CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 1 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau yang sangat banyak yaitu 13.487 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km dan luas perairannya 3.257.483 km sehingga dengan luas perairan yang lebih besar dibanding luas daratan, maka kita layak disebut negara maritim. Dengan kondisi geografis seperti itu, kebutuhan transportasi penghubung antar pulau sangat dibutuhkan untuk penunjang kebutuhan baik kebutuhan pokok maupun kebutuhan lainnya sebagai penunjang kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk itu, transportasi yang cocok untuk mengangkut kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah kapal. Kapal digunakan untuk transportasi barang ekonomi karena dari segi kapasistas dapat memuat banyak dan lebih efisien dibanding pesawat terbang ataupun kereta. Melihat kebutuhan kapal yang tidak pernah habis setiap tahunnya, maka untuk menjamin keselamatan tersebut maka kapal harus mempunyai standar dalam hal pembangunan, perbaikan maupun perawatan secara teratur. Hal inilah yang mendorong negara-negara berlomba-lomba membuat badan klasifikasi untuk menunjang hal tersebut. Indonesia juga memiliki badan klasifikasi yakni Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) sebagai pengawas dan memberikan penilaian secara objektif tentang kondisi kapal agar suatu kapal dikatakan layak untuk beroperasi. PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai lembaga yang berfungsi memeriksa material, konstruksi dan perlengkapan lainnya didalam suatu kapal yang mendaftarkan klas pada BKI. Terutama pada kapal yang memiliki panjang lebih dari 20 m atau tonnage lebih dari 100 GT atau tenaga kuda lebih dari 250 PK. Outputnya adalah sertifikat-sertifikat sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan. Pada kerja praktek bulan Januari 2014 ini, praktikan akan diajarkan mengenai jenis-jenis klasifikasi dan teknis melakukan pengujian-pengujian sebagai penunjang dari suatu survey.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 2 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 1.2 Tujuan Tujuan kerja praktek di PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) adalah: 1. Memenuhi persyaratan mata kuliah wajib sesuai dengan kurikulum pada Jurusan Teknik Perkapalan Universitas Indonesia. 2. Mengetahui secara langsung penerapan ilmu yang diperoleh selama di bangku perkuliahan. 3. Menambah wawasan mengenai teknologi perkapalan, terutama tentang pengklasifikasian kapal dan persyaratannya. 4. Memahami dan melihat secara langsung apa dan bagaimana bentuk pekerjaan PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) di lapangan.
1.3 Batasan Masalah Pada penulisan laporan ini penulis membatasi pembahasan pada ruang lingkup, layanan, informasi perusahan, dan klasifikasi kapal secara ringkas dan berbobot.
1.4 Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data untuk menyelesaikan laporan ini, penulis menggunakan beberapa metode yaitu: 1. Wawancara Yaitu mengumpulkan data dengan menanyakan langsung kepda surveyor atau pihak yang terkait lainnya yang dianggap dapat memberikan informasi yang diperlulkan. 2. Pengamatan Yaitu mengumpulkan data dengan melihat secara langsung di lapangan bersama surveyor guna meneliti keadaan kapal yang sesungguhnya. 3. Perpustakaan Yaitu membaca buku dan mencari istilah yang tidak dimengerti dengan fasilitas wifi yang ada dikantor agar sumber informasi tidak hanya sepihak.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 3 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA BAB II
TINJAUAN PERUSAHAAN
2.1 Profil Perusahaan Pada tahun 1960 telah timbul suatu gagasan untuk mendirikan suatu biro klasifikasi nasional. Kemudian gagasan ini dibahas lebih lanjut dalam Munas Maritim I tanggal 23-28 September 1963 yang merumuskan bahwa pembentukan Badan Klasifikasi Nasional merupakan suatu usaha pokok dalam membina potensi bahari, maka isepakati untuk membentuk Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Berdasarkan PP NO. 28 tanggal 24 Agustus 1964. PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) didirikan pada tangal 1 Juli 1964, adalah merupakan satu-satunya badan klasifikasi nasional yang ditugaskan oleh Pemerintah RI untuk mengklaskan kapal niaga berbendera Indonesia dan kapal berbendera asing yang secara regular beroperasi di perairan Indonesia. Kegiatan Klasifikasi itu sendiri adalah merupakan pengklasifikasian kapal berdasarkan konstruksi lambung, mesin dan listrik kapal dengan tujuna memberikan penilaina atas laiak tidaknya kapal tersebut berlayar. Menyadari akan kondisi alam Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau dengan area teritori laut yang sangat luas dimana hal tersebut menjadikan sarana perhubungan laut berupa kapal, merupakan sarana terpenting yang harus dikelola maka pmeriksaan yang teliti, teratur dan sistematis terhadap kondisi kapal agar terjaga keselamatan benda dan jiwa di laut. Berdasarkan kondisi tersebut serta didorong oleh kesadaran Nasional dan hasrat untuk memiliki Klasifikasi Nasional yang pada gilirannya akan membuka kesempatan bagi tenaga-tenaga ahli perkapaln bangsa sendiri, maka pada tahun 1964 Pemerintah mendirikan PN. Biro Klasifikasi Indonesia. BKI adalah organisasi yang dibentuk dan menerapkan standar teknik dalam melakukan kegiatan desain, konstruksi dan survey marine terkait dengan fasilitas terapung, LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 4 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA termasuk kapal dan konstruksi offshore. Standar ini disusun dan dikeluarkan oleh BKI sebagai publikasi teknik. Suatu kapal yang didesain dan dibangun berdasarkan standar BKI, akan mendapatkan Sertifikat Klasifikasi dari BKI. BKI akan menerbitkan sertifikat ini setelah melakukan survey Klasifikasi yang dipersyaratkan. Sebagai Badan Klasifikasi yang independen dan mengatur diri sendiri, BKI tidak memiliki ketertarikan terhadap aspek komersial terkait dengan desain kapal, pembangunan kapal, kepemilikan kapal, operasional kapal, manajeman kapal, perawatan/perbaikan kapal, asuransi atau pencharteran. BKI juga melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka peningkatan mutu dan standar teknik yang dipublikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan jasa Klasifikasi kapal. Selain melakukan pengklasifikasian kapal, BKI juga dipercaya oleh Pemerintah untuk melaksanakan survey dan sertifikasi statutoria atas nama Pemerintah Republik Indonesia, antara lain Load Line, ISM Code dan ISPS Code. Melihat Peningkatan kegiatan dan perkembangan serta prospek usaha yang cukup cerah maka untuk lebih meningkatkan kemandirian usaha, sejak tahun 1977 peraturan pemerintah (PP) No. 1 PN. Biro Klasifikasi Indonesia, diubah statusnya menjadi PT. (Persero). Saat ini selain kegiatan usaha klasifikasi, BKI juga mengembangkan kegiatannya di bisang jasa Konsultasi dan Supervisi. Kantor pusat berada di Jakarta dan memiliki jaringan kantor cabang di pelabuhan besar diseluruh Indonesia dan Singapore. Selain itu BKI juga memiliki kerjasama dengan Badan Klasifikasi Asing, baik dalam bentuk Mutual representative atau Dual Class. Biro Klasifikasi Indonesia, juga dikenal sebagai BKI adalah Badan Usaha Milik Negara yang didirikan dengan tujuan mulia untuk mendukung kemandirian industry perkapaln dan pelayaran nasional melalui pelayanan jasa klasifikasi dan jasa-jasa lainnya yang terkait. BKI dalam pelayanan jasanya melakukan riset dan mempublikasikan serta menerapkan standar teknik ( Rules dan Regulation) dengan kegiatan desain, konstruksi dan survey maritime terkait dengan fasilitas terapung, termasuk kapal. Standar ini disusun dan dikeluarkan oleh BKI sebagai publikasi teknik. Rules dan Regulation yang dikembangkan LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 5 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA tidak hana stuktur konstruksi lambung, namun juga meliputi peralatan keselamatan, instalasi permesinan dan kelistrikan. Lingkup kerja BKI adalah melakukan survey dan sertifikasi untuk menjamin bahwa rules & Regulation yang telah dikembangkan, diterapkan pada saat pembangunan kapal baru dan kapal yang sudah jadi. Untuk mempertahankan kondisi kapal tersebut, maka dalam prosesnya kapal diharuskan melakukan perawatan dan perbaikan yang terjadwal, dimana pelaksanaan ini akan dimonitor terus oleh BKI dengan melakukan survey periodik dalam mempertahankan klasifikasinya. Penilaian kondisi kapal dilakukan berdasrkan surey yang professional dan independen oleh surveyor klasifikasi yang memiliki kompetensi dalam melakukan penilaian kondisi kapal. Hasil dari pemerikasaan dan penilainini berupa laporan dan sertifikat yang dijadikan acuan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain Pemilik Kapal, Pihak Asuransi, Pemilik Cargo, Pencharter, Galangan Kapal, Pemerintah/Syahbandar/PSC dll. Kegiatan Usaha pada awal berdirinya BKI adalah kegiatan dalam bidang klasifikasi kapal (sebagai bisnis utama) dimana usaha ini dilaksanakan secara nirlaba, namun sejalan dengan perkembangan usaha, maka saat ini selain kegiatan diatas, juga melakukan diversivikasi usaha dengan mengembangkan kegian bidang jasa non klasifikasi, yaitu kegiatan usaha jasa konsultasi dan supervise.Sehingga saat ini kegiatan usaha BKI ada 2 (dua) kegiatan usaha, yaitu Kegiatan Usaha Jasa Klafikasi & Statutoria dan Kegiatan Usaha Jasa Konsultasi & Supervisi. Kegiatan usaha Jasa Klasifikasi & Statutoria mencakup : Pemeriksaan konstruksi kapal, pengawasan dan pengujian serta penerbitan sertifikasi klas dan registrasi kapal. Pemeriksaan dan pengujian alat-alat apung fasilitas konstruksi lepas pantai. Pengujian dan sertifikasi material dan komponen. Pengujian dan penerbitan sertifikat kualifikasi juru las, inspector las, dan hasil lainnya. Melaksanakan pemeriksaaan dan sertifikasi di bidang statutoria berdasarkan otorisasi dari Pemerintah Republik Indonesia maupun dari pemerintah Negara lain. Bertindak mewakili klasifikasi asing. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 6 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA Melaksanakan sertifikasi sesuai standar Internasinal.
Sedangkan Kegiatan Usaha Jasa Konsultasi & supervise mencakup : Jasa Konsultasi & supervise di bisang maritime dan industry serta teknik lainnya. Studi kelayakan di bidang teknologi maritime dan Industri lainnya. Jasa Inspeksi dan sertifikasi di bidang minyak, gas dan ketenagakerjaan. Rekayasa teknik dan supervise di bidang minyak dan gas Pengujian DT dan NDT. Konsultasi sesuai standar nasional dan Internasioanl. Pelatihan keahlian di bidang teknik. Tank cleaning & sludge processing. Pencegahan Korosi.
Setelah beroperasi selama 50 tahun, BKI telah mencapai keberhasilan dan kondisi sebagai berikut : Berkantor pusat di Jakarta dan memiliki 18 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk di I (satu) cabang Singapore. Telah menerapkan system manajeman mutu berdasarkan: ISO 9001 : 2000 dan telah mendapatkan sertifikasi mutu ISO 901 : 2000 dai Badan sertifikasi Internasinal Telah mendapatkan penunjukan dan sertifikasi dan Pemerintah Direktorat Jendral Migas dan Departemen Tenaga Kerja. Telah mendapatkan pelimpahan tugas / wewenang dari pemerintah Republik Indonesia cq Direktorat Jendral Perhunbungan Laut Departemen Perhubungan untuk melaksanakan survey dan sertifikasi statutoria. Menerbitkan Rules & Regulation di bidang Klasifikasi kapal dan setiap menerbitkan Registrasi kapal dan Register ISM Code & ISPS Code.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 7 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2.2 Dasar Pemikiran Pembentukan BKI Adapun dasar-dasar pemikiran pembentukan BKI adalah sebagai berikut : Ditinjau dari segi geografis dan hidrografis kepulauan Indonesia maka semua peraturan klasifikasi asing tidak seluruhnya tepat untuk diterapkan pada kapal-kapal yang dibangun dan beroperasi di perairan Indonesia. Bahwasanya hingga saat itu, pembangunan dan pemeliharaan kapal-kapal masih memakai klasifikasi asing. Dilihat dari sudut kebanggan nasioanl yang terjadi adalah dengan adanya BKI, maka dapat diharapkan penghemetan sejumlah devisa yang setiap tahunnya ditransfer oleh Biro Klasifikasi Asing yang beroperasi di Indonesia keluar negeri. Disamping itu untuk melatih tenaga ahli teknik perkapalan kita untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta keahlian bidang pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan kapal.
2.3 Tugas dan Fungsi BKI Tugas dan Fungsi BKI adalah memberikan pelayanan jasa kepada semua pihak yang berkepentingan dalam dunia perkapalan dalam bentuk penilaian yang obyektif tentang kondisi teknik suatu kapal, untuk menjamin keselamatn jiwa dan benda di laut. Usaha ini diwujudkan dalam bentuk pengawasan yang teratur dan pemeriksaan menurut peraturan yang berlaku dari awal pembangunan sampai selesai dan selama beroperasi. Dalam fungsi BKI sebelum memberikan sertifikat Klasifikasi kepada pemilik kapal, terlebih dulu bertugas mengadakan penelitian dan pengawasan terhadap konstruksi dan kondisi kapal baik yang akan, sedang, maupun yang selesai dibangun berdasarkan persyaratan teknik yang tercantum dalam peraturan klasifikasi. Dalam tugas dan fungsinya Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) memberikan pelayanan jasa kepada pemilik kapal, pihak galangan kapal, perusahaan asuransi, pihak perindustrian (industri baja, industri permesinan, industri perlengkapan dan lain-lain) sehingga hubungan baik dalam bentuk koordinasi kerja dengan tujuan memperoleh dan mempertahankan kondisi kapal yang memenuhi persyaratan dan layak laut dapat tercapai. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 8 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2.4 Tugas dan Wewenang BKI Tugas dan wewenang BKI adalah sebagai berikut: a. Mengeluarkan sertifikat-sertifikat yang meliputi : Sertifikat Kapal Sertifikat Komponen Sertifikat material Sertifikat Juru Las Sertifikat-sertifikat ini dikeluarkan setelah dilakukan survey dan hasil survey sesuai dengan peraturan Klas.
2.5 Manfaat BKI Dengan Peraturan BKI yang telah diuraikan diatas, maka BKI sangat bermanfaat bagi semua pihak, antara lain : 1. Pemerintah Berkepentinagn atas keselamatan jiwa dan barang di laut sehubungan dengan pelaksanaan di lapangan akan undang-undang keselamatan kapan dan peraturan nasional maupun konvensi internasional seperti ILLC, SOLAS dan lain-lain. 2. Pemilik Kapal Berkepentingan atas kondisi kapal, standar perawatan kapal, serta penentuan premi asuransi dan keselamatan kapalnya. 3. Perusahaan Asuransi Berkepentingan akan adanya pegangan yang obyektif atas keadaan teknik suatu kapal sebagai bahan dasar untuk menentukan premi asuransi, sehingga tidak mutlak harus memiliki sendiri tenaga ahli untuk menilai kondisi kapal. 4. Industri Galangan Kapal Berkepentingan atas adanya standar minimum pada pembuatan kapal baru maupun pada reparasi kapal karena danya suatu standar mutu pekerjaan dan apa yang harus dikerjakan dalam rangka mempertahankan Klas kapal. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 9 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 5. Industri Material dan Perlengkapannya Berkepentingan terhadap mutu material dan konstruksi hasil produksinya. 6. Pengguna jasa 7. Berkepentingan langsung dengan keselamatan jiwa dan barang serta ketepatan waktu samapi tujuan.
2.6 Struktur Organisasi Modal PT. Biro Klasifikasi Indonesi (Persero) terdiri atas saham-saham dengan kekuasaan tertinggi berada di tangan para pemegang saham yang membawahi langsung Dewan Komisaris yang terdiri dari Komisaris Utama yang membawahi Komisaris, sedagkan pimpinan perusahaan di bawah dewan komisaris merupakan dewan direksi yang terdiri dari : Direktur Utama membawahi : Direktur Teknik dan Operasi Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia Direktur Pengembangan dan Pemasran Masing-masing bagian tersebut diatas membawahi satuan-satuan kerja meliputi: Satuan Perencanaan Satuan Penelitian dan Pengembangan Satuan Jaminan Mutu Satuan Pengawas Intern Dari satuan-satuan Kerja terbagi dalam suatu divisi : Divisi Survey Divisi Statutoria Divisi Mesin dan Listrik Divisi Lambung dan Material Divisi Konsultasi dan Supervisi Divisi Keuangan Divisi Personalia dan Umum LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 10 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
2.7 Landasan Hukum Operasional Landasan hukum operasinal PT. (Persero) BKI sebagai berikut: a. SK Menteri Perhubungan Laut No. 1/7/2 tanggal 26 September 1964 tentang kewajiban kapal-kapal berbendera Indonesia memiliki sertifikat Klas b. Surat Dirjen Perla No. DKB. 46/10/9 tanggal 5 februari 1976 tentang pemberian wewenang sertifikat lambung timbul kepada kapal Indonesia yang masuk Klas. c. SK Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) No. 12/BPPI/SK/III/1990 tentang penunjukan BKI dalam pengujian peti kemas. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 11 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA d. SK menteri Perhubungan No. KM 78 tahun 1989 tentang penunjukan pelayanan jasa pemeriksaan dan sertifikasi peti kemas. e. SK menteri Tenaga Kerja No. KBP. 569/MBN/1998 tanggal 25 februari 1988, tentang wewenang BKI sebagai pihak ke-3 untuk mengadakan pemeriksaan dan pengujian terhadap ketel-ketel uap, bejana tekan, pesawat angkatan dan angkutan untuk semua industry dalam sector migas. f. Instruksi Menteri Perhubungan No. IM.8/AL.407/PHB-81 untuk menginstruksikan kepada semua pihak pemilik kapal yang berbendera Indonesia untuk berkewajiban memiliki sertifikat Klas BKI, utamanya kapal dengan panjang 20 meter keatas dan berukuran 100 GT keatas atau 250 PK keatas. g. Surat Menteri Perhubungan No. KM. 37/AL 407/PHB-86 tanggal 14 maret 1986 tentang ketentuan garis maut kapal-kapal Indonesia untuk pelayaran dalam negeri.
2.8 Bidang Usaha Biro Klasifikasi Indonesia PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) memiliki dua bidang usaha yaitu Usaha Klasifikasi dan non Kalsifikasi, yang memberikan pelayanan jasa kepada badan pemerintahan, pemilik kapal, perusahaan asuransi, industry baja, indusrti permesinan dan sebagainya. 2.8.1 Bidang Usaha Klasifikasi Bidang Usaha Klasifikasi meliputi : a. Mengeluarkan sertifikat-sertifikat sehubungan dengan klasifikasi kapal yang menyangkut lambung, instalasi mesin dan listrik, pengujian bahan, dan perlengkapan kapal, baik kapal Klas BKI maupun Klas Asing yang diwakili oleh BKI. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 12 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA b. Menguji bahan-bahan untuk labung kapal, intalasi mesin dan listrik serta perlengkapannya. c. Memeriksa dan meneliti gambar-gambar konstruksi kapal termasuk instalasi mesin-mesin dan listrik serta perlengkapannya. d. Melakukan survey bangunan baru dan lama, pemeliharaan, perbaikan dan perampokan kapal. e. Menguji dan memberikan sertifikat kepada juru las dan operator las kapal. f. Melakukan tugas yang dipercayakan oleh pemerintah seperti penetapan dan pengeluara sertifikat Lambung Timbul, Survey berdasarkan International Load Line Convention (ILLC), survey berdasararkan SOLAS dan MARPOL, penilaian stabilitas kapal serta peraturan tentang garis muat kapal-kapal pelayaran dalam negeri. g. Melakukan survey berkala maupun survey bersambung serta survey lainnya. h. Menerbitkan publikasi secara regular buku register serta suplemennya, survey status dan sebagainya. i. Membuat peraturan tantang klasifikasi dan konstruksi kapal laut dan pedalaman. Adapun buku-buku yang telah dibuat dan diterbitkan oleh BKI adalah : 1. Rules for Classification and Survey 2. Rules for hull Construction 3. Rules for mechinerry Installation 4. Rules for Electrical Installation LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 13 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 5. Rules for Material 6. Rules for Welding 7. Rules for Automation 8. Rules for Refrigerating Installation 9. Rules for Ship Carrying Liqueefied Gases in Bulk 10. Rules for Ship carrying Dangerous Chemicals in Bulk 11. Hull Construction, Inland Waterway Vessel 12. Mechinery Installation Inland Waterway Vessel 13. Electrical Installation Inland Waterway Vessel 14. Rules for high speed vessel 15. Fiber Glass Reinforced Plastics 16. Rules for wooden Vessel 17. Rules for the Construction, Repair and testing of Freight Container 18. Rules for Mobile Offshore Drilling Units and Special Purpose Unit 19. Rules for Stowage ang Lashing of Containers 2.8.2 Bidang Usaha Non Klasifikasi Disamping bidang usaha klasifikasi yang telah disebut diatas, BKI mempunyai bidang usaha non klasifikasi ang terdiri dari 3 (tiga) unit, yaitu : 1. Inkomar dan Jasa Umum menyediakan jasa antara lain : LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 14 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA a. Pengawasan pembangunan, modifikasi, rekondisi, perbaikan, konstruksi dan permesinan kapal. b. Menyusun program pemeliharaan, perbaikan dan rekondisi kapal. c. Survey kondisi untuk keperluan transaksi dari harga kapal, biaya perbaikan kapal dan asuransi. d. Survey untuk keperluan asuransi. e. Penelitian kerusakan dan konstruksi dan permesinan kapal, vibrasi,stabilitas dan olah gerak kapal. f. On dan Off hire, kalibrasi tanki, towing, tanki-tanki muat dan sebagainya. g. Studi kelayakan industry maritime, amdal, inspeksi dan konsultasi di bidang otomotif dan perkeretaapian. h. Jasa dibidang inkomarin lainnya. 2. Inspeksi dan Konsultasi Minyak dan Gas ( Ikm ) Menyediakan jasa antara lain : a. Spesifikasi Offshore Platform, antara lain : Pemeriksaan Desain Pemeriksaan pada waktu fabrikasi dan instalasi Pemeriksaan berkala b. Jasa Verivikasi dokumentasi untuk perhitungan desain dan modifiksai platform. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 15 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA c. Jasa pemeriksaan lapangan antra lain untuk struktur (modul, alat0alat angkat, process facilities dan pipe lines dalam tahap fabrikasi, instalasi, testing, verifikasi dan commissioning). d. Pemeriksaan operasi transportasi barang-barang berat dilaut antara lain : load out,lifting towing, installation dan mooring. e. Jasa lainnya dibidang minyak dan gas. 3. Pengujian dan Laboratorium (Pl) Menyediakan jasa-jasa pengujian, baik pengujian merusak ( Destructive test ) maupun pengujian tak merusak ( Non destructive Test). Jasa pengujian dan laboratorium ini dapat dilaksanakan baik di laboratorium maupun di lapangan atau pabrik. 2.9 Bidang Rekayasa lain Di bidang non klasifikasi dan rekayasa lainnya, BKI dapat memberikan pelayanan seperti : a. Mengerjakan perhitungan bending moment untuk pemeriksaan kekuatan kapal. b. Melaksanakan pembuatan softwere/engineering softwere. c. Melaksanakan kalkulasi pradesain. d. Melaksanakn survey untuk menutup sebab-sebab kerusakan dan kecelakaan. e. Melaksanakan pra survey untuk menutup polis asuransi angkutan laut. f. Meneliti dan mengadakan verifikasi biaya perbaikan kapal untuk kepentingan asuransi.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 16 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2.10 Fungsi dan Peran Penting BKI 2.10.1 Hubungan BKI dengan Syahbandar Suatu Kapal yang baru selesai dibangun atau diperbaiki atau dimodifikasi harus dapar pengakuan bahwa kapal tersebut layak berlayar. Oleh karena itu kapal harus mempunyai sertifikat-sertifikat sebagai berikut: 1. Sertifikat lambung 2. Sertifikat mesin 3. Sertifikat garis muat 4. Sertifikat radio telephony dan radio telegraphy 5. Sertifikat perlengkapan keselamatan 6. Sertifikat Kesempurnaan Dimana sertifikat nomor 1,2, dan 3 dikeluarkan oleh BKI, sedangkan lainnya nomor 4,5 dan 6 dikeluarkan oleh syahbandar. Disini Nampak jelas hubungan antara BKI dan syahbandar dalam saling melengkapi suatu kapal untuk layak laut. 2.10.2 Hubungan BKI, Pemilik Kapal dan Galangan BKI disini bertindak sebagai penengah diantara pemilik kapal dan galangan, sebagai gambaran dari kedua belah pihak : Pemilik Kapal menghendaki pekerjaan sedikit dan sesingkat mungkin, untuk menekan biaya serendah mungkin tetapi sudah memenuhi syarat layak berlayar atau standar dari BKI Pihak galanagan menghendaki pekerjaan sebnayak mungkin untuk menambah pemasukan bagi perusahaan. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 17 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA Meskipun terlihat perbedaan kehendak, tetapi kedua belah pihak terlihat saling membutuhkan. Dalam hal ini BKI yang menentukan sampai seberapa jauh sebuah kapalharus direparasi dalam usaha mempertahankan kondisi kapal sesuai dengan persyaratan klas. Kedua belah pihak harus mematuhi peraturan BKi, karena BKI berpegang pada peraturan klasifikasi yang berlaku dimana peraturan tersebut menyangkut keselamatan jiwa, kapal dan barang dari bahaya yang timbul di laut.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 18 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA BAB III KLASIFIKASI KAPAL 3.1 Tujuan Umum Klasifikasi Klasifikasi kapal adlah penggolongan kapal dalam suatu Klas tertentu ditinjau dari segi teknis yaitu konstruksi lambung, instalasi mesin dan listrik, perlengkapan kapal, serta peraturan bahan atau bahan yang digunakan. Dasar klasifikasi kapal adalah peraturan klasifikasi dan konstruksi kapal yang berlaku dan peraturan-peraturan khusus lainnya yang dikeluarkan PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero). Tidak semua kapal diklaskan, berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan KM. 20 tahun 2006, bahwa kapal-kapal yang berbendera Indonesia diwajibkan memiliki sertifikat klas BKI, dengan ketentuan kapal yang mempunyai GT lebih dari 100GT atau tenaga penggerak lebih dari 250 PK atau panjang lebih dari 20 meter. 3.2 Tanda Klas dan Notasi Klas Tanda klas memiliki beberapa pengertian:
Penerapan Tanda Klas Definisi Lambung A100 Lambung kapal seluruhnya memenuhi persyaratan Peraturan Kontruksi BKI atau peraturan lain yang dianggap setara. A90 Lambung kapal tidak seluruhnya memenuhi persyaratan Peraturan Konstruksi BKI atau sudah tidak lagi seluruhnya memenuhi persyaratan Peraturan konstruksi BKI tapi klas dapat dipertahankan untuk periode yang diperpendek LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 19 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
Mesin SM Instalasi mesin dan listrik memenuhi persyaratan BKI A-SM Instalasi mesin dan listrik untuk kapal tanpa penggerak sudah memenuhi peraturan
Instalasi mesin termasuk instalasi listrik tidak seluruhnya
memenuhi persyaratan BKI
Instalasi mesin dan listrik untuk kapal tanpa penggerak
tidak memenuhi peraturan Perlengkapan Jangkar Perlengkapan jangkar yaitu rantau, jangkar dan mesin jangkar memenuhi persyaratan. Perlangkapan jangkar tidak sepenuhnya memenuhi persyaratan Peraturan Konstruksi BKI Tanpa perlengkapan jangkar, khususnya untuk tongkang tidak berawak tidak diberi tanda perlengkapan Tanda perlengkapan jangkar sesuai untuk kapal jenis kapal ikan Perlengkapan kapal untuk kapal high speed
Perlengkapan khusus SMP Instalasi pendingin muatan baik menyangkut lambung maupun mesin memenuhi persyaratan
Instalasi pendingin muatan tidak seluruhnya memenuhi
persyaratan SMP Instalasi pendingin muatan baik yang menyangkut lambung maupun mesin, instalasi pendingin muatan kapal ikan sepenuhnya memenuhi persyaratn
Instalasi pendingin muatan kapal ikan yang tidak
seluruhnya memenuhi persyaratan LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 20 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA Survey Pengawasan Konstruksi Lambung, instalasi dan/atau perlengkapan jangkar dan/atau perlengkapan khusus (misalnya instalasi pendingin) telah dibangun: -dibawah pengawasan BKI pada saat digalangan dan/atau ditempat subkontraktor yang memasok komponen/bagian kapal -material serta komponen memenuhi Peraturan Konstruksi BKI dan harus dilengkapi dengan sertifikat dari BKI ( ) Lambung, instalasi dan/atau perlengkapan jangkar dan/atau perlengkapan khusus (misalnya instalasi pendingin) telah dibangun: -dibawah pengawasan BKI pada saat digalangan dan/atau ditempat subkontraktor yang memasok komponen/bagian kapal -material serta komponen memenuhi Peraturan Konstruksi BKI tanpa dilengkapi dengan sertifikat dari BKI
Lambung, instalasi mesin, perlengkapan jangkar atau perlengkapan khusus telah dibangun dibawah pengawasan dan sesuai dengan Peraturan Badan Klasifikasi lain yang diikuti dan kemudian diklaskan pada BKI. Penyimpangan dari Peraturan BKI dapat diterima. Kapal yang dibangun tidak dibawah pengawasan BKI atau Badan Klasifikasi yang diakui tidak akan mendapat tanda pengawasan pembangunan Subdivisi Stabilitas Kebocoran
Untuk lambung kapal yang dilengkapi dengan bukti perhitungan subdivisi dan stabilitas kebocoran
Sebagai contoh lambung kapal yang dibangun dibawah pengawasan dan dilengkapi dengan bukti perhitungan subdivisi dan stabilitas kebocoran, salah satu dari tanda disamping diberikan
( ) LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 21 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA Tanda tambahan pada klas: 1. P, L, T, dan D P: Pelayaran samudera terbatas Daerah pelayaran ini adalah pelayaran samudera terbatas, dengan syarat jarak terdekat ke pelabuhan perlindungan dan jarak pantai tidak melebihi 200 mil laut atau pelayaran Asia Tenggara serta pelayaran di laut tertutup. L: Pelayaran Lokal Daerah pelayaran ini secara umum adalah pelayaran sepanjang pantai, dengan syarat jarak terdekat ke pelabuhan perlindungan dan jarak dari pantai tidak melebihi 50 mil laut serta untuk pelayaran dalam laut tertutup, seperti perairan Kepulauan Riau. T: Pelayaran Tenang Daerah pelayaran ini terbatas pada perairan tenang, teluk, pelabuhan atau perairan yang sejenis dimana tidak terdapat ombak yang besar. D: Pelayaran Pedalaman Daerah pelayaran ini berlaku untuk kapal yang hanya digunakan di perairan pedalaman. Perairan pedalaman meliputi: - Semua perairan pedalaman di Indonesia - Perairan lain yang sama kondisinya BKI berhak menetapkan tanda tersebut berdasarkan kondisi laut terdapat di daerah pelayaran tersebut, atas permintaan BKI dapat menyetujui perluasan daerah pelayaran dalam jangka waktu terbatas. 2. ES (dibelakang tanda Klas) Notasi ini untuk kapal dan instalasi mesin yang memenuhi ketentuan khusus peraturan konstruksi dengan penguat tambahan untuk pelayaran didaerah es. 3. COLL (dibelakang tanda Klas) Notasi untuk kapal konstruksi sampingnya diberikan penguat khusus untuk mengurangi dampak tubrukan. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 22 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 4. CONTAINER VESSEL (dibelakang tanda Klas) Kapal yang digunakan khusus untuk angkutan peti kemas dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. 5. COOR (dibelakang tanda Klas) Bila memakai perlindungan khusus konstruksi sesuai dengan persyaratan konstruksi. 6. EQUIPPED FOR CARRIAGE OF CONTAINERS (dibelakang tanda klas) Kapal yang digunakan sewaktu-waktu untuk angkutan peti kemas, baik seluruhnya maupun sebagian dari muatan dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. 7. OT (dibelakang tanda Klas) Untuk kapal dengan perlengkapan otomatis pada kamar mesin yang tidak dijaga dan dapat ditinggal secara terus menerus selama 16 jam. 8. B (dibelakang tanda Klas) Untuk kapal dengan perlengkapan otomatis pada kamar mesin tidak dijaga waktu berlabuh. 9. INERT (dibelakang tanda Klas) Untuk kapal yang dilengkapi sistem gas inert sesuai dengan peraturan BKI atau konstruksinya dipertimbangkan equivalen. 10. PERCOBAAN (dibelakang tanda Klas) Notasi untuk kapal yang instalasi mesin dan bagian-bagiannya belum mempunyai pengalaman yang cukup. 11. FF1, FF2, FF3 (dibelakang tanda Klas) Instalasi mesin yang memenuhio peraturan BKI untuk kapal-kapal pemadam kebakaran tergantung ukuran dan kegunaan peralatan pemadam kebakaran.
3.3 Masa Berlakunya Klas Masa berlakunya sertifikat kapal sebagai berikut: 1. Masa berlakunya sertifikat lambung kapal, instalasi mesin listrik tidak lebih 5 tahun. 2. Masa berlakunya sertifikat lambung timbul internasional sesuai konvensi tahun 1996 adalah 5 tahun. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 23 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 3. Masa berlakunya klas untuk kapal yang mengikuti program survey bersambung untuk lambung (CHS) dan mesin (CMS) adalah 5 tahun. Untuk survey bersambung ini, tidak harus kedua-duanya, pemilik dapat mengajukan survey bersambung ini hanya untuk CHS dan CMS saja, maka masa berlakunya sertifikat klas baik lambung atau mesin mesin adalah 4 tahun. Masa berlakunya klas dapat diperbaharui dengan dilaksanakannya survey pembahauran klas. Klas dapat dipertahankan selama lambung, instalasi mesin dan listrik serta perlengkapannya, diperbaiki dan disurvey sesuai dengan peraturan BKI. Bila kapal tidak ada waktu untuk melakukan survey pembahuran klas pada jangka waktu yang ditentukan klas, maka kapal dapat mengajukan permohonan untuk perpanjangan klas. Jangka waktu untuk survey adalah 2x6 bulan, sedangkan untuk survey diatas dock adalah 1x12 bulan.
3.4 Jangka Waktu Pengedokan Sesuai dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia adalah sebagai berikut: Kapal dengan notasi A100 periode pengedokan 2 tahun dan dapat diperpanjang maksimum 6 bulan tergantung dari hasil pemeriksaan surveyor BKI. Kapal dengan notasi A90 periode pengedokan 1,5 tahun dan dapat diperpanjang maksimum 6 bulan tergantung dari hasil pemeriksaan surveyor BKI. Periode pengedokan untuk kapal penumpang dengan akomodasi lebih dari 12 penumpang lamanya 1 tahun dan tidak dapat diperpanjang. Kapal tanpa klas periode pengedokan 1 tahun dan tidak dapat diperpanjang sesuai dengan persyaratan BKI. Kapal laut dengan notasi klas A100 atau A90 dilakukan survey tahunan untuk lambung dan instalasi mesin dengan interval waktu 12 bulan dari tanggal permulaan periode klas. Periode survey harus diadakan dalam waktu 3 bulan dimulai hari terakhir dari bulan dimana periode klas berlakunya selama 1 tahun. Untuk kapal dengan akomodasi lebih dari 12 penumpang, survey dilakukan pada batas tanggal yang dicatat. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 24 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 3.5 Prosedur Klasifikasi A. Klasifikasi kapal dan instalasi mesin yang dibangun atau dirombak dibawah pengawasan dan sesuai dengan peraturan BKI 1. Permohonan Klasifikasi Permohonan Klasifikasi diserahkan ke BKI secara tertulils dan dalam rangkap tiga oleh galangan atau pemilik kapal, menggunakan formulir yang disediakan oleh BKI. Bila pemohon menganggap bahwa data kapal disetujui oleh BKI (untuk bangunan baru sebelumnya) akan digunakan untuk klasifikasi , maka hal tersebut harus dinyatakan dengan jelas dalam permohonan klasifikasi. Perubahan tambahan atau terhadap peraturan klasifikasi yang terjadi harus diperhatikan. 2. Pemeriksaan data konstruksi Data untuk pemeriksaan gambar konstruksi, untuk pembuktikan dengan perhitungan, perincian untuk material lama dan lainnya harus dimasukkan ke BKI untuk pemeriksaan dalam rangkap tiga pada kesempatan pertama sebelum pembangunan dimulai seperti dirinci dalam peraturan konstruksi. Data yang dimasukkan harus berisi semua rincian yang disyaratkan untuk pemeriksaan sesuai dengan peraturan konstruksi. BKI berhak meminta tambahan termasuk informasi dan data. Informasi dan data tersebut harus diserahkan ke BKI untuk pemeriksaan. Bila perlu data dan gambar tersebut akan diberi tanda persetujuan oleh BKI dan dikembalikan satu copy. 3. Pengawasan Pembangunan dan Percobaan a. Umum BKI akan menilai hasil tes produksi dan prosedur baik dari galangan atau pabrik untuk memastikan bahwa sudah memenuhi aturan konstruksi. Material, komponen, perlengkapan dan instalasi yang berkaitan harus diperiksa dan diawasi pembuatannya oleh pihak BKI kecuali ada kesepakatan khusus. Untuk setiap pemeriksaan, perjanjian harus diatur waktunya dengan perwakilan BKI setempat. Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, surveyor harus diberikan kebebasan untuk memasuki kapal, bengkel dimana bagian yang memerlukan persetujuan dibuat, atau diuji. b. Pengawasan Pembangunan LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 25 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA Pada tahapan bangunan baru, BKI harus memastikan berdasarkan survey dan pemeriksaan bahwa: - Bagian untuk instalasi mesin dan atau perlengkapan khusus yang memerlukan persetujuan telah dibuat sesuai dengan gambar dan data yang telah disetujui. - Semua pengujian dan percobaan yang sesuai ketentuan peraturan konstruksi dilaksanakan dengan memuaskan. - Mutu pengerjaan sesuai dengan standar teknik yang terbaru atau persyaratan aturan BKI sendiri. - Pengelasan dilakukan oleh seorang tukang las bersertfikat. - Komponen uang memerlukan sertifikat uji telah diserahkan. Pabrik pembuat akan menjamin bahwa setiap bagian dan bagian dan bahan yang memerlukan persetujuan hanya akan diserahkan dan dipasang bila sertifikat uju yang sesuai telah diterbitkan. - Bilamana tidak disyaratkan sertifikat uji tersendiri, perlengkapan dan peralatan uji jenis digunakan sesuai dengan persyaratan peraturan. c. Pengujian di Pabrik Sejauh yang dapat dilaksanakan, instalasi mesin dan pelengkapan akan menjalani uji fungsi pada bangku uji di pabrik yang mencakup ketentuan dalam peraturan konstruksi, ini berlaku untuk mesin yang dibuat secara seri. Bila instalasi mesin, perlengkapan atau instalasi listrik adalah dari desain baru atau belum mempunyai cukup pembuktian efisiensi pada kondisi kerja yang sesungguhnya di kapal, maka BKI dapat mensyaratkan pelaksanaan pada kondisi kerja yang lebih berat. d. Percobaan di Kapal Pada saat kapal selesai dibangun atau sistem perlengkapan diregistrasi, semua bagian lambung, instalasi mesin dan listrik harus dikenakan uji fungsi yang disaksikan oleh surveyor BKI sebelum dan selama pelayaran percobaan, antara lain: Operasional dan atau uji beban mesin dan instalasi (sistem peropulsi, instalasi listrik, mesin kemudi, peralatan jangkar dll) yang penting untuk pengoperasian secara umum. Kekedapan, operasional dan uji beban tanki-tanki, tutup palka, pintu rampa dan lainnya. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 26 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 4. Laporan Sertifikat Pengujian material, komponen dan mesin-mesin dipabrik sub kontraktor akan disertifikatkan oleh BKI. Setelah kapal atau instalasi selesai dibangun, surveyor akan menyiapkan laporan survey pembangunan yang akan menjadi dasar bagi BKI menerbitkan sertifikat klasifikasi. B. Klasifikasi kapal dan instalasi yang dibangun tidak dibawah pengawasan dan tidak sesuai dengan peraturan BKI 1. Permohonan dan Data Permohonan untuk klasifikasi kapal atau perlengkapan khusus yang dibangun tidak dibawah pengawasan dan tidak sesuai dengan peraturan BKI, harus diajukan secara tertulis kepada BKI dalam rangkap tiga. BKI berhak meminta data tambahan. Permohonan klasifikasi harus disertakan lampiran data seperti data lambung, instalasi mesin, instalasi pendingin dari klas yang terdahulu dan status periode serta rekomendasi dari klas sebelumnya harus diberitahukan. 2. Prosedur Klasifikasi Gambar dan data lain yang terkait pada pengklasan akan diperiksa untuk kesesuaiannya dengan peraturan konstruksi BKI yang berlaku dan atau peraturan lain yang setara. Untuk penerimaan klas, kapal dan atau perlengkapan lainnya harus diperiksa sesuai dengan persyaratan survey pembaruan klas. Jika survey memuaskan, maka klas BKI akan berlaku sejak tanggal survey selesai dilaksanakan. Jika kapal dan atau perlengkapan khusus mempunyai klasifikasi lainnya yang diakui dan jika telah dilengkapi cukup bukti mengenai status klas, BKI dapat meniadakan pemeriksaan gambar dan perhitungannya. Pemeriksaan seksama pada daerah dan bagian dari lambung, instalasi mesin dan listrik, pemdingin pada kasus ini ditunda sampai jatuh tempo yang akan datang. Bagaimanapun survey dengan lingkup survey antara harus dilaksanakan. Dalam hal ini periode klas tetap seperti yang diberikan oleh klasifikasi terdahulu. Kapal tidak akan diterima klas jika gambar dan perhitungannya tidak diserahkan ke BKI. Jika kapal memnuhi persyaratan BKI, sertifikat Klas akan diterbitkan berdasarkan laporan surveyor mengenai kondisi kapalnya. Begitu kapal diterima Klas BKI, maka ketentuan untuk LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 27 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA kapal dan atau perlengkapan khusus yang dibangun dibawah pengawasan BKI harus mengikuti peraturan BKI yang berlaku. Jika pada akhir survey penerimaan klas data dan bukti mengenai status klas kapal sebelumnya masih kurang, tetapi berdasarkan hasil survey yang diperoleh dimungkinkan penerbitan Sertifikat Biro Klasifikasi Semesntara, catatan tentang setiap rekomendasi yang diterbitkan oleh Biro Klasifikasi sebelumnya dan yang belum diperbaiki harus tetap diselesaikan dan diperiksa.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 28 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA BAB IV PERANAN DAN PERKEMBANGAN BKI
4.1 Peran BKI dalam mendunkung pemerintah di bidang keselamatan pelayaran Tugas pokok dan fungsi sub sector Perhubungan Laut yaitu antara lain : 1. Mengatur persyaratan teknik pembuatan kapal dan perubahan kapal beserta peralatan keselamatan 2. Meneliti pelaksanaan perawatan kapal sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam struktur organisasi Direktorat Jendral Perhubungan Laut, Departemen perhubungan RI, terdapat Direktorat Perkapalan dan Pelayaran (DITKAPPEL) yang mempunyai tugas antara lain : pengawasan di bidang keselamatan kapal serta peraturan- peraturan pelayaran. Pada dasarnya tugas pokok DITKAPPEL tersebut berorientasi pada keselamatan dan kamanan pelayaran. Sedangkan fungsi BKI dititik beratkan pada kondisi teknis yang merupakan bagian dari keselamatan awak kapal dan penumpang serta kapalnya sendiri secara keseluruhan. Korelasi fungsi antara BKI dan DITKAPPEL tercermin dalam pengKlaskan kapal-kapal berbendera Indonesia. 4.2 Instansi-Instansi yang berhubungan dengan BKI 4.2.1 Direktorat Jendral Perhubungan Laut A. dalam Bidang keselamatan dan Pembinaan di dunia perkapaln/pelayaran nasional. Melaksanakan pengawasan/mengeluarkan sertifikat untuk pemerintah/internasional sesuai ILLC 1996 dan SOLAS 1974, PGMI 1986 untuk kapal-kapal yang di klaskan oleh Biro Klasifikasi Indonesia. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 29 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA Kerjasama dengan DITKAPPEL dan DITJENLA dalam pengkajian penerapan rules kapal kayu terhadap kapal layar motor. B. Departemen Perindustrian Penyusunan Standar Industri Indonesia (SSI ) terutaa dalam bidang perkapalan. Peningkatan galangan dari segi Quality Control dan Penyusunan Rules Container Dengan BPPT dalam rangka program-program yang menyangkut penigkatan teknik bangunan kapal-kapal baja, kapal forecement dan kapal layar maupun Quality Control bangunan baru. C. Direktorat Jendral MIGAS PT. Biro Klasifikasi Indonesia ( Persero) adalah salah satu perusahaan jasa teknik yang bergabung dalam Asosiasi perusahaan Inspeksi Teknik Indonesia (APITINDO) yang telah ditetapkan sebagai perusahaan pihak ketiga oleh Dir. Jend. MIGAS untuk melakukan pengujian dan pemeriksaan dalam rangka sertifikasi terhadap alat-alat bangunan dan produksi minyak di Indonesia. D. Lembaga Pendidikan PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) turut mengundang dan membantu pemerintah dalam memajukan pendidikan dalam hal Kerja Praktek di bidang Bngunan kapal pada umumnya.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 30 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA BAB V JENIS-JENIS SURVEY DAN UJI TAK MERUSAK
5.1 Jenis Survey Jenis survey yang diberikan oleh BKI pada kapal yang akan diklaskan pada BKI dapat dibagi menjadi : - Survey Penerimaan Klas - Survey Mempertahankan Klas 5.2 Survey Penerimaan Klas Survey ini merupakan survey yang dilaksanakan BKI terhadap lambung, instalasi mesin, perlengkapan jangkar dan perlengkapan lainnya, survey ini dibagi menjadi dua yakni: 1. Survey Penerimaan Klas Bangunan Baru Survey ini merupakan survey untuk kapal yang baru, dimana kapal yang disurvey dari awal pembangunan sampai akhir pembangunan. Pedoman survey ini adalah: Gambar konstruksi yang telah disetujui oleh BKI pusat Sertifikat material dan mesin Mutu pekerjaan Peralatan yang dipasang dikapal 2. Survey Penerimaan Klas Bangunan Sudah Jadi Survey ini dilaksanakan saat kapal baru sudah jadi atau telah melaksanakan pelayaran. Survey penerimaan klas bangunan sudah jadi dibagi menjadi dua yakni: Kapal mempunyai klasifikasi lain yang diakui BKI. Kapal yang sama sekali belum mempunyai klasifikasi.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 31 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
5.3 Survey Mempertahankan Klas A. Survey Periodik Survey dilaksanakan dalam jangka waktu atau selang waktu tertentu. Adapaun survey ini dibagi menjadi: 1. Survey Tahunan (Annual Survey) Survey ini dilaksanakan secara bertahap setiap 12 bulan, terhitung dari tanggal dimulainya periode klas seperti tercantum dalam sertfikat. Survey tahunan meliputi lambung kapal dan instalasi mesin termasuk listrik dan bila ada perlengkapan khusus yang diklaskan. Sesuai dengan ketentuan BKI survey tahunan dilakukan pada waktu kapal terapung. Survey harus dilaksanakan dalam kurun waktu kurang lebih 3 bulan (sebelum dan sesudah +) dihitung pada hari terakhir dari bulan kalender dimana periode klas yang sedang berjalan akan genap berumur 1 tahun. Untuk kapal dengan akomodasi lebih dari 12 penumpang, survey tahunan harus dilaksanakan tidak lebih daru tanggal jatuh tempo. 2. Survey Antara (Intermediate Survey) Survey tahunan yang diperluas ditetapkan sebagai survey antara. Jatuh tempo survey antara ditetapkan 2,5 tahun sejak dimulainya berlaku periode klas dan untuk kapal laut dan instalasi pendingin dilaksanakan pada survey tahunan kedua atau ketiga. Survey antara untuk kapal pedalaman harus dilaksanakan dalam jangka waktu 3 tahun terhitung dari survey pembaruan klas. 3. Survey Pembaruan Klas ( Special Survey) Survey pembaruan klas untuk lambung, instalsi mesin termasuk instalasi listrik dan perlengkapan khusus yang diklaskan pada akhir periode klas. Survey pembaruan klas dapat dilaksanakan dalam beberapa bagian, periode keseluruhan survey tidak boleh lebih dari 12 bulan dan survey pembaruan klas harus selesai dilaksanakn secara lengkap akhir periode klas. 4. Survey Perpanjangan Klas (Class Extention Survey) LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 32 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA Kapal dengan sertifikat klas yang masa berlakunya 4 tahun dapat diperpanjang pada akhir periode klas. Atas permintaan pemilik, klas dapat diperpanjang tidak lebih dari 12 bulan setelah kapal disurvey. Klas dapat diperpanjang hanya jika lambung dan instalasi mesin termasuk listrik dalam kondisi sempurna dan jika sejak survey alas terakhir, tidak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan yang disebabkan oleh kerusakan pada lambung didalam air. Pada survey ini, bilamana kapal tidak ada muatannya, lubang palka, ruang geladak kedua, ruang muat, pintu kedap air dan sebagainya dapat diperiksa, jika perlu tanki juga diperiksa. Pemeriksaan terhadap instalasi mesin, listrik dilaksanakan untuk verifikasi perihal kondisi operasionalnya yang baik. 5. Survey Periodik Poros Baling-Baling dan tube shaft, baling-baling, baling-baling bebas putar Untuk mempertahankan klas, survey periodik dan pemeriksaan khusus terhadap masing-0masing bagian dari sistem penggerak dan sistem pengujian untuk kapal laut harus dilaksanakan. Adapun survey yang harus dilaksanakan meliputi poros baling-baling, poros tabung dan baling-baling serta baling-baling bebas putar (vane wheels) 6. Survey Periodik dan Pengujian Masing-Masing Bagian Instalasi Mesin. Survey periodik masing-masing bagian mesin atau instalasi seperti ketel uap, instalasi pemanas bahan bakar, pipa uap, bejana tekan, perlengkapan otomatis dan sistem gas inert dilaksanakan untuk mempertahankan klas. 7. Survey Pengedokan (Docking Survey) Survey pengedokan digunakan untuk keperluan pemeriksaan periodik terhadap kondisi lambiung dibawah air (survey alas), bukanan dan perlengkapan penutupan pada plat kulit yang berhubungan dengan instalasi mesin dan susunan komponen bagian luar dari sistem poros penggerak. Kapal dengan tanda kelas A100 harus menjalani survey alas pada selang waktu 2,5 tahun. Kapal dengan tanda kelas A90 harus menjalani survey alas pada selang waktu 18 bulan. Kapal dengan akomodasi lebih dari 12 penumpang harus menjalani survey alas pada selang waktu 1 tahun. Diharapkan juga bahwa untuk setiap pengedokan tambahan selain yang ditentukan oleh persyaratan klasifikas, surveyor dapat dipanggil untuk menghadiri. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 33 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA Jika survey alas akan dicicil pada survey pembaruan Klas, semua pemeriksaan lambung dan instalasi mesin yang ditetapkan untuk pelaksanaan survey pembaruan klas dan persyaratan pengedokan harus juga dilaksanakan. Survey pengedokan untuk pembaruan klas dapat dilaksanakan sampai dengan 15 bulan sebelum pembaruan klas lengkap. 8. Survey di dalam Air Untuk kapal dengan tanda notasi klas IV, survey didalam air dilaksanakan dengan bantuan perusahaan penyelaman yang disetujui. Survey didalam air dapat diakui sebagai pengganti untuk setiap pengedokan periodik kedua, namun bagaimanapun juga bahwa survey ini tidak dapat menjadi begian dari survey pembaruan klas. 9. Perlengkapan Khusus Survey periodik dan pemberiksaan perlengkapan khusus dicakup oleh klas, seperti instalasi pemadam kebakaran, inecerator pembakar sampah kapal atau sistem penawar air laut, harus dilaksanakan sesuai program tetap masing-masing atau ditetapkan oleh BKI atau karakteristik perlengkapan khusus.
5.4 Survey Non Periodik 1. Survey Kerusakan dan Perbaikan Survey kerusakan dan perbaikan harus dilaksanakan apabila lambung kapal, instalasi mesin dan listrik atau beberapa perlengkapan khusus yang diklaskan mengalami kerusakan yang dapat memengaruhi masa berlakunya klas, atau jika kerusakan dapat diasumsikan sebagai akibat dari kerusakan rata-rata beberapa kejadian lainnya. 2. Survey Penundaan Pengedokan Survey ini dilaksanakan bila jatuh tempo survey pengedokan telah tiba tetapi kapal tidak bisa naik dok karena alasan tertentu, maka pemilik kapal dapat mengajukan survey penundaan pengedokan. Lama penundaan maksimal 6 bula, tetapi hal ini tergantung pada penilaian surveyor yang melaksankan survey. 3. Survey perombakan Perombakan lambung kapal atau instalasi mesin, survey tersebut dilaksanakan sesuai gambar yang berkaitan dan telah disetujui seperti bangunan baru. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 34 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 4. Survey Penundaan Pencabutan Poros Baling-baling Survey ini dilaksanakan bila jatuh tempo periodik pencabutan poros baling-baling maksimal 6 bulan. 5. Survey Khusus Lainnya Contoh dari survey tersebut: Survey penggantian nama kapal Survey penggantian pemilik kapal Survey penggantianpelabuhan pendaftar Survey penggantian mesin induk Survey perubahan isi ruang muat 5.5 Uji Tak Merusak Uji tak merusak digunakan sebagai prosedur untuk mengetahui kondisi suatu material, lasan ataupun lainnya yang perlu diperiksa dalam kegiatan survey dan termasuk didalam aturan BKI. Uji tak merusak ada berbagai macam jenisnya dan digunakan dengan pertimbangan material yang akan diuji. Dye Penetrant Dye Penetrant merupakan test untuk mengetahui ada tidaknya crack pada weld (hasil lasan). Test ini sangat mudah dilakukan dan pelaksanaannya juga sangat singkat. Dye Penetrant terdiri dari : 1. Pre Treatment. 2. Penetrant. 3. Cleaning. 4. Developer.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 35 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA Dye Penetrant Test memiliki beberapa prosedur untuk dilakukan : 1. Pre Treatment (dapat berupa perlakuan panas terhadap hasil lasan yang harus dilakukan sebelum test dilakukan) 2. Cleaning, yakni proses pembersihan pada daerah yang akan diperiksa dengan tujuan agar kotoran yang ada pada daerah tersebut tidak mengalangi cairan Penetrant (warna merah) dan Developer (warna putih). 3. Penyemprotan Penetrant pada salah satu sisi dan kemudian dilanjutkan dengan penyemprotan Developer pada sisi yang lainnya. 4. Terakhir, akan terlihat hasil dari test yang dilakukan. Jika terdapat/muncul warna merah seperti warna Penetrant pada sisi yang disemprotkan oleh Developer, berarti weld (hasil lasan) tidak bagus karena ditemukan adanya crack. Jika tidak muncul warna merah tersebut, maka hasil lasan tersebut sudah baik. Hasil test ini didapatkan setelah kurang lebih 10 sampai 20 menit setelah proses penyemprotan Penetrant dan Developer.
Gambar 1. Skema Dye Penetrant Test LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 36 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
PWHT ( Post Weld Heat Treatment ) PWHT merupakan perlakuan panas yang dilakukan untuk mengetahui besarnya suhu sebelum dilakukannya proses welding. Hal ini dimaksudkan agar pada saat dilakukan welding, suhu pada baja telah sesuai dengan standar yang digunakan. Untuk mengetahui berapa besar suhu pada baja dilakukan dengan cara menempelkan kapur khusus untuk PWHT. Jika kapur tersebut mencair pada saat ditempelkan pada pelat yang sebelumnya dipanaskan berarti suhu pada pelat tersebut sudah sesuai untuk dilakukan proses welding. MPI ( Magnetic Particle I nspection ) Merupakan testing yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya crack pada weld. Magnetic Particle Inspection dapat dilakukan pada daerah yang tidak datar seperti pada pipa. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan pemancaran gelombang elektromagnetik. Dalam melakukan MPI kita harus melakukan beberapa langkah : 1. Membersihkan area atau daerah weld ( lasan ) sebelum ditest. Gambar 2. Dye Penetran Test pada poros propeller LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 37 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2. Setelah dibersihkan, daerah yang akan diperiksa tersebut diberikan sejenis penetrant ( warna putih ). 3. Kemudian magnet ditempelkan di atasnya. 4. Jika ditemukan adanya garis garis seperti retak dan berwarna hitam atau gelap maka dapat dipastikan bahwa hasil dari lasan tersebut terdapat cacat crack.
Ultrasonic Thickness Test Pemeriksaan dengan metode ini dilakukan dengan menggunakan gelombang ultrasonic dengan frekuensi tinggi yang dipancarkan, biasanya pada frekuensi sekiar 2 MHz. Gelombang yang tidak diteruskan (dipantulkan) dari dalam pelat akan memberikan reaksi balik untuk diperiksa. Waktu yang dibutuhkan untuk pemancaran ke dan dari dalam pelat tersebut dapat ditampilkan dalam layar detektor dalam arah sumbu x. Ukuran dari sinyal yang kembali memberikan beberapa indikasi dari kualitas pelat tidak diteruskannya gelombang. Hal ini akan ditampilkan dalam sumbu y. Gambar 3. Magnetic Particle Inspection dan hasilnya LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 38 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA Prinsip yang sama dapat digunakan untuk sambungan las. Perbedaannya hanya pada ukurannya yang membatasi lokasi yang akan diperiksa, dimana harus selalu pada tempat yang permukaannya halus untuk meyakinkan terpancarkannya gelombang unltrasonic. Pada sambungan unjung (butt weld) dapat diperiksa dengan menggunakan metode ini dan untuk memeriksa pada bagian dengan bentuk yang tidak merata sudah dikembangkan dengan menggunakan system komputerisasi. Metode inspeksi ini sangat sensitive dan merupakan teknik yang baik untuk inspeksi. Ultrasonic Thickness Gouging Test. Ultrasonic Thickness Gouging Test atau UT Gouging Test merupakan tes yang dilakukan pada pelat. UT Gouging Test ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar atau ukuran dari pelat yang diperiksa. Besarnya toleransi atau batas minimum dari pelat yang diperbolehkan sangat tergantung pada badan atau biro klasifikasi. Pada test ini digunakan alat khusus yang mengahasilkan gelombang ultrasonic. Dengan mengunakan alat tersebut akan didapat berapa besar ketebalan dari pelat yang diminta. Kemudian hasilnya dapat diberikan secara stastistik melalui laporan UT Gouging, dimana kita dapat melihat besarnya ketebalan pelat yang diperiksa. Ultrasonic Thickness Flow Test. Ultrasonic Thickness Flow Test atau UT Flow Test hampir sama dengan UT Gouging Test, tetapi pada UT Flow Test ini kita dapat mengetahui ada tidaknya cacat pada hasil lasan ( welding ). Kinerja pada alat UT Flow Test juga hampi sama dengan alat yang digunakan pada UT Gouging Test, dimana pada alat tersebut menghasilkan gelombang ultrasonic. Tetapi pada alat UT Flow kita dapat mengetahui jika di dalam lasaan (welding) terjadi porosity atau crack. Alat tersebut akan memperlihatkan pada ketebalan berapa dalam sambungan (welding) yang terdapat porosity atau crack. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 39 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
Vacuum Test Vacuum Test merupakan test yang dilakukan pada daerah jalur lasan (welding seams) untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran atau crack. Vacuum Test ini dilakukan hanya pada welding seams yang ditemukan pada pelat yang datar ( tidak melungkung ) dan bukan pada pipa. Setelah proses welding, untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran maka dilakukan vacuum test, yakni pada daerah welding seams yang baru tersebut dipasang vacuum tester (alat untuk Vacuum Test). Setelah alat tersebut terpasang, alat tersebut kemudian di vakumkan (disedot udara di dalamnya) sehingga menghasilkan daya hisap yang tinggi. Leak Test/Press Test Uji ini untuk mengetahui apakah ada sambungan las baik antar pelat mapun di bracket dan frame ada kebocoran atau masih kurang sempurnyanya weld dalam lasan tersebut. Untuk memulai pengujian, ruangan yang akan diuji harus diberi tekanan 0,2 bar lalu pada sambungan lasan yang hendak diuji diemprotkan air sabun, ketika terjadi gelembung pada permukaan Gambar 4. Pengujian dengan UT dan peralatan yang digunakan LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 40 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA lasan maka dapat dipastikan, weld kurang sempurna sehingga harus dilakukkan perbaikan dengan penambahan weld.
Gambar 5. Pengujian dengan leak test, gambar bawah kanan merupakan contoh lasan yang bocor yang diketahui dengan pengujian ini. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 41 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA Hydro Test Test lain yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran pada tangki adalah Hydro Test (dengan air). Langkah langkah dalam melakukan Hydro Test hampir sama dengan Air Test. Pertama tama tangki sudah dipastikan kedap udara dan air (tidak ada lubang baik pada pelat maupun welding seams). Kemudian tangki diisi dengan air. Setelah itu tangki deberikan tekanan udara, jika ditemui adanya semburan air yang keluar dari tangki maka dapat dipastikan bahwa tangki tersebut mengalami kebocoran dan perlu segera diperbaiki.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 42 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA BAB VI LAPORAN KEGIATAN SURVEY
Pada bab ini berisi tentang kegiatan survey harian penulis selama kerja praktek di PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) Cabang Utama Tanjung Priok. Adapun survey yang penulis lakukan diantaranya 1. Survey Pembaruan Klas 2. Survey Tahunan 3. Survey Pengedokan 4. Survey Khusus 5. Survey Penerimaan Klas 6. Dll Kegiatan survey tersebut dilaksanakan antara lain di PT. Dok Kodja Bahari Galangan I, II, dan III; PT. Karya Tekhnik Utama; PT. Daya Radar Utama; PT. Hamdock; Galangan Muara Baru; dan Pelabuhan PT. Samudera. Agar lebih jelas, laporan kegiatan kerja praktek harian kami sertakan dalam bentuk lampiran.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 43 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA BAB VII PENUTUP
Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT., tugas kerja praktek di PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) Cabang Utama Tanjung Priok Jakarta dapat terselesaikan, baik pada pelaksanaannya maupun pada penyusunan laporan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, yang semua ini dikarenakan keterbatasan waktu dan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Namun dengan terselesaikannya laporan ini banyak kiranya manfaat yang dapat kami ambil untuk melangkah demi tercapainya pengetahuan yang lebih luas dan menambah pengalaman dalam bidang klasifikasi kapal. Harapan dan doa kami semoga laporan ini dapat berguna bagi kami dan pembaca sehingga manfaat dari kerja praktek ini dapat kami terapkan demi tercapainya kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang teknologi Perkapalan pada khususnya.
7.1 Kesimpulan Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap keselamatan dan keamanan kapal yang telah diklaskan. Hal ini berarti penilaian yang diberikan oleh BKI terhadap kualitas teknis suatu kapal harus dinilai subjektif, dengan rasa tanggung jawab yang tinggi karena dengan begitu tugas dan fungsi BKI dapat terealisasi sehingga semakin diakui keberadaannya. Pelaksanaan kerja praktek memilki manfaat yang besar karena dapat langsung terjun berhadapan dengan kondisi lapangan yang sebenarnya. Ilmu yang diperoleh dari kegiatan survey bersama surveyor, diantaranya: 1. Jenis-jenis survey yang dilaksanakan di kapal. LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 44 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2. Permasalahan yang dihadapi di dunia perkapalan terutama berkaitan dengan Klasifikasi kapal. 3. Kedudukan dan peran BKI dalam perkembangan bidang perkapalan Indonesia. 4. Pihak yang terkait dalam bidang perkapalan. 5. Selain pihak galangan owner beserta kepentingan masing-masing.
7.2 Saran Hendaknya kerjasama yang terjalin antara PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) Cabang Utama Tanjung Priok dengan Teknik Perkapalan Universitas Indonesia (UI) Depok dapat terjalin dengan sangat baik. Adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: Bagi mahasiswa yang hendak melaksanakan kerja praktek di PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) sebaiknya dapat memahami lebih baik isi tentang peraturan dan regulasi yang berlaku di BKI, khususnya jenis-jenis survey dan item survey yang terdapat pada Rules BKI Volume I. Selain itu, hendaknya mahasiswa berusaha mengikuti semua survey yang dilakukan oleh para surveyor BKI karena dengan mengikuti kegiatan survey diperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan yang sangat banyak serta aplikasi ilmu yang telah dipelajari semasa kuliah. Mengingat waktu yang terbatas maka diharapkan ada kesempurnaan laporan dari praktikan yang akan melaksanakan kerja praktek di PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) berikutnya.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 45 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DAFTAR PUSTAKA
Rules for Classification and Survey. Biro Klasifikasi Indonesia Volume I 2013. Rules for Welding. Biro Klasifikasi Indonesia Volume VI 2013.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) CABANG UTAMA TANJUNG PRIOK Jl. Yos Sudarso No.38-40, Jakarta Utara
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN 46 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA