Appendix adalah suatu pipa tertutup yang sempit yang melekat pada secum (bagian awal dari colon). Bentuknya seperti cacing putih. Secara anatomi appendix sering disebut juga dengan appendix vermiformis atau umbai cacing. Appendix terletak di bagian kanan bawah dari abdomen. Tepatnya di ileosecum dan merupakan pertemuan ketiga taenia coli. Muara appendix berada di sebelah postero-medial secum. Seperti halnya pada bagian usus yang lain, appendix juga mempunyai mesenterium. Mesenterium ini berupa selapis membran yang melekatkan appendix pada struktur lain pada abdomen. Kedudukan ini memungkinkan appendix dapat bergerak. Selanjutnya ukuran appendix dapat lebih panjang daripada normal. Gabungan dari luasnya mesenterium dengan appendix yang panjang menyebabkan appendix bergerak masuk ke pelvis (antara organ-organ pelvis pada wanita). Hal ini juga dapat menyebabkan appendix bergerak ke belakang colon yang disebut appendix retrocolic. Appendix dipersarafi oleh saraf parasimpatis dan simpatis. Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n. vagus yang mengikuti a. mesenterica superior dan a. appendicularis. Sedangkan persarafan simpatis berasal dari n. thoracalis X. Karena itu nyeri viseral pada appendicitis bermula disekitar umbilicus.Vaskularisasinya berasal dari a.appendicularis cabang dari a.ileocolica, cabang dari a. mesenterica superior. Fungsi appendix pada manusia belum diketahui secara pasti. Diduga berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. Lapisan dalam appendix menghasilkan lendir. Lendir ini secara normal dialirkan ke appendix dan secum. Hambatan aliran lendir di muara appendix berperan pada patogenesis appendicitis. Appendiks menghasilkan lendir 1 2 ml perhari yang bersifat basa mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan pada patofisiologi appendiks. Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks, ialah Ig A. Imunglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi tapi pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem Imunoglobulin tubuh sebab jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh.
2. Definisi Apendisitis dan Klasifikasi Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Anonim, 2007). Apendisitis terbagi menjadi 2, yaitu: 1. Apendisitis akut, dibagi atas: a. Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. b. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah. 2. Apendisitis kronis, dibagi atas: a. Apendisitis kronis fokalis atau parsial, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. b. Apendisitis kronis obliteritiva, yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua. Gejala usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya: a. Penyakit Radang Usus Buntu akut (mendadak) Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, Demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja. b. Penyakit Radang Usus Buntu kronik Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney (titik tengah antara umbilicus dan Krista iliaka kanan). Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak usus buntu itu sendiri terhadap usus besar, Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik.
3. Pathway
Edema dan peningakatan tekanan intara lumen Peningkatan intra lumen Keetidakseimbbangan antara produksi dan ekskresi mucus Migrasi bakteri dari colon ke appendiks Obstruksi pada lumen appendiks Fekalit, bolus ascaris, benda asing, dan jaringan parut Obstruksi vena Terhambatnya aliran limfe Arteri terganggu Terjadinya infark pada usus Nyeri akut Nyeri epigastrium Edema dan ulserasi mukosa Mekanisme kompensansi tubuh Appendiks ganggrenosa Ganggren Nekrosis appendiks Peradangan pada dinding appendiks Mual dan muntah Peradangan meluas ke peritonium Pembedahan Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan Risiko volume cairan kurang dari kebutuhan Absorbsi makanan tidak adekuat, pengeluaran cairan aktif
Intoleransi aktivitas Hipertermi Peningkatan leukosit dan peningkatan suhu tubuh Cemas pasien dan keluarga, pengungkapan cemas, pengungkapan pertanyaan Nyeri saat ekstremitas kanan digerakan, saat istirahat dan beraktivitas Luka insisi post bedah Risiko tinggi infeksi Nyeri akut pada luka post bedah Kurang pengeetahuan Cemas 4. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang 1. Laboratorium Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat. 2. Pemeriksaan darah Akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi. Pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat. 3. Pemeriksaan urine Untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin. pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan appendisitis. 4. Radiologi Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. 5. Abdominal X-Ray Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendisitis. pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak. 6. Barium enema Suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding. 7. Laparoscopi Suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung.Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendix
5. Penatalaksanaan Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedhan dilakukan Bila dari hasil diagnosis positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling tepat adalah segera dilakukan apendiktomi. Apendektomi dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu cara terbuka dan cara laparoskopi. Apabila apendisitis baru diketahui setelah terbentuk massa periapendikuler, maka tindakan yang pertama kali harus dilakukan adalah pemberian/terapi antibiotik kombinasi terhadap penderita. Antibiotik ini merupakan antibiotik yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Setelah gejala membaik, yaitu sekitar 6-8 minggu, barulah apendektomi dapat dilakukan. Jika gejala berlanjut, yang ditandai dengan terbentuknya abses, maka dianjurkan melakukan drainase dan sekitar 6-8 minggu kemudian dilakukan apendisektomi. Namun, apabila ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun dan pemeriksaan klinis serta pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan tanda radang atau abses setelah dilakukan terapi antibiotik, maka dapat dipertimbangkan untuk membatalkan tindakan bedah. 6. ASKEP APENDISITIS A. Pengkajian 1. Identitas klien Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register. 2. Riwayat Keperawatan Riwayat kesehatan saat ini; mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit. 3. Pemeriksaan fisik a. Aktivitas atau istirahat Gejala : Malaise b. Sirkulasi Tanda : Takikardi c. Eliminasi Konstipasi pada awitan Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan atau lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus. d. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal. e. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung. f. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali. g. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang. h. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening. B. Diagnosa Keperawatan Apendisitis 1. Pre operasi a. Risiko tinggi kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah pre operasi. b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi. c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. d. Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh. e. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi kurang. f. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun. g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan 2. Post Operasi a. Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah post operasi appenditomi. b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri. c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi. d. Risiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan pemasukan cairan secara oral.
C. Perencanaan 1. Pre operasi a. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa mual dan muntah, ditandai dengan : Kadang-kadang diare. Distensi abdomen. Tegang. Nafsu makan berkurang. Ada rasa mual dan muntah. 1) Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume cairan dengan kriteria : Klien tidak diare. Nafsu makan baik. Klien tidak mual dan muntah. 2) Intervensi : a) Monitor tanda-tanda vital. Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang hypovolemia. b) Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine. Rasional : Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan membutuhkan peningkatan cairan. c) Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering. Rasional : Untuk meminimalkan hilangnya cairan. b. Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh, ditandai dengan : Suhu tubuh di atas normal. Frekuensi pernapasan meningkat. Distensi abdomen. Nyeri tekan daerah titik Mc. Burney Leuco > 10.000/mm3 1) Tujuan: Tidak akan terjadi infeksi dengan kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi post operatif (tidak lagi panas, kemerahan). 2) Intervensi: a) Bersihkan lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada melalui prinsip-prinsip pencukuran. Rasional: Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut akan mencapai ke dasar rambut, sehingga benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mikro organisme. b) Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan melakukan klisma. Rasional: Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab dapat lancar. Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga dapat mengakibatkan ruptura apendiks. c) Anjurkan klien mandi dengan sempurna. Rasional: Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar terhadap timbulnya mikro organisme. d) HE tentang pentingnya kebersihan diri klien. Rasional: Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja sama dalam pelaksaan tindakan. c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal, ditandai dengan : Pernapasan tachipnea. Sirkulasi tachicardia. Sakit di daerah epigastrum menjalar ke daerah Mc. Burney Gelisah. Klien mengeluh rasa sakit pada perut bagian kanan bawah. 1) Tujuan: Rasa nyeri akan teratasi dengan kriteria: Pernapasan normal. Sirkulasi normal. 2) Intervensi: a) Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri. Rasional: Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya. b) Anjurkan pernapasan dalam. Rasional : Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. c) Lakukan gate control. Rasional: Dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang saraf yang berdiameter kecil sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke hypothalamus. d) Kolaborasi dengan memberi analgetik. Rasional : Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila sudah mengetahui gejala pasti). d. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi kurang. Gelisah. Wajah murung. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya. Klien mengeluh rasa sakit. Klien mengeluh sulit tidur. 1) Tujuan: Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan pengobatannya. 2) Intervensi: a) $3C/span>Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah operasi. Rasional: Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh. b) Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah operasi. Rasional: Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan. c) Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband, pembatasan mandi, dan penyembuhan latihan. Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat mempercepat proses penyembuhan. e. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun. Nafsu makan menurun Berat badan menurun Porsi makan tidak dihabiskan Ada rasa mual muntah. 1) Tujuan: klien mampu merawat diri sendiri 2) Intervensi: a) Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien Rasional: menganalisa penyebab melaksanakan intervensi. b) Perkirakan/hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal Rasional: Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan. c) Timbang berat badan sesuai indikasi Rasional: Mengawasi keefektifan secara diet. d) Beri makan sedikit tapi sering Rasional: Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan. e) Anjurkan kebersihan oral sebelum makan Rasional: Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan f) Tawarkan minum saat makan bila toleran. Rasional: Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas. g) Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres. Rasional: Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan. h) Memberi makanan yang bervariasi Rasional: Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien. f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan. Kuku nampak kotor Kulit kepala kotor Klien nampak kotor 1) Tujuan: klien mampu merawat diri sendiri 2) Intervensi: a) Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta cuci rambut dan potong kuku klien. Rasional: Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan meningkatkan kesehatan. b) Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih. Rasional: Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman c) Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri. Rasional: Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene. d) Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya. Rasional: Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan e) Bimbing keluarga klien memandikan Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan f) Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien. Rasional: Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya infeksi. 2. Post operasi a. Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada daerah mesial abdomen post operasi appendiktomi 1) Tujuan Nyeri berkurang / hilang dengan 2) Kriteria Hasil: Tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat. 3) Intervensi a) Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat. b) Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler. c) Dorong ambulasi dini. d) Berikan aktivitas hiburan. e) Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika. Rasional a) Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan penyembuhan,perubahan dan karakteristik nyeri. b) Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang. c) Meningkatkan kormolisasi fungsi organ. d) meningkatkan relaksasi. e) Menghilangkan nyeri.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri 1) Tujuan Toleransi aktivitas 2) Kriteria Hasil: a) Klien dapat bergerak tanpa pembatasan b) Tidak berhati-hati dalam bergerak. 3) Intervensi a) catat respon emosi terhadap mobilitas. b) Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan klien. c) Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif. d) Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan. Rasional a) Immobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar kegelisahan. b) Meningkatkan kormolitas organ sesuiai dengan yang diharapkan. c) Memperbaiki mekanika tubuh. d) Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan. c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi 1) Tujuan Infeksi tidak terjadi 2) Kriteria Hasil: Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan 3) Intervensi a) Ukur tanda-tanda vital b) Observasi tanda-tanda infeksi c) Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik d) Observasi luka insisi
Rasional a) Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi b) Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah c) Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri. d) Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka. d. Risiko kekurangan volume cairan berhubungna dengan pembatasan pemasukan cairan secara oral 1) Tujuan Kekurangan volume cairan tidak terjadi 2) Intervensi a) Ukur dan catat intake dan output cairan tubuh b) Awasi vital sign: Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa c) Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian cairan intra vena Rasional a) Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan atau kebutuhan pengganti. b) Indikator hidrasi volume cairan sirkulasi dan kebutuhan intervensi c) Mempertahankan volume sirkulasi bila pemasukan oral tidak cukup dan meningkatkan fungsi ginjal IRK Hadis riwayat Abu Hurairah ra: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang membaca: La ilaaha illalahu wahdahu , laa syariikalahu , lahu mulku walahul hamdu wahuwa ala kulli syain qodir Tidak ada Tuhan selain Allah semata, Yang tiada sekutu bagi- Nya, kepunyaan-Nyalah segenap kerajaan dan milik-Nyalah segala pujian serta Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, setiap hari sebanyak seratus kali, maka dia akan mendapat pahala yang sama besarnya dengan membebaskan sepuluh orang budak dan akan dicatat untuknya seratus kebajikan serta dihapus darinya seratus keburukan. Baginya hal itu adalah satu perlindungan dari setan mulai dari pagi hari sampai sore. Tidak ada seorang pun yang lebih utama dari orang yang melakukan hal itu kecuali orang yang lebih banyak dari itu. Barang siapa yang membaca: subhanallah wabihamdihi Maha Suci Allah dan dengan memuji- Nya, sebanyak seratus kali setiap hari, maka akan terhapuslah semua dosanya sekalipun dosanya itu sebanyak buih di lautan. (Shahih Muslim No.4857)
Tambahan Gejala sesuai lokasi: 1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal. 2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare). Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya. Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas. 1. Pada anak-anak Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi muntah- muntah dan anak menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan gejala ini, sering apendisitis diketahui setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi. 2. Pada orang tua berusia lanjut Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi. 3. Pada wanita Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi), radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia kehamilan trimester, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbal kanan.