Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KIMIA FISIKA (LARUTAN)

NAMA : WYNNE RAPHAELA


NIM : 131424027
KELAS : 1A TKPB

I. Pembagian larutan
1. Larutan Elektrolit
adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik jika larutan tersebut mengandung
partikel-partikel yang bermuatan listrik (ion-ion) dan bergerak bebas didalam larutannya,Zat
elektrolit yang terurai sempurna di dalam air disebut Elektrolit Kuat dan larutan yang
dibentuknya disebut Larutan Elektrolit Kuat. Zat elektrolit yang hanyak terurai sebagian
membentuk ion-ionnya di dalam air disebut Elektrolit Lemah dan larutan yang dibentuknya
disebut Larutan Elektrolit Lemah.

2. Larutan Non-Elektrolit
Larutan Non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantar listrikSedangkan zat
non elektrolit itu sendiri merupakan zat-zat yang di dalam air tidak terurai dalam bentuk ion-
ionnya, tetapi terurai dalam bentuk molekuler.

Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:
- Larutan urea
- Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain

II. Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik

Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan terbagi menjadi 2 golongan yaitu larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit. Sedangkan elektrolit dapat dikelompokkan menjadi larutan
elektrolit kuat dan elektrolit lemah sesuai skema penggolongan berikut.


A. Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.

1. Elektrolit Kuat

- Terionisasi sempurna
- Menghantarkan arus listrik
- Mampu menyala terang
- Merdapat gelembung gas

Larutan elektrolit kuat dapat berupa :
Asam Kuat : HCl, H2SO4, HNO3, HClO4
Basa Kuat : NaOH, KOH, Ca(OH)2
Garam : NaCl, K2SO4, CaCl2

Garam adalah senyawa yang terbentuk dari sisa asam dan basa dengan reaksi sebagai berikut :
Asam + Basa ---> Garam + H2O,
Contoh,
2HCl + Ca(OH)2 ---> CaCl2 + 2H2O

dari reaksi di atas terlihat garam tersusun dari gabungan Cl
-
sebagai ion negatif (anion) dan Ca
2+

sebagai ion positif (kation), contoh ion2 lain yang dapat membentuk garam yakni :

Kation : Na
+
, L
+
, K
+
, Mg
2+
, Ca
2+
, Sr
2+
, Ba
2+
, NH4
+

Anion : Cl
-
, Br
-
, I
-
, SO4
2-
, NO3
-
, ClO4
-
, HSO
-
, CO3
2-
, HCO3
2-


sebagai contoh garam yang dapat terbentuk dari gabungan kation dan anion di atas antaralain :




2. Elektrolit Lemah

- Terionisasi sebagian
- Menghantarkan arus listrik
- Lampu menyala redup
- Terdapat gelembung gas

Daya hantarnya buruk dan memiliki derajat ionisasi (kemampuan mengurai menjadi ion-
ionnya) kecil. Makin sedikit yang terionisasi, makin lemah elektrolit tersebut. Dalam persamaan
reaksi ionisasi elektrolit lemah ditandai dengan panah dua arah (bolak-balik) artinya reaksi
berjadal dua arah di satu sisi terjadi peruraian dan di sisi lain terbentuk kembali ke bentuk
senyawa mula2.

Contoh larutan elektrolit lemah adalah semua asam lemah dan basa lemah asam adalah yang
menghasilkan/melepas H
+
dan basa yang menghasilkan OH
-
atau menangkap H
+
misalnya :



kekuatan elektrolit lemah ditentukan oleh derajat dissosiasinya yang dirumuskan :


Maka berdasarkan rumus di atas untuk mendapatkan jumlah zat mengion dilakukan
dengan cara mengalikan jumlah sat mula2 dengan derajat dissosiasinya....semakin besar harga
derajat dissosiasinya maka semakin banyak konsentrasi larutan yang terurai menjadi ion2ya
(mengion)

B. Non Elektrolit

- Tidak terionisasi
- Tidak menghantarkan arus listrik
- Lampu tidak menyala

Contoh :
C6H12O6 (amilum/karbohidrat), C12H22O11, CO(NH2)2 (Urea) dan C2H5OH
(Alkohol/etanol), dll

III. Penyebab Larutan Elektrolit dapat Menghantarkan Listrik

Sebagai contoh larutan elektrolit adalah HCl, Larutan HCl di dalam air mengurai menjadi
kation (H+) dan anion (Cl-). Terjadinya hantaran listrik pada larutan HCl disebabkan ion H
+
menangkap elektron pada katoda dengan membebaskan gas Hidrogen (H2). Sedangkan ion-ion
Cl
-
melepaskan elektron pada anoda dengan menghasilkan gas klorin (Cl2).

Perhatikan gambar berikut.


IV. Hubungan Elektrolit dengan Jenis Ikatan Kimia

Jika diperhatikan lebih teliti dari jenis ikatannya, larutan elektrolit ada yang berasal dari
ikatan ionik dan ada juga yang berasal dari ikatan kovalen polar....Sebagai contoh larutan NaCl
dan NaOH berasal dari senyawa ion, sedangkan HCl, CH3COOH, NH4Cl berasal dari senyawa
kovalen
1. Senyawa ionik
Senyawa ionik adalah senyawa yang atom-atomnya berikatan secara ionik, yang disebabkan
adanya gaya elektrostatik dari atom-atom yang muatannya berlawanan (ion positif dan ion
negatif). Atom yang kehilangan elektron menjadi ion positif (kation) dan atom yang menerima
elektron menjadi ion negatif (anion). Dalam larutan, senyawa ionik akan terurai sempurna
menjadi ion-ionnya yang bergerak bebas. Ion-ion itulah yang menghantarkan arus listrik.
2. Senyawa Kovalen
kovalen adalah senyawa yang atom-atomnya berikatan secara kovalen. Ikatan kovalen
terjadi akibat penggunaan bersama-sama pasangan elektron oleh dua atom. Senyawa kovalen
yang dapat menghantarkan arus listrik adalah seyawa kovalen polar yang dapat mengalami
ionisasi bila dilarutkan dalam pelarut (biasanya pelarut air).
Daya hantar listrik berhubungan dengan adanya ion-ion zat terlarut dalam larutan. Semakin
banyak jumlah ion dalam larutan, maka daya hantar listrik akan semakin baik, dan sebaliknya.
Berdasarkan kekuatannya dalam menghantarkan arus listrik, larutan elektrolit dibedakan menjadi
larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah.
Contoh dari larutan elektrolit adalah larutan NaCl (garam dapur), jika garam dapur dilarutkan
dalam air maka akan teurai menjadi ion-ion bebasnya, sehingga dalam larutan NaCl terdapat
spesi bermuatan yakni Na
+
dan Cl
-
.




Gambaran pelarutan NaCl secara mikroskopik adalah sebagai berikut:

Daya hantar listrik berhubungan dengan adanya ion-ion zat terlarut dalam larutan.
Semakin banyak jumlah ion dalam larutan, maka daya hantar listrik akan semakin baik, dan
sebaliknya semakin sedikit jumlah ion dalam larutan, maka daya hantar listrik nya juga menurun.
Berdasarkan kekuatannya dalam menghantarkan arus listrik, larutan elektrolit dibedakan menjadi
larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah.
Untuk dapat membedakan larutan elektrolit ionik dan kovalen perhatikanlah contoh2 di bawah
ini :




V. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di
dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan
jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per
million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer
(berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut
tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).
Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif larutan. Keempat sifat itu ialah:
1. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni.
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejala tekanan osmotik.
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan non
elektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah
jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit
jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat
koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan
merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan. Akan
tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu
dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu.

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat
larutan itu sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut: Molar,
yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan
Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut dan
zat terlarut.

a) Penurunan Tekanan Uap
Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi gas. Ada
kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan penguapan dari
setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan semakin mudah menguap jika
suhunya semakin tinggi
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk melepaskan
diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam cairan
dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan, maka hanya
sebagian pelarut saja yang menguap, karene sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat
terlarut. Besarnya penurunan ini di selidiki oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap cairan
tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada diatas permukaan cairan
dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu
kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan,
tekanan uap ini disebut tekanan uap jenuh
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan
tekanan uap. Pada suhu 20 C tekanan uap air jenuh diatas permukaan air adalah 17,53 mmHg.
Besarnya penurunan tekanan uap air akibat adanya zat terlarut disebut penurunan tekanan uap
larutan.

Sejak tahun 1887 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan antara tekanan
uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa besarnya tekanan uap
larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya. Penurunan
tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan
ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan P
A
= X
A
. P
A
o
. Dari hukum
Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap pelarut dalam larutan.
Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.


Atau
P = P
0
. X
t

P = tekanan uap larutan
X = fraksi mol
P = tekanan uap pelarut murni

Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat terlarut. Untuk
menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut terhadap penurunan tekanan
uap dapat dituliskan:
P = P
o
P

Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum Roult dapat
ditulis:
P
larutan
= X
pelarut
. P
pelarut

Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut. Tanda
negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap selalu lebih rendah diatas larutan
encer dibandingkan diatas pelarut murninya.

b) Peningkatan Titik Didih
Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Titik didih
larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya berlaku pada titik beku
larutan yang lebih rendah dibandingkan pelarut. Sifat ini dirumuskan sebagai berikut :

Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang menguap. Pada
suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan menimbulkan tekanan uap yang sama
dengan tekanan udara luar. Keadaan saat tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut
sama dengan tekanan udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas
pemukaan cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil
ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan tersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C. Hal itu berarti tekanan uap air
murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar) pada saat air dipanaskan sampai
100 C. Dengan demikian bila tekanan udara luar kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung)
maka titik didih air kurang dari 100 C.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka pada suhu 100 C
tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum mendidih. Untuk dapat mendidih
( tekanan uap air mencapai 1 atm) maka diperlukan suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan
suhu itulah yang disebut kenaikan titik didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan hasil kali
molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb). Dapat dirumuskan sebagai:
T
b
= K
b
. m
Jika
m = n x 1000
P

Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:

T
b
= K
b
( n x 1000 )
P


T
b
= besar penurunan titik beku
K
b
= konstanta kenaikan titik didih
m = molalitas dari zat terlarut
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut

Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. K
b
diperoleh dengan mengukur
kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui (artinya, mengandung zat
terlarut yang diketahui jumlah dan massa molalnya). Titik didih larutan merupakan titik didih
pelarut murni ditambah dengan kenaikan titik didihnya atau T
b
= T
b
+ T
b
(Oxtoby, 2001).
c) Penurunan titik Beku
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak antar partikel
sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik antar molekul yang
sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan menghasilkan proses pergerakan
molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan
suhu yang lebih rendah. Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan
titik beku. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan
titik beku larutan tersebut.

Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil
kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf) dinyatakan dengan
persamaan:
T
f
= K
f
. m
T
f
= K
f
( n x 1000 )
P

T
f
= penurunan titik beku
K
f
= tetapan ttitik beku molal
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut

Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan penurunan titik
bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya peningkatan titik didih, dapat
digunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di sini kita hanya
mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang mengkristalkan dari larutan adalah pelarut
murni. Jika zat terlarut mengkristal bersama pelarut, maka situasinya akan lebih rumit. Pelarut
padat murni berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut, sebagimana
ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan demikian pula, berada dalam kesetimbangan
dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut dalam larutan berada
bersama-sama, mereka harus memiliki tekanan uap yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku
larutan dapat diidentifikasi sebagi suhu ketika kurva tekanan uap pelarut padat murninya
berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap
pelarut turun dan titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut murni mulai muncul, turun.
Selisih dengan demikian bertanda negatif dan penurunan titik beku dapat diamati

d) Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya penting
dalam trasfor molekul melalui membran sel. Membran ini disebut semipermiabel, yang
membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan molekul besar seperti protein dan karbohidrat.
Membran semi permiabel dapat memisahkan molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang
besar.
Peristiwa bergeraknya partikel (molekul atau ion) melalui dinding semipermeabel disebut
osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik disebut tekanan osmotik. Besar
tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan memberikan beban pada kenaikan
permukaan larutan menjadi sejajar pada permukaan sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari larutan hipotonis
ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis dapat dihentikan jika diberi
tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut tekanan osmotik. Tekanan osmotik
dirumuskan :

Berdasarkan persamaan gas ideal:
PV = nRT
Maka tekanannya
P = nRT
V
Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan , dari persamaan diatas dapat diperoleh:

= nRT
V
atau
= M R T
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff. Penyimpangan ini terjadi
karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya
menjadi berlipat. Dari sini dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff.
Dirumuskan sebagai berikut :
= tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol )
T = suhu mutlak (K)

Tetapan titik beku molal (K
f
)
Pelarut Titik beku (
o
C) K
f
(
o
C)
Air
Benzena
Fenol
Naftalena
Asam asetat
Kamfer
Nitrobenzena
0
5,4
39
80
16,5
180
5,6
1,86
5,1
7,3
7
3,82
40
6,9


Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan
elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai
menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan
demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat
koligatif larutan elektrolit.

Anda mungkin juga menyukai