Anda di halaman 1dari 14

1.

Anatomi dan Fisiologi


Appendix adalah suatu pipa tertutup yang sempit yang melekat pada secum (bagian awal dari
colon). Bentuknya seperti cacing putih. Secara anatomi appendix sering disebut juga dengan
appendix vermiformis atau umbai cacing. Appendix terletak di bagian kanan bawah dari
abdomen. Tepatnya di ileosecum dan merupakan pertemuan ketiga taenia coli. Muara appendix
berada di sebelah postero-medial secum.
Seperti halnya pada bagian usus yang lain, appendix juga mempunyai mesenterium.
Mesenterium ini berupa selapis membran yang melekatkan appendix pada struktur lain pada
abdomen. Kedudukan ini memungkinkan appendix dapat bergerak. Selanjutnya ukuran appendix
dapat lebih panjang daripada normal. Gabungan dari luasnya mesenterium dengan appendix yang
panjang menyebabkan appendix bergerak masuk ke pelvis (antara organ-organ pelvis pada
wanita). Hal ini juga dapat menyebabkan appendix bergerak ke belakang colon yang disebut
appendix retrocolic. Appendix dipersarafi oleh saraf parasimpatis dan simpatis. Persarafan
parasimpatis berasal dari cabang n. vagus yang mengikuti a. mesenterica superior dan a.
appendicularis. Sedangkan persarafan simpatis berasal dari n. thoracalis X. Karena itu nyeri
viseral pada appendicitis bermula disekitar umbilicus.Vaskularisasinya berasal dari
a.appendicularis cabang dari a.ileocolica, cabang dari a. mesenterica superior.
Fungsi appendix pada manusia belum diketahui secara pasti. Diduga berhubungan dengan
sistem kekebalan tubuh. Lapisan dalam appendix menghasilkan lendir. Lendir ini secara normal
dialirkan ke appendix dan secum. Hambatan aliran lendir di muara appendix berperan pada
patogenesis appendicitis.
Appendiks menghasilkan lendir 1 2 ml perhari yang bersifat basa mengandung amilase,
erepsin dan musin. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam bumen dan selanjutnya
mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan pada patofisiologi
appendiks.
Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang
terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks, ialah Ig A. Imunglobulin itu sangat
efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi tapi pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi
sistem Imunoglobulin tubuh sebab jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah
disaluran cerna dan seluruh tubuh.

2. Definisi Apendisitis dan Klasifikasi
Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat
sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran
umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh
peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Anonim, 2007).
Apendisitis terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Apendisitis akut, dibagi atas:
a. Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.
b. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas:
a. Apendisitis kronis fokalis atau parsial, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.
b. Apendisitis kronis obliteritiva, yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
Gejala usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya:
a. Penyakit Radang Usus Buntu akut (mendadak)
Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, Demam bisa
mencapai 37,8-38,8 Celsius, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi
sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala
seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja.
b. Penyakit Radang Usus Buntu kronik
Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi
nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul.
Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan
berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu
nyeri pd titik Mc Burney (titik tengah antara umbilicus dan Krista iliaka kanan).
Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak usus buntu itu sendiri
terhadap usus besar, Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya
akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan
berkemih. Bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan
tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak
spesifik.

3. Pathway



























Edema dan peningakatan
tekanan intara lumen
Peningkatan intra
lumen
Keetidakseimbbangan antara
produksi dan ekskresi mucus
Migrasi bakteri dari
colon ke appendiks
Obstruksi pada lumen appendiks
Fekalit, bolus ascaris, benda asing, dan jaringan parut
Obstruksi vena Terhambatnya aliran limfe Arteri terganggu
Terjadinya infark
pada usus
Nyeri akut
Nyeri epigastrium
Edema dan ulserasi mukosa
Mekanisme
kompensansi tubuh
Appendiks
ganggrenosa
Ganggren
Nekrosis appendiks
Peradangan pada dinding appendiks
Mual dan muntah Peradangan meluas ke peritonium
Pembedahan
Risiko nutrisi kurang
dari kebutuhan
Risiko volume cairan
kurang dari
kebutuhan
Absorbsi makanan
tidak adekuat,
pengeluaran cairan
aktif

Intoleransi aktivitas
Hipertermi
Peningkatan
leukosit dan
peningkatan suhu
tubuh
Cemas pasien
dan keluarga,
pengungkapan
cemas,
pengungkapan
pertanyaan
Nyeri saat ekstremitas kanan
digerakan, saat istirahat dan
beraktivitas
Luka insisi post
bedah
Risiko tinggi
infeksi
Nyeri akut pada luka post bedah
Kurang pengeetahuan
Cemas
4. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang
1. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara10.000-20.000/ml
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum
yang meningkat.
2. Pemeriksaan darah
Akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada
kasus dengan komplikasi. Pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat.
3. Pemeriksaan urine
Untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin. pemeriksaan ini
sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran
kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan
appendisitis.
4. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonografi
ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks.
Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan
apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya
pelebaran sekum.
5. Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendisitis. pemeriksaan
ini dilakukan terutama pada anak-anak.
6. Barium enema
Suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada
jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.
7. Laparoscopi
Suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan dalam
abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung.Tehnik ini dilakukan di
bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan
peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan
pengangkatan appendix

5. Penatalaksanaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan
Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedhan dilakukan
Bila dari hasil diagnosis positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling tepat
adalah segera dilakukan apendiktomi. Apendektomi dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu
cara terbuka dan cara laparoskopi. Apabila apendisitis baru diketahui setelah terbentuk
massa periapendikuler, maka tindakan yang pertama kali harus dilakukan adalah
pemberian/terapi antibiotik kombinasi terhadap penderita. Antibiotik ini merupakan
antibiotik yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Setelah gejala membaik, yaitu
sekitar 6-8 minggu, barulah apendektomi dapat dilakukan. Jika gejala berlanjut, yang
ditandai dengan terbentuknya abses, maka dianjurkan melakukan drainase dan sekitar 6-8
minggu kemudian dilakukan apendisektomi. Namun, apabila ternyata tidak ada keluhan
atau gejala apapun dan pemeriksaan klinis serta pemeriksaan laboratorium tidak
menunjukkan tanda radang atau abses setelah dilakukan terapi antibiotik, maka dapat
dipertimbangkan untuk membatalkan tindakan bedah.
6. ASKEP APENDISITIS
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat Keperawatan
Riwayat kesehatan saat ini; mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah.
Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul
mual dan muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit.
3. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Malaise
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi
c. Eliminasi
Konstipasi pada awitan
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan atau lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising
usus.
d. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
e. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena
jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
f. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali.
g. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang.
h. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah
bening.
B. Diagnosa Keperawatan Apendisitis
1. Pre operasi
a. Risiko tinggi kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan muntah pre operasi.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi.
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
d. Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.
e. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi
kurang.
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.
g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan
2. Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah post
operasi appenditomi.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri.
c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi.
d. Risiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan pemasukan cairan
secara oral.



C. Perencanaan
1. Pre operasi
a. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa mual dan muntah,
ditandai dengan : Kadang-kadang diare. Distensi abdomen. Tegang. Nafsu makan berkurang.
Ada rasa mual dan muntah.
1) Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume cairan dengan kriteria : Klien tidak
diare. Nafsu makan baik. Klien tidak mual dan muntah.
2) Intervensi :
a) Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang hypovolemia.
b) Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine.
Rasional : Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan kepekaan/endapan
sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan membutuhkan peningkatan cairan.
c) Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering.
Rasional : Untuk meminimalkan hilangnya cairan.
b. Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh,
ditandai dengan : Suhu tubuh di atas normal. Frekuensi pernapasan meningkat. Distensi
abdomen. Nyeri tekan daerah titik Mc. Burney Leuco > 10.000/mm3
1) Tujuan: Tidak akan terjadi infeksi dengan kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi post
operatif (tidak lagi panas, kemerahan).
2) Intervensi:
a) Bersihkan lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada melalui
prinsip-prinsip pencukuran.
Rasional: Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut akan mencapai ke
dasar rambut, sehingga benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mikro
organisme.
b) Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan melakukan klisma.
Rasional: Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab dapat lancar.
Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga dapat
mengakibatkan ruptura apendiks.
c) Anjurkan klien mandi dengan sempurna.
Rasional: Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar terhadap timbulnya mikro organisme.
d) HE tentang pentingnya kebersihan diri klien.
Rasional: Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja sama dalam pelaksaan tindakan.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal, ditandai
dengan : Pernapasan tachipnea. Sirkulasi tachicardia. Sakit di daerah epigastrum menjalar ke
daerah Mc. Burney Gelisah. Klien mengeluh rasa sakit pada perut bagian kanan
bawah.
1) Tujuan: Rasa nyeri akan teratasi dengan kriteria: Pernapasan normal. Sirkulasi normal.
2) Intervensi:
a) Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.
Rasional: Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara dini
untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.
b) Anjurkan pernapasan dalam.
Rasional : Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat sehingga otot-otot
menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
c) Lakukan gate control.
Rasional: Dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang saraf yang
berdiameter kecil sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke hypothalamus.
d) Kolaborasi dengan memberi analgetik.
Rasional : Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila sudah
mengetahui gejala pasti).
d. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi
kurang. Gelisah. Wajah murung. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya. Klien
mengeluh rasa sakit. Klien mengeluh sulit tidur.
1) Tujuan: Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan pengobatannya.
2) Intervensi:
a) $3C/span>Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah
operasi.
Rasional: Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan setelah
operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.
b) Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah
operasi.
Rasional: Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan.
c) Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband, pembatasan mandi,
dan penyembuhan latihan.
Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat mempercepat proses
penyembuhan.
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun. Nafsu makan
menurun Berat badan menurun Porsi makan tidak dihabiskan Ada rasa mual muntah.
1) Tujuan: klien mampu merawat diri sendiri
2) Intervensi:
a) Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien
Rasional: menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
b) Perkirakan/hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai
minimal
Rasional: Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat
suasana negatif dan mempengaruhi masukan.
c) Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional: Mengawasi keefektifan secara diet.
d) Beri makan sedikit tapi sering
Rasional: Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.
e) Anjurkan kebersihan oral sebelum makan
Rasional: Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
f) Tawarkan minum saat makan bila toleran.
Rasional: Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.
g) Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres.
Rasional: Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol
dan mendorong untuk makan.
h) Memberi makanan yang bervariasi
Rasional: Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.
f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan. Kuku nampak
kotor Kulit kepala kotor Klien nampak kotor
1) Tujuan: klien mampu merawat diri sendiri
2) Intervensi:
a) Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta cuci
rambut dan potong kuku klien.
Rasional: Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan meningkatkan
kesehatan.
b) Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.
Rasional: Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman
c) Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.
Rasional: Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene.
d) Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.
Rasional: Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan
e) Bimbing keluarga klien memandikan
Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan
f) Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.
Rasional: Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya infeksi.
2. Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada daerah mesial abdomen post operasi
appendiktomi
1) Tujuan
Nyeri berkurang / hilang dengan
2) Kriteria Hasil:
Tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat.
3) Intervensi
a) Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
b) Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler.
c) Dorong ambulasi dini.
d) Berikan aktivitas hiburan.
e) Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika.
Rasional
a) Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan penyembuhan,perubahan dan
karakteristik nyeri.
b) Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.
c) Meningkatkan kormolisasi fungsi organ.
d) meningkatkan relaksasi.
e) Menghilangkan nyeri.


b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri
1) Tujuan
Toleransi aktivitas
2) Kriteria Hasil:
a) Klien dapat bergerak tanpa pembatasan
b) Tidak berhati-hati dalam bergerak.
3) Intervensi
a) catat respon emosi terhadap mobilitas.
b) Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan klien.
c) Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif.
d) Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan.
Rasional
a) Immobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar kegelisahan.
b) Meningkatkan kormolitas organ sesuiai dengan yang diharapkan.
c) Memperbaiki mekanika tubuh.
d) Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan.
c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi
1) Tujuan
Infeksi tidak terjadi
2) Kriteria Hasil:
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan
3) Intervensi
a) Ukur tanda-tanda vital
b) Observasi tanda-tanda infeksi
c) Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik
d) Observasi luka insisi


Rasional
a) Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi
b) Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah
c) Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri.
d) Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka.
d. Risiko kekurangan volume cairan berhubungna dengan pembatasan pemasukan cairan
secara oral
1) Tujuan
Kekurangan volume cairan tidak terjadi
2) Intervensi
a) Ukur dan catat intake dan output cairan tubuh
b) Awasi vital sign: Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
c) Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian cairan intra vena
Rasional
a) Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan
atau kebutuhan pengganti.
b) Indikator hidrasi volume cairan sirkulasi dan kebutuhan intervensi
c) Mempertahankan volume sirkulasi bila pemasukan oral tidak cukup dan meningkatkan
fungsi ginjal
IRK
Hadis riwayat Abu Hurairah ra: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang
membaca: La ilaaha illalahu wahdahu , laa syariikalahu , lahu mulku walahul hamdu
wahuwa ala kulli syain qodir Tidak ada Tuhan selain Allah semata, Yang tiada sekutu bagi-
Nya, kepunyaan-Nyalah segenap kerajaan dan milik-Nyalah segala pujian serta Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu, setiap hari sebanyak seratus kali, maka dia akan mendapat pahala
yang sama besarnya dengan membebaskan sepuluh orang budak dan akan dicatat untuknya
seratus kebajikan serta dihapus darinya seratus keburukan. Baginya hal itu adalah satu
perlindungan dari setan mulai dari pagi hari sampai sore. Tidak ada seorang pun yang lebih
utama dari orang yang melakukan hal itu kecuali orang yang lebih banyak dari itu. Barang
siapa yang membaca: subhanallah wabihamdihi Maha Suci Allah dan dengan memuji-
Nya, sebanyak seratus kali setiap hari, maka akan terhapuslah semua dosanya sekalipun
dosanya itu sebanyak buih di lautan. (Shahih Muslim No.4857)

Tambahan
Gejala sesuai lokasi:
1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung
oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan
peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan
gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena
adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala dan
rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan
menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi
peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.
Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan diagnosis,
dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya baru
diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis tidak
jelas dan tidak khas.
1. Pada anak-anak
Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak tidak bisa
menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi muntah- muntah dan
anak menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan gejala ini, sering apendisitis
diketahui setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui setelah
terjadi perforasi.
2. Pada orang tua berusia lanjut
Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh penderita baru
dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.
3. Pada wanita
Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya serupa dengan
apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi), radang panggul, atau
penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia kehamilan trimester, gejala
apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang
biasa timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks
terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi
lebih ke regio lumbal kanan.

Anda mungkin juga menyukai