 1994 Tentang Pemeriksaan Keterkaitan
SE - 07/PJ.7/1995 Tanggal 31 Maret 1995 Tentang Kerahahasiaan Bank Dalam
Kaitannya Dengan Pemeriksaan Pajak
SE - 14/PJ.7/1995 Tanggal 15 Agustus 1995 Tentang Penegasan Pemeriksaan
Keterkaitan
SE - 02/PJ.7/1996 Tanggal 14 Februari 1996 Tentang Penegasan dan Penyempurnaan
Ketentuan Pemeriksaan Rutin
SE - 03/PJ.7/1996, 7 Maret 1996 Tentang Pemeriksaan Khusus
SE - 18/PJ.7/1996 Tanggal 24 Oktober 1996 Tentang Pemeriksaan Sederhana Lapangan
Dalam Rangka Ekstensifikasi Wajib Pajak
SE - 02/PJ.7/1997 Tanggal 7 Februari 1997 Tentang Pemeriksaan Sederhana Lapangan
PPN dan PPn BM Terhadap Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran
SE - 12/PJ.73/1997 Tanggal 26 September 1997 Tentang Penegasan atas Pemeriksaan
Wajib Pajak Lokasi
SE - 01/PJ.7/1998 Tanggal 30 Maret 1998 Tentang Pemeriksaan Ulang
SE - 04/PJ.7/1998 Tanggal 15 Juni 1998 Tentang Penegasan Pelaksanaan Pemeriksaan
Pajak
SE - 06/PJ.7/1998 Tanggal 3 Juli 1998 Tentang Pencabutan Ketentuan Tentang
Pemeriksaan
SE - 07/PJ.7/1998 Tanggal 28 Juli 1998 Tentang Penegasan Kebijaksanaan Pemeriksaan
SE - 09/PJ.7/1998 Tanggal 28 Agustus 1998 Tentang Penegasan atas Pelaksanaan
Pemeriksaan/Penyelesaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi/Badan Yang
Menyatakan Lebih Bayar
SE - 11/PJ.7/1998 Tanggal 19 Oktober 1998 tentang Pemeriksaan Sederhana Lapangan
Terhadap Wajib Pajak Yang Tempat Terdaftarnya Berpindah dari KPP Tempat Wajib
Pajak Semula Terdaftar ke KPP Lainnya
SE - 06/PJ.7/1999 Tanggal 11 Agustus 1999 Tentang Perlakuan dan Pendekatan
Pemeriksaan Terhadap Golongan Wajib Pajak Serta Penerapan Teknik Sampling Dalam
Pemeriksaan Pajak.
SE - 6/PJ.5/1985 Tanggal 20 Nopember 1985 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemeriksaan
SE - 04/PJ.43/2000 Tanggal 8 Maret 2000 Tentang Pemeriksaan Sederhana Lapangan
Atas Wajib Pajak Yang Telah Mendapat Izin Pemusatan Pemotongan, Penyetoran dan
Pelaporan PPh Pasal 21
SE - 04/PJ.7/2000 Tanggal 12 April 2000 Tentang Kebijaksanaan Pemeriksaan Tahun
2000
SE - 04/PJ.5/1986 Tanggal 25 April 1986 Tentang Penjelasan Tentang Bukti Permulaan
Adanya Tindak Pidana di Bidang Perpajakan
SE - 07/PJ.7/2000 Tanggal 17 Juli 2000 Tentang Implementasi Rencana dan Strategi
Pemeriksaan Pajak
SE - 10/PJ.7/2000 Tanggal 13 Oktober 2000 Tentang Penegasan Kebijaksanaan
Pemeriksaan Tahun 2000
SE - 06/PJ.7/2002 tentang Pemeriksaan oleh Kantor Penyuluhan dan Pengamatan
Potensi Perpajakan.
SE - 07/PJ.7/2002 tentang Penegasan Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) atas
Penghapusan NPWP/NPPKP karena perubahan tempat terdaftar.
SE - 03/PJ.7/2001 tentang Kebijakan Pemeriksaan ( Seri Pemeriksaan 01-01)
SE - 01/PJ.7/2003' SE - 01/PJ.7/2003 Tanggal 1 April 2003 Tentang Kebijakan
Pemeriksaan Pajak (Seri Pemeriksaan 01-03).
SE - 02/PJ.7/2003 Tanggal 30 April 2003 Tentang Masa Transisi Penerapan SE -
01/PJ.7/2003' SE - 01/PJ.7/2003
SE - 05/PJ.7/2003 Tanggal 26 September 2003 Tentang Beberapa Penegasan Kebijakan
Pemeriksaan Pajak.
SE - 06/PJ.7/2004 Tanggal 6 Agustus 2004 Tentang Pemeriksaan Sederhana Lapangan
Dalam Rangka Ekstensifikasi Wajib Pajak.
SE - 02/PJ.7/2005 Tanggal 31 Maret 2005 Tentang Kebijakan Pemeriksaan Berdasar
Kriteria Seleksi
KEP - 142/PJ./2005 Tanggal 31 Agustus 2005 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemeriksaan Kantor

Teknik Pemeriksaan (bagian 1)
Teknik Pemeriksaan adalah cara-cara pengumpulan bukti, pengujian, dan/atau pembuktian yang
dikembangkan oleh Pemeriksa Pajak untuk menyakini kebenaran pos-pos yang diperiksa.
Teknik-teknik Pemeriksaan yang dapat digunakan Pemeriksa Pajak, meliputi:
1. pemanfaatan informasi internal dan/atau eksternal Direktorat Jenderal Pajak;
Informasi internal Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah informasi yang berasal dari dalam
DJP, sedangkan informasi eksternal DJP adalah informasi yang berasal dari luar DJP.
Mengapa begitu penting ? karena dalam profil tersebut dan ditambah dengan berkas Wajib Pajak
lainnya pemeriksa mendapatkan gambaran lengkap akan kondisi Wajib Pajak terkait usahanya,
data Wajib Pajak, bench mark dan informasi lainnya termasuk kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dari Wajib Pajak yang akan dilakukan pemeriksaan.
Selain hal tersebut diatas juga digunakan sebagai dasar pemeriksa untuk membuat :
a. Audit Planning (Rencana Pemeriksaan)
b. Audit program (Program Pemeriksaan)
c. Metode pengujian

Dimana diteruskan dengan melakukan evaluasi-evaluasi menyuluruh dan komprehensif yang
selanjutnya dituangkan ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP)
Informasi yang diperoleh dari berbagai pihak sangat bermanfaat dalam pemeriksaan.
Informasi internal DJP dapat berasal dari:
a. alat keterangan;
b. profil Wajib Pajak; dibuat oleh AR.. digunakan sebagai salah satu dasar untuk analisis resiko
(beserta data internal dan eks lainnya)
c. hasil pemeriksaan sebelumnya;
d. keputusan keberatan;
e. putusan banding;
f. hasil analisis Informasi Data Laporan dan Pengaduan (IDLP);
g. data sistem informasi;
h. dan sebagainya.
Informasi eksternal DJP dapat berasal dari:
a. data internet;
b. media massa;
c. instansi/lembaga/organisasi/asosiasi/dan pihak lainnya;
d. hasil exchange of information(Eol) dengan negara mitra P3B;
e. dan sebagainya.
Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:
a. pengumpulan;
b. pengidentifikasian, dan
c. pengolahan data, informasi, dokumen, dan/atau pihak yang berhubungan dengan Wajib Pajak
yang sedang diperiksa.
Bilamana hasil pemeriksaan berbeda dengan profil Wajib Pajak yang telah d buat oleh Account
Representatve (AR) ? Pemeriksa harus menjelaskan perbedaan tersebut dalam Kertas Kerja
Pemeriksaan (KKP) dan Mengirimkan data perbedaan tersebut ke Seksi Pengawsan dan
Konsultasi (waskon) terkait untuk dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap profil Wajib Pajak
tersebut.
2. pengujian keabsahan dokumen;
Pengujian keabsahan dokumen adalah pengujian yang dilakukan untuk meyakini keabsahan
suatu dokumen yang akan digunakan dalam pemeriksaan.
Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:
a. teliti keabsahan dokumen, misalnya pembubuhan tanda tangan pihak yang berwenang,
cap/stempel,
b. dan tanggal dokumen;
c. lakukan klarifikasi kepada pihak yang terkait;
d. minta surat pernyataan Wajib Pajak;
e. dan sebagainya.

3. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian atas dokumen, kegiatan, sistem, dan sejenisnya berdasarkan
kriteria tertentu. Evaluasi dapat dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu sebelum (pre test) dan
sesudah (post test) proses pemeriksaan. Evaluasi yang dilakukan sebelum proses pemeriksaan
berguna untuk mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan
dan sebagai cara untuk mengukur keefektifan rencana pemeriksaan yang telah disusun
sebelumnya.
Sedangkan evaluasi yang dilakukan setelah proses pemeriksaan berguna untuk mengetahui
kualitas pemeriksaan dibandingkan dengan prosedur formal yang diatur dalam ketentuan
perpajakan.
Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:
a. pahami gambaran umum dan kegiatan usaha Wajib Pajak, akta-akta Wajib Pajak, bagan
organisasi, bagan kepemilikan, proses produksi, hasil Rapat, Umum Pemegang Saham (RUPS),
surat-surat keputusan, supplierutama, konsumen utama, dan sebagainya;
b. pelajari dan cek kelengkapan SPT termasuk lampiran-lampiran dan dokumen-dokumen Wajib
Pajak lainnya;
c. lakukan penilaian atas sistem pengendalian internal Wajib Pajak;
d. identifikasi jenis-jenis pajak yang menjadi kewajiban Wajib Pajak berdasarkan master file saat
terdaftar, pengukuhan sebagai PKP, KLU, dan/atau profil Wajib Pajak;
e. buat checklistprosedur formal tata cara pemeriksaan;
f. pelajari hasil pemeriksaan pajak tahun-tahun sebelumnya;
g. lakukan penilaian kepatuhan Wajib Pajak berdasarkan informasi-informasi yang tersedia;
h. bandingkan hasil pemeriksaan dengan rencana pemeriksaan;
i. bandingkan checklistprosedur formal tata cara pemeriksaan dengan pelaksanaan pemeriksaan;
j. dan sebagainya.

4. analisis angka-angka;
Analisis angka-angka adalah penelaahan dan penguraian atas angka-angka dan bagian-bagiannya
serta hubungannya dengan angka pada pos lain untuk mengetahui kewajaran jumlah suatu pos.
Analisis angka-angka dilakukan dengan menelaah keterkaitan angka yang terdapat pada suatu
pos dengan angka dalam pos lainnya yang berhubungan. Misalnya kenaikan beban penyusutan
mesin dengan penambahan jumlah atau nilai aktiva mesin, hubungan biaya pemasaran dengan
jumlah penjualan, hubungan biaya pengangkutan dengan penjualan, hubungan biaya bunga
dengan pinjaman, dan sebagainya.
Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:
a. cek penghitungan matematis seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
dalam SPT;
b. bandingkan dan lakukan analisis atas angka-angka dalam SPT Wajib Pajak dengan neraca,
laporan laba rugi, dan laporan atau dokumen lainnya;
c. bandingkan dan lakukan analisis atas laporan keuangan Wajib Pajak tahun pajak yang diperiksa
dengan tahun-tahun sebelumnya;
d. lakukan analisis rasio dengan menggunakan informasi baik yang berasal dari internal atau
eksternal Wajib Pajak;
e. dan sebagainya.

Teknik Pemeriksaan (bagian 2)

1. penelusuran angka-angka (tracing);
Penelusuran angka-angka adalah penelaahan secara mundur (tracing) untuk mentrasir angka-
angka dalam suatu pos sesuai dengan rekam jejak pemeriksaan (audit trail).
Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:
a. identifikasi transaksi-transaksi yang berkaitan dengan pos yang diperiksa;
b. klasifikasi jenis transaksi yang telah diidentifikasi sesuai dengan jenis objek pajaknya;
c. identifikasi dokumen-dokumen pendukung yang berkaitan dengan pos atau transaksi yang
sedang diperiksa sesuai dengan rekam jejak pemeriksaan (audit trail).
d. lakukan penelaahan mundur atas pos yang diperiksa sampai dengan tanggal neraca;
e. lakukan penelusuran saldo pada neraca dan laporan laba rugi dengan saldo pada buku besar,
buku besar tambahan, jurnal umum, dan/atau dokumen-dokumen Wajib Pajak terkait lainnya
(seperti
f. laporan penerimaan barang, permintaan bahan baku langsung/inventory requisition, daftar upah
buruh, daftar aktiva tetap, daftar gaji pegawai);
g. dan sebagainya.

2. penelusuran bukti;
Penelusuran bukti adalah pemeriksaan bukti yang mendukung suatu transaksi yang telah dicatat
atau yang
seharusnya dicatat (vouching).
Tujuannya yaitu untuk menguji apakah suatu transaksi yang telah dilaporkan didukung oleh
bukti
kompeten yang cukup atau apakah bukti kompeten yang cukup tersebut telah dicatat dan
dilaporkan
(vouching) oleh Wajib Pajak.
Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:
a. identifikasi transaksi-transaksi yang berkaitan dengan pos yang diperiksa;
b. kumpulan bukti-bukti yang mendukung transaksi;
c. cocokkan isi bukti dengan transaksi;
d. teliti validitas dan relevansi bukti;
e. pastikan apakah bukti transaksi telah dicatat dan dilaporkan;
f. dan sebagainya.

3. pengujian keterkaitan;
Pengujian keterkaitan adalah pengujian yang dilakukan untuk meyakini suatu transaksi
berdasarkan pengujian atas mutasi pos-pos lain yang terkait atau berhubungan dengan transaksi
tersebut. Hasil pengujian keterkaitan tidak serta-merta merupakan koreksi atas pos yang
diperiksa, misalnya:
a. apabila terdapat selisih dari hasil penghitungan dengan pengujian keterkaitan atas penghasilan
bruto, tidak serta merta dapat disimpulkan sebagai penjualan/peredaran usaha. Sehingga perlu
dipastikan berdasarkan bukti yang diperoleh apakah selisih tersebut merupakan
penjualan/peredaran usaha, penghasilan bruto luar usaha, atau tambahan kemampuan ekonomis
lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 UU PPh.
b. apabila terdapat selisih dari pengujian keterkaitan atas penyerahan kena pajak, tidak serta merta
dapat disimpulkan sebagai penyerahan kena pajak. Sehingga perlu dipastikan berdasarkan bukti
yang diperoleh apakah selisih tersebut merupakan penyerahan kena pajak atau tidak kena pajak.

Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:
a. dapatkan buku persediaan, buku kas/bank, buku piutang, buku utang;
b. periksa kebenaran saldo-saldo persediaan, kas/bank, piutang, utang;
c. periksa kebenaran mutasi persediaan, kas/bank, piutang, utang;
d. lakukan uji keterkaitan dengan menggunakan formula;
e. dan sebagainya.

Pos-pos yang saling terkait dalam rangka pengujian keterkaitan antara lain:
a. Penghasilan bruto (tunai) >< Penerimaan kas/bank, uang muka penjualan
b. Penghasilan bruto (akrual) >< Pelunasan piutang usaha
c. Pembelian >< Pelunasan utang usaha
d. Barang masuk/keluar >< Mutasi persediaan
Pengujian atas penghasilan bruto dapat meliputi:
a. Penjualan/Peredaran Usaha; dan/atau
b. Penghasilan Bruto dari Luar Usaha
Pengujian Keterkaitan dibagi menjadi 4 (empat), yaitu: Pengujian Keterkaitan dibagi menjadi 4
(empat), yaitu:
1. Pengujian Arus Barang
Pengujian arus barang dilakukan untuk meyakini kebenaran unit barang yang keluar dari
gudang/digunakan/dijual ataupun yang masuk ke gudang, baik berupa bahan baku, bahan
pembantu, barang dalam proses, maupun barang jadi. Pemeriksa Pajak harus memastikan bahwa
unit tersebut telah memperhitungkan pemakaian sendiri, barang rusak (spoiled goods), sampel,
pemberian cuma-cuma, retur pembelian, barang dalam pengiriman (FOB Destination)/perjalanan
(intransit).
Formula (disesuaikan dengan jenis persediaan):
Saldo Awal Persediaan (unit) +/+
Pembelian (unit) +/+
Saldo Akhir Persediaan (unit) -/-
Persediaan Keluar/digunakan/dijual/HPP(unit) xxx
Nilai unit ini dapat digunakan untuk menyakini atau menghitung nilai dari harga pokok barang
atau penjualan apabila harga barang tersebut bernilai sama setiap unitnya, yang dilakukan
dengan cara mengalikan unit dengan harga barang.
2. Pengujian Arus Uang
Pengujian arus uang meliputi transaksi kas, bank, dan setara kas lainnya. Pengujian ini dilakukan
untuk menguji aliran uang suatu transaksi dan/atau mendapatkan jumlah penerimaan uang dalam
suatu kurun waktu dalam rangka mendukung pengujian kebenaran penghasilan bruto yang
dilaporkan Wajib Pajak berdasarkan kas (cash basis).
Formula :
Saldo AKhir Kas/Bank +/+
Pengeluaran Kas/Bank +/+
Saldo Awal Kas/Bank -/-
Penyesuaian non penghasilan +/-
Penerimaan Kas/Bank XXX

Pengujian arus uang selain menggunakan formula tersebut dapat juga dilakukan dengan
melakukan penghitungan atas sisi penerimaan saja. Penerimaan kas/bank yang diperoleh dari
formula di atas harus mengeluarkan penerimaan-penerimaan yang tidak ada kaitannya dengan
penghasilan, seperti transfer antar bank, penerimaan pinjaman, PPN dipungut sendiri, dan
sebagainya; yang dikelompokkan dalam penyesuaian non penghasilan, serta harus
memperhitungkan uang muka penjualan/pelanggan jika ada.
Khusus untuk penghitungan PPN dipungut sendiri yang harus dikeluarkan dari penghitungan
penerimaan kas/bank perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Nilai PPN dipungut sendiri yang dikurangkan dapat diperoleh dari:
a. nilai yang dilaporkan pada SPT Masa PPN;
b. penelusuran jurnal setiap transaksi PPN; atau
c. mutasi hutang PPN pada buku besar.
2. Apabila PPN dipungut sendiri yang tercantum di SPT Masa PPN yang digunakan sebagai
pengurang, maka perlu dipastikan bahwa jumlah tersebut tidak termasuk PPN yang telah
dilaporkan di SPT Masa tetapi tidak terdapat aliran uang yang masuk ke kas maupun bank, di
antaranya meliputi:
a. PPN yang ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak, seperti pemberian cuma-cuma, pemakaian
sendiri, sampel, dll;
b. PPN yang dipungut beda waktu, faktur telah diterbitkan pelunasan belum diterima, atau
sebaliknya;
c. dan transaksi lainnya yang secara nyata tidak terdapat titipan PPN dalam penerimaan uang yang
dihitung.
3. Pengujian Arus Piutang
Pengujian arus piutang dilakukan utnuk mendapatkan jumlah pelunasan piutang usaha dalam
suatu kurun waktu dalam rangka mendukung pengujian kebenaran penghasilan bruto yang
dilaporkan Wajib Pajak secara akrual (accrual basis).
Pengujian arus piutang dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara:
1. hanya menggunakan mutasi kredit akun piutang usaha untuk mendapatkan penjualan secara
akrual (non tunai). Jika ingin mendapatkan penjualan secara total tunai dan non tunai, maka
harus ditambahkan dengan hasil penghitungan penjualan tunai; atau
2. menggabungkan hasil pengujian arus uang dan utang-piutang sekaligus, untuk mendapatkan
penghasilan bruto baik dari tunai maupun non tunai. Hal ini dilakukan dengan cara menggunakan
penerimaan uang/tunai dan non tunai (seperti offset utang-piutang, bukti potong, bukti pungut)
sebagai unsur pelunasan piutang usaha, dan juga memperhatikan saldo-saldo uang muka
pelanggan ataupun pendapatan ditangguhkan.
Penyesuaian-penyesuaian yang harus juga diperhitungkan terkait dengan pengujian arus piutang
antara lain:
1. ditambah penghapusan piutang;
2. dikurangi retur penjualan;
3. dikurangi PPN dipungut sendiri yang ada dalam penerimaan kas/bank;
4. saldo-saldo uang muka penjualan;
5. saldo-saldo pendapatan yang ditangguhkan; dan
6. penyesuaian lain yang tidak ada hubungan dengan penerimaan dan penghasilan.
Formula :
Pelunasan/Penerimaan melalui Kas/Bank +/+
Pelunasan Non Kas/Bank +/+
Saldo Akhir Piutang Usaha +/+
Saldo Awal Piutang Usaha -/-
Penyesuaian +/-
Peredaran Usaha XXX

4. Pengujian Arus Utang
Pengujian arus utang tergantung kepada pos yang akan diyakini kebenarannya. Untuk meyakini
pembelian barang secara kredit dilakukan pengujian arus utang usaha. Sedangkan untuk
meyakini penerimaan pinjaman dilakukan pengujian arus utang bank/afiliasi/pemegang saham.
Demikian pula untuk meyakini uang muka penjualan dan sebagainya.
Formula :
Saldo Akhir Utang Usaha +/+
Pembelian Tunai +/+
Pelunasan Utang Usaha +/+
Saldo Awal Utang Usaha -/-
Penyesuaian +/-
Pembelian XXX

4. ekualisasi atau rekonsiliasi;
Ekualisasi atau rekonsiliasi adalah mencocokkan saldo 2 (dua) atau lebih angka yang mempunyai
hubungan satu dengan yang lainnya. Apabila hasilnya terdapat perbedaan, maka perbedaan
tersebut harus dapat dijelaskan.
Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh :
a. tentukan saldo-saldo atau pos-pos yang akan dicocokkan (misalnya penjualan, penyerahan DPP
PPN, pembelian);
b. gunakan saldo-saldo:
1. peredaran usaha dan penghasilan lain-lain dengan jumlah penyerahan menurut SPT Masa PPN;
2. peredaran usaha dengan objek PPh Pasal 22 Kegiatan Usaha di Bidang Lain;
3. pembelian (bahan baku, barang jadi, dan aktiva) dengan Dasar Pengenaan Pajak PPN Masukan;
4. pembelian dengan objek PPh Pasal 22 pedagang pengumpul;
5. biaya yang merupakan objek pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan dengan objek PPh
Pemotongan Pemungutan;
6. objek pemotongan PPh dengan DPP PPN Masukan;
7. objek PPh Pasal 26 dengan objek PPN jasa luar negeri;
8. buku besar bank dengan rekening koran;
9. dan sebagainya,
untuk meyakini kebenaran angka dengan melakukan penghitungan berdasarkan formula;
c. lakukan permintaan data/keterangan Wajib Pajak atas perbedaan yang terjadi;
d. pastikan pemfakturan antara waktu telah dilakukan tepat waktu;
e. dan sebagainya.
Formula yang digunakan untuk menuangkan hasil ekualisasi Objek PPh Badan dan Objek PPN
Dalam Negeri dalam rangka menghitung Objek PPN Dalam Negeri:
Objek PPN Dalam Negeri terdiri dari:
Peredaran usaha +/+
Ditambah:
a. Uang muka pelanggan akhir +/+
b. Pendapatan ditangguhkan akhir (PPN dibayar tahun ini) +/+
c. Penyerahan antar cabang (dalam hal tidak terdapat pemusatan PPN terutang) +/+
d. Harga jual aktiva Pasal 16D UU PPN +/+
e. Penyerahan tahun sebelumnya difakturkan tahun ini +/+
f. Penggantian biaya yang pajak masukannya telah dikreditkan +/+
g. Pemakaian sendiri +/+
h. Pemberian cuma-Cuma +/+
i. Penyerahan BKP/JKP lainnya +/+
j. ...... dsb +/+
Jumlah
+/+
Dikurangi:
a. Uang muka pelanggan awal (pastikan telah difakturkan masa sebelumnya) -/-
b. Pendapatan ditangguhkan awal (pastikan telah difakturkan tahun sebelumnya) -/-
c. Penyerahan difakturkan tahun berikutnya -
/-
d.
....dsb
-/-
Jumlah
-/-
Jumlah Penyerahan
Seluruhnya +/+
Penyerahan non
BKP/JKP -/-
Penyerahan BKP/JKP Menurut Pemeriksa
Pajak XXX
Formula yang digunakan untuk menuangkan hasil ekualisasi pos-pos PPh Badan dan Objek PPh
Pemotongan :
Objek PPh Pemotongan 21/23/26 Final:
a. Macam-macam objek Pos Laba Rugi/Pos Neraca/Pos SPT/Turunan Terkait +/+
b. Objek-objek
lainnya +/+
c. Objek dari masa
sebelumnya +/+
d. Dipotong/disetor/dilaporkan masa berikutnya -
/-
e. Diperhitungkan sebagai objek PPh Pemotongan lain -/-
f. Dipotong/disetor/dilaporkan di KPP lain -
/-
Objek Pajak Menurut Pemeriksa
Pajak XXX

Pada umumnya perbedaan yang timbul antara nilai omset menurut SPT Tahunan PPh Badan
dengan nilai penyerahan menurut SPT Masa PPN bisa timbul karena dua kondisi.Pertama,
karena karakteristik transaksi dan yang kedua karena peraturan yang berlaku memang
mengakibatkan timbulnya perbedaan.
Ekualisasi yang biasa dilakukan dalam proses pemeriksaan ada 2 (dua) yaitu :
Ekualisasi PPn dengan Omset (Penjualan) PPh Pasal 25 & 29
Ekualisasi PPh Pasal 21 dengan Pengakuan Biaya Gaji dan Upah Tenaga Kerja Langsung pada
"Laporan Laba Rugi"

Anda mungkin juga menyukai