Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MIDSEMESTER ETIKA KEDOKTERAN

Nama: AMARUDIN
NIM : GIA106029
KASUS 2:
Karen mengalami kondisi vegetatif yang persisten(bahasa mudahnya:koma)selama
beberapa bulan tanpa mengalami kemajuan yang berarti.Hampir semua alat penunjuk
kehidupan(EEG,pernapasan spontan,pupil mata dan reaksi terhadap rasa
sakit,dll)menunjukkan baha dirinya sudah berada pada suatu titik yang tidak dapat
balik(point of no return).!api Karen masih "bertahan hidup#dengan alat$alat %antu
kehidupan.
&an disitulah perdebatan soal moralitas,teknologi kedokteran,hak$hak asasi manusia dan
lain$lain berlangsung.'engadilan akhirnya memutuskan untuk mengabulkan permintaan
keluarga Karen untuk melepaskan semua alat$alat penunjang kehidupan dan
mengabulkan#hak Karen untuk mati# dengan tenang.
'ertanyaannya berikutnya masih saja menimbulkan perdebatan,adakah HAK untuk
MATI?Hak untuk hidup saya rasa semua orang mengakuinya,tetapi apakah demikian
hak untuk mati(%agaimana anda sendiri akan bersikap)bertindak bila menghadapi kasus
seperti ini(
Hak asasi manusia selalu dikaitkan dengan hak hidup,damai dll,tetapi tidak ter*antum
dengan jelas adanya hak seseorang untuk mati.+ati justru dihubungkan dengan
pelanggaran hak asasi manusia.Hal ini terbukti dari aspek hukum euthanasia,yang
*enderung menyalahkan tenaga medis dalam euthanasia.,ebetulnya dengan dianutnya
hak untuk hidup layak dan sebagainya,se*ara tidak langsung seharusnya terpikir adanya
hak untuk mati,apabila dipakai untuk menghindarkan diri dari segala ketidaknyamanan
atau lebih tegas lagi dari segala penderitaan.
&ari aspek hukum undang$undang yang tertulis dalam K-H' hanya melihat dari dokter
sebagai pelaku utama euthanasia,khususnya euthanasia aktif dan dianggap sebagai suatu
pembunuhan beren*ana atau dengan sengaja menghilangkan nyaa seseorang.&alam
aspek hukum,dokter selalu pada pihak yang dipersalahkan dalam tindakan euthanasia,
tanpa melihat latar belakang dilakukannya euthanasia tersebut,tidak peduli apakah
tindakan tersebut atas permintaan pasien itu sendiri atau keluarganya,untuk mengurangi
penderitaan pasien dalam keadaan sekarat atau rasa sakit yang sangat hebat yang belum
diketahui pengobatannya.&i lain pihak hakim dapat menjatuhkan pidana mati bagi
seseorang yang masih segar bugar yang tentunya masih ingin hidup,dan bukan
menghendaki kematiannya seperti pasien yang sangat menderita tersebut,tanpa dijerat
oleh pasal$pasal dalam undang undang yang terdapat dalam K-H' 'idana.%eberapa
pasal K-H' yang berkaitan dengan euthanasia antara lain ../,.01,.00,.02,dan .23.
Hubungan hukum dokter$pasien juga dapat ditinjau dari sudut perdata,antara lain pasal
4.4.,4.40,4.42,dan 4.43 K-H 'erdata.,e*ara formal tindakan euthanasia di 5ndonesia
belum memiliki dasar hukum sehingga selalu terbuka kemungkinan terjadinya
penuntutan hukum terhadap euthanasia yang dilakukan.
&itinjau dari aspek pengetahuan kedokteran dapat memperkirakan kemungkinan
keberhasilan upaya tindakan medis untuk men*apai kesembuhan atau pengurangan
penderitaan pasien.6pabila se*ara ilmu kedokteran hampir tidak ada kemungkinan untuk
mendapatkan kesembuhan ataupun pengurangan penderitaan,apakah seseorang tidak
boleh mengajukan haknya untuk tidak diperpanjang lagi hidupnya(,egala upaya yang
dilakukan akan sia$sia,bahkan sebaliknya dapat dituduhkan suatu kebohongan,karena di
samping tidak membaa kepada kesembuhan,keluarga yang lain akan terseret dalam
pengurasan dana.
&ari sudut *ara atau bentuk, euthanasia dapat dibedakan dalam tiga hal:
a. Euthanasia aktif,artinya mengambil keputusan untuk melaksanakan dengan tujuan
menghentikan kehidupan.!indakan ini se*ara sengaja dilakukan oleh dokter atau
tenaga kesehatan lainnya untuk memperpendek atau mengakhiri hidup si pasien.
+isalnya, melakukan injeksi dengan obat tertentu agar pasien terminal meninggal.
b. Euthanasia pasif,artinya memutuskan untuk tidak mengambil tindakan atau tidak
melakukan terapi.&okter atau tenaga kesehatan lain se*ara sengaja tidak lagi
memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup kepada pasien.
+isalnya,terapi dihentikan atau tidak dilanjutkan karena tidak ada biaya,tidak ada alat
ataupun terapi tidak berguna lagi.'okoknya menghentikan terapi yang telah dimulai
dan sedang berlangsung.
*. 6uto$euthanasia,artinya seorang pasien menolak se*ara tegas dengan sadar untuk
menerima peraatan medis dan ia mengetahui baha hal ini akan memperpendek atau
mengakhiri hidupnya.&ari penolakan tersebut ia membuat sebuah codicil(pernyataan
tertulis tangan).6uto$euthanasia pada dasarnya adalah euthanasia pasif atas
permintaan.
!ekait dengan kasus di atas jika hal tersebut tetap dilakukan dengan melepaskan semua
alat$alat penunjang kehidupan,dalam kedokteran dikenal dengan istilah euthanasia pasif,
artinya memutuskan untuk tidak mengambil tindakan atau tidak melakukan terapi.&okter
atau tenaga kesehatan lain se*ara sengaja,tidak lagi memberikan bantuan medis yang
dapat memperpanjang hidup kepada pasien.+isalnya,terapi dihentikan atau tidak
dilanjutkan karena tidak ada biaya,tidak ada alat ataupun terapi tidak berguna lagi.
'okoknya menghentikan terapi yang telah dimulai dan sedang berlangsung.
,aya juga pernah memba*a dalam pasal 3,bab 55 Kode Etik Kedokteran 5ndonesia tentang
keajiban dokter kepada pasien,disebutkan baha seorang dokter harus senantiasa
mengingat akan keajiban melindungi hidup makhluk insani.5ni berarti baha menurut
kode etik kedokteran,dokter tidak diperbolehkan mengakhiri hidup seorang yang sakit
meskipun menurut pengetahuan dan pengalaman tidak akan sembuh lagi,tetapi apabila
pasien sudah dipastikan mengalami kematian batang otak atau kehilangan fungsi otaknya
sama sekali,maka pasien tersebut se*ara keseluruhan telah mati alaupun jantungnya
masih berdenyut.'enghentian tindakan terapeutik harus diputuskan oleh dokter yang
berpengalaman yang mengalami kasus$kasus se*ara keseluruhan dan sebaiknya hal itu
dilakukan setelah diadakan konsultasi dengan dokter yang berpengalaman,selain harus
pula dipertimbangkan keinginan pasien, kelurga pasien,dan kualitas hidup terbaik yang
diharapkan.&engan demikian,dasar etik moral untuk melakukan euthanasia adalah
memperpendek atau mengakhiri penderitaan pasien dan bukan mengakhiri hidup pasien.
,ampai saat ini,belum ada aturan hukum di 5ndonesia yang mengatur tentang euthanasia.
'asal$pasal K-H' justru menegaskan baha euthanasia aktif maupun pasif tanpa
permintaan dilarang.&emikian pula dengan euthanasia aktif dengan permintaan.Hakikat
profesi kedokteran adalah menyembuhkan dan meringankan penderitaan. Euthanasia
justru bertentangan dengan hakikat itu.
7amun,beberapa ahli hukum juga berpendapat baha tindakan melakukan peraatan
medis yang tidak ada gunanya se*ara yuridis dapat dianggap sebagai penganiayaan. 5ni
berkaitan dengan batas ilmu kedokteran yang dikuasai oleh seorang dokter.!indakan di
luar batas ilmu kedokteran tersebut dapat dikatakan diluar kompetensi dokter tersebut
untuk melakukan peraatan medis.6pabila suatu tindakan dapat dinilai tidak ada
gunanya lagi,dokter tidak lagi berkompeten melakukan peraatan medis.
'ersoalan euthanasia bukanlah persoalan yang berdiri sendiri.6da banyak persoalan
dibalik euthanasia yang amat mempengaruhi pilihan dan tidakan untuk melakukan atau
tidak melakukan euthanasia.
+asalah euthanasia memang *ukup kompleks,selama ada praktek kedokteran maka
selama itu pula seorang dokter selalu dihadapkan pada dilema tersebut.+asalah
euthanasia akan terus mengundang kontroversi yang tidak terselesikan oleh karena itu
kita sebagai dokter harus benar$benar memahami konsep euthanasia ditinjau dari aspek
apapun baik itu hukum,hak asasi manusia,agama maupun aspek ilmu pengehtahuan
kedokteran.
8ika saya berada pada posisi tersebut dengan segala pertimbangan medis,keputusan
pengadilan atas permintaan keluarga Karen untuk melepaskan semua alat$alat penunjang
kehidupan maka saya akan melakukan tindakan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai