Anda di halaman 1dari 3

Kebudayaan dan Kesenian oleh Sekar Sinaringati, 1106008795

Judul Pengarang Data Publikasi

: Wawasan Al-Quran : Dr. M. Quraish Shihab, M.A : Jakarta : Mizan Pustaka/786 halaman, 2007

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Kebudayaan dan Kesenian Dari beberapa makhluk yang diciptakan oleh Allah, hanya manusia yang dapat dikatakan sebagia makhluk yang berbudaya, sedangkan hewan maupun tumbuhan tidak memiliki kebudayaan tersebut. Hal ini terjadi disebabkan karena manusia diberikan akal oleh Allah. Kebudayaan sendiri memiliki arti cara berfikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk masyarakat, dalam suatu ruang dan suatu waktu. Kebudayaan terbagai menjadi 5 kategori, yakni: teknologi, ekonomi, organisasi sosial, religi (agama), kebudayaan lambing (symbolic culture). Namun, ada juga yang membaginya ke dalam tujuh bidang kebudayaan: peralatan dan perelengkapan hidup manusia, mata pencaharian hidup dan tata ekonomi, tata kemasyaratan, bahasa, kesenian, tata pengetahuan, dan agama (religi). Sedangkan secara sederhana, seni dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Seni juga merupakan sebuah nilai yang besar peranannya bagi keindahan. Sehingga antara kesenian dan keindahan memiliki sebuah keterkaitan yang erat. Dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak kita memberikan perhatian kepada

keindahan bentuk atau rupa daripada segi moral tingkah laku. Kesenian dapat dibagi menurut salurannya, yakni: audio (untuk didengar) misalnya sastra, seni suara, deklamasi, musik. Visual (untuk dilihat) misalnya: seni tari, seni lukis, seni hias, seni pakaian, seni topeng, pameran. Audio-visual (untuk didengar dan dilihat) misalnya: drama, film. Verbal (untuk dibaca) misalnya: prosa, puisi.

B. Perspektif Al-Quran dan Sunnah tentang Kebudayaan dan Kesenian Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-Quran mengajak manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah berfirman: Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun retakretak? [QS 50: 6]. Ketika kita berbicara tentang seni, maka yang terlebih dahulu dibicarakan adalah keindahan. Sudah menjadi fitrahnya manusia menyukai keindahan. Seorang ibu akan lebih berbahagia jikalau ia dikaruniai anak yang indah fisiknya, baik rupa ataupun jasmaninya. Seseorang akan lebih memilih rumah yang indah serta mengenakan pakaian-pakaian yang indah ketimbang semua itu dalam kondisi biasa-biasa saja ataupun buruk. Demikian halnya dengan kesenian dan kebudayaan yang juga melambangkan keindahan, maka manusia pun akan menyukainya.

Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi saw. kepada para sahabatnya. Ibnu Masud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,

Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong seberat atom. Ada orang berkata, Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal bagus. Nabi bersabda, Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. (HR. Muslim). Bahkan salah satu mukjizat Al-Quran adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga para sastrawan arab dan bangsa Arab pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka

menyebutnya sebagai sihir. Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus. Rasulullah bersabda, Hiasilah Al-Quran dengan suaramu. (HR. Ahmad, Abu Dawud, NasaI, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi).

Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya mencintai keindahan. Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan kehidupan manusia.

Anda mungkin juga menyukai