Anda di halaman 1dari 46

Artikel 1

Model Pembelajaran Kreatif





Kali ini akan dipaparkan beberapa macam model pembelajaran kreatif. Sangat penting untuk
mempelajari model-model pembelajaran, mengingat akan karakter siswa yang berbeda tentunya
mereka juga memiliki minat dan potensi berbeda pula. Untuk menggali potensi siswa perlu ada
selingan model pembelajaran yang dipake oleh guru. Berikut ini beberapa model pembelajran
kreatif :

A. Role Playing

Langkah-langkah:
1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan
6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan
mengamati skenario yang sedang diperagakan
7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja
untuk membahas
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
10. Evaluasi
11. Penutup
B. Group Investigation (Sharan, 1992)

Langkah-langkah :
1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat
tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi
penemuan
5. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan
kelompok
6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7. Evaluasi
8. Penutup
C. Talking Stick

Langkah-langkah :
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada
pegangannya/paketnya
3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk
menutup bukunya
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru
5. Guru memberikan kesimpulan
6. Evaluasi
7. Penutup



D. Bertukar Pasangan

Langkah-langkah :
1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru biasa menunjukkan pasangannya atau siswa
menunjukkan pasangannya)
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing pasangan yang baru ini
saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada
pasangan semula
E. Snawball Throwing

Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok
untuk memberikan penjelasan tentang materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan
satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang
lain selama 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian
7. Evaluasi
8. Penutup

F. Facilitator And Explaining

Siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya.

Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada peserta untuk
menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang
lainnya
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu
6. Penutup
G. Course Review Horay

Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan
kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan seler masing-masing siswa
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang
nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar ()
dan salan diisi tanda silang (x)
6. Siswa yang sudah mendapat tanda vertikal atau horisontal, atau diagonal harus
berteriak horay atau yel-yel lainnya
7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
8. Penutup


H. Demonstration

(Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen).
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan TPK
2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan
3. Siapkan bahan atau alat yang diperlukan
4. Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah
disiapkan
5. Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa
6. Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa
didemontrasikan
7. Guru membuat kesimpulan
I. Explicit Intruction/Pengajaran Langsung(Rosenshina & Stevens, 1986)

Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah
demi selangklah
Langkah-langkah :
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
J. Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)/Kooperatif Terpadu
Membaca Dan Menulis (Steven & Slavin, 1995)

Langkah-langkah :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5. Guru membuat kesimpulan bersama
6. Penutup
K. Inside-Outside-Circle/Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar (Spencer Kagan)

Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda
dengan singkat dan teratur.
Langkah-langkah :
1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke
dalam
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran
informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada
di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian
seterusnya
L. Tebak Kata

Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada
jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti
dilipat dan ditempel pada dahi atau diselipkan ditelinga.
Langkah-langkah :
1. Jelaskan TPK atau materi 45 menit
2. Suruhlah siswa berdiri didepan kelas dan berpasangan
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 1010 cm yang nanti dibacakan pada
pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 52 cm yang
isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan
ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 1010 cm membacakan kata-kata yang tertulis
didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 1010 cm.
jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk.
Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata
lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
M. Word Square

MEDIA : Buat kotak sesuai keperluan dan buat soal sesuai TPK
Langkah-langkah :
1. Sampaikan materi sesuai TPK
2. Bagikan lembaran kegiatan sesuai contoh
3. Siswa disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
4. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak :
CONTOH SOAL :
1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara .
2. . Digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3. Uang . Saat ini banyak di palsukan
4. Nilai bahan pembuatan uang disebut .
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai .
6. Nilai perbandingan uang dalam negara dengan mata uang asing disebut .
7. Nilai yang tertulis pada mata uang disebut nilai .
8. Dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut motif .
9. Perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening ke bank untuk membayar
sejumlah uang disebut .

10.

Komentar :

Penjelasan materi dari artikel ini lumayan banyak dan cukup membuat saya bingung karena
belum mempelajari artikel ini sebelumnya. Meskipun begitu artikel cukup bermannfaat untuk
penambahan materi lain. Isi dari artikel ini cukup jelas dan lengkap bahkan contoh-contohnya
tertera dalam setiap penjelasan artikel tersebut.

Saran :

Meskipun materi dari artikel ini belum sepenuhnya dipelajari akan tetapi kita harus lebih
mempelajarinya lagi untuk penambahan materi dan pengetahuaan. Karena dengan lebih
banyak mencari materi dari artikel lain bisa lebih menambah pemahaman kita dalam
mempelajarinya.






Sumber: http://www.artikelbagus.com/2011/12/pembelajaran-kreatif.html
T Y E N I O K N
R A U A N K U O
A B A R T E R M
N A N I R R S I
S D G I I T G N
A O N L S A I A
K L A A I S R L
S A C E K B O S
I R I N G G I T
Artikel 2
Penggolongan Tehnik Non Tes ; Kuesioner (Questioner)


Kuesioner (questionair) atau angket juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya angket
adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden).
Dengan kuesioner ini dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap
atau pendapat seseorang. Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses
pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik
sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.

Macam-macam kuesioner yang ditinjau dari beberapa segi yaitu :

a. Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, terbagi atas :
1. Kuesioner langsung, kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan
diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
2. Kuesioner tidak langsung, kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan
dan diisi oleh bukan orang diminta keterangannya. Kuesioner tidak langsung biasanya
digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tentangga dan
sebagainya.
b. Ditinjau dari segi cara menjawab

Ditinjau dari segi cara menjawabnya maka kuesioner dibedakan atas :
1. Kuesioner tertutup, adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban
lengkap sehingga pengisi hanya tinggal member tanda pada jawaban yang dipilih.
2. Kuesioner terbuka, adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi
mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi
belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Keterangan
tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban
yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.
c. Daftar cocok (check list)

Yang dimaksud dengan daftar cocok (chek list) adalah deretan pernyataan (yang biasanya
singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok di
tempat yang sudah disediakan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya skala
bertingkat dapat digolongkan kedalam daftar cocok karena dalam skala bertingkat, responden
juga diminta untuk memberikan tanda cocok pada pilihan yang tepat.


Langkah-langkah menyusun angket :

1. Merumuskan tujuan
2. Merumuskan kegiatan
3. Menyusun langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi
5. Menyusun panduan angket
6. Menyusun alat penilaian

Kelebihan angket antara lain :

1. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya
membutuhkan waktu yang singkat.
2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama.
3. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan.

Sedangkan kelemahan angket, antara lain :

1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal
yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali.
2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin
dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa
bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak
anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak
memberikan kembali angketnya.


Komentar :

Penjelasan dari artikel ini cukup jelas meskipun ada sebagian konsepnya menurut saya
kurang. Karena di artikel ini tidak dijelaskan bagian stuktur dari angket atau kuesioner.
Meskipun begitu artikel sudah ini menampilkan langkah-langkah penyusunan angket serta
kelebihan dan kekurangan angket.

Saran :

Untuk penambahan materi tentang angket (kuesioner) kita harus lebih sering membuka dan
mencari artikel di internet atau di buku-buku lain, agar kita bisa lebih paham dan mengerti
tentang materi dan konsep dari angket tersebut.










Sumber: http://www.artikelbagus.com/2011/08/penggolongan-tehnik-non-tes- kuesioner.html
Artikel 3
Penggolongan Tehnik Non Tes ; Wawancara (Interview)
Wawancara atau interview merupakan salah satu alat penilaian nontes yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan responden dengan jalan tanya jawab sepihak.
Atau dengan kata lain wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan
arah serta tujuan yang telah ditentukan. Dikatakan sepihak karena pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam kegiatan wawancara itu hanya berasal dari pihak pewawancara saja, sementara
responden hanya bertugas sebagai penjawab (Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi).

Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

1. Interview bebas (tak berstruktur/tak terpimpin), dimana responden mempunyai kebebasan
untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat
oleh subjek evaluasi (tanpa terikat oleh ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh
pewawancara).
2. Interview terpimpin (terstruktur), yaitu interview yang dilakukan oleh subjek evaluasi
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi
dalam hal ini, responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang
sudah dipersiapkan oleh penanya. Pertanyaan itu kadang-kadang bersifat sebagai yang
memimpin, mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok,
sehingga dalam menuliskan jawaban, ia tinggal membubuhkan tanda cocol ditempat yang
sesuai dengan keadaan responden.

Sebagai alat penilaian, wawancara dapat dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar.
Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara, yakni:
Tahap awal pelaksanaan wawancara bertujuan untuk mengondisikan situasi wawancara.
Buatlah situasi yang mengungkapkan suasana keakraban sehingga siswa tidak merasa
takut, dan ia terdorong untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas dan benar atau
jujur.
Penggunaan pertanyaan, setelah kondisi awal cukup baik, barulah diajukan pertanyaan-
pertanyaan sesuai dengan tujuan wawancara. Pertanyaan diajukan secara bertahap dan
sistematis berdasarkan rambu-rambu atau kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya.
Pencatatan hasil wawancara, hasil wawancara sebaiknya dicatat saat itu juga supaya tidak
lupa.

Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedoman wawancara. Pedoman ini disusun
dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.
Berdasarkan tujuan diatas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dalam wawancara
tersebut.
Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yang bentuk berstruktur ataukah
bentuk terbuka.
Buatlah bentuk pertanyaan yang sesuai dengan analisis (c) diatas, yakni membuat
pertanyaan yang yang berstruktur atau yang bebas.

Ada baiknya dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancara, baik pedoman
wawancara terpimpin atau untuk wawancara bebas.

Contoh pedoman wawancara bebas:
Tujuan : Memperoleh informasi mengenai cara belajar yang dilakukan oleh siswa di
rumahnya.
Bentuk : Wawancara bebas.
Responden : Siswa yang memperoleh hasil belajar cukup tinggi.
Nama siswa : .
Kelas\semester : .
Jenis kelamin : .






Pertanyaan guru Jawaban siswa
Komentar dan kesimpulan
hasil wawancara
1. Kapan dan berapa lama
anda belajar di rumah?
2. Bagaimana cara anda
mempersiapkan diri
untuk belajar secara
efektif?
3. Kegiatan apa yang anda
lakukan pada waktu
mempelajari bahan
pelajaran?
4. Seandainya anda
mengalami kesulitan
dalam mempelajarinya,
usaha apa yang anda
lakukan untuk mengatasi
kesulitan tersebut?
5. Dst.


Keuntungan wawancara yaitu :
1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi hal ini tergantung pada
hubungan baik antara pewawancara dengan objek.
2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya.
3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi.
4. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan
dengan observasi dan angket.
5. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan
objek.

Sedangkan Kelemahan wawancara sebagai alat penilain :
1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang
diwawancarai.
2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksanaan wawancara.
3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara.
4. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara.

Komentar :

Isi dari artikel tentang wawancara ini cukup menarik karena konsep dari materi tersebut
membuat saya cukup paham dan mengerti gimana cara menyusun dan melaksanakan
wawancara. Tapi artikel ini masih punya kekurangan karena tidak ada penjelasan dari tujuan
melaksanakan wawancara.

Saran :

Untuk melakukan atau melaksanakan suatu wawancara (interview) baik itu wawancara bebas
maupun wawancara terpimpin kita harus lebih memahami dan mengerti tentang konsep dasar
dari wawancara tersebut, karena dengan kita bisa lebih tahu dan paham tentang aspek dan
langkah-langkah melaksanakan wawancara, dapat memudahkan kita dalam melaksanakan
suatu wawancara.











Sumber: http://www.artikelbagus.com/2011/08/penggolongan-tehnik-non-tes-wawancara.html
Artikel 4

Penggolongan Teknik Non Tes ; Pengamatan (Observation)


Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu pengamatan langsung terhadap siswa
dengan memperhatikan tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-
bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.

Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman
sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olahraga, upacara dan lain-lain.
Menurut jenisnya observasi terbagi 3: langsung, observasi dengan alat (tidak langsung), dan
observasi partisipasi. Menurut cara dan tujuannya, observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam
:


1. Observasi Partisipan dan Nonpartisipan

Observasi partisipan yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pengamatan itu
pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi
partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok,
bukan hanya pura-pura.
Dengan demikian, ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan orang-orang
dalam kelompok yang diamati. Sedangkan observasi nonpartisipan, observasi tidak mengambil
bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya atau evaluator berada diluar garis seolah-
olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipan : Misalnya guru mengamati setiap
anak. Kalau observasi nonpartisipan, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.


2. Observasi sistematik dan Observasi Nonsitematik

Observasi sistematik yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara
sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Sedangkan observasi nonsistematik yaitu
apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.

3. Observasi Eksperimental

Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Observasi
eksperimental dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis. Dalam hal ini ia dapat
mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat
diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.

Sebagai alat evaluasi, observasi digunakan untuk:

Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat
menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan
siswa dalam mengumpulkan data.

Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:

1) Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
2) Direncanakan secara sistematis
3) Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
4) Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya.

Kebaikan Observasi :

Observasi sebagai alat penilain Non Tes, mempunyai beberapa kebaikan, antara lain:
1. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
2. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu
gejala atau kejadian yang penting.
3. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik
lain, misalnya wawancara atau angket.
4. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang
diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang
peran. Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan.
Kelemahan observasi:
1. Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorang yang sangat
dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka
tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia
kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin
sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
2. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak
mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol
sebelumya.
Komentar :

Konsep dari isi artikel ini masih banyak kekurangannya, karena didalam artikel tersebut tidak
ada tertera langkah-langkah dan contoh observasi hanya bagian-bagian observasi yang lebih
ditonjolkan dalam artikel ini. Artikel ini belum sempurna dan harus ada perbaikann dan
penambahan materi dan konsepnya.

Saran :

Meskipun dalam artikel ini belum sempurna akan tetapi, kita lah yang harus
menambahkannya dengan melihat dan mencari artikel yang lain sesuai dengan judul artikel
agar artikel ini bisa lebih sempurna lagi dan bermanfaat buat kita semua.










Sumber: http://www.artikelbagus.com/2011/08/penggolongan-tehnik-non-tes-pengamatan.html
Artikel 5
Teknik Penyusunan Soal Pilihan Ganda

A. Pengertian
Pengukuran secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis (paper and pencil test). Tes tertulis
merupakan kumpulan soal-soal yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Dalam
menjawab soal, siswa tidak selalu harus merespon dalam bentuk jawaban, tetapi juga dapat
dilakukan dalam bentuk lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan sejenisnya. Tes
tertulis merupakan teknik pengukuran yang banyak digunakan dalam menilai pencapaian
kompetensi mata pelajaran sebagai hasil belajar.
B. Bentuk Tes Tertulis
Soal tes tertulis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu soal dengan memilih jawaban yang
sudah disediakan (bentuk soal pilihan ganda, benar-salah) dan soal dengan memberikan jawaban
secara tertulis (bentuk soal isian, jawaban singkat dan uraian).
Dilihat dari bentuk soalnya, tes tertulis dapat dikelompokkan menjadi tes tertulis objektif seperti
pilihan ganda dan isian, dan tes tertulis non-objektif seperti bentuk soal uraian non-objektif.
C. Bentuk Soal Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda merupakan bentuk soal yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disedikan. Kontruksinya terdiri dari pokok soal dan pilihan
jawaban. Pilihan jawaban terdiri atas kunci dan pengecoh. Kunci jawaban harus merupakan
jawaban benar atau paling benar sedangkan pengecoh merupakan jawaban tidak benar, namun
daya jebaknya harus berfungsi, artinya siswa memungkinkan memilihnya jika tidak menguasai
materinya.
Soal pilihan ganda dapat diskor dengan mudah, cepat, dan memiliki objektivitas yang tinggi,
mengukur berbagai tingkatan kognitif, serta dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas
dalam suatu tes. Bentuk ini sangat tepat digunakan untuk ujian berskala besar yang hasilnya
harus segera diumumkan, seperti ujian nasional, ujian akhir sekolah, dan ujian seleksi pegawai
negeri. Hanya saja, untuk meyusun soal pilihan ganda yang bermutu perlu waktu lama dan biaya
cukup besar, disamping itu, penulis soal akan kesulitan membuat pengecoh yang homogen dan
berfungsi, terdapat peluang untuk menebak kunci jawaban, dan peserta mudah mencotek kunci
jawaban.
Secara umum, setiap soal pilihan ganda terdiri dari:
pokok soal (stem) dan
pilihan jawaban (option).
Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor).
Dalam penyusunan soal tes tertulis, penulis soal harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan
soal dilihat dari segi:
materi;
konstruksi; dan
bahasa.
Selain itu soal yang dibuat hendaknya menuntut penalaran yang tinggi.
Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara :
Mengidentifikasi materi yang dapat mengukur perilaku pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, atau evaluasi. Perilaku ingatan juga diperlukan namun kedudukannya adalah
sebagai langkah awal sebelum siswa dapat mengukur perilaku yang disebutkan di atas;
Membiasakan menulis soal yang mengukur kemampuan berfikir kritis dan mengukur
keterampilan pemecahan masalah; dan
Menyajikan dasar pertanyaan (stimulus) pada setiap pertanyaan, misalnya dalam bentuk
ilustrasi/bahan bacaan seperti kasus, contoh, tabel dan sebagainya.
D. Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda
Dalam menulis soal pilihan ganda harus memperhatikan kaidah-kaidah
sebagai berikut:
Materi
1. Soal harus sesuai dengan indikator.
2. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
Konstruksi
1. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
2. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan
saja.
3. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar.
4. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
5. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
6. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua pilihan jawaban di atas salah",
atau "Semua pilihan jawaban di atas benar".
7. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan
besar kecilnya nilai angka tersebut, atau kronologisnya.
8. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan
berfungsi.
9. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

Bahasa
1. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
2. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk
daerah lain atau nasional.
3. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.
4. Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan
pengertian.
Catatan:
Jumlah pilihan jawaban untuk soal SD dan SMP adalah empat pilihan
Jumlah pilihan jawaban untuk SMA dan sederajat yaitu lima pilihan

Komentar :
Penjelasan dari artikel yang berjudul Tes Penyusunan Soal Pilihan Ganda sudah cukup jelas
baik itu dari pengertian dan penjelasannya tapi dalam artikel ini masih ada kekurangan karena
dalam materi tersebut tidak tertera contoh-contohnya dari tes tersebut.
Saran :
Untuk lebih jauh mengerti dan memahami konsep dari tes penyusunan soal pilihan gaanda
dari artikel ini, kita harus lebih banyak mencari artikel serta membandingkannya dengan
artikel-artikel yang lain sesuai dengan judul artikel tentang tes tersebut.







Sumber: http://www.batararayamedia.com/page.php?menu=artikel&id=142&title= teknik-
penyusunan-soal-pilihan-ganda-

Artikel 6

Kegagalan Guru Dalam Melakukan Evaluasi

Kalau kita perhatikan dunia pendidikan, kita akan mengetahui bahwa setiap jenis atau bentuk
pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan
evaluasi. Artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan
penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.
Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator
yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu
tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Semua pertanyaan
tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah proses belajar
yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Jadi
jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan
penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses
belajar.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti
hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh
melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar.
Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat ditingkatkan
untuk memperoleh hasil yang optimal.

Khusus untuk mata pelajaran matematika hampir semua guru telah melaksanakan evaluasi di
akhir proses belajar mengajar di dalam kelas. Namun hasil yang diperoleh kadang-kadang
kurang memuaskan. Kadang-kadang hasil yang dicapai dibawah standar atau di bawah rata-rata.
Pada mata pelajaran yang lainnya kadang dilaksanakan pada akhir pelajaran, dan ada juga pada
saat proses belajar mengajar berlangsung. Kapan waktu pelaksanaan evaluasi tersebut tidak
menjadi masalah bagi guru yang penting dalam satu kali pertemuan ia telah melaksanakan
penilaian terhadap siswa di kelas.
Tetapi ada juga guru yang enggan melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran, karena keterbatasan
waktu, menurut mereka lebih baik menjelaskan semua materi pelajaran sampai tuntas untuk satu
kali pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran siswa diberi tugas atau soal-
soal yang berhubungan dengan materi tersebut.

Ada juga guru yang berpendapat, bahwa penilaian di akhir pelajaran tidak mutlak dengan tes
tertulis. Bisa juga dengan tes lisan atau tanya jawab. Kegiatan dirasakan lebih praktis bagi guru,
karena guru tidak usah bersusah payah mengoreksi hasil evaluasi anak. Tetapi kegiatan ini
mempunyai kelemahan yaitu anak yang suka gugup walaupun ia mengetahui jawaban dari soal
tersebut, ia tidak bisa menjawab dengan tepat karena rasa gugupnya itu. Dan kelemahan lain tes
lisan terlalu banyak memakan waktu dan guru harus punya banyak persediaan soal. Tetapi ada
juga guru yang mewakilkan beberapa orang anak yang pandai, anak yang kurang dan beberapa
orang anak yang sedang kemampuannya utnuk menjawab beberapa pertanyaan atau soal yang
berhubungan dengan materi pelajaran itu.
Cara mana yang akan digunakan oleh guru untuk evaluasi tidak usah dipermasalahkan, yang
jelas setiap guru yang paham dengan tujuan dan manfaat dari evaluasi atau penilaian tersebut.
Karena ada juga guru yang tidak mengiraukan tentang kegiatan ini, yang penting ia masuk kelas,
mengajar, mau ia laksanakan evaluasi di akhir pelajaran atau tidak itu urusannya. Yang jelas
pada akhir semester ia telah mencapai target kurikulum.
Akhir-akhir ini kalau kita teliti di lapangan, banyak guru yang mengalami kegagalan dalam
melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran. Hal ini tentu ada faktor penyebabnya dan apakah cara
untuk mengatasinya.
Penulisan makalah kritikan ini bertujuan untuk mengkritik kegagalan persekolah oleh guru
dalam melakukan evaluasi di akhir pelajaran. Mencari faktor penyebabnya dan cara untuk
mengatasinya.
Dalam makalah kritikan ini pembatasan masalahnya adalah :
Kondisi permasalahan evaluasi di akhir pelajaran dipersekolahan pada saat ini
Telaah teori/pendapat ahli
Kegagalan pelaksanaan evaluasi di akhir pelajaran
Kesimpulan kritikan dan saran

Menurut Drs. Moh. Uzer Usman dalam bukunya (Menjadi Guru Profesional hal 11) menyatakan
bahwa :

Tujuan penilaian adalah :

1. Untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan.
2. Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
3. Untuk mengetahui ketepatan metode yang digunakan.
4. Untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelompok/kelas.
5. Untuk mengaklasifikasikan seorang siswa apakah termasuk dalam kelompok yang
pandai, sedang, kurang atau cukup baik dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya.

Dan menurut buku Mengukur Hasil Belajar (hal 72-74) yang di susun oleh Drs. Azhari Zakri
menyatakan evaluasi bermanfaat bagi guru untuk :
1. Mengukur kompetensi atau kapabalitas siswa, apakah mereka telah merealisasikan tujuan
yang telah ditentukan.
2. Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan sehingga dapat menentukan tindakan
perbaikan yang cocok yang dapat diadakan.
3. Memutuskan ranking siswa, dalam hal kesuksesan mereka mencapai tujuan yang telah
disepakati.
4. Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi mengajar yang
digunakan.
5. Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pengajaran dan menentukan apakah
sumber belajar tambahan perlu digunakan.
6. Memberikan umpan balik kepada kita informasi bagi pengontrolan tentang sesuai
tidaknya pengorganisasian belajar dan sumber belajar.
7. Mengetahui dimana letak hambatan pencapaian tujuan tersebut.

Atas dasar ini, faktor yang paling penting dalam evaluasi itu bukan pada pemberian angka.
Melainkan sebagai dasar feed back (catu balik). Catu balik itu sendiri sangat penting dalam
rangka revisi. Sebab proses belajar mengajar itu kontinyu, karenanya perlu selalu melakukan
penyempurnaan dalam rangkan mengoptimalkan pencapaian tujuan.

Bila evaluasi merupakan catu balik sebagai dasar memperbaiki sistem pengajaran, sesungguhnya
pelaksanaan evaluasi harus bersifat kontinyu. Setiap kali dilaksanakan proses pangajaran, harus
dievaluasi (formatif). Sebaliknya bila evaluasi hanya dilaksanakan di akhir suatu program
(sumatif) catu balik tidak banyak berarti, sebab telah banyak proses terlampaui tanpa revisi.

Oleh karena itu, agar evaluasi memberi manfaat yang besar terhadap sistem pengajaran
hendaknya dilaksanakan setiap kali proses belajar mengajar untuk suatu topik tertentu. Namun
demikian evaluasi sumatif pun perlu dilaksanakan untuk pengembangan sistem yang lebih luas.

Dari tujuan dan manfaat evaluasi yang di atas, masih ada pendapat lain dari manfaat evaluasi
seperti yang dikemukakan oleh Noehi Nasution dalam bukunya Materi Pokok Psikologi
Pendidikan hal 167, menjelaskan bahwa kegiatan penilaian tidak hanya untuk mengisi raport
anak didik, tetapi juga untuk :
1. Menseleksi anak didik.
2. Menjuruskan anak didik.
3. Mengarahkan anak didik kepada kegiatan yang lebih sesuai denganpotensi yang
dimilikinya.
4. Membantu orang tua untuk menentukan hal yang paling baik untuk anaknya, untuk
membina dan untuk mempersiapkan dirinya untuk masa depan yang lebih baik.

Dari tujuan dan manfaat evaluasi yang telah diikemukakan oleh para ahli di atas, yang penting
dengan mengadakan evaluasi sebagai guru dapat mengetahui kelemahan-kelemahan atau
kekurangannya dalan menyampaikan materi pelajaran. Sehingga ia dapat menata kembali atau
menggunakan strategi baru dalam proses pembelajaran sehingga akan mendapatkan hasil yang
lebih baik dari sebelumnya.

Jika dalam suatu kegiatan belajar, tujuan sudah diidentifikasi, biasanya dapat disusun suatu ters
atau ujian yang akan digunakan untuk menentukan apakah tujuan tersebut dicapai atau tidak.
Mager pernah mengatakan bahwa jika kita mempelajari dengan teliti semua tahap yang telah
dibicarakan sampai saat ini, maka siswa sudah harus dapat melakukan apa yang telah
direncanakan untuk mereka lakukan. Hasil dari penialaian dapat mendorong guru untuk
memperbaiki keterampilan profesional mereka, dan juga membantu mereka mendapat pasilitas
serta sumber belajar yang lebih baik.

Di dalam suatu tes belajar, sebagian besar nilai berdistribusi normal (yakni beberapa murid
hasilnya baik, beberapa buruk, tetapi sebagian besar menunjukkan rata-rata). Dalam ter kriteria,
sebagian tes berada di bagian atas. Hal ini lumrah, karena jika seorang guru memberikan tujuan
yang berjumlah 10, misalnya, maka ia akan kecewa jika para siswa hanya merealisasikan 50%
saja.

Tes dan ujian yang mengukur pencapaian tujuan, belum mendapat perhatian yang serius oleh
guru dan instruktur, kecuali akhir-akhir ini. Program pendidikan dan latihan sebelum ini telah
dianggap sudah berhasil tanpa perlu ada evaluasi. Sikap ini disebabkan oleh empat kesulitan
utama yakni :
1. Tidak adanya kerangka konseptual yang sesuai bagi evaluasi.
2. Kurangnya ketepatan dalam perumusan tujuan dalam pendidikan.
3. Kesulitan yang meliputi pengukuran pendidikan.
4. Sifat program pendidikan itu sendiri.

Namun dengan adanya investasi besar-besaran dalam pendidikan, telah dirasakan kebutuhan
akan suatu bentuk evaluasi.

Evaluasi dapat mengambil dua macam bentuk :

1. Ia dapat menilai cara mengajar seorang guru (dengan mengukur variabel-variabel seperti
suatu kebiasaan-kebiasaan, humor, kepribadian, penggunaan papan tulis, teknik bertanya,
aktivitas kelas, alat bantu audiovisual, strategi mengajar dan lain-lain.
2. Ia dapat menilai hasil belajar (yakni pencapaian tujuan belajar).

Selama ini guru mengadakan penilaian hanya untuk mencari angka atau nilai untuk anak didik.
Apabila anak banyak memperoleh nilai dibawah 6 (enam), maka guru menganggap bahwa anak
didiklah yang gagal dalam menyerap materi pelajaran atau materi pelajaran terlalu berat,
sehingga sukar dipahami oleh anak. Kalau anak yang memperoleh nilai dibawah 6 mencapai
50% dari jumlah anak, hal ini sudah merupakan kegagalan guru dalam melaksanakan evaluasi di
akhir pelajaran.

Apa penyebab hal ini bisa terjadi ?

1. Guru kurang menguasi materi pelajaran.

Sehingga dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak kalimatnya sering terputus-putus
ataupun berbelit-belit yang menyebabkan anak menjadi bingung dan sukar mencerna apa yang
disampaikan oleh guru tersebut.

Tentu saja di akhir pelajaran mareka kewalahan menjawab pertanyaan atau tidak mampu
mengerjakan tugas yang diberikan. Dan akhirnya nilai yang diperoleh jauh dari apa yang
diharapkan.
2. Guru kurang menguasai kelas.

Guru yang kurang mampu menguasai kelas mendapat hambatan dalam menyampaikan materi
pelajaran, hal ini dikarenakan suasana kelas yang tidak menunjang membuat anak yang betul-
betul ingin belajar menjadi terganggu.

3. Guru enggan mempergunakan alat peraga dalam mengajar.

Kebiasaan guru yang tidak mempergunakan alat peraga memaksa anak untuk berpikir verbal
sehingga membuat anak sulit dalam memahami pelajaran dan otomatis dalam evaluasi di akhir
pelajaran nilai anak menjadi jatuh.

4. Guru kurang mampu memotivasi anak dalam belajar sehingga dalam menyampaikan.

Materi pelajaran, anak kurang menaruh perhatian terhadap materi yang disampaikan oleh guru,
sehingga ilmu yang terkandung di dalam materi yang disampaikan itu berlalu begitu saja tanpa
ada perhatian khusus dari anak didik.

5. Guru menyamaratkan kemampuan anak di dalam menyerap pelajaran.

Setiap anak didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menyerap materi pelajaran. Guru
yang kurang tangkap tidak mengetahui bahwa ada anak didinya yang daya serapnya di bawah
rata-rata mengalami kesulitan dalam belajar.

6. Guru kurang disiplin dalam mengatur waktu.

Waktu yang tertulis dalam jadwal pelajaran, tidak sesuai dengan praktek pelaksanaannya,. Waktu
untuk memulai pelajaran selalu telat, tetapi waktu istirahat dan jam pulang selalu tepat atau tidak
pernah telat.

7. Guru enggan membuat persiapan mengajar atau setidaknya menyusun.

Langkah-langkah dalam mengajar, yang disertai dengan ketentuan-ketentuan waktu untuk
mengawali pelajaran, waktu untuk kegiatan proses dan ketentuan waktu untuk akhir pelajaran.


8. Guru tidak mempunyai kemajuan untuk nemambah atau menimba ilmu.

Misalnya membaca buku atau bertukar pikiran dengan rekan guru yang lebih senior dan
profesional guna menambah wawasannya.

9. Dalam tes lisan di akhir pelajaran, guru kurang trampil mengajukan.

Pertanyaan kepada murid, sehingga murid kurang memahami tentang apa yang dimaksud oleh
guru.

10. Guru selalu mengutamakan pencapaian target kurikulum.

Guru jarang memperhatikan atau menganalisa berapa persen daya serap anak terhadap materi
pelajaran tersebut.


Komentar :

Penjelasan dari artikel yang berjudul Kegagalan Guru dalam Melakukan Evaluasi cukup
menarik untuk dibahas. Artikel ini sangat bermaanfaat dan memberikan pemahaman bagi
guru yang pernah gagal melakukan evaluasi. Meskipun begitu hal itu semua dapat diatasi
dengan kita membaca artikel ini.

Saran :

Kita sebagai calon guru pastinya suatu saat akan mengalami kegagalan dalam melakukan
evaluasi. Maka dalam hal itu kita harus lebih banyak mencari informasi dalam mengatasi hal
tersebut. Dengan membaca artikel ini cukup membantu kita dalam mengatasinya dan kita
dapat mengetahui penyebab terjadinya hal itu.











Sumber: artikel pendidikan network
Artikel 7
Tujuan Instruksional Evaluasi

A. Tujuan Instruksional (I nstructional Objectives)

1. Defenisi Tujuan Instruksional

Materi suatu bidang studi tidak mungkin menjadi milik kita, tanpa dipelajari terlebih dahulu,
baik dipelajari sendiri maupun diajarkan oleh guru. Proses atau kegiatan mempelajari materi ini
terjadi dalam saat terjadinya situasi belajar mengajar atau pengajaran (instruksional). Dari
perkatan pengajaran atau instruksional inilah maka timbul istilah tujuan instruksional merupakan
bagaian dari pembelajaran, berbagai defenisi tujuan instruksional disampaikan oleh beberapa
tokoh diantanya :
Robert F. Mager (1962), tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai
atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi tingkat kompetensi tertentu,
Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981), tujuan instruksional adalah suatu
pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku atau penampilan yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
Perilaku ini dapat berupa fakta yang tersamar (covert),
Fred Percival dan Henry Ellington (1984), tujuan instruksional adalah suatu pernyataan
yang jelas menunjukkan penampilan atauketerampilan siswa tertentu yang diharapkan
dapat sicapai sebagai hasil belajar.
Dari beberapa defenisi diatas maka tujuan instruksional adalah tujuan yang menggambarkan
pengethuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat
dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati
dan diukur.

Tujuan pengajaran (Instruksional) dikelompokkan menjadi dua yaitu:
Tujuan Instruksional Umum (TIU), yang menggariskan hasil-hasil dianeka bidang studi
yang harus dicapai oleh siswa.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK), yang merupakan penjabaran TIU yang menyangkut
satu pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu sebagai tujuan pengajaran yang kongkrit
dan spesifik, yang dianggap cukup berharga, wajar dan pantas yang dapat direalisasikan
dan bertahan lama demi tercapainya tujuan instruksional umum. TIK dapat dibedakn
menjadi dua aspek yakni:
a) Aspek jenis perilaku yang dituntut oleh siswa.
b) Aspek isi yakni aspek terhadap hal yang harus dilakukan.

2. Manfaat Tujuan Instruksional

Dalam pembaharuan system pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang ini, setiap guru
dituntut untuk mengetahui tujuan pembelajaran dari kegiatannya mengajar dengan titik tolak
kebutuhan siswa. Oleh karena itu dalam merancang system belajar yang akan dilakukannya,
langkah pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan instruksional. Adapun manfaat tujuan
instruksional adalah:
Guru mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan memilih prosedur (metode)
mangajar.
Siswa mengetahui arah belajarnya.
Setiap guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenang mengajarkan suatu bahan
sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap)
antar guru.
Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa.
Guru sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision maker)
mempunyai criteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efiensi pengajaran.
B. Merumuskan Tujuan Instruksional

Telah disebutkan bahwa tujuan instruksional adalah tujuan yang menyatakan adanya sesuatu
yang dapat dikerjakan atau dilakukan oleh siswa setelah pengajaran, siswa tidak mempunyai
kemampuan untuk mengerjakan ataupun melakukannya.

Contoh:
Sebelum ada pengajaran, siswa belum bisa menyelesaikan proses perhitungan, sesudah dilakukan
pengajaran maka siswa dapat menyelesaikan soal-soal perhitungan.
Dalam merumuskan tujuan instruksional ada beberapa syarat yang harus diperhatikan:
1. Harus berpusat pada perubahan tingkah laku peserta didik,
2. Harus berisikan tingkah laku operasional,
3. Harus berisikan makna dari pokok bahasan yang diajarkan pada saat itu.
C. Langkah-Langkah dalam Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus

Ada tiga pokok yang harus dipahami oleh guru dalam merumuskan tujuan pengajaran, yaitu:
1. Mempelajari kurikulum.
2. Memahami tipe-tipe hasil belajar.
3. Memahami cara merumuskan tujuan pengajaran sehingga isi tujuan tersebutmenjadi jelas
dan dapat dicapai oleh pelajar setelah menerima pengajaran tersebut.
Adapun beberapa langkah untuk merumuskan tujuan instructional khusus:
1. Membuat sejumlah TIU (Tujuan Instruktional Umum) untuk setiap mata pelajaran/bidang
studi yang akan diajarkan. Dalam merumuskan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya
masih umum dan tidak dapat di ukur karena perubahan tingkah laku masih terjadi di
dalam diri manusia (intern).
2. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya jelas,
khusus, dapat diamati, terukur, dan menunjukkan perubahan tingkah laku. Rumusan TIK
yang lengkap memuat tiga komponon, yaitu:
a) Tingkah laku akhir (terminal behavior)
Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah seseorang mengalami proses
belajar. Contoh:
- Menceritakan kembali uraian guru
- Menjelaskan kembali hasil bacaan dengan kalimat sendiri, dan lain-lain.

b) Kondisi demonstrasi (condition of demonstration or testi)
Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau situasi yang
dikenakan kepada siswa pada saat ia mendemonstrasikan tingkah laku akhir, misalnya:
- Dengan penulisan yang betul
- Urut dari yang paling tinggi
- Dengan bahasa sendiri

c) Standar keberhasilan (standard of performance).
Standar keberhasilan adalah komponen TIK yang menunujkkan seberapa jauh tingkat
keberhasilan yang dituntut oleh penilai bagi tingkah laku pelajar pada situasi akhir. Tinggkat
keberhasilan dapat dinyatakan dalam jumlah maupun persentase misalnya:
- Dengan 75% betul
- Sekurang-kurangnya 5 dari 10
- Tanpa kesalahan

D. Kata-Kata Operasional

1. Kognitif
Pengetahuan (knowledge). Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menyebutkan,
mengidentifikasikan, menjodohkan, menyatakan, menunjukkan, memilih,
menggarisbawahi, dan mendefinisikan.
Pemahaman (comprehension). Kata-kata instruksional yang sering digunakan:
menerangkan, menjelaskan, menguraikan, merumuskan, meramalkan, memperkirakan,
mengubah, merangkum, meringkas, mengembangkan, dan menggantikan.
Penerapan (aplikasi). Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menghitung,
menemukan, menyediakan, menghasilkan, melengkapi, dan menyesuaikan.
Analisis. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: membagi, memisahkan,
menunjukkan, hungan antara, dan menerima.
Sistesis. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengkombinasikan, mengatur,
menciptakan, merangkaikan, membuatkan, mengarang, menyusun kembali,
menggabungkan, dan menghubungkan.
Kata-kata instruksional yang sering digunakan: membahas, menilai, membedakan,
menolak, mendukung, menaksir, memperbandingkan, memberikan alas an,
menyimpulkan, membuktikan dan memilih antara.
2. Afektif
Penerimaan. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menyatakan, menjawab,
memberi, melanjutkan, mengikuti, dan menanyakan.
Partisipasi. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menolong, membantu,
menyambut, menawarkan diri, melaporkan, menyelesaikan, membawakan,
menyumbangkan, menampilkan, dan mendatangi.
Penentuan sikap. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: ikut serta
melaksanakan, mengusulkan, membenarkan, mengambil prakarsa, membuka, mengajak,
menyatakan pendapat, mengundang, dan menetukan.
Organisasi. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengatur, melengkapi,
menyusun, menyamakan, menginterpretasikan, menyempurnakan, menghubungkan,
merumuskan, dan mengubah.
Pembentukan. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mempertimbangkan,
memperlihatkan, melayani, menyatakan, mempraktekkan, dan mempersoalkan.

3. Psikomotorik
Persepsi. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menyisihkan, mempersiapkan,
dan mengamati.
Kesiapan. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mangamati, memprakarsai,
menaggapi, memulai, mempertunjukkan, dan bereaksi.
Gerakan terbimbing. Kata-kata instruksional yang sering digunakan:mengerjakan,
mencoba,memasang, mengikuti, membuat, dan memperbaiki.
Gerakan kompleks. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: membangun,
melaksanakan, menggunakan, manangani, menyusun, dan memperbaiki.
Gerakan terbiasa. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: membangun,
melaksanakan, menggunakan secara unik,dan melakukan.
Penyesuaian pola gerak Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengatur
kembali, mengubah, membuat variasi, dan mengadaptasikan.
Kreativitas. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mendesain, merencanakan,
dan merancang.
Komentar :

Menurut saya artikel ini sudah bagus dan menarik untuk dibaca karena isi materi dari artikel
ini sudah cukup jelas dan lengkap serta ada perbandingan menurut pakarnya. Meskipun
begitu saya harus membandingkannya dengan materi artikel yang lain.


Saran:

Untuk menambah pemahaman dalam melakukan suatu evaluasi kita harus lebih mengerti
tujuan instruksional evalusi maka dari itu kita harus lebih sering mencari dan membaca
artikel untuk menambah pemahaman tersebut.












Sumber: Pendidikanhttp://www.artikelbagus.com/2011/06/tujuan-instruksional.html
Artikel 8
Evaluasi Program Pengajaran
Program pengajaran merupakan suatu rencana pengajaran sebagai panduan bagi guru atau
pengajar dalam melaksanakan pengajaran. Agar pengajaran bisa berjalan dengan efektif dan
efisien, maka perlu kiranya dibuat suatu program pengajaran. Program pengajaran yang dibuat
oleh guru tidak selamanya bisa efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena itulah
agar program pengajaran yang telah dibuat yang memiliki kelemahan tidak terjadi lagi pada
program pengajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pengajaran.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam
tulisan ini adalah: Apakah yang dimaksud dengan evaluasi program? mengapa evaluasi program
perlu dilaksanakan? Apakah yang menjadi objek atau sasaran dari evaluasi? dan Bagaimanakah
cara melaksanakan evaluasi program?
Menurut Arikunto (1999: 290) "Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja untuk melihat keberhasilan program". Ada beberapa pengertian
tentang program itu sendiri, diantaranya program adalah rencana dan kegiatan yang direncanakan
dengan seksama. Jadi dengan demikian melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang
direncanakan.
Yang menjadi titik awal dari kegiatan evaluasi program adalah keingintahuan penyusun program
untuk melihat apakah tujuan program sudah tercapai atau belum. Jika sudah tercapai bagaimana
kualitas pencapaian kegiatan tersebut, jika belum tercapai bagaimanakah dari rencana kegiatan
yang telah dibuat yang belum tercapai, apa sebab bagian rencana kegiatan tersebut belum
tercapai.
Untuk menentukan seberapa jauh target program sudah tercapai, yang menjadikan tolak ukur
adalah tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan suatu program. Sebagimana yang
dikemukakan oleh Ansyar (1989: 134) bahwa ". Evaluasi mempunyai satu tujuan utama yatu
untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu program" Guru adalah orang yang paling penting
statusnya dala kegiatan belajar mengajar, karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu
mengatur dan mengemudikan kegiatan kelas. Untuk membuat proses belajar mengajar lebih
efektif maka tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran.
Untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif tersebut perlu dirancang program pengajaran.
Berhasil tidaknya suatu program pengajaran, tentu tidak bisa diketahui begitu saja, tanpa adanya
evaluasi program. Oleh karena itu evaluasi program perlu dilaksanakan oleh guru dalam rangka
mengetahui seberapa jauh proram pengajaran telah berlangsung atau terlaksana, dan jika
terlaksana seberapa baik pelaksanaan program tersebut. Pendek kata, evaluasi program
dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari program pengajaran.
Dalam melakukan evaluasi program, apanya dari program yang dievaluasi?
a. Input
Siswa adalah subjek yang menerima pelajaran. Ada siswa pandai, kurang pandai, dan tidak
pandai. Setiap siswa mempunyai bakat intelektual, emosional, social yang berbeda. Oleh karena
itu dalam pembuatan program pengajaran hendaknya guru juga perlu memperhatikan aspek-
aspek individu tersebut. Secara umum, hal-hal yang ada pada siswa berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar.
b. Materi atau kurikulum
Di Indonesia, kurikulum berlaku secara nasional karena kita menganut system sentralisasi.
Meskipun penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah sudah dilakukan secara cermat dan
melibatkan banyak pihak, namun tidak mustahil bahwa di lapangan masih juga dijumpai
kelemahan dan hambatan. Wilayah Indonesia yang sedemikian luas mengandung keragaman
yang tidak sedikit. Itulah sebabnya guru perlu dibekali dengan kemampuan untuk melakukan
evaluasi program, termasuk mengevaluasi materi kurikulum. Sasaran yang perlu dievaluasi dari
komponen kurikulum ini anatara lain, kejelasan pedoman untuk dipahami, kejelasan materi yang
terantum dalam GBPP, urutan penyajian materi, kesesuaian antara sumber yang disarankan
dengan materi kurikulum dan sebagainya.
c. Guru
Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah orang yang
diberi kepercayaan untuk meciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Guru
adalah manusia biasa yang mempunyai banyak keterbatasan. oleh karena itu untuk menutupi
kelemahan guru perlu dilakukan pembinaan dan penataran dalmrangka melaksanakan
pembelajaran
d. Metode atau pendekatan dalam mengajar
Berbeda dengan evaluasi terhadap kurikulum, evaluasi terhadap metode mengajar merupakan
kegiatan guru untuk meninjau kembali tentang metode mengajar, pendekatan, atau strategi
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kurikulum kepada siswa.
Metode mengajar adalah cara-cara atau teknik yang digunakan dalam mengajar. Sedangkan
strategi pembelajaran menunjuk kepada bagaimana guru mengatur waktu pemenggalan
penyajian, pemilihan metoda, pemilihan pendekatan dan sebagainya.
e. Sarana
Komponen lain yang perlu dievaluasi oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
adalah sarana pendidikan, yanga meliputi alat pelajaran dan media pendidikan. Sebelum guru
memulai kegiatan mengajar, bahkan sebelum atau sekurang-kurangnya pada waktu menyusun
rencana mengajar, guru telah memilih alat yang kira-kira dapat membantu melancarkan dan
memperjelas konsep yang diajarkan. Selain guru, mungkin siswa juga dapat dijadikan titik tolak
dalam menentukan apakah sarana yang digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar sudah
tepat. Mungkin saja pada waktu menentukan alat pelajaran guru berpikir bahwa pilihannya sudah
tepat. Tetapi ternyata di dalam praktek pelaksanaan pengajaran, alat tersebut ternyata kurang atau
sama sekali tidak tepat. Proses pengajarannya tidak menjadi semakin lancar, tetapi mungkin
bahkan kacau balau. Apabila guru menjumpai dalam mengajar atau ketidak berhasilan siswa
dengan nilai rendah-rendah, ia dapat mecoba mengadakan evaluasi terhadap sarana yang
digunakan. Sasaran evaluasi yang berkenaan antara lain kelengkapannya, ragam jenisnya,
modelnya, kemudahannya untuk digunakan, mudah dan sukarnya diperoleh, kecocokan dengan
materi yang diajarkan, jumlah persediaan dibandingkan dengan banyaknya siswa yang
memerlukan.
f. Lingkungan
Ada dua macam lingkungan, yaitu lingkungan manusia dan lingkungan bukan manusia. Yang
dapat digolongkan sebagai lingkungan masukan lingkungan manusia bukan hanya bukan hanya
kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai tata usaha di sekolah itu, tetapi siapa saja yang dengan
atau tidak sengaja berpengaruh terhadap tingkat hasil belajar siswa. Sedangkan yang
dimaksudkan dengan lingkungan bukan manusia adalah segala hal yang berada di lingkungan
siswa yang secara langsung maupun tidak, berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Yang
termasuk kategori lingkungan bukan manusia misalnya suasana sekolah, halaman sekolah,
keadaan gedung dan sarana lain. Pengaruh lingkungan bukan manusia dapat positif maupun
negative. Tatanan perabot kelas yang rapi dapat berpengaruh terhadap kesejukan suasana
sehingga siswa dapat belajar dengan tenteram. Sebaliknya suasana yang gaduh di luar kelas
dapat mengganggu konsentrasi siswa dan menyebabkan siswa tidak dapat seperti yang
diharapkan.
Apabila guru ingin melakukan evaluasi program dengan lebih seksama, terlebih dahulu
hendaknya menyusun rencana evaluasi sekaligus menyusun instrument pengumpulan data.
Instrument pengumpulandat bisa berupa angket, pedoman wawancara, pedoman pengamatan dan
lain sebagainya. Sebagai cara yang paling sederhana adalah menagadakan pendekatan terhadap
peristiwa yang dialami sehari-hari di kelas.
Untuk mengevaluasi progam seorang guru tidak perlu dibebani secara sistematis sebagaimana
layaknya seorang peneliti. Akan tetapi guru cukup membuat acuan singkat dan sederhana yang
disusun dalm bentuk pertanyaan. Dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut guru akan
memperoleh umpan terhadap apa yang dilakukan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
berkaitan dengan objek atau sasaran evaluasi program yang meliputi keenam aspek tersebut di
atas.
Pengajaran dan pembelajaran adalah merupakan suatu aktivitas yang dilaksanakan oleh seorang
guru. Agar program pengajaran yang telah dilaksanakan itu baik atau tidak perlu dilaksanakan
suatu penilaian, yang sering dikenal dengan evaluasi program pengajaran. Evaluasi program
pengajaran ini meliputi: 1) Input (masukan), 2) materi atau kurikulum, 3) Guru, 4) Metode atau
pendekatan dalam mengajar, 5) Sarana: alat pelajaran ata media pendidikan, 6) lingkungan.

Komentar :
Artikel yang berjudul Evaluasi Program Pengajaran ini cukup menarik untuk dipelajari dan
dibahas karena evaluasi program pengajaran ini bisa berjalan dengan efektif dan efisien bila
dilaksanakan. Meskipun begitu materi dari artikel ini masih ada kekurangannya maka dari itu
ada penambahan materi dari artikel lain.

Saran :

Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua, meskipun begitu kita harus lebih sering
mencari artikel dari internet dan buku sebanyak-banyaknya untuk menambah pengetahuan.
Kita juga harus membandingkannya dengan artikel lain sesuai judul yang sama untuk
penambahan materi. Karena program pengajaran ini sebagai panduan kita nanti sebagai calon
guru yang profesional.







Sumber: artikel pendidikan network
Artikel 9
Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang
bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran
merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk
menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan,
dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru.

Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Bila ditinjau dari
tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif, penempatan,
formatif dan sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya, Evaluasi Pembelajaran dapat dibedakan atas
evaluasi konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap
yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.

Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu
objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk
memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan
untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan

Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran adalah
suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras sistematik
untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.

Untuk memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan
pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap
suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan
yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran
merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi.



Komentar :

Artikel yang berjudul Evaluasi Pembelajaran merupakan suatu dasar gimana harus lebih
mengetahui tentang konsep evaluasi karena sebelum melakukan evaluasi pembelajaran
terlebih dahulu memahami evaluasi. Artikel ini cukup menarik dan sederhana baik itu dari
penjelasan dan pengertiannya.

Saran :

Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua, meskipun begitu kita harus lebih sering
mencari artikel dari internet dan buku sebanyak-banyaknya untuk menambah pengetahuan.
Kita juga harus membandingkannya dengan artikel lain sesuai judul yang sama untuk
penambahan materi.














Sumber : http://www.artikelbagus.com/2012/03/evaluasi-pembelajaran.html



Artikel 10

Tes Pemahaman sebagai Alat Evaluasi

Ada bermacam-macam rumusan tentang tes. Wayan Nurkancana (dalam Abdul Haling,
2006:109): Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh pebelajar, sehingga menghasilkan suatu nilai
tentang tingkah laku atau prestasi pebelajar tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang
dicapai oleh pebelajar lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.

Selanjutnya pengertian tes menurut Suharsimi Arikunto (1993:30) adalah sebagai berikut : Tes
merupakan alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat lain, tes ini
bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.

Nana Sudjana (2008:35) merumuskan pengertian tes sebagai berikut : Tes sebagai alat penilaian
adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa
dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan
(tes tindakan).

Apabila dikaitkan dengan evaluasi yang dilakukan di sekolah, khususnya di suatu kelas, maka tes
mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengukur pemahaman peserta didik dan untuk mengukur
keberhasilan program pengajaran. Tes dibuat dalam rangka mengevaluasi materi pelajaran yang
telah diberikan oleh guru kepada peserta didik. Penyusunan tes yang akan digunakan didasarkan
pada kemampuan yang akan diukur dari peserta didik. Untuk mengukur kemampuan pemahaman
peserta didik akan materi yang telah diajarkan dibuat tes pemahaman yang memiliki karakteristik
tertentu.
Jadi dalam menjawab pertanyaan pemahaman siswa selain harus mengingat juga berpikir. Oleh
karena itu pertanyaan pemahaman lebih tinggi daripada ingatan (Suharsimi Arikunto, 2005:156).

Menurut Nana Sudjana (2008: 25), karakteristik soal-soal pemahaman sangat mudah dikenal.
Misalnya mengungkapkan tema, topik, atau masalah yang sama dengan yang pernah dipelajari
atau diajarkan, tetapi materinya berbeda. Mengungkapkan tentang sesuatu dengan bahasa sendiri
dengan simbol tertentu termasuk ke dalam pemahaman terjemahan. Dapat menghubungkan
hubungan antar unsur dari keseluruhan pesan suatu karangan termasuk ke dalam pemahaman
penafsiran. Item ekstrapolasi mengungkapkan kemampuan di balik pesan yang tertulis dalam
suatu keterangan atau tulisan.

Pertanyaan pemahaman menuntut peserta didik mendemonstrasikan bahwa ia mempunyai
pengertian yang memadai untuk mengorganisasikan dan menyusun secara mental. Untuk dapat
menjawab pertanyaan ini peserta didik harus memiliki fakta yang berarti. Dengan demikian ia
harus berbuat lebih daripada mengingat. Ia harus mampu menangkap suatu makna dan
menjelaskan makna tersebut dengan menggunakan kata-kata sendiri. Kata operasional
kemampuan memahami antara lain: mengubah (misalnya: mengubah satuan), memberi alasan,
mengapa, menjelaskan, membedakan, memberi contoh lain, mendeskripsikan dengan kata-kata
sendiri, meramalkan (atas dasar sebab akibat), dan merangkum.

Komentar :
Penjelasan dari artikel yang berjudul Tes Pemahaman sebagai Alat Evaluasi sudah sangat
jelas baik itu dari pengertian dan penjelasannya serta contoh-contoh dari tes pemahaman alat
evaluasi tersebut. Selain itu artikel ini memberikan perbandingan pendapat menurut para ahli
atau pakarnya.
Saran :
Untuk lebih jauh mengerti dan memahami konsep dari tes pemahaman dari artikel ini, kita
harus lebih banyak mencari artikel serta membandingkannya dengan artikel-artikel yang lain
sesuai dengan judul artikel tentang tes pemahaman sebagai alat evaluasi.



Sumber: http://www.artikelbagus.com/2011/10/tes-pemahaman-sebagai-alat- evaluasi.html


DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.artikelbagus.com/2011/10/tes-pemahaman-sebagai-alat- evaluasi.html
2. http://www.artikelbagus.com/2012/03/evaluasi-pembelajaran.html
3. artikel pendidikan network
4. Pendidikanhttp://www.artikelbagus.com/2011/06/tujuan-instruksional.html
5. http://www.batararayamedia.com/page.php?menu=artikel&id=142&title= teknik-
penyusunan-soal-pilihan-ganda-
6. http://www.artikelbagus.com/2011/08/penggolongan-tehnik-non-tes-pengamatan.html
7. http://www.artikelbagus.com/2011/08/penggolongan-tehnik-non-tes-wawancara.html
8. http://www.artikelbagus.com/2011/08/penggolongan-tehnik-non-tes- kuesioner.html
9. http://www.artikelbagus.com/2011/12/pembelajaran-kreatif.html

Anda mungkin juga menyukai