REPRODUKSI LOKALITAS BAHASA DAERAH DALAM KELUARGA ORANG TUA BEDA SUKU DI KOTA KENDARI
TIM PENGUSUL Dra.Hj. Erni Qomariah,M.Si (Ketua) NIDN 0001016723 Marsia Sumule Genggong,S.Sos,M.I Kom (Anggota) NIDN 0004037606 Dewi Anggraini,S.Sos,M.Si (Anggota) NIDN 0003087701
UNIVERSITAS HALUOLEO NOVEMBER 2013
2
3
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan kasih sayangnya, penelitian yang berjudul Reproduksi Lokalitas Bahasa Daerah Dalam Komunikasi Keluarga Orang Tua Beda Suku di Kota Kendari yang dibiayai oleh DIPA Universitas Halu Oleo Tahun anggaran 2013 dapat diselesaikan. Dalam penulisan laporan penelitian ini Tim peneliti mendapat bantuan dari berbagai pihak baikdari pihak informan maupun dari pemerintah kelurahan di Kota Kendari. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang membantu hinggapenyelesaian laporan penelitian ini. Namun penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan sumbang saran pembaca akan menjadi masukan yang sanhgat berharga. Akhirnya penulis berharap semoga laporan penelitian mengenai Reproduksi Lokalitas Bahasa Daerah Dalam KomunikasiKeluarga Orang Tua Beda Suku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam menjaga kelestarian budaya local sebagai pendukung terselenggaranya pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
Kendari, November 2013
Tim Peneliti
4
ABSTRAK
Penelitian ini berupaya menelusuri penggunaan bahasa daerah dalam keluarga yang orang tuanya berbeda suku di Kota Kendari. Lingkungan perkotaan yang sudah modern dan terjadi pembauran berbagai suku akan memberikan kecenderungan pemakaian bahasa daerah yang sudah kurang digunakan. Dengan demikian akan berdampak kepunahan bahasa daerah dan boleh jadi nantinya generasi selanjutnya sudah tidak dapat mengenali dan mengetahui lagi tentang bahasa daerah kedua orang tuanya. Kecenderungan lain yakni adanya persaingan antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa alternative yang sudah sangat dikenali dan dipahami oleh masyarakat dari berbagai suku di Indonesia. Disisi lain adanya fenomena bahasa asing yang semakin diminati juga oleh kalangan generasi muda akan semakin mempengaruhi eksistensi bahasa daerah. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi komunikasi, dengan Metode pengumpulan data observasi partisipan, wawancara yang mendalam . Dengan menetapkan informan secara purposive, pemilihan metode ini dilakukan karena tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mendalam tentang pentingnya penggunaan bahasa daerah yang dimulai dari lingkungan keluarga sehingga dapat melestarikan budaya local. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungannya penggunaan bahasa daerah dalam keluarga yang orang tuanya berbeda suku itu masih tetap digunakan untuk sebagian besar informan namun hanya salah satu bahasa daerah saja yang digunakan tidak keduaanya. Penggunaan bahasa daerahnya bersifat pasif artinya hanya bisa memahami namun tidak mampu untuk mengucapkannya secara spontan dan aktyif. Peran serta orang tua yang berbeda suku dalam hal melestarikan bahasa daerah tersebut yakni :1)memberikan perhatian dengan tetap berbahasa daerah kepada angggota keluarga meskipun dalam beberapa kosakata yang sederhana sehari-hari. b) Berupaya senantiasa membangun interaksi dengan sesame keluarga atau komunitas masyarakat dari daerah yang berbeda. Dengan
5
demikian akan membuat pemahaman secara berangsur-angsur oleh angota keluarga terhadap bahasa daerah kedua orang tuanya yang berbeda.
6
DAFTAR ISI
Hal Halaman Judul Halaman Pengesahan ................................................................................ i Daftar Isi .................................................................................................... ii Abstrak ....................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Rumusan Permasalahan ................................................................ 4 B. Tujuan Khusus .............................................................................. 4 C. Urgensi (Keutamaan Penelitian) .................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6 A. Komunikasi Keluarga .................................................................... 6 B. Bahasa Non Verbal Dala Konteks Komunikasi Antar Budaya . 10 C. Kerangka Teori .............................................................................. 14 D. Penelitian Pendahulu .................................................................... 18 E. Penelitian yang diusulkan dalam penelitian ini ........................... 19 BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 20 A. Metode Penelitian yang digunakan .............................................. 20 B. Lokasi Penelitian ........................................................................... 20 C. Informan Penelitian ...................................................................... 21 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 21 E. Teknik Keabsahan Data ................................................................ 21 1. Teknik Keabsahan Data Kualitif ............................................ 21 2. Uji Keabsahan Data ................................................................ 21 3. Teknik Analisis Data ................................................................ 22 BAB IV HASIL YANG DICAPAI ............................................................ 23 4.1. Letak Geografis Dan Jumlah Kec. Kota Kendari.. 23 4.1.2. Jumlah Kecamatan di Kota Kendari... 24 4.2. Penggunaan Bahasa Daerah Pada Keluarga Yang Orang Tuanya Berbeda Suku di Kendari. 28 4.3. Pesan Orang Tua Beda Suku Dalam Melestarikan Bahasa Daerah 42
BAB V RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ................................... 53 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 54 Daftar Pustaka ....... 53 Lampiran - Lampiran ... 57
7
BAB I
PENDAHULUAN Indonesia memiliki banyak suku dimana tiap suku memiliki budaya masing-masing termasuk didalamnnya bahasa. Bahasa suku kemudian menjadi bagian dari tiap orang dari suku itu dan akan terbawa juga saat ia melakukan migrasi atau perpindahan ke tempat lain. Kota Kendari dan sekitarnya termasuk daerah urban yang menjadi tujuan migrasi banyak orang dari berbagai suku. Didaerah ini banyak suku berbaur menjadi satu. Masyarakat kota Kendari menjadi kompleks dengan berbagai macam suku baik yang berasal dari daerah sekitar propinsi Sulawesi Tenggara maupun dari luar propinsi Sultra seperti misalnya dari Sulawesi Selatan, Ambon maupun dari pulau Jawa dan Bali. Kondisi ini menyebabkan perlunya kehadiran lingua franca atau bahasa umum sebagai bahasa komunikasi yang bisa digunakan dan dipahami oleh berbagai suku. Bahasa Indonesia tampil untuk mengisi posisi teretsebut dan kemudian mendapat posisi yang cukup dominan dalam masyarakat urban. Kehadiran bahasa Indonesia sebagai jembatan komunikasi antar suku memang suatu hal yang sangat membantu. Namun ada hal lain yang harus diperhatikan yaitu tumbuhnya persaingan antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing suku. Situasi ini menimbulkan pertanyaan apakah bahasa daerah masih tetap digunakan dan diturunkan kepada generasi selanjutnya sebagai bagian dalam usaha pemertahanan bahasa daerah tersebut terutama pada keluarga dengan pasangan yang berbeda suku yaenng berarti memiliki bahasa daerah yang berbeda. Tetap diturunkannya kemampuan berbahasa kepada generasi selanjutnya memegang peranan penting dalam pemertahanan bahasa daerah. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa apabila suatru bahasa tidak diturunkan kepada anak- anak atau kepada generasi berikutnya maka bahasa tersebut akan punah dalam tiga generasi yang diawali dengan adanya peralihan bahasa ( Fishman dalam Diane Neilson,2007:24). Hal ini sangat dimungkinkan terjadi karena anak-anak (generasi
8
kedua) akan menjadi pengguna yang sangatb pasif. Dalam artian mereka sudah tidak lagi menggunakn bahasa tersebut secara aktif atau bahkan sudah tidak menggunakan bahasa suku mereka sama sekali. Berarti genberasi kedua ini tidaak akan mempunyai kemampuan terkait dengan penggunaan bnahasa daerah. Sehingga generasi ketiga sama sekali tidak akan pernah mengetahui bahasa itu sama sekali. Kondisi inilah yang membuat kepunahan bahasa daerah terjadi karena sudah tidak ada lagi penutur bahasa daerah tersebut. Generasi muda saat ini sedikit yang peduli terhadap bahasa ibu. Hal ini di sebabkan karena adanya anggapan jika berbahasa daerah dianggap tidak modern dan kampungan. Ditambah lagi dengan bermunculannya tayangan televisi maupun acara di radio yang lebih menonjolkan bahasa campuran Indonesia dan Inggris, juga bahasa gaul metropolitan yang banyak digunakan anak muda. Untuk itu, diperlukan upaya serius dalam melestarikan bahasa daerah agar tetap terus dipelihara, digunakan, dan bisa diturunkan dari generasi ke generasi. Pernyataan tersebut diatas sangat berarti terkait dengan peranan orang tua dalam hal ini komunikasi keluarga yang tetap mempertahankan bahasa daerah pada saat berinteraksi sesama anggota keluarga. Ada penelitian yang menyatakan bahwa peran ibu sangat penting dalam usaha pemertyahanan atau pewarisan budaya bahasa daerah karena para ibu memiliki waktu yang lebih banyak dengan anak- anak sehingga bahasa yang dipergunakan ibu saaat berkomunikasi dengan anggota keluarga atau anak-anaknya akan menjadi bahasa yang kuat bertahan (Boyd,2001:33, Clyne,1991). Hal ini sangat selaras dengan pendapat yang menyatakan bahwa kaum wanita merupakan garda terdepan dalam peletarian bahasa terkait dengan peran social mereka sebagai pemertahanan warisan budaya dan penjaga nilai-nilai yang terdapat dalam budaya ethnis (Winters dan Powels,2005:508-509). Situasi yang sama juga terjadi di masyarakat Bengali di Malaysia yang diteliti oleh Pipika Mukherjee (2003) yang menemukan bahwa para wanita dimasyarakat ini diposisikan sebagai pemertahanan dan penyampai bahasa kepada generasi penerus (Mukherjee,2003:150). Pendapat kedua mengenai peran ayah dalam pemertahanan bahasa. Dapke (1990) menemukan dalam penelitiannya bahwa
9
dalam keluarga campuran Jerman-Inggris yang berdomisili di Australia kualitas input ayah lebih besar dalam penurunan kemampuan berbahasa pada anak dibandingkan seorang ibu. Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Dzul Riski (2012) pada masyarakat di Kota Kendari yang menemukan bahwa keluarga sangat berperan penting dalam melestarikan bahasa daerah terutama dikalangan remaja melalui komunikasi keluarga yang intesnsif menggunakan bahasa daerah. Namun disisi lain hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa para remaja sebagai informan penelitian yang memiliki orang tua berbeda suku merasa kesulitan memahami bahasa daerah sehingga jarang menggunakannya dalam komunikasi sehari-hari dalam keluarga disebabkan karena perbedaan suku dari kedua orang tua mereka. Semua pendapat yang diperoleh dari penelitian sebelumnya ini semakin memperkuat peran orang tua dalam hal ini keluarga dalm pemertahanan dan pewarisan kemampuan bahasa pada anak. Peran orang orang tua ataupun keluarga sangat penting dalam usaha pelestarian bahasa dengan menurunkan kemampuan berbahasa kepada anak terkait erat dengan domain atau wilayah penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi keluarga. Berdasarkan pengamatan awal pada lokasi penelitian yakni kelurahan Watu-Watu Kecamatan Kendari Barat, kelurahan Sanua dan Kelurahan Mandonga terdapat keluarga yang kedua orang tua memiliki latar belakang suku yang berbeda sehingga kemungkinan menjadi indikasi alasan bagi anak- anak dalam keluarga tersebut kesulitan untuk menguasai dan menggunakan kedua bahasa daerah orang tuanya selain itu untuk menjembatani kondisi ini biasanya orangtua menggunakan bahasa Indonesia yang dimengerti oleh seluruh anggota keluarga. Sangat jarang mereka menggunakan bahasa daerah karena alasan perbedaan tersebut serta kesulitan memahami bahasa daerah. Meskipun pemakai bahasa daerah dalam lingkup kecil, namun karena bahasa daerah adalah salah satu penjelmaan dan bagian dari suatu bentuk kebudayaan, betapapun sederhananya tentu berharga untuk diketahui dan dipelajari demi
10
perkembangan ilmu bahasa dan kebudayaan Indonesia secara keseluruhan dan utuh. A. Permasalahan 1. Bagaimana penggunaan bahasa daerah pada keluarga yang orang tuanya berbeda suku pada beberapa kelurahan di Kota Kendari? 2. Bagaimana peran orang tua yang berbeda suku dalam melestarikan bahasa daerah masing-masing kepada anak-anaknya? B. Tujuan Khusus Pertama adalah melakukan penelaah pustaka untuk menemukan kerangka teori dan konsep-konsep yang dapat direfleksikan dan dilaksanakan dalam sebuah rancangan Reproduksi Bahasa Daerah dalam Komunikasi Keluarga Orang Tua Berbeda Suku di Kota Kendari Kedua adalah untuk mengkaitkan antara teoritis-konseptual dari kajian bibliografi dan penelusuran nilai-nilai, norma-norma serta makna yang terkandung dalam kata-kata setiap suku yang berbeda dengan realitas empiris pemahaman dan penguasaan bahasa yang terjadi selama proses penggunaan bahasa daerah. C. Urgensi (keutamaan penelitian ) 1. Sebagai suatu gambaran kondisi upaya pemertahanan atau pelestarian bahasa daerah dalam suatu keluarga yang berbeda suku. 2. Sebagai formulasi reproduksi bahasa daerah melalui pendekatan komunikasi keluarga yang sesuai dengan karakter budaya daerah serta menjadi bahan pemikiran bagi pengambil kebijakan dalam menyikapi persoalan penggunaan bahasa daerah sebagai bagian dari budaya yang perlu dilestarikan 3. Penelitian ini sebagai salah bentuk dan strategi pemertahanan bahasa daerah dan budaya daerah dengan pendekatan yang dimulai dari keluarga
11
E. Manfaat Penelitian 1. Melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi daerah lain di Indonesia dalam melakukan pelestarian budaya bahasa daerah dengan pendekatan komunikasi keluarga 2. Penerapan Reproduksi Bahasa Daerah diharapkan dapat memberikan perbaikan dalam ; (a)Pelestarian bahasa daerah; (b)Upaya mempertahankan budaya local dari gempuran budaya-budaya asing. (c) Peningkatan penggunaan bahasa daerah di kalangan masyarakat. 3. Melalui penelitian ini akan di buat suatu pola pelestarian bahasa daerah dan budaya local lainnya, yang mana diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan dalam implementasi program pembangunan berbasis budaya di wilayah lain di Indonesia. 4. Hasil dari penelitian dapat bermanfaat bagi kalangan pemerhati, praktisi dan peminat atau LSM tentang masalah-masalah budaya local dengan mengedepankan solusi penyelamatan budaya bahasa daerah dengan pendekatan komunikasi keluarga dalam mendukung pengembangan IPTEKS Sosial Budaya di Indonesia.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Keluarga Dalam pengertian psikologis, (Soelaeman, 1994) keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama, dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, dan saling memperhatikan. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga juga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai- nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Agar komunikasi dan hubungan timbal balik dapat terpelihara dengan baik, maka hubungan timbal balik dalam keluarga harus menggambarkan kaitan yang sangat kuat sebagai berikut: a. Hubungan suami-istri berdasarkan cinta kasih. b. Hubungan orangtua dengan anak didasarkan kasih-sayang. c. Hubungan orangtua dengan anak remaja berdasarkan kasih sabar. d. Hubungan antara anak didasarkan atas kasih sesama. e. Komunikasi dalam keluarga akan memberikan rasa aman dan bahagia bila berlandaskan kasih sayang (Gunarsa, 2002:13).
13
Setiap individu dilahirkan, tumbuh, dan berkembang di dalam keluarga. Peranan individu ditentukan adat istiadat, norma-norma, dan nilai-nilai, serta bahasa yang ada pada keluarga itu melalui proses sosialisasi dan internalisasi. Keluarga sebagai kelompok perantara pertama yang mengenalkan nilai-nilai budaya kepada si anak. Disinilah anak mengalami hubungan sosial dan disiplin pertama yang dikenakan kepadanya dalam kehidupan sosial. Menurut Koentjaraningrat (1990), fungsi pokok keluarga ada dua, yaitu: a. Sebagai kelompok dimana individu pada dasranya dapat menikmati bantuan utama dari sesamanya serta keamanan dalam hidupnya, b. Sebagai kelompok dimana individu waktu ia sebagai anak-anak masih belum berdaya, mendapat pengasuhan permulaan dari pendidikannya (Posman, 1998:51). Perlu disadari bahwa ada banyak jenis keluarga. Ada keluarga kecil dan besar, keluarga miskin dan kaya, keluarga di desa dan di kota, keluarga yang harmonis dan kurang harmonis, dan seterusnya. Salah satu funsi keluarga yaitu sebagai sarana pewarisan budaya bagi individu, seperti: cara-cara pelamaran, hukum perkawinan, pola adat menetap, sistem kekerabatan, dan sebagainya. Hal-hal yang didapat seorang anak sebagai anggota keluarga adalah sebagai berikut: a. Keagamaan: keluarga harus mampu menjadi wahana yang pertama dan utama untuk membawa seluruh anggotanya melaksanakan Ketuhanan Yang Maha Esa. b. Kebudayaan: keluarga dikembangkan menjadi wahana untuk melestarikan budaya nasional yang luhur dan bermartabat. c. Kasih sayang: keluarga dikembangkan menjadi wahana pertama dan utama untuk menumbuhkan kasih sayang sesama anggota. d. Perlindungan: keluarga dikembangkan menjadi pelindung yang utama dan kokoh dalam memberikan kebenaran dan keteladanan kepada anak-anak. e. Reproduksi: keluarga menjadi pengatur dan pembina reproduksi keturunan secara sehat dan berencana, sehingga anak-anak berkualitas prima. f. Pendidikan: keluarga sebagai sekolah dan guru yang pertama dan utama dalam mengantarkan anak-anak untuk mandiri dan panutan.
14
g. Ekonomi: keluarga menyiapkan dirinya untuk menjadi suatu unit yang mandiri dan sanggup meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin. h. Pemeliharaan lingkungan: keluarga siap dan sanggup untuk memelihara kelestarian lingkungannya untuk memberikan yang terbaik kepada anak cucu pada mas ayang akan datang. (Posman,1998: 61)
Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang di jalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan. Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan hal-hal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi yang dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepada setiap anggota keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi di antara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik. Suasana kekeluargaan dan kelancaran berkomunikasi antara anggota keluarga dapat tercapai apabila setiap anggota keluarga menyadari dan menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing sambil menikmati haknya sebagai anggota keluarga (Gunarsa, 2002:13). Para ahli teori masa kini memandang keluarga sebagai suatu sistem menekankan hubungan-hubungan keluarga ketimbang anggota-anggota perseorangan. Pemahaman atas keluarga seperti ini,sebagai suatu keseluruhan ketimbang sebagai sejumlah anggota perseorangan, mengalihkan perhatian ke pola-pola hubungan dan siklus-siklus perilaku alih-alih sebab dan akibat: Setiap anggota mempengaruhi orang-orang lainnya tapi pada gilirannya dipengaruhi oleh mereka (Bochner dan Eisenberg, 1987:542 dalam Mulyana, 2005:215). Komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak jauh berbeda dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Paling tidak ada dua fungsi komunikasi dalam keluarga, yaitu a. Fungsi komunikasi sosial.
15
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, untuk menghindarkan diri dari tekanan dan ketegangan. Selain itu, melalui komunikasi seseorang dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat-terlebih dalam keluarga-untuk mencapai tujuan bersama (Mulyana dalam Djamarah, 2004:37). b. Fungsi komunikasi kultural, diasumsikan dari pendapat para sosiolog bahwa komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari komunikasi. Peranan komunikasi disini adalah turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Jika demikian, benar kata Edward T. Hall bahwa budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya. (Djamarah, 2004:37).
B. Bahasa Verbal dalam Konteks Komunikasi Antar Budaya Bahasa juga merupakan sarana dalam melakukan pergaulan manusia dalam komunikasinya. Jadi bahasa merupakan komponen budaya yang sangat penting yang mempengaruhi penerimaan dan perilaku manusia, perasaan dan kecendrungan manusia untuk bertindak mengatasi dunia sekeliling. Dengan kata lain bahasa mempengaruhi kesadaran, aktivitas, dan gagasan manusia, menentukan benar atau salah, moral atau tidak bermoral, dan baik atau buruk. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multilingua dan multicultural. Masing-masing suku bangsa menggunakan bahasa daerahnya sebagai alat komunikasi. Bahasa daerah dengan pendukung terbesar adalah bahasa Jawa dengan jumlah pemakai sekitar 50 juta, yang kedua adalah bahasa Sunda dengan jumlah pemakai sekitar 20 juta orang, yang ketiga adalah bahasa daerah Madura. Bahasa daerah yang wilayah penyebarannya serta penggunaanya paling luas hampir meliputi semua bandar dan pusat-pusat perdagangan di Nusantara adalah bahasa Melayu. Sejak zaman Sriwijaya bahasa ini yang dalam bentuknya bercampur bahasa Sansekerta, telah menjadi bahasa resmi dan bahasa prasasti di Kerajaan Sriwijaya. Kemudian penyebaran bahsa Melayu diperkuat oleh
16
kekuasaan kerajaan Malaka pada abad ke- 15, Kerajaan Aceh pada zaman Sultan Iskandar Muda pada abad ke- 17. Bahasa Melayu sejak abad ke-16 dan 17 telah berkembang menjadi bahasa pergaulan dan bahasa perdagangan atau bahasa perantara (lingua franca) hampir di seluruh pantai dan kepulauan Nusantara serta sebagian Asia tenggara. Dalam kaitan dengan ilmu komunikasi, kita menempatkan kata verbal untuk menunjukkan pesan-pesan (massage) yang dikirimkan atau yang diterima dalam bentuk kata-kata, baik lisan (oral, vocal) maupun tulisan (written, visual). Secara etimologis, kata verbal dari bahasa verb (bahasa latin) yang berarti word (kata). Word merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, rhema, yang berarti sesuatu yang digunakan untuk menggambarkan tindakan, eksistensi, kejadian atau peristiwa, atau sesuatu yang digunakan sebagai pembantu atau penghubung sebuah predikat. Kata verbal sendiri berasal dari bahasa Latin, verbalis, verebum yang sering pula dimaksudkan dengan berarti atau bermakna melalui kata, atau yang berkaitan dengan kata yang digunakan untuk menerangkan fakta, ide, atau tindakan yang lebih sering berbentuk percakapan lisan daripada tulisan. Kita juga mengenal istilah verbalisme, artinya pernyataan verbal, pernyataan dalam bentuk satu kata atau lebih kata, atau sebuah frase kata-kata. Sedangkan verbalist mengacu pada seseorang yang sangat mengutamakan katakata verbal dalam menjelaskan segala sesuatu. Bahasa dapat membantu kita untuk memiliki kemampuan memahami dan menggunakn simbol, khususnya simbol verbal dalam pemikiran dan berkomunikasi. Sebuah simbol adalah representasi dari sesuatu, misalnya gambar buah apel adalah wakil dari gagasan bernama apel. Dengan cara yang sama, kata apel adalah sebuah simbol. Kemampuan berbicara adalah salah satu aspek dari belajar berbahasa, meskipun hal itu kadang kala kurang penting, namun kemampuan itu harus diajarkan agar kita dapat memahami dan menginterpretasi simbol-simbol bahasa yang telah disosialisasikan dan kita internalisasi. Oleh karena itu, maka belajar berbahasa sama dengan belajar berkomunikasi untuk meningkatkan kemampuan individu
17
dalam menyampaikan ide/pikiran dalam makna-makna tertentu secara efektif dan spontan. Ada dua pandangan yang mempengaruhi defenisi bahasa. Pertama, pandangan bahwa bahasa merupakan pernyataan tentang kesadaran yang luar biasa tentang diri sosial (social self). Kedua, pandangan bahwa bahasa merupakan gambaran tentang seluruh sistem pemikiran manusia. Dua defenisi itu sangat berbeda satu sama lain, dan gagal membuat gambaran yang tepat tentang bahasa. Menurut Social Self Defenition, bahasa adalah sistem komunikasi manusia dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Sedangkan menurut Whole System Defenotion, bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks intersubjektif. Banyak diantara kita menggunakan bahasa dalam pengertian sebuah kesadaran sosial karena kita selalu memikirkan bagaimana menepatkan penggunaan bahasa yang didasarkan pada kemampuan konseptual dalam konteks sosial. Dari cara pandang Social Self itulah kita perlu menghayati betapa pentingnya kesadaran sosial itu. Dalam kaitaanya dengan komunikasi maka defenisi pertama Social Self mempunyai kekuatan masa depan, terutama jika dikaitkan dalam situasi sosial tertentu. Tanpa memperhatikan konteks sosial, bahasa apapun tidak akan ada artinya. Perspektif kedua dari defenisi bahasa memusatkan perhatian pada tiga pusat kesadaran pikiran manusia, yakni diri sosial, diri penggerrak syaraf, dan diri trasendental, komunikasi tanpa transmisi informasi. Bahasa adalah medium kesadaran, tidak sekedar mengalihkan informasi. Bahasa menyatakan kesadaran dalam konteks sosial. Inilah media yang paling baik untuk menyatakan sruktur kesadaran, kepercayaan, maupun peta kesadaran. Oleh karena itu, banyak orang yang menyatakan bahwa bahasa menyatakan pikiran, dan bahkan prosedur pengujian struktur berpikir tentang sesuatu. Dengan demikian, ada hubungan yang erat antara bahasa dengan kesadaran, seperti dalam pernyataan kita berbicara dengan akal melalui bahasa. Lewat bahasa kita mengetahui mental orang lain yang berekspresi dengan kata-kata (emosi). Manusia tanpa bahasa, mentalnya kurang lengkap (Liliweri, 2003:134).
18
Meskipun pemakai bahasa daerah dalam lingkup kecil, namun karena bahasa daerah adalah salah satu penjelmaan dan bagian dari suatu bentuk kebudayaan, betapapun sederhananya, tentu berharga untuk diketahui dan dipelajari demi perkembangan ilmu bahasa dan kebudayaan Indonesia secara keseluruhan dan utuh. Dalam suatu bahasa tentu akan terdapat rumusan nilai-nilai kehidupan masyarakat pendukungnya, seperti adat istiadat, nilai kerohanian, kesusilaan, tata cara kehidupan, alam pikiran, atau sikap pandangan hidup dan sebagainya yang meliputi segala aspek maupun inspirasi kebudayaan masyarakat pendukungnya. Manfaat dari mempelajari bahasa daerah antar lain: a. Menemukan warisan peninggalan budaya masa lampau, yang ternyata mengandung nilai-nilai kehidupan yang luhur. b. Mengetahui bentuk-bentuk kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh Indonesia. c. Budaya dan bahasa daerah mengandung nilai kehidupan klasik yang murni dan merupakan dasar-dasar kepribadian bangsa. d. Dalam pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara, banyak mengambil dan menyerap kata-kata yang berasal dari bahasa daerah (Waridah Q, dkk, 2003: 94)
C. Kerangka Teori 1. Teori Reinforcement (Teori Penguatan) Istilah reinforcement (peneguhan atau penguatan berasal dari skinner salah seorang ahli psikologi belajar behavioristik, dia mengartikan reinforcement ini sebagai setiap konsekuensi atau dampak tingkah laku yang memperkuat tingkah laku tertentu. Reinforcement juga dapat diartikan stimulus yang meningkat kemungkinan timbulnya respon tertentu. Ketika ingin melihat keberhasilan dalam mendidik sebagai orang tua harus mampu memberikan rangsangan atau penguatan kepada anak sehingga dalam proses belajar anak dapat efektif, baik itu reinforcement dalam bentuk hukuman atau
19
hadiah. Orang tua adalah pendidik utama dan pertama. Kegiatan orang tua mendidik anaknya sebagian terbesar dilakukan di rumah. Kegiatan itu hampir tak ada yang berupa pengajaran. Bentuk kegiatan pendidik yang dilakukan orang tua ialah pembiasaan, pemberian contoh, dorongan hadiah, pujian dan hukuman. Alisuf Sabri mengemukakan bahwa dalam pemberian hukuman, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Hukuman harus diberikan atas dasar cinta kasih sayang 2. Hukuman diberikan karena suatu keharusan, artinya tidak ada lagi alat pendidikan lain yang dapat dipergunakan. 3. Pemberian hukuman harus dapat menimbulkan kesan kesadaran dan penyesalan dalam hati anak didik. 4. Pemberian hukuman harus diikuti dengan pemberian ampunan dan disertai dengan harapan kepercayaan bahwa anak sanggup memperbaiki diri. Dalam pemberian hukuman dalam proses sebaiknya dilakukan secara hati- hati dan dikurangi seminimal mungkin karena apabila kurang hati-hati dan sering memberikan hukuman dapat berdampak negatif dan perkembangan pribadi anak. Bentuk hukuman itu sendiri berupa; hukuman badan, hukuman perasaan (diejek, dipermalukan, dimaki) dan hukuman intelektual tampaknya lebih baik dilakukan karena akan mengantar langsung ke perbaikan proses belajar sedangkan hukuman- hukuman yang bersifat fisik justru akan mengganggu kasih sayang orang tua dengan anak-anaknya, berkenaan dengan hukuman ada beberapa macam teori yang mendasarinya yaitu sebagai berikut : 1. Teori memperbaiki, anak memperbaiki perbuatannya. Hukuman diberikan kepada anak dengan mempertimbangkan beratnya sanski yang diberikan sehingga anak dapat memperbaiki sikapnya karena hukuman itu. 2. Teori ganti rugi, anak mengganti kerugian akibat perbuatannya. Hukuman diberikan kepada anak bertujuan untuk memberi pengertian kepada anak bahwa setiap sesuatu yang dilakukan memiliki konsekuensi.
20
3. Teori melindungi, orang lain dilindungi hingga tidak meniru perbuatan yang salah. Anak diberi penjelasan tentang hal-hal (tingkah laku) yang salah, yang mungkin baik dilihat dari orang lain. 4. Teori menakutkan, anak takut mengulangi perbuatannya yang salah. Setiap hukuman yang diberikan seharusnya dapat membuat anak takut untuk kembali mengulangi perbuatannya. 5. Teori hukuman alam, anak belajar dari pengalaman (hukuman). Hendaknya hukuman yang diberikan dapat dijadikan sebagai pengalaman bagi anak bahwa setiap kesalahan yang dilakukan akan diikuti oleh hukuman sehingga anak berusaha untuk tidak mendapatkan hukuman itu dengan berbuat kesalahan lagi. Maka dengan demikian esensi dari hukuman diatas, tidak bermaksud menyakiti anak, tetapi dilakukan untuk mendorong dan memotivasi anak untuk selalu bertindak dan belajar yang baik serta terus berkreasi. Hadiah (Reward). Reward adalah hadiah atau penghargaan, imbalan dan ganjaran baik yang berupa pujian dengan kata-kata maupun dengan isyarat, senyuman, hadiah benda-benda. Penghargaan ini adalah dasar berbaginya rasa percaya diri akan berprestasi juga dapat menimbulkan keinginan untuk berusaha mencapai kemajuan atau prestasi-prestasi baru, hadiah, kecil apapun adalah bentuk kesungguhan yang dapat ditangkap oleh pemahaman anak. Metode Pemberian Reinforcement 1. Penguatan terhadap pribadi tertentu. Penguatan terhadap pribadi tertentu adalah cara penguatan yang dimaksudkan, jika seorang guru atau orang tua hendak memberikan penguatan kepada siswa tertentu atas tingkah laku ditampilkannya maka penguatan tersebut harus jelas ditujukan kepada anak yang bersangkutan. Sehingga nantinya ia dapat merasakan secara langsung bahwa penguatan ditujukan kepadanya. 2. Penguatan terhadap kelompok siswa/ anak. Penguatan ini tidak hanya ditujukan kepada siswa tertentu melainkan untuk seluruh kelompok siswa atau anak yang
21
berada di kelas, penguatan ini cenderung di gunakan di kelas (sekolah). Jadi penguatan diberikan tidak didasarkan atas prestasi yang ditampilkan oleh kelompok atau kelas yang bersangkutan. 3. Memberikan penguatan dengan segera. Salah satu penggunaan reinforcement atau penguatan secara efektif, yaitu memberikan penguatan dengan segera setelah munculnya tingkah laku yang diharapkan baik secara individu maupun dalam kelas yang bersangkutan, namun perlu diketahui pemberian penguatan dengan cepat kadang-kadang terhambat oleh beberapa faktor sehingga penguatan tersebut ditunda pelaksanaannya. D. Penelitian Pendahulu Tabel 2 : Penelitian Pendahulu Tahun Judul penelitian Peneliti Metode Kajian dalam penelitian 2011 Fungsi Komunikasi Keluarga Untuk Meningkatkan Penggunaan Bahasa Daerah Di Kalangan Remaja Kota Kendari Dzul Rifki Arif dan Marsia Sumule Kualitatif Penelitian ini mengkaji tentang fungsi keluarga dalam hal ini orang tua sebagai upaya untuk meningkatkan penggunaan bahasa daerah pada anak remajanya.Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar remaja partisipan penelitian ini tidak memahami dan tidak dapat menggunakan bahasa daerah orang tuanya hal ini disebabkan karena factor orang tua yang jarang menggunakan bahasa daerah jika berkomunikasi dengan remajanya dan karena perbedaan suku kedua orang tuanya. Sehingga anak remaja ini lebih sering menggunakan bahasa Indonesia. 2010 Pemakaian Bahasa Dalam Keluarga Dengan Orang Tua Suku Yang sama ( Studi Kasus) Nia Kurnia Sofiah Metode Kuantitaif Kualitatif Penelitian ini mengkaji tentang penggunaan bahasa daerah pada keluarga yang berasal dari suku yang sama di kota Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa yang
22
digunakan oleh keluarga partisipan lebih dominan bahasa Indonesia daripada bahasa daerah meskipun berasal dari suku yang sama
E. Penelitian yang di usulkan dalam penelitian ini Dari beberapa penelitian pendahulu dan sekarang dapat di jelaskan bahwa penelitian yang akan diusulkan sebagai berikut Tabel 3 : Penelitian diusulkan No Keterangan Penelitan diusulkan 1 Pendekatan Penelitian Etnografi Komunikasi 2 Metode Pengumpulan Data wawancara, Observasi, Kuisioner 3 Metode analisa data Deskriptif Kualitatif
4 Rencana arah penelitian setelah kegiatan selesai di usulkan Suatu bentuk penelitian uji coba Model dalam bentuk modul yang ditujukan di beberapa kabupaten di Indonesia
23
Road Map Penelitian
BAB III BAB III
2010/2011 2013 2014 Penelitian tentang Reproduksi Lokalitas Bahasa Daerah dalam Keluarga Yang Berbeda Suku. Penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan data tentang sejauhmana keluarga yang berbeda suku orang tuanya menggunakan bahasa daerahnya saat berkomunikasi dengan sesama anggota keluarga. Penelitian ini juga ingin melihat bahasa apa yang digunakan dalam keluarga yang berbeda suku. Sehingga hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi setiap individu dalam masyarakat untuk melestarikan budaya bahasa lokal.
Penerapan penggunaan bahasa daerah dimulai dari lingkungan keluarga sebagai upaya pelestarian budaya local. Tahun 2011 penelitian tentang Fungsi Komunikasi Keluarga dalam meningkatkan penggunaan bahasa daerah di Kota Kendari. Tahun 2010 Penelitian tentang Pemakaian bahasa dalam lingkungan keluarga yang orangtuanya memiliki suku yang sama.
24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian yang digunakan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan studi etnografi komunikasi. Pendekatan kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang kontekstual yang menjadikan manusia sebagai instrumen utama (hukum instrumen) serta disesuaikan dengan situasi yang dihadapi (natural setting) (Lincoln & Cuba, 1985 : 187). Pendekatan kualitatif bersifat deskriptif yang bertujuan intuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam serta pamahaman yang holistik berdasarkan situasi yang wajar (natural setting) dari kasus yang akan diteliti, dan peneliti sendiri bertindak sebagai instrumen kunci untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam menjawab: (1) Bagaimana sebuah keluarga yang kedua orang tuanya berbeda suku mereproduksi bahasa daerah dalam komunikasi? (2) Bagaimana upaya pemertahanan bahasa daerah yang dilakukan oleh orang tua yang berbeda suku dalam sebuah keluarga? B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah pada 3 (Tiga) Kelurahan yakni kelurahan Kadia,Kelurahan Watu-Watu dan Kelurahan Mandonga Kota Kendari. Persebaran penduduk yang berbeda suku dalam sebuah keluarga sebagian besar berada dalam lokasi yang disebutkan diatas sehingga hal inilah yang menjadi alasan pemilihan lokasi penelitian.
25
C. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini ditetapkan secara purposive sampling yang terdiri dari keluarga yang orang tuanya berbeda suku yang berada di 3 (tiga) kelurahan dalam Kota Kendari D. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan pendekatan penelitian maka metode pengumpulan data dalam penelitian ini yakni menggunakan metode observasi partisipan (partisipation observation method), metode wawancara (interview method), Kuisioner serta studi kepustakaan (library research). E. Teknik keabsahan data 1. Teknik keabsahan data Kualitatif Pemeriksaan keabsahan data dilakukan terhadap data kualitatif untuk menghindari kemungkinan adanya data yang tidak akurat yang diperoleh dalam penelitian. Lincoln dan Guba dalam Emzir (2010) mengusulkan empat Kriteria untuk menilai kualitas penelitian kualitatif yakni Kredibilitas , Transferabilitas Dependabilitas Konfirmabilitas. 2. Uji Keabsahan Data Untuk menjamin keabsahan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik triangulasi yaitu dengan mengadakan pemeriksaan data yang diperoleh dari subjek penelitian dengan cara membandingkan data hasil wawancara dengan hasil pengamatan dan hasil kuisioner) sehingga dapat mempermudah penulis untuk memperoleh kesimpulan data yang lebih konkrit, valid, shahih, dan dapat dipertanggungjawabkan.
26
3. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif yaitu menguraikan dan menganalisis gambaran atau teks tematik yang diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan. Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis pertanyaan penelitian pertama dan kedua, dengan cara mengklasifikasikan data yang diperoleh, kemudian dianalisis sesuai dengan gejala atau objek yang diteliti dan diinterpretasikan berdasarkan teori yang ada. Analisis data ini dilakukan secara terus menerus sepanjang penelitian ini berlangsung, atau dari awal hingga akhir. Analisis data seperti ini dilakukan secara terus menerus sepanjang penelitian ini. Pertanyaan-pertanyaan yang menjadi acuan dalam pengambilan data pada penelitian ini yakni : 1. Bahasa apa yang anda gunakan dalam berkomunikasi sesama anggota keluarga sehari hari? 2. Bahasa apa yang digunakan bapak terhadap ibu dan anak anak saat berkomunikasi? 3. Bahasa apa yang digunakan Ibu terhadap bapak dan anak anak saat berkomunikasi? 4. Dalam situasi apakah bahasa suku bapak/ibu digunakan? 5. Apakah anak anak bapak/ibu memahami ataupun menggunakan bahasa daerah orang tuanya? 6. Apa yang bapak/ibu lakukan agar anak-anak dapat memahami dan menggunakan bahasa daerah orang tuanya? 7. Adakah kesulitan yang ditemui untuk membiasakan anak anak anda menggunakan bahasa daerah? 8. Adakah hal yang mendukung sehingga bahasa daerah bapak/ibu dapat dipahami dan digunakan oleh anak-anak anda? 9. Apakah anda pernah berniat atau dengan sengaja mengajarkan anak anda untuk memahami dan menggunakan bahasa daerah bapak/ibu? 10. Dari bahasa daerah ibu maupun bahasa daerah bapak, mana yang menurut bapak/ibu paling diprioritaskan untuk dipelajari anak- anak?
27
BAB IV HASIL YANG DICAPAI
4.1. Letak Geografis dan Jumlah Kecamatan Kota Kendari 4.1.1. Letak Geografis Kota Kendari Wilayah Kota Kendari terletak di sebelah Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah daratannya terdapat di dataran Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk Kendari.Terdapat satu pulau pada wilayah Kota Kendari yang dikenal sebagai Pulau Bungkutoko. Luas wilayah daratan Kota Kendari 295,89 Km 2 atau 0,70 % dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kota Kendarii terbentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1995 yang disyahkan pada tanggal 3 Agustus 1995 dengan status Kotamadya Daerah Tingkat II Kendari. Wilayah Kota Kendari dengan ibukotanya Kendari dan sekaligus juga sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara astronomis terletak dibagian selatan garis katulistiwa berada diantara 3 0 54` 30``-4 0 3`11`` Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122 0 23`-122 0 39` Bujur Timur. Sepintas tentang posisi geografisnya, Kota Kendari memiliki batas-batas : Sebelah Utara : Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe Sebelah Timur : Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan dan Laut Banda Sebelah Selatan : Kecamatan Konda dan Ranomeeto, Kabupaten Konawe
28
Selatan Sebelah Barat : Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe Selatan Dilihat berdasarkan ketinggian, wilayah Kota Kendari di atas permukaan laut, Kecamatan mandonga merupakan wilayah tertinggi berada pada ketinggian 30 meter diatas permukaan laut. Selanjutnya wilayak Kecamatan Abeli dan Kendari Barat berada pada ketinggian 3 meter di atas permukaan laut. 4.1.2. Jumlah Kecamatan di Kota Kendari
Tabel 1. Pembagian Wilayah Administrasi Kota Kendari Kecamatan Jumlah Kelurahan Luas Wilayah (Km 2 ) (%) thd total Mandonga 6 23,36 7,89 Baruga 4 49,58 16,76 Puuwatu 6 42,71 14,43 Kadia 5 9,10 3,08 Wua-Wua 4 12,35 4,17 Poasia 4 43,52 14,71 Abeli 13 49,61 16,77 Kambu 4 23,13 7,82 Kendari 9 19,55 6,61 Kendari Barat 9 22,98 7,77
Karakteristik Informan
29
Pada penelitian ini informan diambil secara sengaja (purposive sampling) dari 3 kelurahan yakni kelurahan Watu-Watu,Kelurahan Kadia dan Kelurahan Mandonga. Masing masing kelurahan diambil secara sengaja 5 pasang keluarga yang suami dan istrinya berbeda suku.Jumlah informan dalam penelitian ini 8 pasang keluarga. Sehingga jumlah informan keseluruhan yakni 16 orang. Berikut ini disajikan dalam bentuk table frekuensi karakteristik infortman penelitian sesuai kebutuhan penelitian yakni Tabel 2 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur N0 Usia Jumlah Frekuensi % 1 2 3 25-40 41-55 56-70 7 7 2 42 42 16 Total 16 100 Sumber: Data primer olahan, September 2013 Tabel diatas memperlihatkan usia informan dalam penelitian ini sebgian besar tersebar secara seimbang dalam batasan usia 25 tahun 55 tahun. Usia yang dikategorikan sebagai usia produktif.sehat dan banyak kegiatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan kategori usia 25-40 tahun sebsnyak 14 informan atau 42 %, kategori usia 41-55 sebanyak 14 orang atau 42 %.Informan dengan usia 56=70 tahun sebnyak 2 oran atau 16 %.
Tabel 3 Kategori Informan berdasarkan Pendidikan
30
NO Pendidikan Jumlah Frekuensi % 1 2 3 SMP SMA Sarjana (S1) 1 10 5 5 80 15 Junlah 16 100 Sumber: data Primer Olahan Tabel diatas memperlihatkan tingkat pendidikan informan terbanyak berada dalam kategori Sekolah Menegah Atas sebanyak 10 orang atau 80 %. Informan yang berpemndidikan sarjana sebanyak 5 orang atau 15%.sedamgkan persentase yang terkecil yakni informan dengan Tingkat pendidikan Sekolah Menegah Pertama sebanyak 1 orang atau 5 %. Tabel 4 Kategori Informan berdasarkan pekerjaan No Mata Pencaharian Jumlah Frekuensi 1 2. 3 4 PNS Pensiunan Wiraswasta Tidak Bekerja 2 1 8 5 12 3 42 33 Junlah 16 100
Tabel diatas memperlihatkan pekerjaan informan sebnyak 8 orang atau 42% berprofesi sebagai wiraswastawan, informan yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga sebanyak 5 orang atau 33 %. Bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 2 oran atau 12 %. Dan terdapat 1 orang informan yang berstatus pensiunan pNS
Tabel 5 Kategori Informan berdasarkan Suku No Suku Jumlah Frekuensi 1 Muna 4 21
Tabel diatas memperlihatkan keberagaman suku dalam satu keluarga yakni sebanyak 8 orang atau 24 % suku bugis menikah dengan orang yang tidak bersuku bugis , 4 orang atau sebanyak 21 % bersuku muna, sebanyak 3 orang atau 18 % suku Buton, 2 orang atau 12 % suku Tolaki. 1 orang suku Moroenen dan 4 orang atau 12 % orang suku-sukui lain dari wilayah lain di Indonesia. Tabel 6 Kategori Informan berdasarkan jumlah Anak dalam keluarga No Jumlah Anak Junlah Frekuensi 1 2 3 1-2 orang 3-4 5 -7 9 5 1 60 35 15 Jumlah 15 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa infoman dalam keluraganya memiliki jumlah anak 1 2 orang mendominasi presentase jumlah anak terbesar sebanyak 9 keluarga atau 60 %. Keluarga denganh jumlah anak 3-4 orang sebanyak 5 keluarga. Dan keluarga yang p-aling banyak memili,ki anak hanya 1 KK atau 15%.
HASIL PENELITIAN 1. Penggunaan bahasa daerah pada keluarga yang orang tuanya berbeda Suku di Kota Kendari
Usia bahasa di dunia sama dengan usia manusia yang hidup diduni
32
ini,Karena manusia membutuhkan bahasa sebagai medi untuk menympikn informasi olehnya manusia berupaya mengembangkan bahasa agar dapat memnuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan peradabannya. Semakin maju perdaban mnusia maka semakin maju pula media komunikasi bahasa yang diciptakan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan bangsa,saat ini semakin terancam dengan derasnya arus informasi dalam bahasa asing. Dan itu berarti bahasa Indonesia akan semakin sempoyongan menghadapi gempuran bahasa dan istilah asing. Bukan hanya bahasa Indonesia sebagai bahasa integralistik bangsa dan bahasa asing yang saling bersaing untuk memdapatkan posisi pengutamaan penggunaan. namun juga persaingan antara bahasa Indonesia dengan bahasa daerah. Kenyataan sekarang bahwa fungsi dan penggunaan bahasa daerah sudah mulai tergantikan oleh bahasa In dodnesian. Dan itu menjadi sebuah kenyataan yang harusnya menjadi bahan perhatian bagi segenap masyarakat Indonesia. Kondisi kondisi informal yang semestinya menjadi ranah bahasa daerah sudah tergantikan dengan bahasa Indodnesia. Begitu juga banyak kondisi formal yang menjadi ranah bvahasa Indonesia sudah tergantikan oleh bahasa Asing . Bahkan kondisi informal atau dalam lingkungan keluarga bahasa yang digunakan sudah menjadi bahasa asing. Penelitian ini berhasil memperoleh data dari informan yang terlibat dalam satu ikatan keluarga dimana terbentuk dari orang tua yang berbeda suku bahwa mayoritas jawaban mereka dalam hal penggunaan bahasa saat berkomunikasi dalam keluarga adalah menggunakan bahasa Indonesia. Dengan alasan bahwa perbedaan suku diantara kedua orang tua sehingga tidak saling memahami bahasa daerah satu sama lainnya. Bahasa Inodnesia dianggap sebagai bahasa pemersatu keluarga karena semua anggota keluarga dapat memahami dan dapat mengucapkan bahasa Indoernsia dengan fasih. Meskipun bahasa Indonesia dominan di gunakan dalam komunikasi sehari-hari dalam keluarga, akan tetapi bahasa daerah yang berbeda antara suami istri tersebut masih sesekali digunakan dalam situasi tertentu. Seperti yang terkutip dalam hasil
33
wawancara dibawah ini : Profil Informan Hasil wawancara a. Pasangan Informan 1 Informan ini bernama Kaharfin berusia 60 tahun, suku Muna dan pernah bekerja sebagai PNS tapi sekarang sudah pensiun. Beralamat di jalan Amarilis kelurahan Watu_watu Kota Kendari. Memiliki satu orang anak laki-laki berusia 20 tahun. Berdasarkan hasil wawancara informan ini mengatakan bahwa bahasa yang sering digunakan dalam berkomunikasi dengan anggota keluarga adalah bahasa Indonesia dan jarang menggunakan bahasa daerah Muna. Hal ini terjadi karena sejak awal berumah tamgga dengan pasangannya mereka tidak membiasakan diri untuk mengunakan bahasa daerah. Selain itu karena suku mereka yang berbeda sehingga bahasa indodnesia dianfgap sebagai bahasa yang memudahkan komunikasi dalam keluarga. Namun seiring berjalannya waktu dengan masa perkawinan mereka yan sudah cukup lama, informan sudah mulai bisa memahami beberapa makna kaata dalam bahasa suku Istrinya meskipun tidak bisa mengucapkan dengan fasih. Informan bisanya menggunakan bahasa daerahnya (Muna) kepada istrinya yang bersuku Tolaki saat-saat tertentu saja. Istri dari informan ini bisa menguasai bahasa daerah asal sang suami. Misalnya ada hal-hal yang penting dan rahasia yang tidak boleh diketahui oleh orang lain selain mereka berdua maka informan akan berkomunikasi menggunakan bahasa daerah asalnya dan itu dipahami dengan fasih oleh sang istri karena menguasai beberapa bahasa daerah selain bahasa asalnya sendiri. Seperti yang ditegaskan dalam pernyataannya dibawah ini : Jika ada hal-hal yang sifatnya rahasia dan hanya saya dan istri yang tahu maka saya akan menggunakan bahasa Muna kepada dia karena kemampuannya itu bisa menguasai beberapa bahasa yang ada di Sulawesi tenggara ini yaitu bahasa muna, tolaki. Sehingga saya tidak ragu-ragu kalau berbahasa daerah dengannya. Selain itu saya lebih nyaman kalau saya gunakan bahas daerahku sendiri karena saya tidak paham dengan bahasa daerahnya.
34
Informan mengatakan bahwa bertahun-tahun perkawinannya namun dia merasa tidak bisa menguasai bahasa daerah istrinya karena intonasi bahasa yang terlalu cepat dan kurang memiliki kosa kata dalam bahasa daerah istrinya jadi informan tidak dapat bercakap-cakap dengan istrinya dengan menggunakan bahasa daerah asal istrinya.Jika berkomunikasi dengan anaknya maka biasanya informan dominan mengunakan bahasa Indonesia , namun sekali-kali menggunakan bahasa daerah muna untuk hal-hal yang sederhana dalam kegiatan sehari hari yang diyakininya dapat dimengerti oleh anaknya.
Informan B, ibu Hasrina berusia 55 tahun,suku tolaki bekerja sebagai ibu rumah tanga.Menurut pengakuan informan bahwa dirinya menguasai dan memahami bahasa daerah asal suku suaminya yakni suku Muna.Selain itu pula ia juga menguasai bahasa daerah sukunya sendiri yakni suku Tolaki. Baginya adalah sebuah keharusan untuk menguasai bahasa dari daerah suaminya agar dapat lebih akrab dengan keluarga suaminya juga dapat memahami bahasa daerah yang digunakan suaminya saat mereka berkomunikasi di rumah. . Seperti yang terkutip dalam pernyataan di bawa ini : Sejak saya menikah dengan bapaknya,saya sudah menguasai bahasa daerah muna meskipun belum lancer karena saya pernah tinggal dengan keluarga yang menikah dengan suku Muna jadi saya sudah paham sejak dulu bahasa daerahnya.Saat saya sudah menikah bahasa muna saya semakin lancar karena bapaknya kalau bicara dengan saya selalu pakai bahasa muna.Jadi saya bisa menguasai bahasa muna dan bahasa tolaki. Kemampuan saya berbahasa muina dan tolaki itu sangat menguntungkan bagi saya karena kalau saya pergi di keluarganya bapak saya juga mengerti bahasanya mereka jadi apa yang mereka bicarakan saya tau dan saya mudah berbicara dengan mereka menggunakan bahasa muna. Lebih lagi kalau saya dalam keluarga yang datang dari kampungku pembicaraan kita lancar. Kemampuan informan untuk mengunakan bahasa daerah asal suaminya membuatnya lebih fasih menggunakannya sehari - hari.Dalam
35
berkomunikasi dengan anaknya informan biasanya menggunakan bahasa Indonesia karena si anak tidak mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah orang tuanya. Akan tetapi sering kali si anak juga diajak berbahasa daerah namun sifatnya pasif karena hanya mampu memahami beberapa kosa kata tetapi tidak bisa mengucapkannya dalam bentuk percakapan. Kecenderungannya si anak hanya bisa memahami dan mengerti bahasa daerah dari pihak ibunya yakni bahasa daerah Tolaki tetapi tidak mengerti dan menguasai bahasa daerah dari pihak bapak dengan alas an bahasa muna itu sulit dan rumit kosa katanya.Sehingga untuk saat ini belum banyak kosa kata dalam bahasa daerah Muna yang di ketahui. Namun Penggunaan bahasa daerah akan lebih terlihat sering digunakan jika ada keluarga dari pihak suami maupun istri itu yang datang berkunjung di rumah, kedua orang tua akan menggunakan bahasa daerah masing- masing sehingga terkesan lebih akrab dan lebih lancar.
2. Pasangan Informan 2 Informan yang kedua ini bernama Diana, berusia 28 tahun pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, Pendidikan SMA,beralamat di jalan Gersamata Kadia, suku Muna dan memiliki 2 orang anak. Menurut informan penggunaan bahasa daerah dalam komunikasi keluarga mereka lebih didominasi oleh bahasa Indonesia karena perbedaan suku informan dengan suaminya. Bahasa suku muna sangat jarang dilakukannya dalam keluarga karena suaminya yang bersuku Jawa (sunda) tidak berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah . Penggunaan bahasa daerah hanya terjadi dan digunakan pada saat keluarga berkunjung dari kedua belah pihak. Dalam berkomunikasi dengah anak- anaknya juga menggunakan bahasa Indonesia demikian pula ketika berkomunikasi dengan suami media komunikasi yangdigunakan hanya bahasa Indonesia. Informan juga kurang mengetahui bahasa daerah suaminya karena tidak pernah serius untuk mempelajari atau memahaminya. Seperti yang terkutip dalam hasil wawancara dibawah ini : saya menggunakan bahasa Indonesia kalau berkomunikasi dengan
36
suami atau anak-anak,karena saya juga tidak paham dan mengerti dengan bahasa daerah suami (bahasa Sunda),saya Cuma mendengar saja kalau kebetulan ada mertua atau keluarga suami yang adatang kerumah dan mereka bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa jawa. Tapi kalau mau ikut berbicara dengan mereka saya tidak bisa, jadi supaya komunikasi saya denggan keliuarga suami berjalan lancar saya gunakan saja bahasa Indonesia yang kita pahami semua artinya. Denggan anak-anak kadang saya ucapkan kata-kata yang sederhana dalam bahasa daerah Muna yang biasa mereka dengarkan dari sya tapi tidak banyak hanya satu dua kata saja misalnya say menyuruh anak saya untuk buka pintu dalam bahasa Muna.
Menurut informan anak-anak mereka cukup antusias kalau ibunya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Muna hal itu terlihat dengan mereka bertanya balik apa arti kata yang saya sampaikan dan saya juga biasa mengajarkan mereka tentang makna kata tersebut. Seperti yang terkutip dalam wawancara dibawah ini : Anak-anak juga rajin bertanya kalau saya mengucapkan bahasa muna dan mereka minta diartikan,kadang juga dalam satu kesempatan yangtidak serius atau bercanda saya mengucapkan satu atau dua kata dalam bahasa daerah saya kepada anak-anak,tetapi tidak dalam kondisi serius berbicara dalam bahasa daerah muna kepada anak-anak karena kalau lagi serius kayaknya mereka tertekan juga.
Menurut informan anak-anaknya lebih banyak menguasai bahasa daerah ayahnya yakni bahasa daerah Jawa sunda karena mereka sering mendengar bapaknya dan juga saudara-saudara suami informan bercakap-cakap di rumah. Informan tidak pernah bercakap dalam bahasa muna karena jarang ada saudara atau keluarga yang kerumah karena mereka semua jauh di kampung sana.Sedangkan anak-anak informan lebih banyak bergaul dengan keluarga suami karena dekatnya jarak mereka dengan kampung asal suami.
37
Informan B Informan ini adalah seorang pria bernama Dudung, berusia 35 tahun pekerjaan wiraswasta,suku Jawa Sunda. Menurutnya bahasa yang paling sering dan mayoritas dipakai pada saat mereka berkomunikasi didalam keluarga adalah bahasa Indonesia,karena informan tidak dapat berkomunikasi dengan istri dengan menggunakan bahasa daerah asalnya juga karena istrinya tidak mengtahui dan tidak menguasai bahasa Jawa.Bahasa Muna sebagai bahasa daerah istri menurutnya sangat sulit untuk dipelajari dan dipahami makna kata-katanya dan memang sekian tahun membina perkawinan dengan sang istri tak pernah dia dapat menggunakan bahasa daerah. Namun dalam bercaka-cakap dengan anak-anaknya seringkali informan menyelipkan kata-kata dalam bahasa Jawa yang menyangkut kebiasan sehari-hari atau kosakata benda dll.
Menurut informan,anak-anaknya lebih menguasai dan memahami bahasa Jawa daripada bahasa suku ibunya,dan itu diakui oleh informan disebabkan oleh kedekatan anak-anaknya kepada kakek dan neneknya dan keluarganya yang sering berkunjung kerumah mereka. Jarak orang tua informan yang dekat yang menyebabkan seringnya mereka bertemu sehingga orang tua yang masih menggunakan bahasa daerah Jawa juga sering didengar oleh anak-anak informan.Secara tidak langsung anak-anaknya jadi terbiasa mendengar bahasa Jawa,bahkan mampu berbahasa Jawa meskipun tidak sempurna. Seperti yang terkutip dalam wawancara dibawah ini : Anak-anak saya itu sudah terbiasa dengar bahasa Jawa di rumah karena kakek dan neneknya sering datang mengunjungi kami jd kalau mereka datang biasanya kami berbahasa jawa dan anak-anak tau apa arti percakapan kami meskipun sedikit demi sedikit. Kalau bahasa ibunya (Muna) mereka tidak tau soalnya ibunya juga jarang memakai bahasa daerahnya kecuali ada keluarganya yang datang.Tapi mereka datang sangat jarang dirumah karena jaraknya sangat jauh di kampung sana.
38
Menurut informan Komunikasi yang tidak intensif dengan keluarga istri informan membuat baik dirinya maupun anak-anaknya kurang mengetahui bahasa daerah sang istri selain itu banyaknya kosakata yang bunyinya sama namun memiliki makna yang berbeda itupula yang membuat informan tidak serius untuk mengetahui bahasa daerah istri. Seperti yang terkutip dalam wawancara dibawah ini : Mertua saya dan keluarga jarang datang kerumah karena mereka jauh di kampong raha sana jadi saya pun jarang mendengar mereka berbahasa muna kalaupun mereka ada dirumha dan berbahasa daerah saya agak sulit ikuti karena untuk satu bahasa punya banyak makna,saya bingung pelajari itulah sebabnya saya tidak tau bahasa mana Bahasa daerah pasangan informan yang cenderung bermakna ganda menjadi alas an untuk tidak mengetahui dan mempelajari secara serius sehingga saat ini jika berkomunikasi dengan istri atau keluarga hanya menggunakan bahasa Indonesia yang dapat dipahami bersama.
3. Pasangan Informan ke 3 Informan A Informan bernama Hartian,berusia 55 tahun,suku Tolaki,pekerjaan sebagai ibu rumah tangga,beralamat di jalan Toarima Kel,Kadia Kendari. Memiliki 6 (enam ) orang anak. Menurut informan meskipun dirinya menikah dengan orang yang tidak memiliki suku yang sama dengan dirinya namun penggunaan bahasa daerah didalam keluarga baik bahasa daerah asal suami (Muna) maupun bahasa daerah Informan tetap berlangsung secara kontinyu,sehingga anak-anak informan pun mengetahuin bahasa daerah kedua orang tuanya meskipun tidak fasih untuk mengucapkan. Namun anak- anak informan lebih bvanyak menguasai bahasa daerah ibunya yakni bahsa Tolaki Informan sendiri menguasai bahas daerah suami dan juga bahasa daerahnya sendiri makanya ketika berkomunikasi dengan suaminya seringkali pencampuran bahas terjadi. Seperti yang terkutip dalam hasil wawancara dibawah ini:
39
Kalau saya berbicara kepada bapak biasanya saya menggunakan bahasa daerah bapak supaya bapak lebih mengerti dan biasanya bapak juga membalas percakapan dengan bahasa daerah saya (Tolaki) jadi percakapan kami itu bahasanya silang silang ,karena bapak juga sangat mahir dengan bahasa tolaki malah lebih bagus dari orang tolaki asli.
Kemampuan anak-anak informan dalam menguasai bahasa daerah kedua orang tuanya yang berbeda suku cukup baik meskipun dalam tingkat yang pasif. Namun beberapa anak informan mampu memahami bahasa daerah ayah mereka (bahasa muna) yang terbilang cukup sulit untuk dikuasai.Selebihnya anak0anak informan lebih memahami bahasa daerah informan karena bahasa daerah ini yang paling sering mereka pakai dan dengarkan sehari-hari dalam keluarga. Informan B Informan bernama La Kairun,usianya 58 tahun,pekerjaan sebagai wiraswastawan,suku Muna. Menurutnya Bahasa daerah yang dimiliki informan dianggap sulit bagi suku-suku local d Sulawesi tenggara karena maknanya ganda,namun demikian dalam berkomunikasi dalam keluarganya informan tetap menggunakan bahasa daerah terutama jikabercakap-cakap dengan istrinya. Sehingga istri informan menguasai bahasa daerah informan meskipun berbeda suku. Sebaliknya informan menguasai bahasa daerah si istri (bahasa Tolaki) dengan fasih.Sehingga jika mereka berdua bercakap-cakap informan dan istrinya menggunakan bahasa daerah dari aasal pasangannya. Jadi informan berbahasa daerah Tolaki sementara si Istri berbahasa daerah Muna. Kemampuan ini diperoleh informan karena pergaaulannya dengan lingkungan tempat tinggalnya dulu yang didominasi suku Tolaki.Seperti yang terkutip dalam wawancara berikut ini: Kalau saya berbicara dengan mamanya anak-anak saya menggunakan bahasa Tolaki walapun saya suku muna sementara dia (istrinya) menggunakan bahasa muna padahal dia suku Tolaki jadi
40
kita bicara selang seling pakai bahasa daerah. Saya bisa bahasa tolaki karena dulu saya lama berteman dengan orang-orang-orang tolaki maknya saya memilih menikah dengan perempuan suku tolaki karena saya sudah tahu bahasa daerahnya. Lagi pula bahasa tolaki gampang sekali untuk di pelajari tidak seperti bahasa muna.makanya saya bisa dua bahasa muna dan tolaki. Penggunana bahasa daerah yang masih dilakukan dalam keluarga informan beserta bahasa Indonesia secara bergantian menyebabkan anak-anak informan memahami bahasa daerah kedua orang tua meskipun ada bahasa daerah yang dianggap agak sulit untuk dipahami namun karena sering berinteraksi maka mereka dapat memahaminya secara pasif. Informan beranggapan bahwa dengan berbahasa daerah dalam inrtereaksi keluarga akan semakin mengakrabkan diri dengan sesama anggota keluarga. 4. Pasangan informan ke 4 Informan A Bernama Buldar, Informan berusia 32 tahun,suku Muna, pekerjaan wiraswasta,beralamat di jln.Pattimura kelurahan Mandonga. Informan memiliki 2 (dua) orang anak yang masih berusia balita.Menurutnya penggunaan bahasa daerah di dalam keluarga mereka jarang dilakukan kecuali ada sesuatu pembicaraan yang tidak boleh diketahui oleh orang lain selain anggota keluarga maka digunakanlah bahasa daerah namun dalam kosakata sederhana dalam bahasa daerah informan (Muna).Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang paling sering dan cenderung menjadi bahasa perantara dalam komunikasi keluarga. Diakui oleh Informan bahwa dirinya sendiri itu tidak terlalu mengetahui dan tidak paham akan bahasa daerahnya sendiri karena sewaktu muda lebih banyak diluar kampong halamannya karena pergi merantau ke daerah lain sehingga penggunaan bahasa daerahnya sangat jarang dilakukannnya. Yang lebih uniknya adalah informan mengetahui bahasa daerah suku lain yakni suku Tolaki,seperti yang dituturkannnya dalam kutipan wawancara dibawah ini : bahasa suku saya (muna) sangat sedikit yang saya ketahui dan kurang mengerti karena selain bahasanya yang sulit dan banyak artinya
41
juga karena dulu waktu saya masih kecil-kecil saya tidak tinggal dengan orang tua di kampong tapi saya tinggal di kendari dan bergaul dengan orang-orang suku Tolaki itulah sebabnya saya lebih fasih gubnakan bahasa tolaki jika bercakap-cakap. Selain itu bahasa tolaki mudah sekali untuk dimengerti dan diingat artinya. Kesulitan dengan bahasa daerahnya sendiri menyebabkan informan tidak banyak yang diketahui tentang bahasa daerahnya. Hingga saat dimintai keterangan dikatakannya bahwa ketika bercakap-cakap dengan istrinya informan lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia karena istrinya juga tidak paham dengan bahasa daerah meskipun bahasa daerahnya sendiri.Dengan anak-anaknya karena masih balita jadi informan tetap mengunakan bahasa Inodnesia kadang-kadang juga diselipkannya bahasa daerah Muna yang mencakup kegiatan sehari-hari seperti : makan, mandi,dll. Informan B Informan bernama Badariah, usia 30 tahun,pekerjaan ibu rumah tangga, suku Buton. Menurut informan bahasa daerah adalah sesuatu yang sulit dilakukannya karena itu informan kurang mengatahui bahasa daerahnya (Buton),namun karena dia bersuamikan suku Muna yang kadang-kadang berbicara sepatah kata dalam bahasa Muna untuk objek yang sederhana dan sehari-hari seperti kebiasaan rutin sehingga ada beberapa kosakata bahasa muna yang diketahuinya. Juga menariknya informan memahami bahasa daerah suku Tolaki karena suami informan sering menggunakan bahasa Tolaki jika mereka berkomunikasi. Seperti yang terkutip dalam wawancara dibawah ini: Untuk bahasa daerahku (buton) saya tidak terlalu mengerti karena memang jarang digunakan dalam komunikasi kami lebih banyak kosakata bahasa Muna dan Tolaki yang saya tahu. Suami saya itu juga tdk teralu mengerti dengan bahasa daerah buton jadi bahasa daerahnyalah yang serting kami dengarkan. Karena saya tau sedikit- sedikit tentang bahasa Tolaki dan Muna maka kalau ada tamu yang datang ke rumah maka bahasa daerah itulah yang kita gunakan misalnya menyuruh sugukan minumaan maka bahas daerah yang
42
diketahui suami dan juga saya yang akami gunakan . Selebihnya itu kalau kami bercakap-cakap digunakan bahasa Indonesia. Kemampuan mengunakan bahasa daerah Tolaki dan Muna diakui penyebabnya karena terbiasa mendengarkan suaminya berbicara dalam bahasa daerah meski hanya beberapa kata sederhana juga karena lingkungan tempat tinggalnya yang mayoritas suku Tolaki. Jika tetangganya berbicara dengan tetangga lainya ini informan biasanya secara aktif menanyaklan makna kata yang diucapkan dan berusaha mengingatnya serta mengggunakannya dimasa lain. Jika berkomunikasi dengan anak-anaknya yang masih balita maka bahasa indoensia mendominasi proses tersebut. Kadang-kadang informan untuk kata-kata yang sederhana jika menyuruh anak-anaknya menggunakan bahasa muna atau bahasa Tolaki.
5. Pasangan informan ke 5 Informan A. Informan bernama Fatma,berusia 32 tahun,bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, suku Moronene, memiliki 2 orang anak, beralamat di Jl. Durian Kelurahan Kadia. Menurut informan dalam komunikasi keluarga mereka , maka bahasa yang digunakan itu adalah bahasa Indonesia karena perbedaan suku dengan suami informan. Pemahaman dan penguasaan bahasa daerah Moronene ataupun bahasa bugis bersifat pasif artinya informan mengetahui arti katanya namun belum bisa mengucapkan bahasa daerah dengan lancar atau fasih. Penggunaan bahasa daerah informan akan terlihat sering jika ada keluarga yang datang bertamu atau menginap beberapa hari di rumah informan itupun jika keluarga dalam jumlah yang banyak.Seperti yang ditegaskan informan dalam kutipan wawancara dibawah ini : Bahasa morenene saya gunakan kalau ada keluarga dari kampong yang datang itupun kalau mereka yang gunakan saya hanya mengerti sja apa yang mereka ucapkan tapi tidak bercakap dengan menggunakan bahasa daerah.Kalaupun mereka tidak dating ke rumah untuk berkunjung biasanya saya mendengar ,ereka berbahasa daerah Moronene melalui telephone yang saya gunbakan sebagai sarana
43
komunikasi dengan orang di kampong. Informan dalam berkomunikasi dengan anak-anaknya yang masih balita lebih sering menggunakan bahasa Indoensia namun sesekali mengajarkan ke anak- anaknya bahasa daerah Moronene sehingga ada beberapa kata kegiatan sehari-hari dalam bahasa Moronene yang diketahui oleh anaknya yang sulung misalnya mandi,makan, minum,tidur atau kata-kata yang menyangkut kebiasaan-kebiasaan umum. Selain itu dukungan lingkungan sekitarnya yang mayoritas suku moronene sehingga pergaulan teman sepermainan dan tetangga lebih banyak dari suku Morenene. Untuk bahasa bugis anak-anak informan belum bisa mengetahui kata- katanya namun dalam dialek jika bercakap-cakap dalam dialek bugis, yang cenderung mengalun. Menurut informan anak-anaknya meski usianya masih balita namun sangat mudah meniru kata-kata dalam bahasa daerah,hanya factor kebiasaan saja agar mereka lebih fasih dan mahir untuk dapat bercakap-cakap,seperti diungkapkan informan bahwa beberapa waktu yang lalu anaknya yang sulung pulang kekampung neneknya di Maros Sulsel setiap hari mendengarkan orang-orang berbicara dalam bahasa Bugis ketika kembali ke Kendari anak informan tersebut sudah memiliki beberapa kosakata dalam bahasa Bugis.
Informan B Nama informan Bahtiar, berusia 35 tahun,suku bugis,pekerjaan wiraswasta Menurut informan bahasa daerahnya yakni bahasa Bugis dapat dipahami dan dikuasainya dengan baik karena dalam keluarganya dulu dibiasakan menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa sehari-hari. Namun ketika sudah berkeluarga hal tersebut jarang dilakukan karena istrinya berbeda suku dengannya,apalagi informan juga tidak mengetahui bahasa daerah asalnya si Istri.sehingga jika mereka berkomunikasi dalam keluarga hanya menggunakan bahasa Indoenesia saja. Penggunaan bahasa daerah itu jarang sekali me3reka gunakan dalam berkomunikasi,kecuali jika ada keluarga dari kampong atau tamu yang bersuku Bugis dating ke rumah maka dirinya akan berbahasa daerah. Berikut kutipan wawancara dengan informan:
44
Kalau saya berbicara dengan istri selalu saya gunakan bahasa indoensia karena istri tidak tau bahasa bugis demikian pula dengan saya tidak tahu bahasa Moronene sehingga kami hanya gunakan bahasa yang semuanya orang tahu dan pahami.Bahasa bugis itu akan saya pakai kalau kebetulan ada orang dari suku yang sama dengan saya dating berkunjung kerumah atau saya pergi ke kampong halaman saya,bercakap-cakap dengan anak-anak tetap saya gunakan bahasa Indonesia karena mereka juga belum terlalu fasih berbicara.
Informan menegaskan bahwa bahasa daerah asal istri Moronene berproses untuk dipahaminya karena itu untuk saat ini informan masih dalam tahap mempelajari makna kata satu demi satu agar nanti bisa digunakan dengan lancar ketika berkomunikasi dengan istri atau dengan keluarga istri.
6. Pasangan informan ke 6 Informan A. Informan bernama Wa Sati,usia 40 tahun, suku Buton Tolaki,pekerjaan wiraswasta, memiliki anak 3 (tiga) orang , alamat di Jl. Pelangi kelurahan Watu- Watu. Menurut informan dirinya sendiri lahir dari keluarga orang tua yang berbeda suku yakni ibunya bersuku Tolaki sedangkan ayahnya suku Buton.Sehingga informan memiliki kemampuan penguasaan atas kedua bahasa daerah tersebut dengan baik. Ketika menikah informan bersuamikan pria dari suku Tolaki. Namun dalam keseharaian berkomunikasi keluarga mereka menggunakan pencampuran bahasa daerah Tolaki Buton juga bahasa Indonesia. Sehingga semua anggota keluarga memahami bahkan menguasai bahasa daerah kedua orang tua mereka walaupun masih pasif. Seperti yang dituturkan informan dalam kutipan wawancara dibawah ini : Meskipun kami berbeda suku tapi masih sering menggunakan bahasa daerah,akan tetapi bahasa yang kami gunakan justru bahasa daerah Tolaki sehingga kami semua menggunakannya dengan baik.
45
Menurut informan dalam keluarga mereka pencampuran bahasa baik bahasa daerah maupun bahasa Inodnesia merupakan hal yang biasa mereka lakukan karena semua anggota keluarga memahami bahasa daerah sehingga untuk pemakaian bahasa daerah memang masih diberlakukan.
7. Informan ke 7 (tujuh) Informan ini bernama Safarudin,usia 42 tahun,suku Buton,bekerja sebagai PNS,alamatnya di Jl. Pelangi Kel.Kadia memilki anak 3 (tiga) orang. Menurut informan keluarga mereka yang berbeda suku tidak mempedulikan tentang penggunaan bahasa daerah didalam keluarga mereka Artinya dengan perbedaan suku diantara informan dan isterinya menyebabkan mereka tidak focus pada perbedaan bahasa tersebut. Melainkan memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk, semua orang dan dipahami oleh semua orang di Negara ini.Sehingga untuk membuat keseragaman maka dipakailah bahasa indonesia dalam berkomunikasi. Dalam komunikasi sehari-hari baik dengan isteri dan anak- anaknya tidak ada bahasa daerah yang terdengar sehingga anak-anaknya tidak mengetahui apalagi memahami bahasa daerah orang tuanya.Seperti yanf ditegaskan oleh informan dalam kutipan wawancara dibawah ini: Dalam keluarga kami bahasa daerah tidak jadi prioritas ketika kami berkomunikasi karena istri saya juga tidak bisa berbahasa Buton dan saya juga tidak tau baerbahasa Bugis,jadi kami gunakan saja bahasa Indoensia yang bisa dimengerti oleh semua. Pokoknya semua bahasa Indoensia kalauupun sesekali saya berbahasa buton itupun jika beertemu saudara sekampung atau sesuku dan dalam acara keluarga.diluar itu tidak berbahasa daerah
Ditegaskan informan bahwa menggunakan bahasa daerah bukanlah sebuah keharusan,karena seiring dengan perkembangan waktu anak-anaknya bahkan dirinya akan mampu memahami dan menguasai bahasa daerah asal istrinya atau bahasa daerah asalnya.
46
8. Informan ke 8
Informan bernama Nurmianti, usia 23 tahun,suku Wanci, pekerjaannya wiraswasta, beralamat di Jl.Pelangi Mandonga,memeiliki anak 1 (satu) orang. Menurut informan bahwa dalam keluarganya mereka menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bergantian sesuai dengan konteks pembicaraan.Informan menguasai dan tahu menggunakan bahasa daerah asal suami yakni suku Muna,Namun sang suami tidak mengetahui bahasa daerah informan yakni bahasa Wanci. Sehingga informan dan suaminya lebih seriong mengunakan bahasa daerah Muna daripada bahasa daerahnya sendiri. Tetapi kepada anak mereka yang masih balita informan menggunakan bahasa Indoensia karena si anak tidak mengerti dan tidak tau berbahasa daerah.Seperti yang terkutip dalam hasil wawancara dibawah ini: Kami memang membiasakan diri menggunakan bahasa daerah Muna jika berkomunikasi karena saya juga menguasai bahasa daerah asal suami sehingga kami lebih akrab kalau berbivcara dengan bahasa Muna.Sedangkan pada anak kami saya merasa janggal karena susah dia mengerti dan tidak mau tahu tentang bahasa daerah
Informan memang berupaya memahami dan menguasai bahasa daerah suaminya karena dianggapnya lebih enak berkomunikasi dengan bahasa tersebut terutama dalam situasi tertentu perlu menggunakan bahasa daerah agar apa yang dibicarakan tidak diketahui oleh pihak lain.
Keluarga sebagai sebuah lembaga terkecil dalam lingkungan masyarakat memegang peran penting untuk melestarikan budaya local sehingga kelak budaya yang dimiliki masih dapat dirasakan oleh generasi selanjutnya.Pentingnya keluarga yang didalamnya terdiri dari anggota keluarga ayah,ibu dan anak-anak untuk melestarikan budaya bahasa daerah dalam komunikasi sehar-hari menjadi
47
hal pokok untuk melihat sejauh mana peran keluarga dalam melakukan kegiatan tersebut Dari hasil wawancara sebelumnya dari para informan tersebut dapat dideskripsikan bahwa dalam berkomunikasi didalam keluaga yang orangtuanya berbeda suku penggunaan bahasa dalam komunikasi lebih di dominasi oleh bahasa Indonesia karena disebabkan oleh : a. Bahasa Indonesia dipahami secara bersama dan sudah menjadi bahasa yang diajarkan sejak dini dalam keluarga oleh karena itu sudah dikenal dan diketahui oleh semua anggota keluarga. Dalam keluarga yang berbeda suku kedua orangtuanya sejak awal ketika keluarga mereka terbentuk sudah menggunakan bahasa Indonesia karena mudah dipahami bersama dan tidak perlu lagi memaknainya secara jelas. Seperti yang diungkapkan oleh informan Buldar yang mengatakan bahwa: Kalau ada yang mau dibicarakan dengan anak-anak maka supaya mereka lebih cepat mengerti dan memahami apa yang kita ucapkan maka lebih baik saya menggunakan bahasa Indoensia,karena jika saya gunakan bahasa daerah untuk hal-hal yang serius saya yakin anak-anak butuh waktu untuk mengertimapa yang saya ucapkan sehingga pasti akan butuh waktu pula agar mereka melakukannya. Informan Safaruddin mengungkapkan : Karena sejak awal saya dan istri itu tidak sama maka bahasa Indonesia menjadi pilihan, sehingga sejak kecil anak-anak saya biasakan saja bahasa Indonesia karena untuk bahasa daerah butuh waktu untuk pahami.
b. Masing-masing bahasa daerah memiliki tingkat kesulitan yang berbeda sehingga terdapat beberapa bahasa daerah Sultra yang dianggap sukar akibatnya informan tidak tertarik untuk mempelajarinya. Hal ini diungkapkan informan Dudung suku Jawa Sunda yang menikahi Diana bersuku Muna,berikut petikan wawancaranya:
48
Sudah sekian tahun saya berkeluarga tapi sampai hari ini saya belum bisa mengerti dan menggunakan bahasa daerah Istri karena saya rasa untuk satu kata dalam bahasa Muna membutuhkan kemampuan tersendiri menggunakan dan mencocokkannnya dengan apa yang kita maksudkan, terlalu banyak makna untuk satu kata sehingga bahasa Muna bagi saya adalah bahasa yang sukar dipahami. Membutuhkan waktu yang lama agar kita tepat menggunakan kata-katanya. Lain halnya dengan informan Wa Saati yang bersuku buton berpendapat tentang bahasa daerah yang dikuasainya: Saya justru kurang mengetahui bahasa daerah sendiri (buton) namun saya lebih menguasai dan memahami bahasa daerah Tolaki,semua disebabkan selain karena suami saya itu bersuku Tolaki namun saya mengganggap bahwa bahasa Tolaki itu mudah sekali tidak banyak pemaknaan,satu makna dan mudah untuk di pelajari Ditambahkan informan bahwa bahasa daerah tolaki itu mudah sekali diingat
c. Faktor pembiasaan menggunakan bahasa Indoensia dalam komunikasi keluarga. Mengingat dalam keluarga tersebut dibangun oleh dua orang yang memilki budaya berbeda secara otomatis akan menimbulkan kesulitan sendiri dalam mencari kesamaan dan kenyamanan dalam berinteraksi. Sehingga akan lebih mudah jika menggunakan sesuatu yang sifatnya berlaku secara umum. Maka kecenderungannya pasti menggunakan bahasa Indonesia. Pertemuan antara dua orang yang berbeda budaya dalam suatu ikatan perkawinan akan menyebabkan ada bahasa yang paling mendominasi dan sering digunakan sehari-hari dan ada juga bahasa daerah yang tidak rutin digunakan, semuanya tergantung pada factor kebiasaan saja.
2. Peran Orang Tua Beda Suku Dalam Melestarikan Bahasa Daerah
49
Meski berada dalam satu keluarga yang berbeda budaya namun informan dalam peinelitian ini berupaya tetap mempertahankan budaya masing-masing dalam kehidupan sehari-hari. Secara langsung meski tidak kontinyu orang tua yang berbeda suku berupaya ketika berkomunikasi dengan para anggota keluarga menggunakan bahasa daerah yang dapat dipahami oleh mereka.Seperti yang diungkapkan oleh informan, La Kaharfin yakni: Saya memang tidak memaksakan anak-anak atau isteri untuk memahami bahasa daerah saya yang memang sulit untuk dipelajari namun saya juga tidak melarang mereka untuk dapat menguasai bahasa daerah lain yang dapat mereka pelajari seperti misalnya bahasa daerah Tolaki yang memang asalx istri. Untuk anak-anak saya biarkan mereka bertemu atau berkunjung kerumah keluarga agar dapat semakin akrab dengan saudara-saudara lainya juga sekalian membuat mereka semakin fasih denmgan bahasa daerah jika itu berada dikampung. Namun untuk memberikan pendidikan atau latiha berbahasa daerah saya tidak melakukannya. Yang saya lakukan adalah tetap berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah muna kepada semua orang di rumah sehingga mereka tetap terbiasa dengan bahasa daerah persoalan mengerti atau tidak memang perlu waktu Informan lainpun menegaskan hal yang sama bahwa mereka tetap melestarikan budaya dengan membiarkan anak-anak atau pasangan mereka berkumpul dan berin teraksi dengan suku-suku lain sehingga bahasa daerah akan masih sering mereka demgarkan dan terbiasa untuk memahami meski dalam taraf pasif. Kecenderungan peran serta orang tua berbeda suku dalam sebuah keluarga untuk tetap turut serta melestarikan budaya bahasa daerah yang berhasil didapatkan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk 3 aspek yakni: 1. Perhatian
50
Dalam setiap proses komunikasi salah satu syarat yang membuat komunuikasi tersebut dapat dikatakan efektif apabila ada perhatian diantara komunikan dan komunikator. Aspek perhatian merupakan bentuk tanggapan dari komunikan dari hasil stimulus pesan dari komunikator. Adanya perhatian dari komunikan akan memperlihatkan pengaruh dari pesan yang disampaikan oleh komukator. Saat berkomunikasi dalam keluarga dengan menggunakan bahasa daerah sebagian besar informan memberikan tanggapan bahwa mereka akan kembali bertanya tentang bahasa daerah yang tidak di mengerti. Hal tersebut meunjukan bahwa perhatian berupa pesan atau stimulus yang diberikan oleh komunikator dapat diterima dengan baik, hal tersebut telah ditunjukan oleh komunikan dengan memberikan tanggapan berupa kembali bertanya terhadap pesan yang tidak dipahaminya. Hal tersebut menunjukan bahwa responden tersebut memahami tentang bahasa daerah yang diberikan oleh komunikator namun tidak membalas komunikasi dalam berbahasa daerah, hal ini disebabkan karena kurangnya kosa kata dalam bahasa daerah yang dimilikinya, hal ini mengharuskan agar komunikator yakni orang tua dapat memberikan perhatian yang serius berupa pengunaan bahasa daerah secara kontinyu dalam setiap berkomunikasi kepada anak sehingga komunikan dapat menerima pesan atau stimulus dengan baik. Karena dalam memahami sesuatu yang disampaikan oleh komunikator, akan lebih efektif jika menanyakan kembali pesan yang belum dimengerti. Sehingga komunikan tidak mudah melupakan apa yang telah disampaikan oleh
51
komunikator. Ketika komunikan lebih memilih untuk menerima semua pesan terlebih dahulu dan berusaha memahaminya sendiri, dikhawatirkan akan terjadi kesalahpahaman dalam memahami dan memaknai pesan yang telah disampaikan komunikator. Oleh karena itu peningkatan stimulus berupa penggunaan bahasa daerah terhadap responden perlu ditingkatkan. Bentuk perhatian penggunaan bahasa daerah dalam keluarga yakni menggunakan bahasa daerah setiap berkomunikasi sesame anggota keluarga. Hal tersebut dikarenakan proses penyampaian pesan atau stimulus dari komunikator dapat diterima dengan baik oleh komunikan sehingga menyebabkan adanya perhatian dari komunikan dengan cara menggunakan bahasa daerah setiap berkomunikasi di lingkungan keluarga. 2. Pemahaman Pemahaman responden terhadap bahasa daerah saat berkomunikasi, mengungkapkan bahwa mereka dapat memahami pesan yang disampaikan. Hal ini disebabkan karena proses penyampaian pesan dalam bahasa daerah berjalan dengan baik sehingga menyebabkan perhatian dan pemahaman oleh komunikan. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa ada juga komunikan yang kurang memahami akan pembahasan bahasa daerah, hal tersebut terjadi dikarenakan proses pemberian pesan dari komunikator tidak dapat diterima dengan baik oleh komunikan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi pada saat berkomunikasi seperti adannya suara keras dari benda elektronik sehingga perhatian yang berikan oleh komunikan terhadap bahasa daerah tidak
52
sepenuhnya yang menyebabkan komunikan kurang memahami akan pembahasan tersebut. 3. Penerimaan Merupakan penguatan yang diberikan terhadap komunikan yang berupa pesan atau stimulus untuk merubah sikap atau perilaku daripada komunikan tersebut. Sikap responden saat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah sebagian besar menyatakan sikap nyaman ketika berkomunikasi dengan bahasa daerah. Sikap nyaman tersebut ditunjukkan ketika berkomunikasi dikarenakan responden mampu menggunakan bahasa daerah dengan baik ketika berkomunikasi dalam keluarga serta memahami makna dari bahasa daerah tersebut dan juga responden memiliki penguasaan terhadap kosa kata dalam bentuk bahasa daerah. Sikap kurang nyaman saat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah juga ditunjukkan oleh beberapa informan Hal ini dikarenakan pemahaman responden akan penggunaan bahasa daerah masih kurang dan penguasaan kata dalam bahasa daerah masih kurang sehingga dalam berkomunikasi responden menyatakan sikap kurang nyaman. 4. Intensitas interaksi dengan anggota keluarga dari kampung halaman ditingkatkan Infroman dalam penelitian Ini menyatakan bahwa peran serta orang tua meski berbeda budaya dalam hal ini bahasa daerah adalah dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anggota keluarga untuk berinteraksi atau mengunjungi keluarga di kampong halaman. Secara otomatis jika berada
53
dikomunitas yang sama biasanya penggunaan bahasa daerah lebi intensif sehingga meereka terbiasa dan bahkan dapat memahami bahasa daerah secara beramgsur- angsur.
54
BAB V RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Adapun rencana tahapan berikutnya dalam penelitian berikut yakni: Untuk mengimplementasikan hasil-hasil temuan dalam tahap pertama yang telah dilakukan adalah dengan melakukan pembuatan buku ajar tentang Penggunaan bahasa Daerah Lokal Sultra Dalam Komunikasi Keluarga. Buku ajar ini akan dijadikan bahan ajar dalam mata pelajaran muatan local di Kabaupaten yang ada di Sultra. Kurikulum mulok lebih bersifat domestic daripada kurikulum pendidikan nasional. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa kampanye peeletarian budaya local dalam bahasa daerah terpadu dalam kurikulum muatan local.
Topik-topik dalam buku ajar tersebut meliputi : a. Pengertian bahasa daerah asal Sultra b. Fungsi dan tujuan bahasa daerah c. Ancaman degradasi kepunahan bahasa daerah dalam lingkungan masyarakat d. Pengenalan masing-masing bahasa daerah di Sultra e. Pengucapan dan pemaknaan kata dalam bahasa daerah
55
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Penggunaan bahasa daerah ketika berkomunikasi dalam keluarga yang berbeda suku cenderung masih tetap dilakukan meskipun masih terdapat beberapa keluarga yang jarang menggunakan bahasa daerah, hal ini disebabkan karena a)Tingkat kesulitan bahasa daerah yang berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. b) Kurang membiasakan diri memakai bahasa daerah,lebih memilih bahasa Indonesia. 2. Peran serta orang tua yang berbeda suku dalam melestarikan bahasa daerah kepada generasi seterusnya adalah dengan:a) pemberian perhatian, b) Pemahaman dan c) memberikan ruang untuk berinteraksi dengan keluarga terdekat dari kampong. Saran Adapun saran yang bisa diberikan penulis dari hasil penelitian antara lain 1. Bahwa penggunaan bahasa daerah hendaknya terus dilaksanakan khususnya dalam keluarga sebagai upaya pelestarian budaya daerah, karena bahasa daerah merupakan unsur penting suatu budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Selanjutnya orang tua sebagai pemimpin dalam keluarga hendaknya selalu
56
memberikan perhatian khusus pada anak tentang penyadaran akan pentingnya bahasa daerah tersebut. 2. Bagi pemerintah Agar memebrikan kebijakan khusus dalam bentuk penetapan kurikulum local tentang pengajaran bahasa daerah disetiap sekolah-sekolah, menyediakan tenaga pengajar di bidang bahasa daerah secara professional dan siap pakai, serta menggiatkan penggunaan bahasa daerah dengan menetapkan hari khusus yang hanya menggunakan bahasa daerah.
57
DAFTAR PUSTAKA
Abdulla,Irwan.2010.Kontruksi dan Reproduksi Kebudayaan,Jogjakarta:Pustaka Pelajar Cangara, Hafid,2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada.
D. Gunarsa, Singgih, 2002, Asas-asas Psikologi keluarga Idaman, Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia.
--------------- 2003, Psikologi Untuk Keluarga, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Effendy, Onong Uchjana, 1990, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya. Kurnia, Nia Sofiah. 2010.Skripsi: Pemakaian Bahasa Dalam Keluarga Yang Bersuku Sama
Kriyantono, Rachmat, 2007, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta:Kencana.
Liliweri,Alo, 2003, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta:
----------------- Pustaka Pelajar Offset
---------------- 1991, Komunikasi Antar Pribadi, Bandung, PT Citra AdityaBakti
----------------- 2001, Gatra-Gatra Komunikasi antar Budaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
---------------- 2005, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, Bandung: LKIS.
Lubis, Suwardi, 2007, Sistem Komunikasi Indonesia, Medan: Bartong Jaya.
Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
58
------------ 2004, Komunikasi Efektif suatu Pendekatan Lintas Budaya, Bandung; Remaja Rosdakarya.
----------- 1993, Komunikasi Antar Budaya, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, dan Jalaluddin, 1993, Komunikasi Antar Budaya, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari, 1995, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nugroho, Agus, 2007, Pengantar Ilmu Budaya Insan, Jakarta: Cendikia.
Rifki, Dzul Arif. 2011 Skripsi: Fungsi Komunikasi Keluarga Dalam Meningkatkan Penggunaan Bahasa Daerah di Kota Kendari
Syamsu Yusuf, Psikologi Belajar, (Cet. I; Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2003), h. 78.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Cet. VI; Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), h. 109.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam Keluarga. Rineka Cipta. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, 1989. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan dan Praktek, PT.Bina Aksara, Jakarta.
(Sumber elektronik) :
http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/04/apa-itu-psikologi- komunikasi.html (diakses tanggal 02 januari 2012)
http://www.scribd.com/doc/49383759/KOMUNIKASI (diakses tanggal 02 januari 2012) http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/14924/ (diakses tanggal 05 januari 2012
59
60
DOKUMENTASI PENGAMBILAN DATA
WAWANCARA DENGAN INFORMAN Nama : Kaharfin Ogu Usia : 60 tahun Pekerjaan : Pensiunan Alamat : Jl. B. Amarilis Jumlah Anak : 1 Suku : Muna Suku Istri : Tolaki konawe Bahasa yang dikuasai : Suami (Muna),,Istri (Muna dan Tolaki) 11. Bahasa apa yang anda gunakan dalam berkomunikasi sesama anggota keluarga sehari hari?
61
Kalau yang biasa bapa sama mamamu pake hanya bahasa indonesia,,,kalau ada yang tidak boleh di tau sama kau baru bapa pake bahasa muna,,,itupun biasanya kalau bahasa muna yang sederhana ko masih tau juga... 12. Bahasa apa yang digunakan bapak terhadap ibu dan anak anak saat berkomunikasi? Dominan bahasa indonesia,,,nanti saat saat tertentu baru bapa pake bahasa muna..kalau ketemu sama samanya bapa orang muna baru sa pake bahasa muna.. 13. Bahasa apa yang digunakan Ibu terhadap bapak dan anak anak saat berkomunikasi? Kalau mamamu biasanya pake bahasa indonesia,,,tapi itu mi juga mamamu da bisa tiga bahasa kalau da lagi ingin bicara penting sama bapa da pake bahasa muna,,kalau sama keluarganya dari kampung atau sama samanya orang tolaki baru da pake bahasa tolaki. 14. Dalam situasi apakah bahasa suku bapak/ibu digunakan? Biasanya nanti pi ketemu orang yang sama sama orang muna baru sa pake bahasa muna,,seperti kalau ada acara keluarga,,tapi kalau dirumah hanya sama mamamu ji bapa pake bahasa muna,,, 15. Apakah anak anak bapak/ibu memahami ataupun menggunakan bahasa daerah orang tuanya? Jawab mi ko itu...sedikit..yang paling banyak ko tau itu bahasanya mamamu sa lihat lihat... 16. Apa yang bapak/ibu lakukan agar anak-anak dapat memahami dan menggunakan bahasa daerah orang tuanya? Tidak ada...adapun yang selama ini yang ko tau itu karena ko belajar sendiri..sebenarnya kalau ko mau bisa bahasa muna atau bahasa tolaki harusnya kita pake bahasa daerah setiap hari... 17. Adakah kesulitan yang ditemui untuk membiasakan anak anak anda menggunakan bahasa daerah? Kesulitannya sebenarnya sama kau...kalau ko mau belajar pasti ko bisa ji,,,(surveiyor: jarang berkomunikasi dengan lingkungan yang mayoritas berbahasa daerah muna...sebagian besar bahasa tolaki diperoleh surveiyor karena pernah tinggal di kampung orang tua (ibu) selama beberapa kali dalam waktu berminggu minggu). 18. Adakah hal yang mendukung sehingga bahasa daerah bapak/ibu dapat dipahami dan digunakan oleh anak-anak anda? Sebenarnya kalau kita biasakan pake bahasa daerah dirumah pasti ko akan mengerti...liat itu mamamu setiap hari da pake bahasa indonesia padahal kalau mamamu da pake bahasa muna atau tolaki setiap hari pasti ko pintar juga bahasa muna atau bahasa tolaki.
62
19. Apakah anda pernah berniat atau dengan sengaja mengajarkan anak anda untuk memahami dan menggunakan bahasa daerah bapak/ibu? Tidak,,,bapa tidak tau juga mau bagaimanakan,,,biasanya sa hanya bantu artikan saja kalau ada bahasa muna yang ingin ko tanyakan..begitu juga sama mamamu..mamamu dulu itu da tidak tau sama sekali bahasa muna nanti pi da kawin sama bapa baru da belajar...mamamu biar salah da bicara terus akhirnya da diketawai orang,,tapi habis diketawai da tanyakan mi apa yang betul baru da dikasih tau sama lawan bicaranya.. 20. Dari bahasa daerah ibu maupun bahasa daerah bapak, mana yang menurut bapak/ibu paling diprioritaskan untuk dipelajari anak- anak? Tidak ada yang diprioritaskan sebenarnya...terserah kau mana yang ko mau pelajari..mau bahasanya mamamu (Bahasa Tolaki) atau bahasanya bapa (Bahasa Muna).
63
WAWANCARA DENGAN INFORMAN Nama : Buldar Usia : 32 Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Jl. Patimura, Lor, Pemakaman Umum Jumlah Anak : 2 Suku : Muna Suku Istri : Buton Bahasa yang dikuasai : Suami (Muna dan Tolaki),,Istri (buton) 1. Bahasa apa yang anda gunakan dalam berkomunikasi sesama anggota keluarga sehari hari? Bahasa Indonesia, bahasa buton sa nda mengerti,,istri juga da tidak terlalu mengerti,,cuma sedikit sedikit,,bahasa
64
muna juga saya cuma sedikit,,da mengerti juga bahasanya sendiri sedikit saja itupun saja cuma sama orang tuanya kalau saya tidak mengerti sama sekali saya,,kalau saya bahasa tolaki bahasa muna sedikit sedikit sa suka pancing pancing dia jadi kalau istilah sehari hari bahasa muna bahasa tolaki da bisa tapi kalau bahasanya dia ke saya sa tidak mengerti sama sekali,,, 2. Dalam situasi apakah bahasa suku bapak/ibu digunakan? Hmm...kalau ada tamu,,,kalau mau kasih eee,,,,mau suguhkan sesuatu ke tamu supaya da tidak pahami kita mau sampaikan ke istri supaya mereka tidak tau kita pake bahasa daerah..da mengerti ji karena istilah istilah umum to,,,anak anak juga kadang begitu istilah yang mereka sudah tau seperti larangan atau kita suruh sesuatu kadang kadang pake bahasa daerah,, 3. Apakah anak anak bapak/ibu memahami ataupun menggunakan bahasa daerah orang tuanya? Belum, karena mengingat satu kata saja itu masih belum bisa,,(anak tertua baru masuk SD) 4. Apa yang bapak/ibu lakukan agar anak-anak dapat memahami dan menggunakan bahasa daerah orang tuanya? Yaa,,,dari apa namanya,,dari dialog sehari hari saja,,suruh makan,,suruh mandi,,kita biasakan dari yang kecil kecil dulu,,seperti benda benda atau apa,,benda- benda sehari hari,,perlengkapan sehari hari,, 5. Adakah kesulitan yang ditemui untuk membiasakan anak anak anda menggunakan bahasa daerah? Disekolahnya kan ada mata pelajaran bahasa daerah,,disekolah di SMP, SMA kan bahasa daerah sudah tidak terlalu penting sampai perguruan tinggi jadi kita mau ajarkan juga anak anak tapi,,apa,,untuk apakah juga kalau tidak sampai anu to,,,tidak dibutuhkan terus menerus cuma hanya apa,,,, 6. Apakah anda pernah dengan sengaja mengajarkan anak anda untuk memahami dan menggunakan bahasa daerah bapak/ibu? Tidak,,hanya selingan saja,,selingan,,
65
7. Dari bahasa daerah ibu maupun bahasa daerah bapak, mana yang menurut bapak/ibu paling diprioritaskan untuk dipelajari anak- anak? Sama saja tergantung anak-anak,,aman yang mereka mau pelajari,,kalau dorang sering berkumpul sama orang muna pasti dorang belajar sendiri nanti,,atau kalau sering mereka dibawa pulang kampung pasti mereka akan belajar sendiri nanti.