Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida. Kandida merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40 60 % dari populasi (Silverman S, 2001). Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam kondisi tertentu atau pada orang-orang yang mempunyai penyakit-penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita AIDS (Farlane .M, 2002). Pada rongga mulut kandida albikans merupakan spesies yang paling sering menimbulkan penyakit. Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus (Silverman S, 2001). Pada keadaan akut kandidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti rasa terbakar ( burning sensation ), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau serostomia ( Greenberg M. S. , 2003 ). Pada umumnya infeksi tersebut dapat di tanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara topikal atau sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit yang menyertainya. (Silverman S, 2001).
Terapi Kandidiasis pada rongga mulut umumnya ditanggulangi dengan menggunakan obat antijamur, dengan memperhatikan faktor predisposisinya atau penyakit yang menyertainya, hal tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan atau penyembuhan (Mc Cullough 2005, Silverman 2001). Obat-obat antijamur diklasifikasikan menjadi beberapa golongan yaitu (Tripathi M.D 2001) : 1. Antibiotik a. Polyenes : amfotericin B, Nystatin, Hamycin, Nalamycin b. Heterocyclicbenzofuran : griseofulvin 2. Antimetabolite : Flucytosine (5 Fe) 3. Azoles a. Imidazole (topical) : clotrimazol, Econazol, miconazol b. Imidazole (sistemik) : ketokonazole c. Triazoles (sistemik) : Flukonazole, Itrakonazole 4. Allylamine Terbinafine 5. Antijamur lainnya : tolnaftate, benzoic acid, sodiumtiosulfat.
Dari beberapa golongan antijamur tersebut diatas, yang efektif untuk kasuskasus pada rongga mulut, sering digunakan antara lain amfotericine B, nystatin, miconazole, clotrimazole, ketokonazole, itrakonazole dan flukonazole. (Mc cullough, 2005). Amfoterisin B dihasilkan oleh Streptomyces nodusum, mekanisme kerja obat ini yaitu dengan cara merusak membran sel jamur. Efek samping terhadap ginjal seringkali menimbulkan nefrositik. Sediaan berupa lozenges (10 ml) dapat digunakan sebanyak 4 kali /hari. Nystatin dihasilkan oleh streptomyces noursei, mekanisme kerja obat ini dengan cara merusak membran sel yaitu terjadi perubahan permeabilitas membran sel. Sediaan berupa suspensi oral 100.000 U / 5ml dan bentuk cream 100.000 U/g, digunakan untuk kasus denture stomatitis. Miconazole mekanisme kerjanya dengan cara menghambat enzim cytochrome P 450 sel jamur, lanosterol 14 demethylase sehingga terjadi kerusakan sintesa ergosterol dan selanjutnya terjadi ketidak normalan membran sel. Sediaan dalam bentuk gel oral (20 mg/ml), digunakan 4 kali /hari setengah sendok makan, ditaruh diatas lidah kemudian dikumurkan dahulu sebelum ditelan. Clotrimazole, mekanisme kerja sama dengan miconazole, bentuk sediaannya berupa troche 10 mg, sehari 3 4 kali. Ketokonazole (ktz) adalah antijamur broad spectrum. Mekanisme kerjanya dengan cara menghambat cytochrome P450 sel jamur, sehingga terjadi perubahan permeabilitas membran sel, Obat ini dimetabolisme di hepar. Efek sampingnya berupa mual / muntah, sakit kepala,parestesia dan rontok. Sediaan dalam bentuk tablet 200mg Dosis satu kali /hari dikonsumsi pada waktu makan. Itrakonazole, efektif untuk pengobatan kandidiasis penderita immunocompromised. Sediaan dalam bentuk tablet, dosis 200mg/hari, selama 3 hari, bentuk suspensi (100-200 mg) / hari,selama 2 minggu (Greenberg, 2003). Efek samping obat berupa gatal-gatal, pusing, sakit kepala, sakit di bagian perut (abdomen), dan hypokalemi. Flukonazole, dapat digunakan pada seluruh penderita kandidiasis termasuk pada penderita immunosupresive. Efek samping mual,sakit di bagian perut, sakit kepala, eritme pada kulit. Mekanisme kerjanya dengan cara mempengaruhi Cytochrome P 450 sel jamur, sehingga terjadi perubahan membran sel. Absorpsi tidak dipengaruhi oleh makanan. Sediaan dalam bentuk capsul 50 mg, 100 mg, 150mg dan 200mg Single dose dan intra vena. Kontra indikasi pada wanita hamil dan menyusui. Pada moniliasis, perawatan pertama-tama yang harus dilakukan adalah memberhentikan obat antibiotika dan kortikosteroid yang telah digunakan dan perlu diperiksa secara teliti adanya diabetes mellitus. Pemberian aplikasi nystatin atau mikostatin dan ampoterisin B adalah obat-obat yang dapat mematikan jamur candida albicans.
Pencegahan Penderita thrush (moniliasis) secara rekuren maupun penderita yang berisiko tinggi akan terjadi penyakit ini sebaiknya diberikan pencegahan obat- obatan anti fungal. Jika bayi yang mengalami moniliasis rongga mulut sebaiknya puting susu ibu diberi anti fungal secara topikal untuk mencegah putting terkena infeksi. Bila memberi susu dengan botol sebaiknya buang dot yang digunakan ketika menderita thrush tersebut dan gunakan dot yang baru karena penyakit ini tidak begitu mudah dibasmi. Jaga kesehatan rongga mulut, hindari penggunaan obat kumur, mouth sprays dan lain-lain secara berlebihan karena akan menyebabkan keseimbangan mikroorganisme dimulut terganggu.
2. Papula Papula adalah tonjolan kecil yang membentuk ruam kulit. Papula adalah suatu lesi padat, menimbul, superfisial, yang diameternya lebih kecil dari 1 cm. Papula dapat terjadi dalam warna apapun dan dapat melekat dengan suatu tangkai atau dasar yang kuat. Contoh dari papula meliputi keadaan-keadaan berikut : kandiloma akuminatum, parulis dan papiloma squamosa. Lesi papula merupakan bagian dari lesi primer PAPULA Contoh : Lichen planus (pada mukosa) adalah papula keputihan. Fordyces spot adalah anomali pertumbuhan dimana kelenjar lemak tumbuh ektopik. Makula dan papula terasa gatal, rasa terbakar, dan nyeri, permukaan papula: Erosi atau deskuamasi.
Gambaran HPA dari Papula Perawatan Pada gejala klinis adanya papula, rencana perawatan atau terapi dilakukan jika ada diagnose suatu penyakit. Biasanya baru dilakukan tindakan insisi jika pasien merasakan sakit atau adanya keluhan, namun bila tidak merasa sakit tidak perlu dilakukan insisi.
3. Traumatic Ulcer Traumatic ulser merupakan lesi ulserasi yang murni disebabkan oleh karena trauma. Trauma disini dapat berupa trauma mekanis (sikat gigi, tergigit, alat-alat kedokteran gigi dll.) trauma khemis (obat-obatan seperti aspirin, obat kumur dll.) maupun trauma termis (panas, dingin). Namun demikian tidak semua trauma- trauma tersebut pasti menimbulkan ulser, akan tetapi tergantung pada faktor trauma itu sendiri dan juga ketahanan mukosa rongga mulut atau dapat menjadi lesi lain.
Gambar. Traumatic ulcer
Perawatan a. Antiseptik topical dan anastesi Dasar dari perawatan tersebut adalah traumatic ulser tidak dapat disembuhkan, tetapi sekurang-kurangnya lesi dapat dijaga agar selalu bersih dan rasa sakit dikurangi sampai ulser hilang dengan sendirinya. Walaupun banyak preparat yang mahal harganya, tetapi tidak satupun yang dapat menandingi phenol dan larutan kumur BPC alkali (collut, phenol alkali BPC), yang mengandung phenol 3%, potassium hidrokside 3%, dan amaranth 1%. Limapuluh ml larutan dicampur dengan 100 ml air hangat (setengah gelas atau pint). Larutan ini sekurang-kurangya dapat mengurangi rasa sakit, sehingga pasien dapat makan, membuat mulut terasa bersih, aman dan murah. Atau dapat juga digunakan lozenges BPC benzalkonium, atau lozenges BPC bensokain, untuk waktu yang singkat, tetapi preparat yang paling aman sekalipun, dapt menimbulkan reaksi mucosal, bila digunakan terlalu lama.
b. Larutan kumur antibiotic Sering dikatakan bahwa penggunaan larutan kumur tetrasiklin 2,5% akan efektif bila digunakan dengan cara tertentu (dengan melarutkan isi seluruh kapsul tetrasiklin 250 mg dalam 100 ml air hangat). Tetapi dari penelitian terlihat bahwa cara perawatan tersebut hanya bermanfaat untuk ulser herpetiform. c. Steroid topical Sejak Cooke menunjukkan bahwa lozenges yang mengandung hidrokortison hemisukinat 2,5 mg dapat mengurangi ulser say unit, maka telah banyak steroid yang dicoba untuk merawat ulser tersebut. Dasar dari perawatan ini adalah karena lozenges dapat menghambat reaksi peradangan, sehingga ulser tidak terlalu sakit. Juga sering dikatakan bahwa steroid dapat menghambat reaksi immune lokal, dan memungkinkan terjadinya penyembuhan. d. Melindungi ulser pada saat ia sedang mengalami penyembuhan Secara teoritis, tidakan tersebut memang tidak masuk akal, dan sodium karbokimetilselulose (orabase) dianjurkan penggunaannya untuk hal tersebut, tetapi hasil penelitian klinis menunjukkan bahwa cara tersebut hanya sedikit atau bahkan tidak mempunyai efek pada apthous ulser yang sedang mengalami penyembuhan. e. Levamisol Hasil penelitian terbaru pada penggunaan lozenges azatropin terbukti kurang efektif dan baru-baru ini, levamisol dapat membentuk imunitas selular, juga digunakan. Levamisol dapat memperbaiki ulser-day 64% dengan dosis 150mg 2 hari/minggu. 4. Leukoplakia Leukoplakia merupakan salah satu kelainan yang terjadi di mukosa rongga mulut. Leukoplakia merupakan suatu istilah lama untuk meniunjukkan adanya suatu bercak putih atau plak yang tidak normal yang terdapat pada membrane mukosa yang sukar dihilangkan atau dikelupas. Leukoplakia dapat terjadi karena adanya infeksi bakteri, penyakit periodontal serta hygiene mulut yang jelek. Leukoplakia mempunyai berbagai macam bentuk. Secara klinis lesi ini sukar dibedakan dan dikenal pasti karena banyak lesi lain yang memberikan gambaran yang serupa serta tanda-tanda yang hampir sama.
Perawatan Perawatan leukoplakia dilakukan dengan mengeliminir faktor iritasi yang meliputi penggunaan tembakau (rokok), alkohol, memperbaiki higiene mulut, memperbaiki mal oklusi, dan memperbaiki gigi tiruan yang letaknya kurang baik, karena hal tersebut lebih banyak membantu mengurangi atau menghilangkan kelainan tersebut dibanding perawatan secara sistemik. Perawatan lainnya adalah dengan melakukan eksisi secara chirurgis atau pembedahan terhadap lesi yang mempunyai ukuran kecil atau agak besar. Bila lesi telah mengenai dasar mulut dan meluas, maka pada daerah yang terkena perlu dilakukan stripping. Perawatan dengan pemberian vitamin B kompleks dan vitamin C dapat dilakukan sebagai tindakan penunjang umum, terutama bila pada pasien tersebut ditemukan adanya faktor malnutrisi vitamin. Peranan vitamin C dalam nutrisi erat kaitannya dengan pembentukan substansi semen intersellular yang penting untuk membangun jaringan penyangga. Karena, fungsi vitamin C menyangkut berbagai aspek metabolisme, antara lain sebagai elektron transport. Pemberian vitamin C dalam hubungannya dengan lesi yang sering ditemukan dalam rongga mulut adalah untuk perawatan suportif melalui regenerasi jaringan, sehingga mempercepat waktu penyembuhan. Perawatan yang lebih spesifik sangat tergantung pada hasil pemeriksaan histopatologi.
DAFTAR BACAAN
Silverman. S Jr at al. 2001. Essential of Oral Med. BC. Decker Inc, Hamilton, London.
Mc Farlane et al. 2002. Essential of Microbiologi for dental student. Oxfort: New york.
Mc Cullough, Savage , N.W. 2005. Autralia Dent. J. Medication Suplement.
Greenberg, M. S et al. 2003. Burkets Oral Medicine, 10 ed. Bc Decker Inc, Hamilton Ontario.