Anda di halaman 1dari 5

Homework Dr.Jonas Sp.

OG
1. Arteri yang memperdarahi uteri
Arteri yang mempedarahi uteri adalah A. Uterina, cabang dari A. Iliaca interna.
Arteri ini berjalan menyilang pagkal ligamentum latum uteri; pada bagian ini A.
Uterina disilag oleh ureter di depannya. Di dekat cervix uteri, arteri ini berjalan ke
atas menuju corpus uteri, kemudian beranastomosis dengan A. Ovarica.
Darah dari uterus diangkut oleh V. Uterinae dan dialirkan menuju Plexus venosus
pada ligamentum latum uteri, kemudian ke V. Iliaca interna.
2. Ligamentum yang menggantung uteri
Ligamentum Cardinale : merupakan ligamentum yang terpenting untuk
mencegah agar uterus tidak turun. Terdiri atas jaringan ikat tebal, berjalan dari
serviks dan puncak vagina kea arah lateral ke dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan banyak pembuluh darah, Antara lain vena dan arteria uterine.
Ligamentum Uretro sacral : Menahan uterus supaya tidak banyak bergerak,
berjalan melengkung dari bagian belakang serviks kanan dan kiri melalui dinding
rectum kea rah os sacrum kiri dan kanan.
Ligamentum Rotundum : menahan uterus dalam antefleksi, dan berjalan dari
sudut fundus uteri kiri dan kanan ke adaerah inguinal kiri dan kanan,
Ligamentum Latum : ligamentum yang berjalan dari uterus kea rah lateral, dan
tidak banyak mengandung jaringan ikat.
3. Lapisan-lapisan dinding uterus
Perimetrium : asal dari peritoneum dan melekat erat pada fundus uteri, bagian
depan fundus uteri, bagian depan corpus uteri dan seluruh bagian belakang
uterus. Di tepi lateral uterus dan daerah cervix uteri, perimetrium tidak melekat
erat sehingga mudah dilepaskan dari dasarnya.
Myometrium : Laapisan ini menyusun sebagina diding uterus, terdiri dari jaringan
otot polos yang berlanjut dngan lapisan otot vagina dibawahnya.
Endometrium : Lapisan tipis permukaan halus, melekat erat pada dasarnya, dan
mengandung sejumlah kalenjar uterus yang aktivitasnya dipengaruhi oleh siklus
menstruasi.

4. Jumlah ovum pada bayi wanita
Pada waktu bayi lahir cukup bulan, pembentukan genitalian interna sudah
lengkap, jumlah folikel primordial dalam kedua ovarium telah lengkap, yakni
sebanyak 750,000 butir dan tidak bertambah lagi dalam kehidupan selanjutnya.
5. Siklus Haid
Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada pula
setiap 21 hari dan 30 hari) yaitu sebagai berikut : Pada hari 1 sampai hari ke-14
terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh
hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone)
Pada saat tersebut sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum
yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel De Graaf yang masak,
folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH
(Luteinizing Hormone) dari hipofisis.
Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu
endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen
menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH
yang berfungsi merangsang folikel de Graaf yang masak untuk mengadakan
ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut
fase estrus.
Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi
Corpus Luteum. Corpus Luteum menghasilkan hormon progesteron yang
berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah
untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain
itu progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya
korpus luteum mengecil dan menghilang.
Pembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada
endometrium terhenti, endometrium menjadi mengering dan selanjutnya akan
terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28.
Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada
progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan proses oogenesis
kembali.

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
i. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang
dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
ii. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH
iii. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolactin
Pada tiap siklus dikenal 3 fase utama yaitu:
i. Fase menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu
endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan
hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah
ii. Fase proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi
pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim
untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali.
Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung
telur (disebut ovulasi)
iii. Fase sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi.
Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan
endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi
(perlekatan janin ke rahim)
6. Pengukuran panggul
Pemeriksaan panggul secara klinis (pelvimetri klinis) merupakan cara
pemeriksaan yang penting untuk mendapatkan keterangan lebih banyak tentang
keadaan panggul. Pemeriksaan panggul luar tidak banyak artinya kecuali untuk
pengukuran pintu bawah panggul dan dalam beberapa hal khusus seperti
panggul yang miring. Pada pemeriksaan panggul dalam dilakukan vaginal toucher
dan yang dievaluasi antara lain :
Promontorium
Linea innominata
Spina iskiadika
Dinding samping panggul
Os cocxygis
Lengkung sacrum

Pemeriksaan dilakukan pada usia kehamilan 36 minggu. Caranya, dokter/bidan
akan memasukkan dua jarinya (jari telunjuk dan tengah) ke jalan lahir hingga
menyentuh bagian tulang belakang/promontorium.
Setelah itu, dokter/bidan akan menghitung jarak dari tulang kemaluan hingga
promontorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah
panggul.
Jarak minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm. Jika
kurang maka dikategorikan sebagai panggul sempit.
Namun, jika bayi yang akan lahir tidak terlalu besar, maka ibu berpanggul sempit
dapat melahirkan secara normal.
Panggul tengah di ukur dengan cara memeriksa spina ischiadika atau tonjolan
tulang panggul yang teraba menonjol atau tidak, dan sudut tulang kemaluan
lebih dari 90 derajat dan inter tuberosum lebih dari 8 cm untuk mengetahui
panggul bawah luas.
Bagian terendah kepala sampai spina ischiadica atau lebih rendah.
Caput succedaneum yang besar dapat memberi kesan yang salah, dimana seolah-
olah bagian terendah sudah sampai setinggi spina ischiandica, padahal kepala
masih tinggi, maka hasil pemeriksaan dalam harus selalu disesuaikan dengan
hasil pemeriksaan luar
Pemeriksaan dalam, untuk menentukan ukuran dan bentuk panggul :
Dengan pemeriksaan dalam dapat kita ukur CD, tapi kita juga dapat mengesan
bentuk panggul. Yang harus diperiksa ialah :
Apakah promotorium teraba atau tidak. Bila teraba berapa CD nya.
Apakah tidak ada tumor (exostose) pada permukaan belakang sympisis.
Apakah linea innominata teraba seluruhnya atau sebagian.
Apakah sidewalls (dinding samping) lurus, convergent atau divergent oleh
karena ukuran yang luas pada inlet tidak perlu diikuti oleh bidang sempit
panggul dan pintu bawah panggul.
Apakah kedua spina ischiadica menonjol atau tidak. Sering terdapat
bahwa spina yang menonjol disertai dengan dinding samping yang
convergent.
Apakah os sacrum mempunyai inklinasi ke depan dan belakang.
Perhatikan pula lomkavitas dari sacrum. Dalam keadaan pathologic
sacrum mempunyai bentuk hampir lurus.
Apakah sudut arcus pubis cukup luas atau tidak.
Bidang tengah panggul
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tak dapat diukur secara klinis dan
memerlukan pengukuran secara rontgen.

Pintu bawah pangul
Diameter transversa dan diameter sagitalis posterior dan anterior dapat diukur
dengan pelvimeter dari Thoms.
Tapi pengukuran diameter transversa ini adalah pengukuran yang kasar, karena
tubera ischii tertutup oleh lapisan otot dan lemak yang berbeda tebalnya dari
orang ke orang. Ukuran yang lebih besar dari 8 cm, dianggap mencukupi.
Karena pengukuran diameter transversa kurang tepat, maka dianjurkan untuk
memperhatukan bentuk arcus pubis yang hendaknya merupakan sudut yang
tumpul.

Anda mungkin juga menyukai