Anda di halaman 1dari 7

AQIDAH DAN MUAMALAH

1. Aqidah
Aqidah menurut bahasa adalah ikatan, sementara secara istilah bermakna iman yang
teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya.
Jadi, kalau disebutkan Aqidah Islamiyah berarti "Keimanan yang teguh dan bersifat pasti
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan
taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Kitab-Kitab-
Nya, hari akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang sudah pasti
tentang Prinsip-Prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada
apa yang menjadi ijma (kon-sensus) dari shahabat Nabi, serta seluruh berita-
berita qathi(pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan
menurut al-Qur-an dan as-Sunnah. (Y. Abdul Qadir : 2004).
Permasalah aqidah berkaitan dengan amalan hati, sehingga dikatakan aqidah yaitu ikatan
yang kuat yang berada di hati seorang muslim. Bila kita hubungkan aqidah adalah berkaitan
dengan keimanan yang memiliki enam rukun, sebagaimana disebutkan sebelumnya.
Aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam, karena ia adalah modal utama
seseorang dalam beriman dan berislam, seseorang dikatakan munafik jika luarnya baik
sementara hatinya kufur.
Dengan aqidahlah seseorang bisa selamat dari adzabNya dan masuk ke dalam surgaNya.
Aqidah yang benar selalu dilandasi oleh sumber-sumber hukum yang kuat dan dapat
dipertanggung jawabkan. Kata lain untuk aqidah adalah tauhid, yang berarti pengesaan
peribadahan hanya kepada Allah saja.
Jika kita membahas tentang tauhid maka kita tidak bisa lepas dari pembagiannya, para ulama
membagi tuhid menjadi tiga macam :
Pertama, tauhid rububiyah, tauhid rububiyah berarti meyakini bahwa Allahlah satu-satunya
pencipta di jagad raya ini, Dia menciptakan segala sesuatu, dari seekor binatang yang sangat
kecil, hingga sistem galaksi yang begitu besar :
(

62)
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. QS Az-Zumar ayat 62.
Tauhid ini pada dasarnya telah dimiliki oleh seluruh makhlukNya, termasuk orang-orang
kafir Jahiliyah, sebagaiman disebutkan di bagian sebelumnya.
Karena itu aqidah Islam tidak hanya sampai di sini, ia berlanjut pada tingkatan berikutnya
yaitu tauhid Uluhiyah.
Kedua, Tauhid Uluhiyah yaitu meyakini dan mengesakan Allah ta'ala dalam setiap
peribadahan, Dialah satu-satunya sesembahan yang berhak untuk diibadahi. Tidak ada
sesembahan yang lainnya yang berhak untuk dibadahi, hal ini seperti konsekuensi dari
syahadat yang kita ucapakan.
Demikian pula disebutkan dalam salah satu ayatNya :
(

163)
Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. QS Al-Baqarah ayat 163.
Maksud dari peribadahan di sini adalah adanya rasa suka dan takut adanya kemudharatan dari
sesuatu yang disembah tersebut. Padahal tidak tidak ada kekuatan satupun selain dari
padaNya. Termasuk ibadah yaitu berdo'a, sebagaimana sabda Nabi :

Do'a itu adalah sari pati ibadah. HR. Thirmidzi.
Karena itu kita tidak boleh berdo'a dan melaksanakan segala bentuk ibadah kepada selain
Allah ta'ala. Ini adalah konsekuensi logis dari persaksian kita bahwa tidak ada sesembahan
yang haq kecuali Allah ta'ala.
Ketiga, tauhid Asma wa Sifat, yang dimaksud adalah kita meyakini bahwasanya Allah ta'ala
itu mempunyai nama-nama yang indah dan mulia sesuai dengan keagungannya, simaklah
firman Allah ta'ala dalam kalamNya :

110)
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu
seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu
mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan
tengah di antara kedua itu". QS Al -Isra ayat 110.
Dalam ayat yang lain disebutkan :

180)
Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-
ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan. QS Al-A'raf ayat 180.
Masih banyak lagi ayat-ayat lainnya yang menunjukan keada kita bahwa Allah ta'ala
memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang agung.
Nama-nama dan sifat-sifat tersebut haruslah kita tetapkan sebagaimana Allah ta'ala sandarkan
kepada dirinya sendiri. Kita hanya wajib beriman dengannya dan meyakininya. Dengan
nama-nama tersebut kita dapat berwasilah dalam do'a kita, misalnya ketika kita ingin berdo'a
agar ditambahkan rizqi maka kita bisa mengucapkan : Ya . Razzaq berikanlah aku rizqi
yang banyak" atau ketika do'a untuk menetapkan hati dalam ketaatan :


Wahai dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku di atas ketaatan kepadaMu. HR.
Ahmad.
Apa kira-kira manfaat dari mengetahui dan memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah yang
agung tersebut? di antara manfaatnya adalah bahwa kita mengetahui bahwa Allah ta'ala
berada di puncak kesempurnaan, nama-namanya melambangkan keindahan apa yang
terkandung di dalamnya, sebagai contoh Allah ta'ala adalah Al-Khaliq (maha Mencipta) maha
Dialah satu-satunya pencipta alam raya ini. Demikian pula sifat-sifat lainnya.

2. Ibadah
Seringkali kita terjebak ke dalam pengertian dari ibadah. Ibadah hanya diartikan dengan
ritual mahdhah semisal shalat atau puasa, padahal makna dari ibadah lebih luas dari itu, mari
kita perhatikan definisi ibadah yang disebutkan oleh Syaikh Al-Islam :


Ibadah adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan di ridhai Allah
dari perkataan, perbuatan baik yang nyata atau yang tersembunyi.
Cukup lengkap bukan definisi dari ibadah tersebut? ibadah mencakup segala aktifitas kita,
sehingga segala sesuatu yang mendatangkan kepada keridhaanNya itu adalah ibadah, saya
menulis buku ini ibadah, dan anda yang membacanyapun sedang melakukan ibadah. Itulah
makna ibadah yang sebenarnya.
Namun pembahasan yang dimaksud di sini adalah ibadah yang berkaitan dengan
penyembahan kepada Allah ta'ala yang dilakukan oleh seorang muslim. Maka jika aqidah
berkaitan dengan keimanan dalam hati maka ibadah berkaitan dengan amalan anggota badan.
Sehingga ibadah ini akan nampak dalam tindakan nyata, bukan sekadar keyakinan. Dan ia
telah terikat dengan aturan-aturan baku yang telah ditetapkan syariat Islam.
Membahas mengenai ibadah maka kita tidak bisa melupkan ayatNya yang membicarakan
tentang tugas utama manusia :


Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. QS
Adz-Dzariyat ayat 56.
Ibadah yang dimaksud dalam ayat ini adalah ibadah yang berupa penyembahan, taqarub,
penghambaan dan lain sebagainya berkaitan dengan mengaugngkan Allah ta'ala. Jika
demikian maka tugas manusia adalah ibadah saja? memang benar demikian, hanya saja
makna ibadah sendiri tidaklah kaku seperti itu. Anda tentu masih ingat makna ibadah yang
luas itu bukan?
Selain itu dalam ayat yang lain juga disebutkan pentingnya kita memperhatikan urusan dunia
:


Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan. QS Al-Qashas ayat 77.
Hal ini berarti mencari kehidupan duniapun adalah bagian dari ibadah, dalam sabdanya yang
shahih disebutkan :
- , ,
, , -
-
Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershadaqah? Sesungguhnya
tiap-tiap tasbih adalah shadaqah, tiap-tiap tahmid adalah shadaqah tiap-tiap tahlil adalah
shadaqah, menyuruh kepada kebaikan adalah shadaqah mencegah kemungkaran adalah
shadaqah dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah shadaqah.
Mereka bertanya : Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi
syahwatnya, ia mendapat pahala? Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam menjawab :
Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa,
demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala.
Muslim no. 1006.
Makna hadits yang panjang ini adalah bahwa setiap segala amalan yang baik adalah bentuk
ibadah, hanya bagaimana kita meniatkan hal itu sebagai sarana mendapatkan keridhaanNya.
Maka persetubuhan sesorang dengan istrinya yang sah adalah bagian dari shadaqah yang
merupakan ibadah. Dari sini kita melihat bahwa dalam Islam makna ibadah itu sangat luas.
Hal ini berarti ibadah yang merupakan bagian dari Islam adalah berbagai bentuk amalan yang
dilakukan oleh seorang hamba dalam rangka mencapai keridhaanNya. Yang perlu
diperhatikan adalah setiap ibadah haruslah sesuai dengan petunjuk Nabi Shalallahu Alaihi
Wasalam.

3. Muamalah
Muamalah dalam ruang lingkup Islam adalah hubungan antara manusia dengan manusia
yang lainnya. Muamalah bisa bermakna hubungan sosial antara sesama manusia.
Dalam ruang lingkup Islam maka muamalah lebih terfokus kepada bagaimana etika, adab,
akhlak dan soan santun anatara seorang muslim dengan muslim lainnya atau dengan orang-
orang yang berada di sekitarnya. Muamalah sendiri adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia di dunia ini :


Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. QS Al-Baqarah ayat 282.
Ayat ini sebenarnya berbicara tentang jual beli, terkadang jual beli memang disamakan
dengan muamalah karena dalam jual beli memang terjadi sebuah hubungan antara satu
manusia (penjual) dengan manusia lainnya (pembeli) dan ini adalah salah satu bentuk
muamalah.
Sesungguhnya bentuk-bentuk muamalah manusia begitu banyak ragamnya sehingga akan
sulit untuk mendefinisikan dan memberikan contoh satu persatu.
Dalam pembahasan kali ini kita lebih melihat bagaimana mumalah itu dilandasi oleh Iman
Islam sehingga ia mempunyai kekuatan dan keberkahan.
Di antara hal yang berbeda dalam Islam dengan agama lainnya adalah bahwa dalam Islam
permasalahan muamalah antar manusia diatur begitu lengkap dan sempurna, dari mulai
bagaimana bersikap kepada orang tua, tetangga, masyarakat hingga hubungan dengan
binatang dan alam raya ini.
Mari kita berikan satu contoh tentang hal itu :

:
, ,
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya RasulullahShallallahu alaihi wa
Sallam telah bersabda : Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka
hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. HR Bukhary dan Muslim.
Hadits ini membicarakan bagaimana muamlah dengan tetangga, bahwa kesempurnaan iman
seseorang dapat diukur dari bentuk mumalahnya dengan tetangganya, apakah muamalahnya
baik atau tidak?
Selanjutnya bermuamalah dengan binatang :


Seorang wanita akan disiksa karena kucingnya yang dikurung hingga mati kelaparan, maka ia
akan masuk neraka. HR Bukhary dan Muslim.
Muamalah dengan binatang adalah masalah yang sepele, namun ia mendapatkan perhatian
oleh Islam, apakah ada agama lain yang mengatur seperti ini? jelas tidak ada. Yang ada
adalah mereka menganggap bahwa binatang itu mempunyai kekuatan tersendiri sehingga
mereka menyembah binatang tersebut, ini adalah kesyirikan yang nyata.
Adapun bermuamalah dengan lingkungan adalah berkaitan dengan menjaga lingkungan ini
dari kerusakan, lihatlah hal "kecil" yang dilarang oleh Nabi :


Beliau melarang buang air kecil pada air yang tidak mengalir. HR Muslim.
Apa sebab larangan ini? tentu dari segi kesehatan kini sudah dapat ditemukan jawabannya,
seseorang yang kencing pada air yang tidak mengalir tentu akan mengakibatkan air tersebut
berbau dan merusak lingkungan, apalagi jika hal itu dilakukan di dekat rumah penduduk tentu
sesuatu yang jorok dan tida sedap dipandang.
Sampai di sini Islam mengatur bagaimana setiap muslim bermuamalah. Muamalah yang
dilakukan antara manusia merupakan interaksi yang memerlukan adanya hukum-hukum yang
harus ditaati bersama.
Akhir-akhir ini kata-kata muamalah lebih sering ditujukan pada permasalahan bisnis dan
muamalah al-maliyah (muamalah yang berkaitan dengan harta) misalya jual beli, sewa
menyewa, gadai, hutang dan yang lainnya. Hal ini tidaklah salah karena semua itu adalah
bagian dari muamalah dalam Islam, yang terpenting adalah bagaimana setiap interaksi kita
dengan orang lain atau dengan lingkungan dapat terwarnai dengan nilai-nilai Islam sehingga
kehidupan kita benar-benar kaffah, dari mulai aqidah, ibadah dan muamalah, semuanya
mencerminkan keindahan dan kemuliaan Islam.

Anda mungkin juga menyukai