Anda di halaman 1dari 44

ix

STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. A DENGAN
GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI
DI BANGSAL AYODYA RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH SURAKARTA






DI SUSUN OLEH:

FAJAR HARIYANTO
NIM. P.10020




PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
i

STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. A DENGAN
GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI
DI BANGSAL AYODYA RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan





DI SUSUN OLEH:

FAJAR HARIYANTO
NIM. P.10020



PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Fajar Hariyanto
NIM : P.10020
Program studi : D III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A
DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL :
MENARIK DIRI DI RUANG AYODYA
RSJD SURAKARTA.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, Juni 2013
Yang Membuat Pernyataan




Fajar Hariyanto
NIM. P.10020



iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Fajar Hariyanto
NIM : P.10020
Program studi : D III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A
DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL :
MENARIK DIRI DI RUANG AYODYA
RSJD SURAKARTA.
.


Prodi D III Keperawan Stikes Kusuma Husada Surakarta.

Ditetapkan di : Surakarta
Hari/ Tanggal : Sabtu, 08 Juni 2013


Pembimbing: Amalia Agustin, S.Kep., Ns ( )
NIK. 201289111



iv

v

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyalesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan
Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri Di Ruang Ayodya Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk
memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan Prodi DIII Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Amalia Agustin, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dengan cermat,
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan
serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
vi

4. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Tyas Ardi S, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan
cermat, memberikan masukan-masukan inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen dan staf bidang pendidikan Program Studi DIII Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
7. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan doa, dukungan dan kasih
sayangnya serta menjadi inspirasi dan semangat untuk menyelesaikan
pendidikan.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan moril serta
spiritualnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan laporan studi kasus
selanjutnya dan semoga Karya Tullis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juni 2013


Fajar Hariyanto
NIM: P.10020
vii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ..................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................ 4
C. Manfaat Penulisan .......................................................................... 5
BAB II LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ...................................................................................... 7
B. Analisa Data ................................................................................... 11
C. Pohon Masalah ...................................................................... 12
D. Intervensi Keperawatan .................................................................. 13
E. Implementasi Keperawatan ............................................................ 15
F. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 16
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan .................................................................................... 19
B. Simpulan dan Saran ....................................................................... 30

Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2. Log Book
Lampiran 3. Lembar Konsultasi
Lampiran 4. Lembar Format Pendelegasian
Lampiran 5. Asuhan Keperawatan















ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Genogram .................................................................................... 8
Gambar 2.1 Pohon Masalah ............................................................................. 12
































1


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan
semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Videbeck, 2008: 3).
Adapun definisi kesehatan menurut UU No.23 tahun 1992 adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis (Suliswati et al, 2005 ).
Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan jiwa menurut UU kesehatan jiwa No.3
Tahun 1966 adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik
intelektual, emosional secara optimal dari seseorang, dan perkembangan ini
berjalan selaras dengan orang lain (Kusumawati dan hartono, 2010: 2).
Seseorang dikatakan sehat apabila seluruh aspek dalam dirinya dalam keadaan
tidak terganggu baik tubuh, psikis, maupun sosial, apabila fisiknya sehat,
maka mental atau jiwa dan sosial pun sehat, demikian pula sebaliknya, jika
mentalnya terganggu atau sakit, maka fisik dan sosialnyapun akan sakit
(Hidayati, 2011).
Individu yang tidak mampu mempertahankan hubungan interpersonal
yang positif dapat mengakibatkan reaksi yang negatif dan dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan dalam kehidupan sehari hari, sehingga
1
2


dapat menurunkan produktivitas individu tersebut, hal ini dapat
mengakibatkan munculnya gejala gangguan kesadaran dan gangguan
perhatian, kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan
psikiatri atau gangguan jiwa (Surtiningrum, 2010).
Menurut Yosep (dalam Damaiyanti, 2010) Gangguan jiwa adalah
kumpulan dari keadaan keadaan yang tidak normal baik yang berhubungan
dengan fisik, maupun dengan mental. Sumber penyebab gangguan jiwa
dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur yang terus menerus saling
mempengaruhi, yaitu faktor-faktor somatik atau somatogenik, faktor-faktor
psikologi psikogenik, faktor sosio-budaya sosiogenik.
Berdasarkan data dari WHO diperkirakan 450 juta orang di seluruh
dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami
gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami
gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Usia ini biasanya terjadi
pada dewasa muda antara usia 18 sampai 21 tahun. Menurut National institute
of mental health gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara
keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030,
kejadian tersebut akan memberikan andil meningkatnya prevalensi gangguan
jiwa dari tahun ke tahun di berbagai negara. Berdasarkan hasil sensus
penduduk Amerika Serikat tahun 2004, diperkirakan 26,2 % penduduk yang
berusia 18 sampai 30 tahun atau lebih mengalami gangguan jiwa (Hidayati,
2012).
3


Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia tahun 2007 sebesar 4,6%,
sedangkan di JawaTengah 3,3%. Data diatas menunjukan prevalensi gangguan
jiwa di Indonesia cenderung meningkat secara bermakna (Widayati, 2010).
Bangsal Ayodya RSJD Surakarta mencatat dalam satu bangsal jumlah
klien gangguan jiwa mencapai 24 orang, klien dengan Halusinasi sejumlah 14
orang (50%), Perilaku Kekerasan 5 orang ( 25%), dan Isolasi sosial 5 orang
(25 %).
Berbagai manifestasi klinis gangguan jiwa mendapat perhatian serius
dalam perawatan klien gangguan jiwa, diantaranya isolasi sosial. Isolasi sosial
adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Yosep, 2010: 229). Pengertian
menarik diri adalah keadaan dimana individu mengalami ketidak cukupan
interaksi sosial dalam kuantitas yang kurang atau berlebihan serta dalam
kualitas interaksi yang tidak efektif (Keliat et al, 2006: 17).
Perilaku yang diperlihatkan pada pasien dengan Isolasi sosial: menarik
diri disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah, sehingga timbul
perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan
intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori:
halusinasi dan resiko tinggi menciderai diri, orang lain bahkan lingkungan
(Fitria, 2009: 31).

4


Pada kasus ini penulis tertarik untuk mengambil kasus isolasi sosial
menarik diri pada Tn. A karena dari pasien yang ada di bangsal Ayodya Tn. A
yang terlihat sering menyendiri jarang berkumpul ngobrol dengan pasien yang
lainnya, dan Tn. A sudah empat kali masuk rumah sakit jiwa daerah Surakarta,
jika tidak ditangani maka akan menyebabkan gangguan perubahan persepsi
sensori halusinasi dan resiko tinggi menciderai diri orang lain bahkan
lingkungan.
Berhubungan dengan keterangan di atas, penulis tertarik untuk
membahas masalah ini dan akan membahas secara mendetail pada bab-bab
selanjutnya dengan mengangkat judul Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn A
dengan Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri di Ruang Ayodya RSJD
Surakarta.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Penulis memperoleh gambaran dan pengalaman belajar secara nyata dalam
mengelola pasien dan penerapan diagnosa keperawatan secara
komprehensif pada pasien dengan isolasi sosial: menarik diri.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn.A dengan masalah
isolasi sosial : Menarik diri.
5


b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada dengan
masalah Isolasi sosial : menarik diri.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn.A
dengan masalah Isolasi sosial : menari diri.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn.A dengan masalah
Isolasi sosial : menarik diri.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.A dengan masalah isolasi
sosial : menarik diri.

C. Manfaat Karya Penulisan
1. Manfaat bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, khususnya dalam
pemberian pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan Isolasi
sosial: Menarik diri.
b. Pendidikan
Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,
khususnya pada mata ajar keperawatan jiwa.
2. Manfaat bagi mahasiswa keperawatan.
Untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan jiwa secara optimal.
6


3. Manfaat bagi penulis
Penulis dapat mendapatkan pengetahuan, pengalaman, wawasan dan
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan Isolasi sosial:
Menarik diri.

































7


BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan jiwa pada kasus ini, penulis lakukan pada
tanggal 22 April 2013 pukul 10.30 WIB di ruang Ayodya RSJD Surakarta.
Data diperoleh dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi dari
status klien. Gambaran tentang klien sebagai berikut. Klien bernama Tn A,
umur 45 tahun, laki-laki, agama Islam, No. Register 045988.
Klien masuk rumah sakit pada tanggal 9 April 2013, klien mengatakan
tidak tahu kenapa dibawa ke RSJD Surakarta namun dari status klien, klien
dibawa ke RSJ karena klien mondar mandir dijalan dan klien merasa bingung,
lalu pada tanggal 9 April 2013 klien dibawa oleh dinas sosial ke RSJD
Surakarta diterima dibagian IGD langsung dipindah dibangsal Ayodya.
Pengkajian faktor predisposisi diperoleh data, klien mengatakan sudah
4 kali ini dirawat di rumah sakit jiwa. Klien juga mengatakan tidak ada
keluarga yang merawatnya dan akhirnya klien mengatakan berhenti minum
obat dan kontrol karena tidak punya uang. Tidak ada anggota keluarga klien
yang mengalami gangguan jiwa. Pengkajian faktor presipitasi didapat data.
Klien mengatakan putus asa karena tidak kunjung punya istri.
Pemeriksaan fisik yang penulis lakukan pada klien didapat data
sebagai berikut. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali per menit, suhu
36,2
0
Celcius, Respirasi 24 kali per menit, berat badan klien 56 Kg, tinggi
badan 168 cm. Klien mengatakan tidak mempunyai keluhan fisik.
7
8


Masalah psikososial diketahui genogram sebagai berikut.







Gambar:2. 1
Keterangan :
= Laki laki
= Perempuan
= Meninggal

= Klien usia 45 tahun

= Tinggal serumah

Klien mengatakan anak ke2 dari 7 bersaudara, klien tinggal bersama
ibunya, karena klien tidak diurus atau diperhatikan keluarga klien jadi sering
keluar rumah dan tidak pulang sehingga klien tinggal dijalanan.
Hasil pengkajian konsep diri didapatkan data. Pada gambaran dirinya,
klien mengatakan menyenangi semua bagian tubuhnya. Pengkajian identitas
diri di hasilkan data, klien mengatakan seorang laki laki anak ke 2 dari 7
bersaudara. Pengkajian Peran klien di dapat data, Klien di keluarga berperan
T









Tn.
A
Tn.
A

9


sebagai anak ke 2 dari 7 bersaudara klien juga mengatakan kegiatan di rumah
mencangkul sawah. Pengkajian ideal diri didapatkan data, klien berharap
ingin mempunyai istri klien mengungkapkan tidak punya cita cita hal yang
dirasakan klien dengan harapannya bila tidak terwujud klien merasa sedih.
Pengkajian harga diri klien, klien mengatakan malu dengan keadaannya
karena tidak bisa ngobrol atau berkumpul dengan temannya, klien terlihat
sering menyendiri lebih banyak diam. Pembicaraan klien pelan dan lambat
klien juga mengungkapkan kesepian.
Hasil pengkajian hubungan sosial diperoleh data, klien mengatakan
tidak mempunyai orang terdekat, dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
klien mengatakan ikut arisan di RT tetapi setelah sakit klien tidak ikut lagi
arisan RT. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain. Klien
mengatakan setiap mau berhubungan dengan orang lain klien merasa minder
tidak percaya diri.
Pengkajian status mental didapat data-data sebagai berikut, klien
berpenampilan kurang rapi, baju tidak dikancingkan, rambut rapi, cara
berpakaian sesuai dengan baju yang diberikan dari rumah sakit, kuku klien
panjang. Pembicaraan klien ketika diajak bicara, klien bicara lancar, klien
bicara pelan dan lambat, intonasi cukup jelas, klien tidak mau memulai
pembicaraan. Aktivitas motorik klien saat berbincang bincang, klien terlihat
lesu, lebih banyak diam. Alam perasaan klien, klien merasa perasaannya
sedih karena ingin memiliki istri untuk menemaninya agar tidak kesepian.
Afek klien saat pengkajian tumpul, jika diajak bercanda stimulus langsung
10


merespon. Interaksi selama wawancara, saat wawancara kontak mata klien
kurang, klien kooperatif, tidak mudah tersinggung. Pengkajian Persepsi
didapat data, klien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi. Tingkat
kesadaran klien sadar penuh klien tampak bingung, klien disorientasi waktu,
hari, jam.
Pengkajian status mental selanjutnya yaitu proses pikir, didapat data,
klien sering berbicara diulang ulang selalu berbicara minta rokok. Pengkajian
isi pikir klien tidak ada waham atau obsesi. Memori klien tidak mengalami
gangguan daya ingat jangka panjang, pendek, dan sekarang, klien masih
mampu mengingat kejadian terakhir dan lebih dari satu bulan hal ini
dibuktikan dengan klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien sering
tidur di jalanan. Tingkat konsentrasi dan berhitung, tingkat perhatian klien
mudah teralihkan, konsentrasi klien kurang, klien mampu berhitung
sederhana, seperti penambahan seperti itu. Kemampuan penilaian klien
mengalami gangguan bermakna karena klien tidak mampu memilih
keputusan yang sederhana contohnya klien ditanya mandi dahulu apa makan
dahulu, klien menjawab makan dahulu. Pengkajian daya tilik klien sadar dia
berada di rumah sakit jiwa Surakarta di bangsal Ayodya.
Pengkajian kebutuhan persiapan pulang didapat data, klien
mengatakan makan 3 kali sehari, habis 1 porsi makan dengan menu nasi,
sayur lauk pauk dan buah, klien dapat makan sendiri tanpa bantuan orang
lain, klien makan dengan tangan kanannya. Klien buang air besar 1 kali
sehari, buang air kecil 3 sampai 5 kali sehari dikamar mandi dan dapat
11


memberishkannya secara mandiri. Klien mengatakan mandi 2 kali sehari pagi
dan sore memakai sabun, shampo dan juga gosok gigi dengan pasta gigi.
Klien mengatakan dalam berpakaian bisa melakukannya secara mandiri setiap
pagi, berpakaian sesuai dengan pakaian yang disiapkan dari rumah sakit.
Klien mengatakan bisa tidur malam kira kira 8 jam dan bangun pagi sekitar
pukul 05.00 wib klien tidur nyenyak, tidak bisa tidur siang karena panas.
Klien minum obat secara teratur sehari 2 kali pada pagi dan sore.
Pengkajian persiapan pulang selanjutnya yaitu perawat lanjutan dalam
pengkajian ini klien dianjurkan untuk memelihara kesehatan dianjurkan
kontrol sebelum obat habis. Adapun pengkajian mekanisme koping, klien
mengatakan jika memiliki masalah jarang menceritakan kepada orang lain
termasuk kepada keluarganya. Bila ada masalah klien lebih suka untuk
menyendiri duduk dan tidak mau berkumpul dengan orang lain, dilingkungan
rumah klien mengatakan tidak memiiki teman. Masalah psikososial klien
didapat data, klien mengatakan dilingkungan rumah dulu sebelum sakit
pernah mengikuti arisan RT tetapi setelah sakit sudah tidak mengikuti lagi
karena malu dengan tetangga karena pernah masuk rumah sakit jiwa dan tidak
memiliki pekerjaan, serta merasa tidak ada keuntungan berhubungan dengan
oranglain. Terapi medis yang didapat klien risperidon 2 kali 1 mg.

B. Analisa Data
Berdasarkan pengkajian di atas dapat diambil masalah keperawatan
Isolasi sosial menarik diri diagnosa tersebut didukung dengan data subjektif.
12


Klien mengatakan malu dengan keadaannya, karena tidak bisa ngobrol atau
kumpul dengan temannya, klien juga mengatakan tidak mempunyai orang
terdekat, klien juga mengatakan pernah ikut arisan RT tetapi setelah sakit
klien tidak ikut arisan RT, klien juga mengatakan setiap mau berhubungan
dengan orang lain klien merasa minder tidak percaya diri, klien juga
mengungkapkan kesepian. Data objektif diperoleh data, klien terlihat sering
menyendiri lebih banyak diam, pembicaraan klien pelan dan lambat,klien
terlihat lesu lebih banyak diam, afek klien tumpul, klien tidak mau memulai
pembicaraan, terlihat lesu, kontak mata kurang.

C. Pohon Masalah
Akibat

Core problem

Penyebab

Gambar 2.2
Resiko perubahan sensori:
halusinasi
Isolasi sosial: Menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri
rendah
13


D. Intervensi Keperawatan
Dari data yang di peroleh pada tanggal 22 April 2013 ditemukan
permasalahan dengan diagnosa keperawatan yaitu Isolasi Sosial: Menarik
Diri.
Adapun tujuan umum dan tindakan keperawatan menarik diri yaitu
klien dapat berhubungan dengan orang lain dan lingkungan. Tujuan khusus
pertama, klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Dalam 2 kali pertemuan 15 menit klien dapat menerima kehadiran perawat.
Intervensi yang akan dilakukan, bina hubungan saling percaya, sikap terbuka
dan empati, terima klien apa adanya, sapa klien dengan ramah, tepati janji,
jelaskan tujuan pertemuan, pertahankan kontak mata selama interaksi, penuhi
kebutuhan klien saat itu.
Tujuan khusus kedua, klien dapat mengenal perasaan yang
menyebabkan perilaku menarik diri, dalam 1 kali pertemuan 15 menit klien
dapat menyebutkan penyebab atau alasan menarik diri pada dirinya.
Intervensi yang akan dilakukan kaji pengetahuan klien tentang perilaku
menarik diri, beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri, diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik
dirinya, beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya.
Tujuan khusus ketiga, klien dapat mengetahui keuntungan
berhubungan dengan orang lain, dalam 1 kali pertemuan 15 menit klien dapat
menyebutkan 2 dari 3 manfaat berhubungan dengan orang lain yaitu,
mendapatkan teman, mengungkapkan perasaan, membantu pemecahan
14


masalah. Intervensinya, diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain, dorong klien menyebutkan kembali maanfaat berhubungan dengan
orang lain. Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan
manfaat berhubungan dengan orang lain.
Tujuan khusus keempat, klien dapat berhubungan dengan orang lain
secara bertahap, dalam 1 kali pertemuan 15 menit klien dapat menyebutkan
cara berhubungan dengan orang lain misalnya, membalas sapaan perawat,
menatap mata, mau berinteraksi. Intervensi yang akan dilakukan, dorong
klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain, dorong dan
bantu klien dengan orang lain secara bertahap antara lain, klien dengan
perawat, klien dengan perawat dan perawat lain, klien dengan perawat dengan
perawat lain dan klien lain, klien dengan kelompok kecil TAK, klien dengan
keluarga, libatkan klien dalam kegiatan TAK dan ADL ruangan,
reinfercement positif atas keberhasilan yang telah dicapai klien.
Tujuan khusus kelima, klien mendapatkan dukungan keluarga dalam
berhubungan dengan orang lain, dalam 2 kali pertemuan 15 menit dapat
membina hubungan dengan keluarga, keluarga mengunjungi klien dirumah
sakit setiap minggu secara bergantian. Intervensi yang akan dilakukan,
diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan anggota keluarga, dorong
klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keluarga, dorong klien untuk
mengikuti kegiatan bersama keluarga seperti makan, beribadah, dan rekreasi,
jelaskan pada keluarga kebutuhan klien, bantu keluarga untuk tetap
mempertahankan hubungan dengan klien yaitu memperlihatkan perhatian
15


dengan meningkatkan kunjungan ke RS, beri klien penguatan misalnya
membawa makanan kesukaan klien.

E. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk diagnosa
keperawatan isolasi sosial menarik diri kepada Tn. A yang dilaksanakan pada
tanggal 22 April 2013, jam 10.30 WIB, tujuan khusus pertama yaitu
membina bina hubungan saling percaya dengan mengucapkan salam
terapeutik, menyampaikan kontrak topik (topik, waktu, tempat), menjelaskan
tujuan interaksi, memperkenalkan diri kepada klien nama perawata nama
panggilan perawat, menanyakan dan memanggil nama kesukaan klien,
mempertahankan kontak mata selama interaksi, menepati janji.
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk diagnosa
keperawatan isolasi sosial menarik diri kepada Tn. A yang dilaksanakan pada
tanggal 23 April 2013 jam 08.00 WIB, tujuan khusus kedua yaitu memberi
salam setiap berinteraksi, mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku
menarik diri, memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaan penyebab menarik diri, mendiskusikan bersama klien tentang
perilaku menarik diri pada dirinya, memberi pujian terhadap kemampuan
klien mengungkapkan perasaannya. Pada tindakan keperawatan hari kedua ini
tentang penyebab menarik diri klien pertemuan pertama tidak berhasil dan di
lanjutkan dengan pertemuan kedua dengan topik yang sama dan hari yang
sama pada pukul 11.00 wib.
16


Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk diagnosa
keperawatan isolasi sosial menarik diri kepada Tn. A yang dilaksanakan pada
tanggal 24 April 2013, jam 08.00 WIB, tujuan khusus ketiga yaitu mengucap
salam terapetik, mengingatkan kontra waktu, topik, tempat, mendiskusikan
tentang manfaat berhubungan dengan orang lain, seperti contohnya mendapat
teman, mengungkapkan perasaan, membantu pemecahan masalah, memberi
dorongan kepada klien untuk menyebutkan manfaat berhubungan dengan
orang lain, memberi pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebut
manfaat berhubungan dengan orang lain.

F. Evaluasi
Pada tanggal 22 april 2013 jam 10.30 didapat data evaluasi. Subjektif,
klien mengatakan bersedia diajak ngobrol dan berkenalan, klien juga bersedia
memperkenalkan nama klien dan klien suka dipanggil Tn. A, klien
mengatakan besok masih bersedia diajak ngobrol. Objektif, klien terlihat
menyendiri, klien hanya diam saja jika tidak diajak bicara duluan, kontak
mata klien mudah teralihkan dan tidak fokus, menepati janji kontra waktu
besok lagi pukul 08.00 wib diruang Ayodya. Analisa, SP satu teratasi, bina
hubungan saling percaya dengan klien teratasi. Perencanaan, pertemuan
selanjutnya SP dua mengkaji penyebab klien menarik diri.
Pada tanggal 23 april 2013 jam 10.30 didapat data evaluasi. Subjektif,
klien mengatakan selamat pagi juga, klien mengatakan minder tidak percaya
diri, klien mengatakan sering menyendiri, klien juga mengatakan tidak
17


mempunyai teman dekat. Objektif yaitu mengucap salam pada klien, klien
tampak menyendiri duduk di pojok, an klien tampak lebih sering diam, suara
klien pelan, klien belum mengungkapkan perasaan menyebab menarik diri
pada dirinya. Analisa, SP kedua belum teratasi, klien belum mau
menceritakan penyebab menarik diri pada dirinya. Perencanaan: perawat
evaluasi SP kedua ulangi SP kedua mendiskusikan dengan klien tentang
penyebab menarik diri pada dirinya.
Pada tanggal 23 april 2013 jam 11.00 mengulangi SP kedua tentang
penyebab menarik dir pada klien didapat data evaluasi. Subjektif, klien
mengatakan selamat siang juga, klen mengatakan minder tidak percaya diri,
klien mengatakan sering menyendiri, klien mengatakan kesepian karena ingin
segera memiliki istri agar tidak kesepian, klien mengatakan tidak ada
keuntungan berhubungan dengan orang lain. Objektif: klien tampak masih
suka menyendiri duduk dipojokan, klien terlihat manyak diam, suara klien
pelan, kontra waktu dengan klien besok ketemu lagi jam 08.00 wib di ruang
Ayodya dengan membahas keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Analisa, SP kedua teratasi klien mampu menyebut penyebab klien menarik
diri karena klien marasa tidak ada keuntungan berhubungan dengan orang
lain. Perencanaan, selanjutnya yaitu mendiskusikan dengan klien tentang
keuntungan berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain.
Pada tanggal 24 april 2013 jam 08.00 di dapat data evaluasi. Subjektif,
klien mengatakan selamat pagi juga, klien mengatakan berhubungan dengan
orang lain bisa mendapatkan teman, membantu memecahkan masalah.
18


Objektif, klien bicaranya pelan, klien masih tampak menyendiri, tampak
tangan klien memainkan jari jari klien, klien bisa menyebutkan kembali dua
dari tiga manfaat berhubungan dengan orang lain yaitu, mendapatkan teman
dan membantu memecahkan masalah. Analisa: klien dapat menyebutkan dua
dari tiga manfaat berhubungan dengan orang lain dengan bantuan perawat SP
ketiga teratasi. Perencanaan, selanjutnya melakukan SP keempat yaitu klien
dapat berhubungan dengan orang lain.


















19


BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori
dengan studi kasus pada Tn. A dengan gangguan isolasi sosial menarik diri di
bangsal Ayodya RSJD Surakarta. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi keperawatan dan
evaluasi.
1. Pengkajian
Menurut Stuart dan Laria ( dalam Direja 2011 : 36), pengkajian
merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Adapun pengkajian ini, dalam pengumpulan data
penulis menggunakan metode wawancara dengan klien, observasi secara
langsung terhadap kemampuan dan perilaku klien dan juga dari medical
record. Selain itu keluarga juga berperan sebagai sumber data yang
mendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn. A namun
saat dilakukan pengkajian tidak ada anggota keluarga klien yang
menjenguknya jadi penulis tidak memperoleh informasi dari pihak
keluarga. Menurut Keliat, (2005: 3) Dalam pengkajian keperawatan ini
dikumpulkan data tentang identitas klien, keluhan utama atau alasan
19
20


masuk, faktor predisposisi dan presipitasi, aspek fisik atau biologis, aspek
psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme
koping, masalah lingkungan dan psikososial, pengetahuan, aspek medik,
sedangkan penulis belum mencantumkan identitas klien secara lengkap
seperti, informan.
Menurut Erlinafsiah, (2010: 101) Faktor penyebab menarik diri,
pada faktor predisposisi di tandai dengan faktor genetik yang dianggap
mempengaruhi transmisi gangguan efektif melalui riwayat keluarga atau
keturunan, sedangkan pada kasus klien Tn A sudah dijelaskan bahwa klien
mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
klien mengatakan sudah 4 kali ini dirawat di rumah sakit jiwa, kien juga
mengatakan berhenti minum obat dan kontrol karena tidak punya uang.
Pada faktor presipitasi menurut Erlinafsiah, (2010: 102) yang muncul
adalah kehilangan keterikatan yang nyata, termasuk kehilangan cinta
seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, yang melibatkan konsep
kehilangan. Sedangkan yang sudah dijelaskan pada kasus Tn A faktor
presipitasi klien didapat data klien mengatakan putus asa karena tidak
kunjung punya istri.
Menurut Stuart (dalam Damaiyanti, 2012 : 35) konsep diri adalah
semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan
individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang
lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang dekat, dan
21


realitas dunia. Pada pengkajian konsep diri klien khususnya pengkajian
ideal diri didapat data, Klien berharap ingin mempunyai istri klien
mengungkapkan tidak punya cita cita hal yang dirasakan klien dengan
harapannya bila tidak terwujud klien merasa sedih. Pengkajian harga diri
klien, klien mengatakan malu dengan keadaannya karena tidak bisa
ngobrol atau berkumpul dengan temannya, klien terlihat sering menyendiri
lebih banyak diam. Pembicaraan klien pelan dan lambat klien juga
mengungkapkan kesepian. Dari data di atas terdapat harga diri rendah pada
pengkajian harga diri klien hal tersebut sesuai dengan pengertian menurut
Yosep, (dalam Damaiyanti, 2012 : 39) harga diri rendah adalah perasaan
tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemamuan diri, adanya
perasaan kehilangan kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu
mencapai keinginan ideal diri.
Hasil pengkajian hubungan sosial didapat data, klien mengatakan
tidak mempunyai orang terdekat, dalam kegiatan kelompok atau
masyarakat klien mengatakan ikut arisan di RT tetapi setelah sakit klien
tidak ikut lagi arisan RT. Hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain. Klien mengatakan setiap mau berhubungan dengan orang lain klien
merasa minder tidak percaya diri. Data di atas sesuai teori Yosep, (2010:
229) Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
22


kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain.
Menurut Stuart Sundeen (dalam Yosep 2010) tanda dan gejala
isolasi sosial dari gejala subjektif, terlihat klien sering menceritakan
perasaan kesepian, respon verbal kurang dan sangat singkat, klien
mengatakan merasa tidak ada manfaat ketika berhubungan dengan orang
lain, klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan. Menurut
Keliat (2012 : 93) tanda dan gejala isolasi sosial menarik diri adalah klien
menceritakan perasaan kesepian atau di tolak orang lain, klien merasa
tidak aman berada dengan orang lain, klien merasa bosan dan lambat
menghabiskan waktu, klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat
keputusan, klien merasa tidak berguna, klien tidak yakin dapat
melangsungkan hidup. Tanda dan gejala di atas juga muncul pada klien
Tn. A dalam pengkajian seperti pada pengkajian status mental klien,
pembicaraan klien ketika diajak bicara, klien bicara pelan dan lambat,
klien tidak mau memulai pembicaraan, aktivitas motorik klien saat
berbincang bincang, klien terlihat lesu, lebih banyak diam, alam perasaan
klien, klien merasa sedih karena ingin memiliki istri untuk menemaninya
agar tidak kesepian, afek klien saat pengkajian tumpul, saat wawancara
kontak mata klien kurang, kosentrasi klien kurang.
Terapi yang didapatkan klien risperidon 2 kali 1 mg, indikasi dari
obat risperidon dalam (ISO 2010) adalah Terapi pada skizofrenia akut dan
kronik serta pada kondisi psikosis yang lain, dengan gejala-gejala
23


tambahan seperti, halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan dan
rasa permusuhan dan atau dengan gejala-gejala negatif yang terlihat nyata
seperti, blunted affect, menarik diri dari lingkungan sosial dan emosional,
sulit berbicara, juga mengurangi gejala afektif seperti, depresi, perasaan
bersalah dan cemas yang berhubungan dengan skizofrenia.
2. Diagnosa
Menurut Gordon (dalam Nurjanah, 2004 : 32) diagnosa
keperawatan adalah diagnosis yang dibuat oleh perawat professional yang
menggambarkan tanda dan gejala yang menunjukkan masalah kesehatan
yang dirasakan klien dimana perawat yang berdasarkan pendidikan dan
pengalaman mampu menolongnya. Di dalam prinsip dasar menurut Fitria
( 2009 ) ada delapan masalah keperawatan yang mungkin muncul yaitu
isolasi sosial : menarik diri, harga diri rendah, perubahan persepsi sensori :
halusinasi, koping individu tidak efektif, koping keluarga tidak efektif,
intoleransi aktifitas, defisit perawatan diri, resiko menciderai diri, orang
lain, dan lingkungan. Sementara itu, pada kasus kelolaan ada dua diagnosa
keperawatan yaitu, gangguan konsep diri : harga diri rendah dan isolasi
sosial : menarik diri, penulis hanya mengambil satu prioritas diagnosa
masalah yaitu isolasi sosial : menarik diri.
Data yang memperkuat penulis menulis diagnosa keperawatan
isolasi sosial : menarik diri yaitu dengan data subjektif Klien mengatakan
malu dengan keadaannya, karena tidak bisa ngobrol atau kumpul dengan
temannya, klien juga mengatakan tidak mempunyai orang terdekat, klien
24


juga mengatakan pernah ikut arisan RT tetapi setelah sakit klien tidak ikut
arisan RT, klien juga mengatakan setiap mau berhubungan dengan orang
lain klien merasa minder tidak percaya diri, klien juga mengungkapkan
kesepian. Sedangkan data objektif didapat data, klien terlihat sering
menyendiri lebih banyak diam, pembicaraan klien pelan dan lambat, klien
terlihat lesu lebih banyak diam, afek klien tumpul, klien tidak mau
memulai pembicaraan, terlihat lesu, kontak mata kurang.
Menurut Fitria ( 2009 : 36) pada pohon masalah dijelaskan harga
diri rendah merupakan penyebab dan isolasi sosial : menarik diri menjadi
core problem dengan alasan menurut Fitria (2009 : 31) pada perilaku ini
disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah, sehingga muncul
perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan
intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi
sensori : halusinasi dan resiko menciderai diri. Pada teori diatas sesuai
dengan masalah yang dialami pada kasus Tn A dimana terdapat harga diri
rendah, yang dibuktikan dengan data, klien mengatakan malu dengan
keadaannya karena tidak bisa ngobrol atau berkumpul dengan temannya.
Isolasi sosial: menarik diri merupakan masalah utama pada kasus
Tn A dijelaskan pada hubungan sosial klien mengatakan tidak mempunyai
orang terdekat, klien juga mengatakan pernah ikut arisan RT tetapi setelah
sakit klien tidak ikut arisan RT, klien juga mengatakan setiap mau
berhubungan dengan orang lain klien merasa minder tidak percaya diri,
klien juga mengungkapkan kesepian. Sedangkan perubahan persepsi
25


sensori halusinasi dan resiko menciderai diri sebagai komplikasi isolasi
sosial : menrik diri tidak muncul pada kasus Tn A dibuktikan dengan klien
tidak pernah mengalami halusinasi. Dengan data di atas maka penulis lebih
mengutamakan isolasi sosial : menarik diri sebagai masalah utama yang
muncul.
3. Rencana Keperawatan
Menurut Ali, (dalam Nurjanah 2004 : 47) Rencana tindakan
keperawatan merupakan serangkaian tindakan dalam mencapai tiap tujuan
khusus. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan,
dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan
analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien teratasi.
Teori Rasmun, (2009) bahwa rencana keperawatan isolasi sosial :
menarik diri terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, dalam tujuan
umum diharapkan klien dapat berhubungan dengan orang lain dan
lingkungan, sedangkan dalam tujuan khusus ada lima tujuan khusus yaitu
Tujuan khusus pertama bina hubungan saling percaya, tujuan khusus
kedua klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik
diri, tujuan khusus ketiga klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan
dengan orang lain, tujuan khusus keempat klien dapat berhubungan dengan
orang lain secara bertahap, tujuan khusus kelima klien mendapat dukungan
keluarga dalam berhubungan dengan orang lain.
Dalam rencana keperawatan dituliskan bahwa penulis melakukan
Tujuan khusus pertama bina hubungan saling percaya dengan klien, hal ini
26


dilakukan dengan alasan menurut Videbeck (2008 : 367) bahwa
membangun rasa percaya antara klien dan perawat dapat membantu
menghilangkan rasa takut klien. Perawat juga perlu melakukan kontak
sering dan singkat secara bertahap dengan klien, hal ini dilakukan dengan
alasan bahwa keberadaan perawat merupakan kontak dengan realitas bagi
klien dan juga dapat menunjukkan perhatian dan kepedulian perawat yang
tulus terhadap klien. Memanggil nama klien, menyebutkan hari dan waktu,
dan memberi komentar tentang lingkungan merupakan cara-cara yang
bermanfaat untuk melanjutkan kontak dengan klien. Perawat juga harus
mengobservasi tanda tanda menarik diri seperti tidak memiliki teman
dekat, menarik diri, tidak komunikatif, tindakan berulang ulang tiddak
bermakna, asyik dengan pikirannya sendiri, tidak ada kontak mata, tampak
sedih, afek tumpul.
Tujuan Khusus kedua yaitu klien dapat mengenal perasaan yang
menyebabkan perilaku menarik diri, hal ini dilakukan dengan alasan
menurut Videbeck, (2008 : 496) klien yang mengalami gangguan menarik
diri memiliki pola reaksi impulsif yang tetap saat menghadapi masalah.
Perawat dapat mengajari klien ketrampilan penyelesaian masalah dan
membantu klien mempraktikkan ketrampilan tersebut. Ketrampilan
penyelesaian masalah termasuk mengidentifikasi masalah, menggali solusi
alternatif, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang
menarik diri sehingga perawat dapat merencanakan rencana tindak lanjut.
27


Tujuan Khusus ketiga klien dapat mengetahui keuntungan
berhubungan dengan orang lain, hal ini dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain dan
untuk mengetahui pemahaman klien terhadap informasi yang telah
diberikan, reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
Tujuan Khusus keempat klien dapat berhubungan dengan orang
lain secara bertahap, hal ini dilakukan menurut Rasmun ( 2009 ) untuk
mengetahui pemahaman klien terhadap informasi yang telah diberikan,
klien mungkin dapat mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam
berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan
dengan orang lain.
Tujuan Khusus kelima klien dapat dukungan keluarga dalam
berhubungan dengan orang lain, hal ini dilakukan menurut Rasmun (2009)
untuk mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien, mengetahui
sejauh mana hubungan interpersonal klien dengan keluarga, membantu
klien dalam meningkatkan hubungan interpersonal dengan keluarga.
4. Implementasi
Menurut Effendi, (dalam Nurjanah, 2004) implementasi adalah
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Sebelumnya perawat
terlebih dahulu membekali dengan penyusunan strategi komunikasi.
Strategi komunikasi antara perawat dan klien kearah pemecahan masalah
28


klien untuk mencapai tujuan keperawatan yang telah direncanakan
sebelumnya. Dalam implementasi penulis melakukan Strategi Pelaksanaan
menurut Rasmun (2009) yaitu strategi pelaksanaan pertama membina
hubungan saling percaya dan hasilnya pada pertamuan pertama bina
hubungan saling percaya dengan klien berhasil. Strategi pelaksanaan
kedua yaitu klien dapat mengenal perasaan penyebab perilaku menarik diri
pada pertemua pertama mengalami kesulitan yang harus di lakukan dua
kali pertemuan dalam sehari dan pertemuan kedua klien dapat
menceritakan penyebab menarik diri pada dirinya. Strategi pelaksanaan
ketiga yaitu klien mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain
pada pertemuan pertama klien berhasil menyebutkan dua dari tiga
keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Implementasi yang sudah penulis lakukan dari tanggal 22 April
sampai 24 April 2013 yaitu tujuan khusus pertama membina hubungan
saling percaya, Tujuan khusus kedua klien dapat mengenal perasaan yang
menyebabkan perilaku menarik diri, tujuan khusus ketiga klien dapat
mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang, yang tidak dapat
penulis lakukan adalah tujuan khusus kempat dapat berhubungan dengan
orang lain secara bertahap, dan tujuan khusus kelima klien mendapat
dukungan kelurga dalam berhubungan dengan orang lain, karena selama
tiga hari sejak tanggal pengkajian tidak ada keluarga klien yang datang
mengunjungi, selain itu karena keterbatasan waktu penulis sehingga
pelaksanaan tujuan khusus empat dapat berhubungan dengan orang lain
29


secara bertahap, dan tujuan khusus kelima klien mendapat dukungan
keluarga dalam berhubungan dengan orang lain, penulis mendelegasikan
pada perawat ruangan.
5. Evaluasi
Menurut Kurniawati (dalam Nurjanah 2004) Evaluasi adalah proses
yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Hasil evaluasi yang penulis dapat sesuai dengan kriteria evaluasi
yang penulis jabarkan dalam kasus Tn. A, evaluasi yang penulis lakukan
meliputi hubungan saling percaya dengan klien tercapai dengan ditandai
bahwa klien bersedia diajak ngobrol dengan penulis, klien bersedia
berkenalan dan menjabat tangan penulis, klien bersedia menyebutkan
nama dan nama panggilan yang disukai yaitu Tn A, klien bersedia
menceritakan tentang masalah yang dialaminya, klien juga menjelaskan
tentang menarik diri yang dialaminya, selain itu klien juga bersedia diajak
berdiskusi tentang manfaat berhubungan dengan orang lain, klien juga
mampu mengulang manfaat berhubungan dengan orang lain.
Beberapa kesulitan yang dialami penulis selama proses
keperawatan dilakukan yaitu tujuan khusus kempat dapat berhubungan
dengan orang lain secara bertahap, dan tujuan khusus kelima klien
mendapat dukungan kelurga dalam berhubungan dengan orang lain,
karena selama tiga hari sejak tanggal pengkajian tidak ada keluarga klien
30


yang datang mengunjungi, selain itu karena keterbatasan waktu penulis
sehingga pelaksanaan tujuan khusus empat dapat berhubungan dengan
orang lain secara bertahap, dan tujuan khusus kelima klien mendapat
dukungan keluarga dalam berhubungan dengan orang lain belum
dilakukan, Solusi untuk menyikapi hambatan tersebut yaitu dapat
dilakukan dengan kerjasama tim antar para perawat ruangan melakukan
pendelegasian asuhan keperawatan pada Tn. A.

B. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
a. Pengkajian diperoleh data klien mengatakan malu dengan keadaannya,
karena tidak bisa ngobrol atau kumpul dengan temannya, klien juga
mengatakan tidak mempunyai orang terdekat, klien juga mengatakan
pernah ikut arisan RT tetapi setelah sakit klien tidak ikut arisan RT,
klien juga mengatakan setiap mau berhubungan dengan orang lain
klien merasa minder tidak percaya diri, klien juga mengungkapkan
kesepian. Data objektif didapat data. Klien terlihat sering menyendiri
lebih banyak diam, pembicaraan klien pelan dan lambat,klien terlihat
lesu lebih banyak diam, afek klien tumpul, klien tidak mau memulai
pembicaraan, terlihat lesu, kontak mata kurang.
31


b. Diagnosa utama yang muncul saat dilakukan pengkajian isolasi sosial:
menarik diri.
c. Rencana keperawatan yang dapat dilakukan meliputi tujuan umum
klien dapat berhubungan dengan orang lain dan lingkungan. Serta
untuk Tujuan khusus pertama klien dapat membina hubungan saling
percaya, Tujuan khusu kedua, klien dapat mengenal perasaan yang
menyebabkan klien menarik diri, Tujuan khusus ketiga, klien dapat
mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain, Tujuan
khusus keempat, klien dapat berhubungan dengan orang lain secara
bertahap, dan untuk Tujuan khusus kelima, klien mendapat dukungan
keluarga dalam berhubungan dengan orang lain.
d. Implementasi tindakan yang telah dilakukan adalah strategi
perencanaan pertama membina hubungan saling percaya kepada klien,
strategi perencanaan kedua klien dapat mengenal perasaan yang
menyebabkan perilaku menarik diri, strategi pelaksanaan ketiga klien
dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain,
sedangkan tindakan yang belum dilakukan yaitu strategi pelaksanaan
keempat klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap,
strategi pelaksanaan kelima klien mendapatkan dukungan keluarga
dalam berhubungan dengan orang lain.
e. Evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan, yang belum dilakukan
yaitu Tujuan Khusus keempat, klien dapat berhubungan dengan orang
lain secara bertahap dan Tujuan Khusus kelima klien mendapatkan
32


dukungan keluarga dalam berhubungan dengan orang lain, tidak
tercapai dikarenakan selama proses keperawatan keluarga tidak ada
yang datang menjenguk klien, sehingga penulis hanya berhasil
melakukan strategi pelaksanaan tujuan khusus pertama yaitu bina
hubungan saling percaya, tujuan khusus kedua yaitu klien dapat
mengenal perasaan yang menyebab perilaku menarik diri, tujuan
khusus ketiga yaitu klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan
dengan orang lain.

2. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberi saran sebagai
berikut:
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien jiwa dengan
seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan memberikan kemudahan dalam
pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi
mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
ketrampilannya dalam melalui praktek klinik dan pembuatan laporan.
c. Bagi Profesi perawat
Perawat diharapkan lebih profesional dalam merawat klien dan lebih
sabar dalam memberikan pelayanan guna peningkatan keadaan klien,
khususnya klien dengan isolasi sosial menarik diri.

33


DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Mukhripah, (2010), Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan. PT. Refika Aditama, Bandung.

Direja, Ade Herman, (2011), Asuhan Keperawatan Jiwa, Muha Medika
Yogyakarta.

Damaiyanti, Mukhripah, Iskandar, (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa, PT.Refika
Aditama, Bandung.

Erlinafsiah, (2010), Modal Perawat Dalam Praktik Keparawatan Jiwa, CV. Trans
info Medika, Jakarta.

Fitria, Nita, (2009), Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika, Jakarta.

Hidayati Eni, (2012), Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan
Mengatasi Perilaku Kekerasan Pada Klien Skrizofrenia Di Rumah Sakit
Jiwa Dr. Amino Gondho Utomo Kota Semarang.
http://eojurnals1.undip.ac.id/index.php/jkm di akses pada tanggal 3 Mei
2013.

Kasim, Fauzi, (2010), Informasi Spesialite Obat, PT ISFI, Jakarta.

Keliat, Anna, Dr. Budi, (2012), Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa,
EGC Jakarta.

Kusumawati, Farida. Hartono, Yudi, (2010), Buku Ajar Keperawatan Jiwa,
Salemba Medika, Jakarta

Nurjannah, Intansari, (2004), Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa, Moco
Media, Yogyakarta.

Rasmun, (2009), keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan
keluaga, CV Agung Seto, Jakarta.

Suliswati et al, (2005), Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta.

Surtiningrum, Anjas, (2011), Pengaruh Terapi Suportif Terhadap Kemampuan
Bersosialisasi Pada klien Isolasi Sosial Di Rumah Sakit jiwa Dr Amino
Gondhoutomo Semarang. http://eojurnals1.FIKUI.ac.id/index.php/jkm,
Diakses tanggal 3 Mei 2013.

34



Widayanti, Dwi, Esthi. (2010). Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap
Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Isolasi Sosial,
http://eojurnal.undip.ac.id/index.php diakses pada tanggal 1 Mei 2013.

Videback, Shiela L, (2008), Buku Ajar Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta.

Yosep, Iyus, (2007), Keperawatan Jiwa, PT. Refika Aditama, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai