Anda di halaman 1dari 17

PENYAKIT MEMBRAN HIALIN

Penyakit membran hialin (PMH) merupakan


salah satu penyebab gangguan napas pada
bayi baru lahir selain asfiksia dan sepsis
neonatal.
Gangguan napas pada bayi baru lahir ini
merupakan sindroma yang terdiri dari salah
satu atau lebih gejala sebagai berikut :
pernapasan terlalu cepat > 60x/menit atau <
30x/menit, berhenti napas lebih dari 20 detik
(apnea), dengan/tanpa sianosis sentral,
tarikan dinding dada, merintih dan sering
dijumpai pada bayi berat lahir rendah dan
atau bayi prematur (bayi kurang bulan).
LANGKAH PROMOTIF/PREVENTIF
Mencegah persalinan prematur
Pemberian terapi kortikosteroid antenatal pada
ibu dengan ancaman persalinan prematur.
Melakukan pertolongan persalinan yang bersih
dan aman.
Mencegah asfiksia neonatorum.
Melakukan resusitasi dengan benar.
Melakukan tindakan pencegahan infeksi.
Mengelola ibu DM dengan baik.
LANGKAH DIAGNOSTIK

Anamnesis
Riwayat kelahiran kurang bulan, ibu DM.
Riwayat persalinan yang mengalami asfiksia
perinatal (gawat janin), atau partus tindakan
dengan bedah sesar.
Riwayat kelahiran saudara kandung dengan
penyakit membran hialin.
Pemeriksaan fisis
Gejala biasanya dijumpai dalam 24 jam pertama
kehidupan.
Dijumpai sindroma klinis yang terdiri dari
kumpulan gejala :
Sesak napas, dengan frekuensi napas > 60x/menit
atau < 30x/menit.
Grunting atau megap-megap.
Retraksi dinding dada.
Kadang dijumpai sianosis (pada suhu kamar).
Perhatikan tanda prematuritas.
Kadang ditemukan hipotensi, hipotermia,
edema perifer, edema paru-paru.
Perjalanan klinis bervariasi sesuai dengan
beratnya penyakit, besarnya bayi, adanya
infeksi dan derajat dari pirau PDA.
Penyakit bisa menetap atau menjadi progresif
setelah 48-96 jam pertama kehidupan.
Pemeriksaan penunjang
Foto toraks posisi AP dan lateral, bila diperlukan
serial.
Gambaran radiologis dapat memberi gambaran
penyakit membran hialin.
Terdapat 4 stadium :
Stadium 1 : pola retikulogranulair.
Stadium 2 : 1 + air bronchogram.
Stadium 3 : 2 + batas jantung paru kabur
Stadium 4 : 3 + white lung

Laboratorium
Darah : Hb, Ht, darah tepi, kultur darah pada
kecurigaan pneumonia.
Bila fasilitas tersedia dapat dilakukan
pemeriksaan analisa gas darah yang biasanya
memberi hasil : hipoksia, asidosis metabolik,
respiratorik atau kombinasi dan saturasi oksigen
yang tidak normal.
Rasio lesitin/sfingomielin (L/S ratio < 2:1).
Shake test (test kocok), jika tak ada gelembung,
resiko tinggi untuk terjadinya PMH (60%).

TERAPI

Medikamentosa
Manajemen umum
Jaga jalan napas tetap bersih dan terbuka.
Terapi oksigen sesuai dengan kondisi.
Nasal kateter
Sungkup
Nasal prong
Head box
Oksigen inkubator
Ventilator mekanik
Jaga kehangatan.
Pemberian infus cairan intravena dengan dosis
rumatan.
Pemberian nutrisi diutamakan pemberian ASI bila
memungkinkan.
Antibiotik : ampisilin 50 mg/kg intravena tiap 12
jam, gentamisin untuk berat badan < 2 kg dosis 4
mg tiap hari (7 hari pertama), jika tak terbukti ada
infeksi, pemberian antibiotik dihentikan.

Manajemen khusus
Diperlukan bila memenuhi persyaratan
pemberian surfaktan, tersedia surfaktan dan
fasilitas NICU.

Surfaktan
Surfaktan diberikan dalam 24 jam pertama jika terbukti
bayi mengalami penyakit memrane hialin dosis : 4
ml/kgBB, intra trakea, terbagi dalam 4 dosis masing-
masing 1 ml/kg berat badan untuk lapangan paru
depan kiri dan kanan serta paru belakang kiri dan
kanan dan bila diperlukan dosis dapat diulang setlah
minimal 6 jam. Selama pemberian surfaktan dapat
terjadi obstruksi jalan napas yang disebabkan oleh
viskositas obat. Efek samping dapat berupa perdarahan
dan infeksi paru.
Bedah
Tindakan bedah dilakukan jika timbul
komplikasi yang bisa bersifat fatal seperti
pneumotoraks, pneumomediastinum,
empisema sub kutan.
Tindakan yang segera dilaksanakan adalah
mengurangi tekanan rongga dada dengan
pungsi toraks, bila gagal dilakukan drainase.

PEMANTAUAN (MONITORING)
Terapi
Dipantau efektifitas terapi dengan memperhatikan
perubahan gejala klinis yang terjadi.
Setelah BKB/BBLR melewati masa krisis yaitu
kebutuhan oksigen sudah terpenuhi dengan oksigen
ruangan/atmosfer, suhu tubuh bayi sudah stabil diluar
inkubator, bayi dapat minum sendiri
persepen/menetek, ibu bisa merawat dan mengenali
tanda-tanda sakit pada bayi dan tidak ada komplikasi
atau penyulit maka bayi dapat berobat jalan.

Tumbuh kembang
Bayi yang menderita gangguan napas dan berhasil
hidup tanpa komplikasi maka proses tumbuh kembang
anak selanjutnya tidak mengalamu gangguan.
Tetapi apabila timbul klomplikasi (hipoksia serebri,
gagal ginjal, keracunan O
2
, epilepsi maupun komplikasi
palsi cerebral, dll) maka tumbuh kembang anak
tersebut kana mengalami gangguan dari yang ringan
sampai yang berat termasuk gangguan penglihatan,
sehingga diperlukan pemantauan berkala pada masa
balita.

Thank you

Anda mungkin juga menyukai