Anda di halaman 1dari 15

SENI DALAM AGAMA

Diajukan untuk mengganti Tugas Kunjungan Observasi Mata Kuliah

Pendidikan Agama Islam, oleh Dosen

Yupiter Yancik, S.Pd.I., M.Pd.I., M.E.

Disusun oleh :

Nama : Bagas Maydhitama Rahardjo

Kelas : TI-1A

NIM : 1807413018

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER PROGRAM


DIPLOMA TEKNIK INFORMATIKA POLITEKNIK NEGERI
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun sampaikan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan segala
cinta dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan
salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjunan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, sampai kepada kita sebagai umatnya.
Makalah ini di ajukan untuk mengganti tugas observasi mata kuliah Pendidikan Agama
Islam. Makalah ini disusun berdasarkan beberapa sumber.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kesalahan serta kekurangannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penyusun harapkan.
Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
pada umumnya dan khususnya bagi penyusun.

Jakarta, 1 Desember 2018

Bagas Maydhitama R
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Seni ialah halus, indah dan permai. Sedangkan menurut istilah adalah segala yang halus dan
indah lagi menyenangkan hati serta perasaan manusia . Jadi, sesuatu yang membuat manusia
merasa senang, nyaman, dan menentramkan hati adalah seni, misalnya lagu atau nyanyian,
lukisan yang indah, tarian, dan lain sebagainya. Tetapi dari semua seni itu tidak semuanya baik
kalau semuanya itu telah menyimpang dari syari’at Islam. Dan yang menyimpang dari syari’at
itu hukumnya haram. 
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah swt kepada seluruh manusia tanpa mengenal
bangsa yang bersumberkan al-Quran, Sunnah dan Ijma' Ulama. Islam adalah agama yang nyata
(waqi'e) dan sesuai dengan fitrah manusia, pada semua tempat, zaman dan situasi menepati
citarasa, kehendak, sifat, keinginan, nafsu, perasaan dan akal fikiran manusia. Dalam jiwa,
perasaan, nurani dan keinginan manusia terbenamnya rasa suka akan keindahan dan keindahan
itu adalah seni. Seni adalah sesuatu yang bersifat abstrak, dapat dipandang, didengar dan
disentuh oleh jiwa tetapi tidak dapat dinyatakan melalui kata-kata dan bahasa. Sukar untuk
mentakrifkan seni secara tepat sesukar untuk menerangkan konsep keindahan dan kesenangan itu
sendiri. Al-Farabi menjelaskan seni sebagai ciptaan yang berbentuk keindahan, Al-Ghazali pula
menjelaskan seni dengan maksud kerja yang berkaitan dengan rasa jiwa manusia yang sesuai
dengan fitrahnya. Seni secara ringkasnya dapat dibahagikan kepada empat bahagian utama :

• Seni melaui pendengaran seperti musik, deklamasi puisi, prosa, seni suara dan sebagainya. 
• Seni yang diperoleh melalui penglihatan mata seperti seni lukis, seni hias, fotografi, seni
pakaian (fashion) dan sebagainya. 
• Seni yang dapat diperolehi melalui pendengaran dan penglihatan seperti drama, teater, film
dan sebagainya. 
• Seni yang dinikmati melalui pembacaan seperti hasil karya sastera yang berbentuk puisi dan
prosa.
Diantara masalah yang paling rumit dalam kehidupan Islami adalah yang berkaitan dengan
hiburan dan seni. Karena kebanyakan manusia sudah terjebak pada kelalaian dan melampaui
batas dalam hiburan dan seni yang memang erat hubungannya dengan perasaan, hati serta akal
dan pikiran.

Dari kenyataan yang ada menunjukkan kepada kita bahwa saat ini umat islam membutuhkan
suatu konsep seni yang sejalan dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam berekspresi
sehingga seni bukan hanya untuk seni semata, akan tetapi seni bagian dari ibadah kepada Allah.
Munculnya ekspresi seni yang berupaya memadukan konsep seni dengan ibadah dicoba dengan
munculnya kelompok-kelompok seni suara dengan nasyid islami, dsb.
Dan dalam makalah ini kami akan sedikit menyajikan tentang sejarah seni didalam islam,
kemudian pandangan islam terhadap seni, pandangan para ulama terhadap seni. Dan untuk lebih
jelasnya akan kami paparkan dibawah ini.
Semoga dengan makalah yang kami sajikan ini akan membawa manfaat bagi kita semua
terutama kami sendiri, dan akan meningkatkan iman dan takwa kita kepada sang pencipta,
Rabbal ‘alamin. Amien.

2. RUMUSAN MASALAH
A. SEJARAH SENI DALAM ISLAM
B. KONSEP SENI MENURUT PERSPEKTIF ISLAM
C. PRINSIP SENI (CIRI – CIRI) KESENIAN ISLAM
D. PANDANGAN  ULAMA TENTANG ISLAM TENTANG SENI
E. BENTUK dan KORELASI KARYA SENI ISLAM
F. KONTROVERSI HUKUM SENI RUPA

3. TUJUAN PENELITIAN
A. Untuk mengetahui seni dalam islam
B. Untuk mengetahui konsep seni dalam islam
C. Untuk  mengetahui ciri – ciri kesenian islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH SENI DALAM ISLAM

Seni dalam Islam muncul seiring dengan diutusnya Rosulullah SAW. Hal ini bisa kita jumpai
dalam hadist nabawi yang diriwayatkan didalam shahih Bukhori dan Muslim : bahwa Abu Bakar
pernah masuk ke rumah Aisyah untuk menemui Nabi SAW. Ketika itu ada dua gadis disisi
Aisyah yang sedang bearnyanyi, lalu Abu Bakar menghardiknya seraya berkata: “Apakah pantas
ada seruling syetan dirumah Rosulullah?” kemudian Rosulullah SAW. Menimpali : “Da’huma ya
Aba Bakrin, fainnaha Ayyamu ‘idin”-biarkanlah mereka wahai Abu Bakar, sesungguhnya hari
ini adalah hari raya”.
Dimasa generasi tabi’in, teori musik juga dikenal dikalangan kaum muslimin mereka
mempelajari buku-buku musik yang diterjemahkan dari bahasa Yunani dan Hindia. Diantara para
ahli musik yang muncul dikala itu adalah Ibnu Misyah (wafat tahun 705 M), Yusuf bin Sulaiman
al-Khotib (wafat tahun 785 M), Kkhalil bin Ahmad yang telah mengarang buku teori musik
mengenai note dan irama .
Perhatian cukup besar terhadap seni musik diberikan dimasa akhir Daulah Umayyah, kemudian
juga dimasa Daulah Abbasiah. Salah satu pendorong didirikannya sekolah musik dimasa
kekuasaan daulah Abbasiah karena keahlian seni musik dan menyanyi merupakan salah satu
syarat bagi pelayan (budak), pengasuh, dayang-dayang di Istana dan di Rumah-rumah para
pejabat.
Meskipun seni telah dikenal sejak awal kemunculan Islam, namun perdebatan mengenai batasan-
batasan yang membolehkan maupun tidak membolehkan hingga saat ini masih terus tumbuh
berkembang, seiring dengan beragamnya alat musik yang diproduksi. Bahkan, pembahasan
mengenai hukum memperdagangkan alat-alat musik masih terus menjadi diskusi yang cukup
menarik, termasuk mengenai batasan-batasan yang diperbolehkan secara syar’i dalam
mengekspresikan seni.
B. KONSEP SENI MENURUT PERSPEKTIF ISLAM

Seni islam merupakan sebagian daripada kebudayaan islam dan perbedaan antara seni islam
dengan bukan islam ialah dari segi niat atau tujuan dan nilai akhlak yang terkandung dalam hasil
seni islam. Pencapaian yang dibuat oleh seni islam itu juga merupakan sumbangan daripada
tamadun islam di mana tujuan seni islam ini adalah kerana allah swt. Walaupun seni merupakan
salah satu unsur yang disumbangkan tetapi Allah melarang penciptaan seni yang melampaui
batas. Firman Allah swt yang bermaksud : "Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang
melampaui batas."
Keindahan merupakan salah satu ciri keesaan, kebesaran dan kesempurnaan Allah swt lantas
segala yang diciptakanNya juga merupakan pancaran keindahanNya. Manusia dijadikan sebagai
makhluk yang paling indah dan paling sempurna. Bumi yang merupakan tempat manusia itu
ditempatkan juga dihiasi dengan segala keindahan. Allah swt bukan sekadar menjadikan manusia
sebagai makhluk yang terindah tetapi juga mempunyai naluri yang cintakan keindahan. Di
sinilah letaknya keistimewaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain seperti malaikat,
jin dan hewan. Konsep kesenian dan kebudayaan dalam Islam berbeda dengan peradaban Islam
yang lain.
Dalam pembangunan seni, kerangka dasarnya mestilah menyeluruh dan meliputi aspek-aspek
akhlak, iman, masalah keagamaan dan falsafah kehidupan manusia. Seni mestilah merupakan
satu proses pendidikan yang bersifat positif mengikut kaca mata Islam, menggerakkan semangat,
memimpin batin dan membangunkan akhlak. Artinya seni mestilah bersifat "Al-Amar bil Ma'ruf
dan An-Nahy 'an Munkar" (menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran) serta
membangunkan akhlak masyarakat, bukan membawa kemungkaran dan juga bukan sebagai
perusak akhlak ummat. Semua aktivitas kesenian manusia mesti ditundukkan kepada tujuan
terakhir (keridhaan Allah dan ketaqwaan). Semua nilai mestilah ditundukkan dalam
hubunganNya serta kesanggupan berserah diri. Seni juga seharusnya menjadi alat untuk
meningkatkan ketaqwaan.
Diantara masalah yang paling rumit dalam kehidupan Islami adalah yang berkaitan dengan
hiburan dan seni. Karena kebanyakan manusia sudah terjebak pada kelalaian dan melampaui
batas dalam hiburan dan seni yang memang erat hubungannya dengan perasaan, hati serta akal
dan pikiran. 
Sebagian orang menggambarkan umat islam sebagai masyarakat ahli ibadah dan kerja keras,
maka tak ada tempat bagi orang-orang yang lalai dan bermain-main, tertawa bergembira ria,
bernyanyi atau bermain musik. Tidak boleh bibir tersenyum, mulut tertawa, hati senang, dan tak
boleh kecantikan terlukis pada wajah-wajah manusia .
Mungkin sebagian orang yang ekstrim setuju terhadap sikap mereka yang bermuka masam, dahi
berkerut, dengan penampilan seram dan orang yang keras, putus harapan, gagal atau gagap.
Namun sebenarnya, kepribadiaan yang buruk ini bukanlah dari ajaran agama. Maksudnya
mereka sendirilah yang mewajibkan tabiat buruk tersebut atas nama agama. Sementara agama
sendiri tidak memerintahkannya, tetapi persepsi merekalah yang salah. 
Sedangkan Islam adalah agama yang realistis. Ia tidak berada didunia khayal dan idealisme
semu, namun mendampingi umat manusia didunia yang nyata dan dapat dirasakan. Ia tidak
memperlakukan manusia seakan-akan malaikat yang mamiliki sayap, akan tetapi
memperlakukannya sebagai manusia yang makan dan minum. Karena itu Islam tidak menuntut
dan tidak mengasumsikan umat manusia agar seluruh kata-katanya adalah dzikir, seluruh
diamnya adalah pikir, seluruh pendengarannya adalah lantunan Al-Qur’an, dan semua waktu
luangnya berada di masjid. Akan tetapi mengakui eksistensi mereka secara seutuhnya, fitrah dan
instingnya, yang telah Allah ciptakan dengannya. Allah SWT telah menciptakan mereka dengan
tabiat bersuka cita, bersenag-senang, tertawa, bermain-main, sebagaimana mereka diciptakan
senang makan dan minum . 
Kebalikan dari tabiat diatas adalah orang-orang yang bebasa mengumbar hawa nafsunya.
Hidupnya diisi dengan hiburan dan kesenangan, mencampuradukkan antara yang di syari’atkan
dan yang dilarang, antara yang halal dan yang haram. Mereka serba permisif dan mengeks-
ploitasi kebebasannya, menyebarkan kesesatan terselubung maupun terang-terangan,semuanya
mengatas namakan seni refreshing, mereka lupa bahwa hukum agama tidak melihat label
namanya tetapi pada esensinya.
Maka, untuk menghindari kekeliruan dalam memutuskan masalah tersebut dibutuhkan ketelitian
dan pemahaman nash-nash yang benar dan tepat, jelas argumentasinya, dan juga menguasai
maksud-maksud syari’at serta kaidah-kaidah fiqh yang telah ditetapkan. 
Rosulullah merupakan teladan yang indah bagi kehidupan manusia seutuhnya. Dalam
kesendiriannya, beliau shalat berlama-lama dalam kekhusyukan, dalam tangis, serta dalam
berdirinya sehingga bengkaklah kedua kaki beliau tidak peduli kepada siapapun. Akan tetapi
ketika ditengah-tengah kehidupan masyarakat, baeliau adalah manusia biasaa yang mencintai
kelezatan hidup, bermuka manis, dan tersenyum, bermain-main dan bersenda gurau, namun tetap
tidak mengatakan sesuatu kecuali kebenaran. . Salah satu gurauan Rosulullah adalah seperti yang
diriwayatkan, anatara lain:
Seorang wanita tua datang kepada Nabi, sembari berkata : “wahai Rosulullah, mohonkanlah
kepada Allah agar Allah memasukkan say ke dalam surga”. Dan Rosulullah menjawab :”wahai
ummu fulan, surga itu tidak dimasuki oleh orang tua”. Mendengar itu , tentu saja siwanita tua
gemetar dan menangis, karena mengira bahwa dirinya tidak akan masuk surge. Ketika
Rosulullah SAW. Melihat reaksi wanitra tua itu , beliau lalu menjelaskan maksud ucapannya,
“sungguh orang tua tidak masuk surge dalam keadaan tua. Namun Allah menciptakannya dalam
benruk yang lain, lalu memasukkannya kesurga dalankeadaan muda belia. (kemudian beliau
membacakan ayat al-Qur’an surat: Al-Waqi’ah ayat 35-37) yang artinya: sesungguhnya Kami
menciptakan mereka dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh
cinta lagi sebaya umurnya”.

C. PRINSIP-PRINSIP (CIRI-CIRI) KESENIAN ISLAM


1. Mengangkat martabat insan dengan tidak meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan dan
nilai-nilai yang ada disekelilingnya, manakala manusia menjadi seniman yang menggarap
segala unsur kesenian untuk tunduk serta patuh kepada keridhaan Allah swt.
2. Mementingkan persoalan akhlak dan kebenaran yang menyentuh aspek-aspek estetika,
kemanusiaan, moral dan lain-lain lagi.
3. Kesenian islam menghubungkan keindahan sebagai nilai yang tergantung kepada
keseluruhan kesahihan islam itu sendiri. menurut islam, kesenian yang mempunyai nilai
tertinggi ialah yang mendorong ke arah ketaqwaan, kema'rufan, kesahihan dan budi yang
mantap.
4. Kesenian islam terpancar daripada wahyu Allah, sama seperti undang-undang Allah dan
syariatnya. maknanya ia harus berada di bawah lingkungan dan peraturan wahyu. ini
yang membedakan kesenian islam dengan kesenian bukan islam. 
5. Kesenian islam menghubungkan manusia dengan tuhan, alam sekitar dan sesama
manusia Dan juga makhluk.
Terdapat lima hukum dalam seni dapat diperincikan.di antaranya:
i. Wajib : jika kesenian itu amat diperlukan oleh muslim yang mana tanpanya
individu tersebut boleh jatuh kepada mudarat seperti keperluan manusia untuk
membina dan untuk memperindah bentuk masjid yang dimaksudkan untuk
menarik hati orang agar ramai untuk mengunjungi rumah Allah swt tersebut.
ii. Sunnah : jika kesenian itu diperlukan untuk membantu atau menaikkan semangat
penyatuan umat islam seperti dalam nasyid, qasidah dan shalawat kepada
Rasulullah saw yang diucapkan beramai-ramai dalam sambutan maulid rasul atau
seni lagu Al-Quran (tilawah).
iii. Makruh : jika kesenian itu membawa unsur yang sia-sia seperti karya seni yang
tidak diperlukan oleh manusia.
iv. Haram : jika kesenian itu berbentuk hiburan yang :
Melengahkan manusia sehingga mengabaikan kewajiban-kewajiban yang berupa
tanggung jawab asas terhadap Allah swt khasnya seperti ibadah dalam fardhu ain
dan kifayah. Memberi khayalan kepada manusia sehingga tidak dapat
membedakan antara yang hak (benar) dan yang batil (salah). Dicampuri dengan
benda-benda haram seperti arak, judi, narkotika dan berbagai kemaksiatan yang
lain. Ada percampuran antara lelaki dan perempuan yang bukan mahram seperti
pergaulan bebas tanpa batas dalam bentuk bersuka-suka yang melampaui batas.
Objek atau arca dalam bentuk ukiran yang menyerupai patung sama ada yang
dibuat dari kayu, batu dan lain-lain. Seni yang merusak akhlak dan memudaratkan
individu atau yang berbentuk tidak bermoral seperti tarian terkini (kontemporari).
Jenis-jenis seni yang dipertontonkan sebagai maksud atau niat untuk
memamerkan dengan sikap kesombongan.
v. Mubah : apa saja bentuk seni yang tidak ada nash yang mengharamkannya.
D. PANDANGAN ULAMA ISLAM TENTANG SENI
 Seni musik
Jumhur ulama sepakat bahwa bentuk seni musik (nyanyian) yang memalingkan
dari dzikrullah hukumnya haram, namun kemudian berbeda pandangan mengenai
seni musik yang tidak memalingkan daridzikrullah. Pendapat pertama yang
menyatakan bahwa nyanyian dan seni musik merupakan seruling syaitan yang
dilarang.
 Seni Pahat/ Seni Patung/ Seni Lukis
Para ulama berpendapat bahwa tingkat pengharaman itu semakin bertambah
manakala patung tersebut berbentuk orang yang diagungkan seperti Al-Masih.
Sedang boneka untuk mainan anak-anak diperbolehkan. Adapun mengenai
filosofis ulama mesir al-Allammah Syaikhk Muhammad Baqith al-Muthi’i
berpendapat bahwa fotografi itu hukumnya mubah, karena aktivitas fotogrfi tidak
termasuk dalam aktivitas mencipta sebagaimana yang disinyalir dalam ungkapan
hadist…”(mencipta seperti ciptaanKu….), karena foto itu hanya menahan
bayangan. Pendapat lain banyak disetujui oleh banyak ulama termasuk Syaikh
Yusuf Qardhawi, dengan catatan foto wanita telanjang diharamkan.
 Seni Tari
Seni tari sudah dikenal dimasa Rasulullah, seperti tarian Habasyah yang
dipertunjukkan oleh orang-orang Habasyah (ethiopa sekarang) ketika mereka
menari meluapkan kegembiraan menyambut kedatangan Rasulullah di kota
madinah, bahkan suatu sat Rasulullah pernah mengizinkan Aisyah untuk
menonton pertunjukan tarian habasyah yang sangat sederhana dengan
menjinjitkan kaki.
Namun di kalangan ulama persoalan seni tari ini masih menjadi perdebatan antara
yang membolehkan dengan syarat sesuai dengan adab-adab Islam, ataupun yang
sama sekali tidak membolehkan. Hal ini berdasarkan fenomena yang ada di
masyarakat bahwa seni tari yang dikenal saat ini cenderung mengarah kepada
tindakan tabarruj (memamerkan diri di kalangan yang bukan mahrom), maupun
ikhthilath (campur baur laki-laki dan wanita dalam satu majelis tanpa
mengindahkan adab-adab Islam).
 Seni Penulisan (Sastera)
Manakala seni penulisan telah dikaitkan dengan seni kesusatetraan. Seni
kesusasteraan memang mendapat sambutan yang sangat hangat di kalangan umat
Islam dan itu terjadi karena kesusateraan Islam bersumberkan Al-Quran dan al-
Sunnah yang mana kesusasteraan Al-Quran dapat dilihat dari dua aspek yaitu
keindahan bahasa dan dari segi isinya. Di sini dapat dilihat bahwa hasil atau
sumbangan kesusateraan yang berteraskan al-Quran dan al-Sunnah telah
menyebabkan kaum musyrikin memeluk agama Islam hanya apabila mendengar
al-Quran. Contohnya al-Walid al-Mughirah yang merupakan penyair yang
terkenal pada zaman Jahiliyyah dan pengkritik yang paling tajam terhadap
Rasulallah saw, Umar al-Khattab serta Labid, Rabiah dan Jubair bin Mat'am.
Al-Quran telah berjaya melumpuhkan keangkuhan dan kejaguhan sastrawan Arab
dari segi keindahan bahasa kesusteraan dan yang lebih menakjubkan lagi ianya
bukan saja menggetarkan jiwa mereka yang memahami bahasa arab malah
melintasi batas pribadi, bahasa, keturunan, kebudayaan, geografi, pangkat dan
sebagainya. Kesussastraan Islam mula disebarkan oleh Rasulallah s.a.w dan terus
berkembang pada zaman khalifah-khalifah al-Rashidin, Umaiyah dan
Abbasiyyah. Selain al-Quran, karya kesusteraan Islam juga meliputi Syair, Rubai',
Burdah, Prosa dan sebagainya.

E. BENTUK dan KORELASI KARYA SENI ISLAM


 Seni rupa asli Jazirah Arab

Seni rupa asli Jazirah Arab bisa terlihat dari arsitektur di sekitar
wilayah Makkah dan Madinah. Kedua kota ini merupakan pusat pemerintahan pada masa
Nabi Muhammad.

Biasanya arsitektur asli Jazirah Arab berupa bentuk bangunan segi empat sederhana yang
difungsikan sebagai tempat ibadah. Bagian tengah merupakan lapangan terbuka dengan
dikelilingi pilar, dinding, dan kamar-kamar. Lapangan berfungsi sebagai tempat salat berjamaah
dan di bagian depan kiblat terdapat mimbar untuk khatib yang memberikan ceramah keagamaan.
Contoh bangunan yang masih memperlihatkan ciri arsitektur ini adalah Masjid Nabawi.

 Seni rupa Umayyah

Seni rupa pada zaman Umayyah banyak dipengaruhi oleh kesenian Bizantium, sebagai akibat
dipindahkannya pusat pemerintahan Islam dari Makkah ke Syria. Seni rupa ini banyak
memperlihatkan ciri seni rupa kristen awal, yaitu bentuk-bentuk basilika dan menara. Seperti
bisa dilihat di Masjid Umayyah yang awalnya adalah Gereja Johannes di Damaskus. Interior
masjid ini digarap seniman-seniman Yunani dari Konstantinopel.
Pada masa ini ragam hias mosaik dan stucco yang dipengaruhi oleh pengulangan geometris
sebagai tanda berkembang pesatnya ilmu pengetahuan. Selain itu ciri khas lapangan di tengah
masjid mulai diganti oleh ruangan besar yang ditutup kubah.

Pada masa ini pula dikenal kalifah yang sangat memperhatikan kelestarian masjid-masjid, yaitu
Kalifah Abdul Malik dan Kalifah Al-walid. Kalifah Abdul Malik membangun Kubah Batu
Karang (dikenal pula dengan nama Masjid Quber esh Sakhra dan Masjid Umar) sebagai
pengingat tempat dinaikkannya Nabi Muhammad ke langit pada peristiwa Isra-Miraj. Selain itu
dibangun pula Masjid Al Aqsa.

Dinasti Umayyah juga meninggalkan banyak istana yang memiliki ciri tersendiri, yaitu bangunan
di tengah-tengah gurun pasir yang terasing, walaupun kini banyak yang telah rusak. Contohnya
adalah Istana Kusair Amra.

 Seni rupa Abbasyiah

Perkembangan seni rupa periode ini dimulai sejak tahun 747 M sebagai akibat keruntuhan
Dinasti Umayyah akibat revolusi oleh Keluarga Abbasiyah bersama kelompok Syiah. Seni rupa
ini terkonsentrasi di pusat pemerintahan baru di daerah Baghdad dan kemudian pindah ke
Sammara, Persia (sekarang wilayah Iran dan Irak). Walaupun sebenarnya Baghdad adalah pusat
pemerintahan dan kebudayaan, namun penyerangan oleh bangsa Mongol membuat hampir
seluruh peninggalan di daerah ini musnah, sehingga bukti karya lebih banyak didapat di daerah-
daerah sekitarnya.

Seni rupa pada zaman ini maju akibat lancarnya perdagangan dengan bangsa Syria, Tiongkok,
India, dan bahkan Nusantara. Selain itu dimulai banyak penerjemahan tulisan-tulisan kuno
Yunani, sehingga seni ilustrasi berkembang.

Peninggalan penting dari masa ini adalah Masjid Mutawakkil, Masjid Abu Delif, dan bekas
istana kalifah. Masjid pada zaman ini berciri mirip bangunan kuno mesopotamia, yaitu menara
yang semakin mengecil di bagian ujungnya dan motif hias abjad Kufa, yaitu motif hias dari
kaligrafi berbentuk tajam dan kaku. Selain itu ditemukan bentuk tiang melengkung.

Pindahnya kekuasaan dari keluarga Abbasyiah ke Fatimiyah dan dipindahkannya ibukota ke


Mesir membuat pengaruh seni Afrika Utara menjadi kuat.
 Seni rupa Turki

Pengaruh Turki didapat dari penaklukan Iran oleh bangsa Turki pada abad ke-11 M. Di bawah
kekuasaan ini Romawi Timur, Iran, Mesopotamia, dan Asia Kecil bersatu di bawah kerajaan
bercorak Islam.

Pada masa ini seni rupa yang berkembang adalah dekorasi dan tekstil. Antara lain ditemukan
teknik hias batu bata. Selain itu ditemukan kaligrafi dengan abjad nashi dan juga banyak
pengaruh keramik-keramik Tiongkok dari dinasti Sung.

 Seni rupa Kordoba

Dimulai pada tahun 750, Seni rupa Kordoba meliputi daerah Spanyol dan Moor. Contoh
peninggalannya adalah Masjid Kordoba. Ia merupakan gabungan kesenian Yunani klasik dan
kesenian lokal yang tidak terorganisasi dengan baik menjadi satu kesatuan. Ciri utamanya adalah
pelengkung tapal kuda.

F. Kontroversi hukum seni rupa

Ada banyak sekali pendapat mengenai seni rupa di dalam Islam. Pandangan kaum
konservatif yang populer pada awal kemunculan Islam beranggapan bahwa segala bentuk
peniruan adalah usaha menyaingi kesempurnaan Tuhan dan wujud keinginan
menciptakan Tuhan baru. Tetapi banyak pula yang menyatakan bahwa bagaimanapun hasil
penciptaan manusia tetap tidak akan bisa menyamai apa yang telah diciptakan Tuhan ataupun
Tuhan itu sendiri, sehingga seni rupa tidak bisa dianggap penjiplakan saja, tetapi diiringi pula
dengan stilasi yang memperlihatkan keagungan Pencipta. Sementara pendapat lain terbentuk atas
pengaruh kebudayaan Eropa, yang menganggap proses seni rupa adalah hal normal, ia sama
sekali tidak bisa dianggap sebagai usaha menciptakan makhluk baru ataupun Tuhan baru,
sehingga sama sekali tidak perlu dilarang.

Bagaimanapun sangat sulit menemukan peninggalan seni patung dari seni rupa Islam, karena
sejarahnya yang berhubungan langsung dengan tindakan berhala. Tetapi tidak sulit menemukan
bentuk-bentuk makhluk hidup dalam bentuk perabotan. Juga dengan mudah bisa ditemukan
lukisan-lukisan di dinding istana dan gambar ilustrasi untuk buku-buku terjemahan ilmu
pengetahuan walaupun hanya sebagai tiruan dari ilustrasi buku aslinya.
BAB III

KESIMPULAN

o KESIMPULAN

Islam adalah agama yang realistis. Ia tidak berada didunia khayal dan idealisme semu, namun
mendampingi umat manusia didunia yang nyata dan dapat dirasakan. Ia tidak memperlakukan
manusia seakan-akan malaikat yang mamiliki sayap, akan tetapi memperlakukannya sebagai
manusia yang makan dan minum. Karena itu Islam tidak menuntut dan tidak mengasumsikan
umat manusia agar seluruh kata-katanya adalah dzikir, seluruh diamnya adalah pikir, seluruh
pendengarannya adalah lantunan Al-Qur’an, dan semua waktu luangnya berada di masjid. Akan
tetapi mengakui eksistensi mereka secara seutuhnya, fitrah dan instingnya, yang telah Allah
ciptakan dengannya. Allah SWT telah menciptakan mereka dengan tabiat bersuka cita, bersenag-
senang, tertawa, bermain-main, sebagaimana mereka diciptakan senang makan dan minum
Dari apa yang telah kami sajikan diatas , ada beberapa hal yang bisa kami simpulkan mengenai
konsep seni dalam islam: pertama, seni suara / musik dalam islam dibolehkan dengan syarat seni
yang diekspresikan sejalan dengan adab-adab islam , tidak bercampur dengan aneka ragam
bentuk kemunkaran seperti yang biasa terjadi di diskotik-diskotik maupun di pub-pub.
Kedua, seni patung diharamkan bila berbentuk utuh dan mengarah kepada pengkultusan
individu, yang dikhawatirkanakan mengarah kepada kemusyrikan. Adapun seni fotografi bersifat
mubah, bilamana hal ini dilakukan dalam konteks yang ma’ruf.
Ketiga, adapun menyangkut seni tari, para ulama masih banyak memperdebatkan mengenai
kebolehan hal ini, meskipun ada hadist-hadist yang memberi dasar kebolehan seni tari cukup
kuat sehingga perlu pembahasan lebih rinci mengenai batas tertentu. 
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qardhawi, Yusuf. 2001. Fiqih Musik dan Lagu, persfektip Al-Quran dan As-Sunnah.
Bandung : Mujahid Press
Al-Qardhawi, Yusuf. 2003. Halal Haram dalam Islam. Solo : Era Intermedia
HR. Abdun bin Hunan dan Tirmidzi. Dalam Al-Qardhawi, Yusuf. 2003. Halal Haram dalam
Islam. Solo : Era Intermedia
Http//agungekonugroho. Blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai