Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Demam berdaraah dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotype yaitu
den-1, den-2, den-3, dan den-4, melalui perantara (vektor) nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena
ditularkan melalui gigitan artropoda maka virus dengue termasuk arbovirus.. Dari empat serotipe
dengue yang terdapat di Indonesia, den-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak
berhubungan dengan kasus berat, diikuti dengan serotipe den-2. DBD telah menjadi masalah
kesehatan bukan hanya di Indonesia tetapi di juga di negara laindi Asia Tenggara. Selama tiga
sampai lima tahun terakhir jumlah kasus DBD telah meningkat sehingga Asia Tenggara menjadi
wilayah hiperendemis. Sejak tahun 1956 sampai 1980 di seluruh dunia kasus DBD
yangmemerlukan rawat inap mencapai 350 000 kasus per tahun sedang yang meninggal
dilaporkan hampir mencapai 12 000kasus. Kelompok umur yang paling banyak terkena infeksi
dengue adalah 4-10 tahun, walaupun makin banyak dijumpai pada kelomok umur yang lebih tua.
Spektrum klinis infeksi dengue dapat dibagi menjadi (1) gejala klinis paling ringan tanpa
gejala (silent dengue infection), (2) demam dengue (DD), (3) demam berdarah dengue (DBD)
dan (4) demam berdarah dengue disertai syok (syndrome syok dengue). DBD merupakan bentuk
berat dari infeksi dengue yang ditandai dengan demam akut, trombositopenia,netropenia dan
perdarahan. Permeabilitas vaskular meningkat yang ditandai dengan kebocoran plasma ke
jaringaninterstitiel mengakibatkan hemokonsentrasi, efusi pleura, hipoalbuminemia dan
hiponatremia yang akan menyebabkan syok hipovolemik.
Efusi pleura didefinisikan sebagai terkumpulnya cairan sebanyak minimal 10-20
ml pada rongga pleura. Efusi pleura terjadi karena gangguan absorpsi atau filtrasi yang
berlebihan dari cairan pleura. Adanya efusi pleura dapat merupakan manifestasi primer
atau komplikasi sekunder dari suatu penyakit. Efusi pleura diklasifikasikan menjadi
transudat dan eksudat. Penyakit yang meningkatkan filtrasi cairan pleura (gagal jantung
kongestif dan nefritis) menyebabkan pembentukan transudat, umumnya terjadi bilateral.
Jenis efusi pleura lainnya adalah hemotorak dan kilototak. Organisme penyebab efusi
pleura tersering adalah virus dan Mycoplasma pneumoniae, H.influenza, S.aureus.
(14
RSCM)

I.2 TUJUAN PENULISAN
Penyajian laporan kasus ini bertujuan untuk memberikan informasi kasus dengue
hemoragic fever dan efusi pleura yang dirawat di Rumah Sakit (RS) Arjawinangun pada
tanggal 4 September 2013.







BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Pasien anak bernama A, umur 2 tahun, jenis kelamin laki-laki, beralamat Serang,
Kabupaten Cirebon. Pasien masuk ke rumah sakit (RS) arjawinangun pada tanggal 4 September
2013. Pasien merupakan anak dari tuan C, berumur 37 tahun bekerja sebagai wiraswasta dengan
pendidikan terakhir sekolah menengah atas dan ibu pasien bernama nyonya O, berumur 35 tahun
dengan pendidikan terakhir pada sekolah menengahh atas bekerja sebagai wiraswata.
ANMANESIS
Alloanamnesis pada ibu pasien tanggal 4 September 2013
Dari anamnesis lebuh lanjut diperoleh keterangan dari ibu pasien bahwa pasien datang ke
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Arjawinangun dengan keluahan utama demam. Demam yang
dialami pasien sudah 4 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) demam naik turun, buang air
besar (BAB) lembek, hitam seperti petis sejak 1 hari SMRS, selama 1 hari pasien bab sebanyak 2
hari, mimisan sejak 1 hari SMRS sebanyak 1 kali selama 2 menit. Ibu pasien menyangkal bahwa
pasien muntah, terdapat gusi berdarah, nafsu makan pasien menurun.
Berdasarkan informasi lebih lanjut, pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini.
Dalam pengakuannya, ibu pasien menyangkal bahwa ada anggota keluarga yang pernah
mengalami keluhan seperti pasien. Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Kakak
pertama pasien laki-laki berusia 12 tahun, sedangkan kakak kedua pasien berusia 6 tahun.
Dalam keterangan lebih lanjut, ibu pasien selama kehamilan, rutin kontrol ke bidan dan
imunisasi TT sebanyak 2 kali. Pada saat persalinan anak dilahirkan pada umur 9 bulan,
pervaginam, dibantu oleh bidan dengan berat lahir 3200 gr dan panjang badan 50 cm. menurut
ibu pasien setelah dilahirkan anak langsung menangis kuat, gerak aktif, tidak mengalami sesak,
dan kebiruan setelah lahir.
Saat pasien berusia 0-2 bulan hanya diberikan ASI (Air Susu Ibu) tanpa diberikan susu
tambahan. Menurut keterangan ibu pasien sejak berusia 0-1 bulan pasien lebih banyak tidur dan
mulai menangis. Saat usia 2 bulan bayi mengepalkan jari-jari tangan dan terkejut oleh suara
keras tiba-tiba, memiringkan kepala dalam beberapa detik dan mengucapkan oh dan ah,
tersenyum, serta menegakkan kepala masih harus dibantu. Saat pasien berusia 3 bulan hingga 6
bulan dapat tengkurap dan mengangkat kepala dengan tegak, tetapi belum dapat balik badan
sendiri, menaruh benda ke mulut, mulai tertawa dan menjerit saat diajak bermain, mulai mencari
benda yang hilang. Ketika pasien berusia 7 hingga 9 bulan sudah dapat tengkurap dan
membalikan badannya sendiri, sudah duduk, merangkak, mengoceh mamama , sudah kenal
keluarga di rumah dan takut kepada orang lain, ikut bermain sembunyi-sembunyi dan tepuk
tangan. Pasien usia 10 hingga 12 bulan sudah dapat merambat dan berdiri sendiri, berjalan
dengan dituntun, sudah paham larangan dan perintah, sudah dapat bicara maem, cucu. Ketika
pasien berusia 12 hingga 18 bulan sudah dapat berjalan sendiri, sudah dapat berbicara mau
minum cucu, menyusun mainan 3 balok. Saat pasien berusia 19-24 bulan sudah dapat menunjuk
rambut, mata, hidung, perut, tangan, kaki, sudah makan sendiri, buang air besar (BAB) dan
buang air kecil (BAK) mulai dapat di kamar mandi dan tidak mengompol. Dari keterangan
tambahan ibu pasien, 1 hari setelah pasien lahir mendapatkan imunisasi hepatitis b pertama di
bidan, ketika pasien berusia 2 bulan mendapat imunisasi BCG. Saat pasien berusia 3 bulan
pasien mendapat imunisasi hepatitis b kedua, polio pertama dan DPT pertama. Saat pasien
berusia 4 bulan mendapat hepatitis b ketiga, polio kedua dan DPT kedua. Saat pasien berumur 6
bulan pasien mendapatkan imunisasi polio ketiga dan DPT ketiga. Imunisasi campak didapatkan
pasien saat berusia 9 bulan
Berdasarkan keterangan tambahan dari ayah dan ibu pasien, pasien tinggal bersama
ayah, ibu, serta kedua kakak pasien. Ayah seorang wiraswata dengan penghasilan tidak tentu,
penghasilan terbanyak Rp 600.000,00 sebulan. Tinggal di rumah dengan ukuran 108 m
2
, 1
kamar, ventilasi dan cahaya cukup, KM dan WC di dalam rumah, sumber air sumur. Rumah
berada di lingkungan padat penduduk.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum (Tanggal 4 September 2013)
Pasien datang dengan keadaan umum tampak sakit sedang dengan komposmentis, tanda
vital pasien ditemukan nadi 120 kali per menit, nadi teratur, dan isi cukup. Sedangkan
hasil pemeriksaan suhu 39.5 C dan hasil pemeriksaan pernapasan 24 kali per menit.
Berat badan 10 kg dan panjang badan 85 cm.
Status gizi pada pasien ini dilihat dari berat badan atas dibandingkan dengan
umur. Badan terlihat kurus dan tidak tampak edema. Berdasarkan kurva Center of
Disease Control (CDC) BB x 100% = 10 x 100% = 83 %
TB 12

Kesimpulan status gizi pasien ini adalah gizi kurang

2. Pemeriksaan Khusus
Pada pemeriksaan khusus didapatkan kulit pasien berwarna sawo matang, tidak
ada sikatrik, tidak tampak ikterus, dan tidak ada petekie. Bentuk kepala, normal, rambut
hitam, tidak mudah dicabut, ubun- ubun besar sedikit menonjol. Bentuk kedua bola mata
kanan kiri normal, palpebra superior dan inferior tidak edema, kedudukan kedua bola
mata dan bentuk alis mata kanan dan kiri simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, kornea jernih, pupil bulat isokor diameter 3mm reflek cahaya positif. Telinga
bentuk normal, simetris kanan dan kiri, dan tidak tampak serumen. Bentuk hidung
simetris, tidak terdapat deviasi septum dan tidak ada sekret. Bentuk mulut tidak ada
kelainan. Bibir merah dan tidak kering, sianosis tidak ada, tidak ada tremor. Tonsil T1-
T1, tenang, tidak hiperemis, faring tidak hiperemis. Leher tidak ada kelainan, kelenjar
getah bening tidak teraba membesar, trakea ditengah .
Pada pemeriksaan torak didapatkan inspeksi, bentuk dada normal, simetris dalam
keadaan statis dan dinamis. Pada pemeriksaan palpasi didapatkan fremitus vokal dan
taktil simetris kanan dan kiri, tidak ada krepitasi, tidak ada fraktur dan tidak ada massa.
Pada pemeriksaan perkusi tidak dilakukan, sedangkan hasil dari pemeriksaan auskultasi
suara nafas vesikuler, dan tidak ada wheezing dan ronki. Pada pemeriksaan palpasi teraba
pulsasi iktus kordis. Pada pemeriksaan perkusi tidak dilakukan, sedangkan pada
pemeriksaan auskultasi terdengar bunyi jantung I-II regular, tidak ada murmur dan
gallop.
Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan inspeksi abdomen cembung dan tidak
tampak gambaran vena kolateral. Pada auskultasi terdengar bising usus normal. Pada
pemeriksaan perkusi terdengar timpani diseluruh lapang abdomen, tidak ditemukan
adanya shifting dullness. Pada palpasi teraba supel, tidak ditemukan nyeri tekan dan nyeri
lepas, dan hasil pemeriksaan undulasi tidak ditemukan.
Pada pemeriksaan genitalia eksterna, tampak jenis kelamin laki-laki, testis kanan
dan kiri sudah turun ke kantong skrotum kanan dan kiri, tidak ada nyeri, tidak keluar
sekret. Pada pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah didapatkan akral hangat, tidak
terdapat edema. Sianosis tidak terlihat pada keempat ekstremitas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 8 September 2013 didapatkan kadar
Leukosit 5.300/L, granul 34%, hemoglobin 10,2 g/dL, hematokrit 32.6% , trombosit 71.000.
Pada pemeriksaan serologi IgG Dengue Blot ditemukan adanya infeksi. Pada pemeriksaan
rontgen torak didapatkan

Tampak perselubungan semuopaque homogeny di hemitorak dekstra. Sinus dekstra
tumpul. Kesan efusi pleura dekstra.
RESUME
Pasien bernama A, laki-laki, usia 2 tahun datang ke IGD RSUD Arjawinangun dengan
keluhan demam. Demam sudah 4 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) demam naik turun,
buang air besar (BAB) lembek, hitam seperti petis sejak 1 hari SMRS, selama 1 hari pasien bab
sebanyak 2 hari, mimisan sejak 1 hari SMRS sebanyak 1 kali selama 2 menit. Ibu pasien
menyangkal bahwa pasien muntah, terdapat gusi berdarah, nafsu makan pasien menurun. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39.5C, nadi 120 kali per menit, pernapasan 24 kali per menit.
Berat badan 10 kg dan panjang badan 85 cm. Pada pemeriksaan darah didapatkan Leukosit
5.300/L, granul 34%, hemoglobin 10,2 g/dL, hematokrit 32,6% , trombosit 71.000. Pada
pemeriksaan serologi IgG dan IgM Dengue Blot ditemukan adanya infeksi.
Diagnosis kerja pada pasien ini adalah demam berdarah dengue (DBD) dengan efusi pleura.
Diagnosis banding dari penyakit demam dengue, demam Chikungunya, campak. Maka terapi
untuk pasien ini adalah infus RL loading 175 cc selama 30 menit, selama 6 jam pertama 20 tetes
per menit, selama 6 jam kedua 14 tetes per menit, selanjutnya 12 tetes per menit, ranitidin 2 x 10
mg, antrain 2 x 100 mg.

















PEMANTAUAN
Tanggal 5-9-2013
Pasien mengeluhkan demam tadi malam, BAB lembek berwarna kuning kehijauan, tidak
mimisan, saat tidur malam hari pasien masih rewel, sesak, BAK lancar. Keadaan umum pasien
tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis, frekuensi nadi 125 x/menit, isi cukup dan teratur,
frekuensi nafas 30x/menit, suhu 38.9
0
C.
Pada pemeriksaan fisik kepala normocephale, pada pemeriksaan mata tidak terdapat
konjungtiva anemis, tidak terdapa sklera ikterik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening. Pada pemeriksaan jantung BJI-BJII normal reguler, tidak terdapat murmur dan tidak ada
gallop. Pulmonal vesikuler dikedua hemitoraks, terdapat rhonki di kedua lapangan paru, tidak
ada wheezing.. Abdomen datar lembut, bising usus positif normal, dan tidak terdapat nyeri tekan.
Genitalia tidak ada kelainan. Keempat ekstremitas teraba akral hangat dan tidak ada edema, tidak
hemiparesis.
Diagnosa kerja pasien ini adalah demam berdarah dengue grade III
Pasien diberikan infus RL loading 175 cc selama 30 menit, selama 6 jam pertama 20 tetes per
menit, selama 6 jam kedua 14 tetes per menit, selanjutnya 12 tetes per menit, ranitidin 2 x 10
mg, antrain 2 x 100 mg.





Tanggal 6-9-2013
Pasien tidak mengeluh demam, BAB lembek berwarna kuning kehijauan, mimisan 1 kali
dengan durasi 2 menit sebanyak 1 buah tisu tidak penuh (bercak-bercak), saat tidur malam hari
pasien masih rewel, sesak sudah berkurang sedikit, BAK lancar. Keadaan umum pasien tampak
sakit sedang, kesadaran komposmentis, frekuensi nadi 120 x/menit, isi cukup dan teratur,
frekuensi nafas 28x/menit, suhu 36.9
0
C.
Pada pemeriksaan fisik kepala normocephale, pada pemeriksaan mata tidak terdapat
konjungtiva anemis, tidak terdapa sklera ikterik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening. Pada pemeriksaan jantung BJI-BJII normal reguler, tidak terdapat murmur dan tidak ada
gallop. Pulmonal vesikuler dikedua hemitoraks, terdapat rhonki di kedua lapangan paru, tidak
ada wheezing.. Abdomen datar lembut, bising usus positif normal, dan tidak terdapat nyeri tekan.
Genitalia tidak ada kelainan. Keempat ekstremitas teraba akral hangat dan tidak ada edema, tidak
hemiparesis.
Diagnosa kerja pasien ini adalah demam berdarah dengue grade III
Pasien diberikan infus RL loading 175 cc selama 30 menit, selama 6 jam pertama 20 tetes per
menit, selama 6 jam kedua 14 tetes per menit, selanjutnya 12 tetes per menit, ranitidin 2 x 10
mg.






Tanggal 7-9-2013
Pasien mengeluhkan demam, BAB lembek berwarna coklat 1x sehari, sudah tidak
mimisan, saat tidur malam hari pasien masih rewel, sudah tidak sesak, BAK lancar. Keadaan
umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis, frekuensi nadi 121 x/menit, isi
cukup dan teratur, frekuensi nafas 24x/menit, suhu 35,8
0
C.
Pada pemeriksaan fisik kepala normocephale, pada pemeriksaan mata tidak terdapat
konjungtiva anemis, tidak terdapa sklera ikterik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening. Pada pemeriksaan jantung BJI-BJII normal reguler, tidak terdapat murmur dan tidak ada
gallop. Pulmonal vesikuler dikedua hemitoraks, terdapat rhonki di kedua lapangan paru, tidak
ada wheezing.. Abdomen datar lembut, bising usus positif normal, dan tidak terdapat nyeri tekan.
Genitalia tidak ada kelainan. Keempat ekstremitas teraba akral hangat dan tidak ada edema, tidak
hemiparesis. Hasil uji petekie didapatkan lebih dari 25 petekie didaerah fossa cubiti.
Diagnosa kerja pasien ini adalah demam berdarah dengue grade III
Pasien diberikan infus RL loading 175 cc selama 30 menit, selama 6 jam pertama 20 tetes per
menit, selama 6 jam kedua 14 tetes per menit, selanjutnya 12 tetes per menit, ranitidin 2 x 10
mg,






Tanggal 8-9-2013
Pasien mengeluhkan tidak demam, BAB lembek berwarna coklat kekuningan, tidak
mimisan, saat tidur malam hari pasien masih rewel, sudah tidak sesak, BAK lancar, pasien
mengeluh nyeri ulu hati. Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis,
frekuensi nadi 120 x/menit, isi cukup dan teratur, frekuensi nafas 23x/menit, suhu 37.0
0
C.
Pada pemeriksaan fisik kepala normocephale, pada pemeriksaan mata tidak terdapat
konjungtiva anemis, tidak terdapa sklera ikterik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening. Pada pemeriksaan jantung BJI-BJII normal reguler, tidak terdapat murmur dan tidak ada
gallop. Pulmonal vesikuler dikedua hemitoraks, terdapat rhonki di kedua lapangan paru, tidak
ada wheezing.. Abdomen datar lembut, bising usus positif normal, dan tidak terdapat nyeri tekan.
Genitalia tidak ada kelainan. Keempat ekstremitas teraba akral hangat dan tidak ada edema, tidak
hemiparesis.
Diagnosa kerja pasien ini adalah demam berdarah dengue grade III
Pasien diberikan infus RL loading 175 cc selama 30 menit, selama 6 jam pertama 20 tetes per
menit, selama 6 jam kedua 14 tetes per menit, selanjutnya 12 tetes per menit, ranitidin 2 x 10
mg,





Tanggal 9-9-2013
Pasien tidak mengeluhkan demam, BAB lembek berwarna kuning kehijauan, tidak
mimisan, saat tidur malam hari pasien tidak rewel, tidak sesak, BAK lancar, pasien tidak
mengeluh nyeri ulu hati. Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis,
frekuensi nadi 124 x/menit, isi cukup dan teratur, frekuensi nafas 22x/menit, suhu 37.0
0
C.
Pada pemeriksaan fisik kepala normocephale, pada pemeriksaan mata tidak terdapat
konjungtiva anemis, tidak terdapa sklera ikterik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening. Pada pemeriksaan jantung BJI-BJII normal reguler, tidak terdapat murmur dan tidak ada
gallop. Pulmonal vesikuler dikedua hemitoraks, terdapat rhonki di kedua lapangan paru, tidak
ada wheezing.. Abdomen datar lembut, bising usus positif normal, dan tidak terdapat nyeri tekan.
Genitalia tidak ada kelainan. Keempat ekstremitas teraba akral hangat dan tidak ada edema, tidak
hemiparesis.
Diagnosa kerja pasien ini adalah demam berdarah dengue grade III
Pasien diberikan infus RL 12 tetes permenit makro, ranitidin 2 x 10 mg.








Tanggal 10-9-2013
Pasien tidak mengeluhkan demam tadi malam, BAB lembek berwarna kuning kehijauan,
tidak mimisan, saat tidur malam hari pasien tidak rewel, sesak, BAK lancar. Keadaan umum
pasien tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis, frekuensi nadi 121 x/menit, isi cukup dan
teratur, frekuensi nafas 23x/menit, suhu 36.5
0
C.
Pada pemeriksaan fisik kepala normocephale, pada pemeriksaan mata tidak terdapat
konjungtiva anemis, tidak terdapa sklera ikterik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening. Pada pemeriksaan jantung BJI-BJII normal reguler, tidak terdapat murmur dan tidak ada
gallop. Pulmonal vesikuler dikedua hemitoraks, terdapat rhonki di kedua lapangan paru, tidak
ada wheezing.. Abdomen datar lembut, bising usus positif normal, dan tidak terdapat nyeri tekan.
Genitalia tidak ada kelainan. Keempat ekstremitas teraba akral hangat dan tidak ada edema, tidak
hemiparesis.
Diagnosa kerja pasien ini adalah demam berdarah dengue grade III
Pasien diberikan infus RL 12 tetes permenit makro, ranitidin 2 x 10 mg,








BAB IV
PEMBAHASAN
Demam Berdarah Dengue (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri
sendi yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik.
Pada DBD dapat terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Penyebab virus dengue ini adalah genus
Flavivirus, famili Flaviviridae. Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Salah satu daerah endemic DBD adalah Indonesia dengan lebih dari 25.000 kasus berada di
Jakarta dan Jawa Barat. Anak anak lebih rentan terkena virus dengue. Hal ini yang terjadi pada
pasien A yang berusia 2 tahun dan bertempat tinggal di Cirebon, Jawa Barat.
Pada pasien ini demam naik turun sudah 4 hari SMRS, BAB lembek, hitam seperti petis,
serta mimisan. Demam pada pasien DBD berlangsung dalam 3 fase. Fase pertama demam tinggi
2-7 hari (39 - 40), sakit tenggorokan, namun pada An. A tidak terdapat sakit tenggorokan. Fase
kedua (fase kritis) dengan gejala akral serta keempat ekstremitas dingin, tetapi batang tubuh
hangat, gelisah, rewel, nyeri ulu hati, petekie di ekstremitas, perdarahan saluran cerna, serta
mimisan. Pada kasus An. A fase kritis terjadi pada tanggal 6 September - 8 September, dengan
gejala rewel, nyeri pada ulu hati, petekie di ekstremitas atas, BAB coklat, mimisan, pada
pemeriksaan foto rontgen torak terdapat efusi pleura. Fase ketiga fase penyembuhan dimana
suhu tubuh pasien kembali ke suhu normal. Pada pemeriksaan hasil laboratorium didapatkan
hematokrit 32.6% , penurunan trombosit dari normal, menjadi 71.000. Hal ini disebabkan karena
pelepasan komplemen

Anda mungkin juga menyukai