Anda di halaman 1dari 17

Model Pembelajaran

Selasa, 14 Agustus 2012


JIGSAW

A. Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronsons,
(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran ini didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka
juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga
baik kemampuan secara kognitif maupun social siswa sangat diperlukan. Model pembelajaran
Jigsaw ini diladasi oleh teori belajar humanistic, karena teori belajar humanistic menjelaskan
bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan
internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.
Teknik mengajar Jigsaw sebagain metode pembelajaran kooperatif bisa digunakan dalam
pengakaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik inimenggabungkan
kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga dapat digunakan dalam
beberapa mata pelajaran, seperi ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, matematika,
agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif,
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan
keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari
masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok yang lain.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok
asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang
dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan kelompok ahli, yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk
mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Disini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar
mudah untuk memahami materi yang diberikan.
Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang
memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan
kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan
memecahkan masalah yang diberikan.
B. Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan Model Pembelajaran tipe Jigsaw adalah
sebagai berikut:
1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 6 orang
2. Tiap orang dalam kelompok diberi sub topik yang berbeda.
3. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan
menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
4. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua
sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
5. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling
membantu untuk menguasai topik tersebut.
6. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok
masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.
7. Tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi.
8. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah
didiskusikan.
9. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw
memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli
yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
Beberapa hal yang bisa menjadi kelemahan aplikasi model ini di lapangan,
menurut Roy Killen, 1996, adalah :
1. Prinsip utama pembelajaran ini adalah peer teaching, pembelajran oleh teman
sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep
yang akan diskusikan bersama siswa lain.
2. Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan
materi pada teman.
3. Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh
guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa
dalam kelas tersebut.
4. Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini
bisa berjalan dengan baik.
5. Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan, yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami
kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
4. Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan kelompok yang
anggotanya lemah semua.
5. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai antara
kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
6. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Diskusi dalam kelompok ini, untuk mengatasi masalah atau kelemahan yang
muncul dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Pengelompokan dilakukan terlebih dahulu, mengurutkan kemampuan belajar siswa
dalam kelas.
2. Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama kembali ke kelompok asal yang akan
bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang menjadi
tugass mereka


Pembelajaran Koperatif
Kerja dalam kumpulan adalah sesuai bagi murid yang mempunyai masalah pembelajaran
seperti ini iaitu seperti tutor rakan sebaya dan pembelajaran koperatif. Ahli dalam
kumpulan berkongsi maklumat dan bertanggungjawab dengan membantu satu sama lain
(Meese, 2001;Rivera,1996). Pembelajaran koperatif memberi peluang kepada murid untuk
mendekati sesuatu masalah dengan pelbagai cara (Effandi, 2003). Bagaimanapun, kerja
kumpulan haruslah terancang dan guru perlu banyak membantu. Guru tidak boleh
membiarkan murid begitu sahaja. Pembelajaran kooperatif telah menjadi salah satu
pembaharuan dalam pergerakan refomasi pendidikan. Pembelajaran kooperatif
sebenarnya merangkumi banyak jenis bentuk pengajaran dan pembelajaran. Asasnya ia
menggalakkan pelajar belajar bersama-sama dengan berkesan melalui pembentukan
kumpulan yang homogen seperti dalam pendidikan inklutif. Ianya boleh digunakan oleh
pelbagai kumpulan umur dan dalam pelbagai mata pelajaran.Pembelajaran koperatif
dilaksanakan secara kumpulan kecil supaya pelajar-pelajar dapat berkerjasama dalam
kumpulan untuk mempelajari isi kandungan pelajaran dengan pelbagai kemahiran sosial.
Secara dasarnya, pembelajaran kooperatif melibatkan pelajar bekerjasama dalam
mencapai satu-satu objektif pembelajaran (Johnson & Johnson, 1991). Pembelajaran jenis
ini juga merujuk kepada kaedah pengajaran yang memerlukan murid dari pelbagai
kebolehan bekerjasama dalam kumpulan kecil untuk mencapai satu matlamat yang sama
(Slavin, 1982). Sasaran adalah tahap pembelajaran yang maksimum bukan sahaja untuk
diri sendiri, tetapi juga untuk rakan-rakan yang lain. Lima unsur asas dalam
pembelajaran koperatif adalah (1) saling bergantung antara satu sama lain secara positif
(2) saling berinteraksi secara bersemuka (3) akauntabiliti individu atas pembelajaran diri
sendiri (4) kemahiran koperatif, dan (5)pemprosesan kumpulan.
Terdapat beberapa kaedah pembelajaran koperatif seperti (1) Kaedah Jigsaw II, (2)
Kaedah STAD, (3) TAI (Team Assisted Individualization). Untuk menyelesaikan masalah
pembelajaran ini, ketiga-tiga kaedah ini boleh di gunakan.



4.2.1. Kaedah Jigsaw II
Dalam kaedah ini, setiap ahli kumpulan menjadi juru dalam sub-unit sesuatu topik.
Setelah masing-masing memahami bahagian masing-masing, setiap juru mengajar pula
kepada ahli kumpulan yang lain. Soal-jawab atau perbincangan yang berlaku semasa
proses ini membolehkan juru dan ahli sama-sama memikirkan pembentangan yang
diberi, ini meningkatkan pemahaman dan ingatan. Selain dari itu, kaedah ini juga
memberi peluang kepada pelajar yang kurang cemerlang dan mengajar mereka untuk
menjadi juru dan mengajar mereka yang mempunyai prestasi akademik lebih baik
daripadanya, secara tidak langsung meningkatkan keyakinan diri mereka dalam subjek
Matematik terutamanya dalam masalah penyelesaian masalah ini.


Pembelajarankoperatifialahsalah satu daripada strategi pengajaran dan pembelajaran yang dapat
dipraktikkan oleh guru.JIGSAW merupakan salah satu teknik yang mengaplikasikan pembelajaran secara
koperatif di dalam bilik darjah.JIGSAW digunakanuntukmembantumuridmengulangkajipelajaran,
memperkenalkantopik-topikbarudanmembacateks-teks mudah. Teknik JIGSAW sesuai digunakan untuk
pembelajaran kendiri murid di mana guru bertindak sebagai fasilitator atau mentor sahaja kepada
murid.

Terdapat beberapa langkah untuk melaksanakan teknik JIGSAW ini.Langkah pertama, guru perlu
membahagikan murid kepada kumpulan berempat dan namakan kumpulan-kumpulan tersebut.
Contohnya, kumpulan A, kumpulan B dan seterusnya. Kumpulan-kumpulan ini dikenali sebagai
kumpulan asas atau based group.Seterusnya, guru perlu membahagikan setiap ahli kumpulan asas
kepada 4 kumpulan yang dinamakan kumpulan mahir atau expert group. Setiap kumpulan mahir akan
diberikan satu tugasan atau soalan untuk dibincangkan dalam masa yang diperuntukkan guru seperti 10
minit. Kemudian, setiap murid harus kembali ke kumpulan asas untukberkongsiilmudanmaklumat yang
telahmerekaperolehisemasasesiperbincangandalamkumpulanmahir. Guru boleh menggunakan penilaian
formatif seperti pairs check dan kuiz pendek untuk menguji kefahaman murid berkenaan tajuk dan
tugasan untuk sesi pada hari tersebut.






Pelaksanaan perbincangan menggunakan teknik JIGSAW.




Untuk mengaplikasikan teknik ini ke dalam bilik darjah sebenar, para guru pelatih telah mencuba
terlebih dahulu kaedah ini dalam bilik darjah mereka. Selepas selesai membahagikan kumpulan asas
dan kumpulan mahir, setiap kumpulan mahir diberikan soalan untuk dibincangkan iaitu:

1) Apakah yang dimaksudkan dengan standard nilai antarabangsa (world classvalues)?

2) Apakah ciri-ciri komunikasi berkesan?

3) Berikan kelebihan komunikasi berkesan.

4) Nyatakan jenis-jenis komunikasi.

Kemudian, para guru pelatih kembali ke kumpulan asas dan berkongsi maklumat yang telah didapati.

Kesimpulannya, maklumat dapat dikongsi dengan berkesan, melibatkan semua murid serta
menjimatkan masa pengajaran. Malah, murid juga dapat dilatih ke arah pembelajaran kendiri.

Pembelajaran Kooperatif Yang Berkesan
Apa dia pembelajaran kooperatif ?
Pembelajaran kooperatif telah menjadi salah satu pembaharuan dalam pergerakan refomasi pendidikan.
Pembelajaran kooperatif sebenarnya merangkumi banyak jenis bentuk pengajaran dan pembelajaran.
Asasya ia menggalakkan pelajar belajar bersama-sama dengan berkesan melalui pembentukan kumpulan
yang homogen seperti dalam pendidikan inklutif. Ianya boleh digunakan oleh pelbagai kumpulan umur
dan dalam pelbagai mata pelajaran.Pembelajaran koopeatif dilaksanakan secara kumpulan kecil supaya
pelajar-pelajar dapat berkerjasama dalam kumpulan untuk mempelajari isi kandungan pelajaran dengan
pelbagai kemahiran sosial.Secara dasarnya, pembelajaran kooperatif melibatkan pelajar bekerjasama
dalam mencapai satu-satu objektif pembelajaran (Johnson & Johnson, 1991). Selain dari itu, ciri-ciri
umumnya ialah:
Ciri- ciri pembelajaran kooperatif
Pendekatan Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa ciri tertentu, diantaranya ialah :
1. Matlamat kumpulan
Matlamat kumpulan ialah kejayaan kumpulan dalam mencapai kecemerlangan dalam menguasai sesuatu
konsep yang di ajar. Matlamat inidicapai melalui usaha bersama semua bersama ahli di dalam kumpulan.
Dalam kumpulan ini setiap ahli kumpulan mempunyai peranan tertentu dan jelas dalam usaha kumpulan
mencapai matlamat yang ditetapkan.
2. Interaksi sosial ditekankan.
Setiap ahli kumpulan akan berinteraksi secara bersemuka dalam kumpulan. Interaksi yang serentak
berlangsung pada masa yang sama untuk setiap kumpulan melalui perbincangan yang akan menyebabkan
lebih ramai individu yang turut serta mengambil bahagian. Setiap ahli kumpulan perlu berhubung
rapat, saling memenuhi dan bantu-menbantu.
3. Pelajar perlu saling bergantungan positif untuk mencapai objektif gerak kerja.
Kejayaan kumpulan bergantung kepada pembelajaran individu yang ahli sesuatu kumpulan. Setiap ahli
mempunyai tanggungjawab ke atas keberkesanan pembelajaran kumpulan. Prinsip ini dikenali sebagai
saling bergantungan secara positif. Untuk mencapai kejayaan dalam prinsip ini, tugas perlu diagihkan
kepada semua ahli kumpulan untuk menyumbang jawapan atau hasil dapatan. Tanggungjawab individu
bermakna setiap pelajar mesti melaksanakan tugas masing-masing yang diberikan untuk menyumbang
kepada sesuatu projek. Penyertaan pula bermaksud semua pelajar mempunyai peluang yang sama untuk
mengambil bahagian dan menyumbang secara bersama.
Apakah kelebihan pembelajaran kooperatif ?
Walaupun pembelajaran kooperatif menimbulkan keresahan kepada ibubapa yang khuatirkan kecairan
pembelajaran apabila pelajar yang cerdas berada di dalam kumpulan yang kurang cerdas, tetapi
mengikut Slavin ( 1991) ia akan memberi faedah kepada golongan yang berbeza kebolehan yang belajar
dalam satu kumpulan. Kajian menunjukkan pembelajaran kooperatif boleh meningkatkan pencapaian
dan kemahiran kognitif pelajar. Jika dijalankan dengan sempurna, setiap pelajar mempunyai
tanggungjawab untuk memahiri sesuatu subtopik serta berpeluang berkongsi pengetahuannya dengan
ahli kumpulan yang lain. Untuk tujuan ini , pelajar perlu betul-betul memahami subtopik itu, bukan
sekadar menghafal sesuatu topik. Ini mengakibatkan pemprosesan pada aras yang lebih tinggi,yang
meningkatkan daya ingatan dan seterusnya membolehkan mereka menunjukkan pencapaian yang lebih
baik.
Kajian juga menunjukkan pembelajaran kognitif boleh memberbaiki kemahiran sosial pelajar. Ahli-ahli
dalam kumpulan perlu bekerjasama untuk mencapai objektif pembelajaran. Secara tidak langsung,
mereka perlu mempelajari atau memperbaiki kemahiran sosial mereka. Pelajar yang bersuara perlahan
perlu meninggikan suara supaya didengari dan difahami oleh ahli kumpulan lain. Teguran sesama ahli
perlu dilakukan dengan sewajarnya agar dinamik kumpulan tidak hancur dan gerak kerja berjalan lancar.
Mengikut Kagan (1994) , pembelajaran kooperatif bagi golongan berbakat telah membawa banyak
keberkesanan atau faedah seperti berikut :
Membaiki hubungan sosial
Meningkatkan pencapaian
Meningkatkan kemahiran kepimpinan
Meningkatkan kemahiran sosial
Meningkatkan tahap kemahiran aras tinggi
Meningkatkan kemahiran teknologi
Meningkatkan keyakinan diri.
Beberapa bentuk pembelajaran kooperatif
1.Kaedah Jigsaw II
Dalam kaedah ini, setiap ahli kumpulan menjadi juru dalam sub-unit sesuatu topik. Setelah masing-
masing memahami bahagian masing-masing, setiap juru mengajarnya pula kepada ahli kumpulan yang
lain. Soal-jawab atau perbincangan yang berlaku semasa proses ini membolehkan juru dan ahli sama-
sama memikirkan pembentangan yang diberi, ini meningkatkan pemahaman dan ingatan. Selain dari itu,
kaedah ini juga memberi peluang kepada pelajar yang kurang cemerlang dan mengajar mereka
untukmenjadi juru dan mengajar mereka yang mempunyai prestasi akademik lebih baik daripadanya,
secara tidak langsung meningkatkan keyakinan diri mereka.
2.Kaedah STAD
STAD merupakan akronim bagi Student Teams Achievement Divisions. Pembelajaran dalam kumpulan
kecil dilakukan bagi sesuatu topik. Kaedah perbincangan ini boleh menggunakan kaedah Jigsaw II atau
pendekatan lain. Selepas itu kuiz bertulis secara individu akan diberikan untuk menguji pemahaman
pelajar. Setiap pelajar akan mendapat markah individu, peningkatan kemajuan yang ditunjukkan oleh
setiap pelajar akan dikira dengan mengambil markah terbaru dan ditolak dengan purata markah pelajar
itu sendiri. Perbezaan markah individu akan dikumpulkan untuk menjadi markah kumpulan. Di
sebabkan markah kumpulan diperolehi berdasarkan peningkatan ahli kumpulan, ahli kumpulan akan
saling bekerjasama supaya mendapat markah yang maksimum.
TAI
TAI( Team Assisted Individualization) dibentuk menggabungkan antara motivasi dan insentif kepada
kumpulan. Program yang diberikan mestilah bersesuaian dengan kemahiran yang dipunyai oleh setiap
pelajar. Pelajar dalam setiap kumpulan mestilah terdiri daripada pelajar yang mempunyai keupayaan
yang berbeza-beza. Ahli kumpulan yang bekerja secara berpasangan akan bertukar-tukar helaian jawapan
kerja yang telah dibuat. Ahli kumpulan bertanggungjawab memastikan rakan-rakan dalam kumpulan
bersedia untuk menduduki ujian akhir setiap unit. Skor mingguan yang diperolehi oleh kumpulan akan
dijumlahkan , kumpulan yang melebihi skor yang ditetapkan akan diberikan sijil.
Beberapa strategi meningkatkan keberkesanan pembelajaran kooperatif
Pembahagian kumpulan yang membolehkan ahli-ahli dalam kumpulan bekerja dengan berkesan
bersama-sama.Faktor yang paling utama di sini ialah bilangan ahli dalam kumpulan. Kumpulan kecil
mengandungi tiga atau empat ahli didapati paling efektif. Kumpulan yang terlalu besar kurang efektif
kerana pembabitan ahli kumpulan cenderung menjadi tidak sama rata. Disamping itu, pembentukan
kumpulan sebaiknya dilakukan oleh guru bagi mengelakkan pelajar berkumpul sesama klik mereka
sahaja.
Tugasan perlu distruktur sebegitu rupa supaya ahli kumpulan saling bergantung untuk mencapai objektif
yang ditentukan. Elakkan memberi tugasan yang boleh diselesaikan tanpa perlu pembabitan setiap ahli
kumpulan. Ini boleh menyebabkanada ahli kumpulan yang lepas tangan ataupun dipinggirkan oleh
orang lain, dan bagi pelajar ini, pengalaman pembelajaran sepenuhnya tidak dapat dicapai.
Jadikan tanggungjawab pencapaian terletak di kedua-dua tahap individu dan kumpulan. Satu cara ialah
melalui pemberian markah. Setiap pelajar mendapat markah individu dan markah kumpulan bergantung
kepada markah individu. Dengan cara itu setiap pelajar mempunyai motivasi untuk melakukan yang
terbaik untuk diri sendiri dan juga kumpulan.
Berikan garis panduan tingkahlaku dan kemahiran berkomunikasi kepada pelajar. Guru perlu
menjelaskan kepada pelajar apakah tingkahlaku yang wajar dan tidak wajar semasa pembelajaran
kooperatif berlaku. Guru juga perlu meberikan asas kemahiran komunikasi misalnya bagaimana
menyuarakan pendapat dan bagaimana menghadapi percanggahan pendapat.
Pastikan jenis dan amaun interaksi antara pelajar berpatutan. Guru perlu mengawasi interaksi yang
berlaku semasa pelajar menjalankan aktiviti kumpulan di dalam kelas. Perbincangan yang berlaku
seharusnya yang berkaitan dengan tugasan . Interaksi juga harus berlaku di antara setiap ahli kumpulan
dan tidak meminggirkan mana-mana ahli kumpulan. Perbincangan dan keputusan juga tidak dimonopoli
oleh ahli kumpulan tertentu sahaja.

.0 STRATEGI PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PEMULIHAN
MATEMATIK.

Guru-guru matematik sebagai golongan yang dipertanggungjawabkan untuk
mengajar matematik sentiasa berhadapan dengan pelbagai masalah pengajaran matematik
yang berbeza-beza mengikut tahap murid.Oleh itu, guru perlu
mengetahuistrategi pengajaran dan pembelajaran matematik.Terdapat banyak kaedah-
kaedah pengajaran matematik.Antaranya adalah kaedah Model Polya, Kaedah Newman,
kaedah pembelajaran koperatif, konteksual, konstruktivisme, pembelajaran masteri.
Menurut Noor Shah Saad (2005:182), Model Polya merupakan model penyelesaian
masalah matematik yang dibina oleh George Polya. Beliau telah memperkenalkan satu
model penyelesaian masalah dalam bukunnya How to Solve It yang memberi tumpuan
kepada teknik penyelesaian masalah yang menarik dan juga prinsip pembelajaran
matematik dapat dipindahkan sebaik yang mungkin. Model ini membabitkan empat fasa
utama, iaitu memhami dan mentafsir sesuatu masalah, merancang strategi penyelesaian,
melaksanakan strategi penyelesaian dan menyemak semula penyelesaian. Pada peringkat
memahami dan mentafsir sesuatu masalah, murid perlu dibimbing untuk terlibat secara aktif
berkaitan aktiviti seperti fokus kepada bahagian penting, memahami item-item yang terlibat
dalam masalah sesuatu soalan dan mengenal pasti maklumat, entiti, nombor, bentuk
perkaitan dan apa yang perlu dicari.
Setelah murid memahami soalan , guru membimbing murid untuk merancang
strategi penyelesaian yang sesuai dengan permasalahan yang diberi. Antara strategi
penyelesaian mengikut Polya ialah membuat simulasi, melukis gambar rajah, membuat
carta, mengenal pasti pola, cuba jaya dan menggunakan analogi. Pemberian pelbagai
bentuk masalah matematik kepada murid akan membentuk keyakinan mereka dalam
pengendalian masalah-masalah tersebut. Dalam merancang strategi, guru perlu
mempertimbangkan beberapa heuristik/strategi/ algoritma dan membandingkan masalah
yang hendak diselesaikan dengan masalah yang hampir sama. Pelaksanaan strategi untuk
menyelesaikan maslah boleh dilakukan berdasarkan perancangan startegi penyelesaian
masalah. Dalam hal ini, murd hendaklah menghuraikan langkah-langkah penyelesaiannya
secara bersistematik untuk mendapat jawapan yang betul, iaitu dengan cara
menterjemahkan maklumat yang diberi ke dalam bentuk matematik, menggunakan strategi
yang dirancang, menjalankan semua proses dan pengiraan yang terlibat dan menyemak
setiap langkah strategi yang digunakan. Langkah yang terakhir ialah murid boleh
menyemak semula penyelesaian masalah untuk menentukan sama ada jawapannya
munasabah atau tidak. Semasa menyemak semula, beberapa perkara perlu diberi
perhatian supaya cara penyelesaian masalah yang dilaksanakan oleh murid adalah logik
walaupun strategi yang digunakan berbeza-beza.
Kaedah seterusnya ialah Kaedah Newman. Model berasaskan teori Newman
(1977) mendefinisikan lima kemahiran membaca spesifik bagi penyelesaian masalah
matematik iaitu membaca (decoding), pemahaman, transformasi, kemahiran proses
dan encoding. Antara langkah pelaksanaan temuduga Newman ialah guru perlu bercakap
kepada murid dengan mesra, ringkas bagi memberi keselesaan kepadanya.Jelaskan tujuan
guru bercakap dengannya adalah untuk membantunya dalam matematik.Guru juga perlu
memberitahu murid yang guru mahukannya untuk membuat bberapa maslah matematik
terdahulu sekali lagi. Selain itu, sediakan murid dengan kertas soalan dan kertas jawapan
yang baru dan minta murid menjawab semula soalan terdahulu yang pernah dibuatnya.
Galakkan murid tunjuk cara menyelesaikan maslah. Guru diam sehingga murid selesai
membuat latihan.
Guru perlu tanya murid soalan-soalan Newman yang bersesuaian. Contoh soalan
adalah seperti tolong bacakan soalan kepada cikgu, beritahu apa yang soalan itu mahu
anda lakukan, apa kaedah yang awak gunakan untuk mendapatkan jawapan?, tunjukkan
kepada cikgu bagaimana anda mendapat jawapan itu, sekarang tulis jawapan anda yang
sebenar. Jangan bantu murid dalam apa-apa peringkat tetapi buat catatan ringkas tentang
jawapan murid yang sangat revealing. Guru tentukan mengikut klasifikasi alat Newman iaitu
guru dapat mencari di mana murid tidak bolah membuat latihan pada peringkat awal
ujian. Semasa langkah 4, dengar dengan teliti apa yang murid cakap dan pastikan guru
berfikir di peringkat mana murid mengalami kesilapan membuat latihan. Justeru,
klasifikasikan kesilapan/ralat yang murid lakukan.

Seterusnya kita tengok kaedah pembelajaran koperatif. Pembelajaran koperatif merujuk
kepada kaedah pengajaran yang memerlukan murid dari pelbagai kebolehan bekerjasama
dalam kumpulan kecil untuk mencapai satu matlamat yang sama (Slavin, 1982). Sasaran
adalah tahap pembelajaran yang maksimum bukan sahaja untuk diri sendiri, tetapi juga
untuk rakan-rakan yang lain. Lima unsur asas dalam pembelajaran koperatif adalah saling
bergantung antara satu sama lain secara positif, saling berinteraksi secara bersemuka,
akauntabiliti individu atas pembelajaran diri sendiri, pemprosesan kumpulan. Ganjaran
diberi kepada individu dan kumpulan dalam pelaksanaan kaedah ini.Individu dalam
kumpulan dikehendaki menunjukkan kefahaman masing-masing dan memainkan peranan
berbeza bergilir-gilir.Kemahiran sosial dan pemprosesan kumpulan digalakkan. Beberapa
cara pembelajaran koperatif telah diperkembangkan oleh tokoh-tokoh pendidikan, misalnya
Jigsaw, TGT (teams-games-tournaments), STAD (Students Teams- Achievement
Division), Belajar Bersama (Learning together), Permainan Panggil Nombor (Numbered
Heads), dan Meja Bulat (Round Table).
Pengajaran sebaya memainkan peranan yang sangat penting menurut cara Jigsaw.
Dalam cara ini, pembahagian tugas diagihkan di kalangan murid dalam kumpulan pelbagai
kebolehan. Bahan pembelajaran dipecahkan kepada topik-topik kecil. Setiap murid
diagihkan tugas untuk mempelajari satu topik kecil. Setelah menguasai topik kecil sendiri,
murid akan mengajar rakan-rakan lain dalam kumpulannya sehingga semua ahli kumpulan
menguasai semua topik kecil itu. Selepas itu satu aktiviti dijalankan untuk menguji sama
semua ahli kumpulan berjaya memahami dan menyempurnakan tugasan yang diberi.
Jigsaw merupakan cara pengajaran berpusatkan murid. Kemungkinan besar bahan baru
dapat dikaitkan dengan pengetahuan sedia ada dan membantu penstrukturan semula
idea.Pembelajaran koperatif menggalakkan murid berinteraksi secara aktif dan positif dalam
kumpulan.Ini membolehkan perkongsian idea dan pemeriksaan idea sendiri dalam suasana
yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme.
Sekarang kita bincang pula tentang kaedah pembelajaran Kontekstual. Kaedah
kontekstual iaitu kaedah yang dibentuk berasaskan maksud kontekstual itu sendiri,
seharusnya mampu membawa pelajar ke matlamat pembelajaran isi dan konsep yang
berkenaan atau relevan bagi mereka, dan juga memberi makna dalam kehidupan seharian
mereka. Kebanyakan pelajar di sekolah tidak mampu membuat kaitan antara apa yang
mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan itu dapat dimanfaatkan. Ini berlaku oleh
sebab cara mereka memproses maklumat dan perasaan motivasi untuk pelajar tidak
tersentuh melalui kaedah pengajaran yang lazim digunakan (iaitu kaedah syarahan yang
abstrak), namun mereka amat perlu memahami konsep itu untuk memudahkan mereka
mengaitkannya dengan suasana dan juga dalam menempuh kehidupan masyarakat di
mana tempat mereka menjalani kehidupan dan bekerja.

Secara lazimnya, pelajar dijangkakan mampu membuat kaitan ini dengan sendiri apabila
berada di luar bilik darjah. Pendekatan kontekstual menyedari hakikat bahawa
pembelajaran ialah satu proses pelbagai bentuk yang kompleks yang menjangkau melepasi
kaedah-kaedah jenis latih tubi dan rangsangan dan tindak balas. Menurut teori
pembelajaran kontekstual, pembelajaran hanya berlaku apabila pelajar memproses
maklumat atau ilmu pengetahuan baru dengan cara tertentu sehingga ia membawa maksud
atau makna kepada mereka dalam kerangka rujukan mereka sendiri (dunia dalaman bagi
memori, pengalaman dan tindak balas mereka sendiri).pendekatan pembelajaran dan
pengajaran seperti ini mengandaikan minda akan mencari maksud dalam konteks dengan
cara semula jadi, iaitu berkait dengan persekitaran semasa seseorang itu. Ini berlaku
dengan cara pencarian hubungan yang diterima akal dan kelihatan bermakna.Dalam
persekitaran sedemikian, pelajar menemui perhubungan yang bermakna antara idea
abstrak dan aplikasi praktikal dalam konteks alam yang nyata.
Kaedah seterusya adalah kaedah konstruktivisme.Konstruktivism bukan merupakan
satu teori yang baru dalam bidang pendidikan.Pengaruh konstruktivism dalam era teknologi
maklumat dan komunikasi ini semakin kuat. Teori ini bertitik tolak daripada pandangan
behaviorism yang mengkaji perubahan tingkahlaku sehingga kepada kognitivism yang
mengkaji tentang cara manusia belajar dan memperoleh pengetahuan yang menekankan
perwakilan mental. Bruner (1960), telah menekankan bahawa pembelajaran merupakan
satu proses di mana pelajar membina idea baru atau konsep berasaskan kepada
pengetahuan semasa mereka. Pelajar memilih dan mengintepretasikan maklumat,
membina hipotesis dan membuat keputusan yang melibatkan pemikiran mental (struktur
kognitif seperti skema dan model mental) memberikan makna dan pembentukan
pengalaman dan membolehkan individu melangkau melebihi maklumat yang diberikan
(Beyond the information given).Hasil daripada pendekatan ini, beliau telah memperkenalkan
pembelajaran penemuan (Discovery Learning).Briner (1999) berpendapat murid membina
pengetahuan mereka dengan menguji idea dan pendekatan berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman sedia ada, mengaplikasikannya kepada situasi baru dan mengintegrasikan
pengetahuan baru yang diperoleh dengan binaan intelektual yang sedia wujud.
Brooks & Brooks (1993) menyatakan bahawa murid membina makna tentang dunia
dengan mensintesis pengalaman baru kepada apa yang mereka telah fahami sebelum ini.
Mereka membentuk peraturan melalui refleksi tentang interaksi mereka dengan objek dan
idea. Apabila mereka bertemu dengan objek, idea atau perkaitan yang tidak bermakna
kepada mereka, maka mereka akan sama ada mengintepretasikan apa yang mereka lihat
supaya secocok dengan peraturan yang mereka telah bentuk atau mereka akan
menyesuaikan peraturan mereka agar dapat menerangkan maklumat baru ini dengan lebih
baik. Menurut Mc Brien dan Brandt (1997), konstruktivism adalah satu pendekatan
pengajaran berdasarkan kepada penyelidikan tentang bagaimana manusia belajar.
Kebanyakan penyelidik berpendapat setiap individu membina pengetahuan dan bukannya
hanya menerima pengetahuan daripada orang lain.

Akhir sekali adalah pembelajaran masteri.Pembelajaran masteri adalah Suatu
pendekatan pengajaran dan pembelajaran bagi memastikan semua murid menguasai hasil
pembelajaran yang dihasratkan dalam suatu unit pembelajaran sebelum berpindah ke unit
pembelajaran seterusnya.Pendekatan ini memerlukan peruntukan masa yang mencukupi
dan proses pengajaran dan pembelajaran yang berkualiti.Dalam kaedah ini hasil
pembelajaran perlu ditentukan dan mengikut hierarki atau unit pembelajaran. Aktiviti
pengajaran dan pembelajaran yang dirancang perlulah bermakna, berkesan, menarik dan
menyeronokkan. Penilaian dibuat berdasarkan Ujian Rujukan Kriteria dan hanya murid
yang berjaya menguasai 80 peratus aras masteri akan berpindah mempelajari unit
pembelajaran baru. Bagi murid yang gagal menguasai aras masteri akan diberi pemulihan
dan yang berjaya akan melakukan aktiviti pengayaan. Penggunaan kaedah ini di dalam
perancangan pengajaran perlu mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran masteri iaitu murid
normal boleh mempelajari apa yang diajar oleh guru. Pembelajaran perlulah dipecahkan
kepada unit kecil supaya mudah dikuasai.Di samping itu murid memerlukan masa yang
mencukupi untuk menguasai sesuatu hasil pembelajaran yang telah ditentukan.Arahan
guru juga perlu jelas bagi setiap unit pembelajaran.
Posted by santhaana barath at 07:49 No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
MASALAH MURID PEMULIHAN DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIK
DAN FAKTOR MASALAH TERSEBUT.
4.0 MASALAH MURID PEMULIHAN DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIK DAN
FAKTOR MASALAH TERSEBUT.

Sebagai seorang guru pemulihan kita perlu mengambil tahu apakah masalah-
masalah yang menghalang pengusaan kemahiran matematik dalam kalangan murid
pemulihan.Terdapat banyak masalah yang dihadapi oleh murid pemulihan dalam mata
pelajaran matematik.Antaranya adalah seperti Diskalkulia, Kebimbangan matematik
(Mathophopia) dan masalah tidak menguasai kemahiran asas matematik.

Diskalkulia didefinisikan sebagai masalah pembelajaran spesifik yang
mempengaruhi pemerolehan/pembelajaran kemahiran arimatik (Wikipedia,2008).
Menurut Departmant for Education Skills 2001(DfES), Diskalkulia diterangkan sebagai
sesuatu keadaan yang mempengaruhi keupayaan menguasai / memperolehi kemahiran
aritmetik.Kanak-kanak diskalkulia menghadapi masalah dalam memahami konsep nombor
yang mudah, kekurangan kefahaman intuisi terhadap nombor dan bermasalah dalam
mempelajari fakta nombor dan prosedur-prosedur.Contohnya, mereka tahu 3+5=8, tetapi
tidak dapat mentafsirkan bahawa 5+3=8.Walaupun mereka dapat menghasilkan jawapan
yang betul, tetapi mereka melakukannya dengan tanpa keyakinan diri.

Seseorang yang menghadapi masalah Diskalkulia akan menghadapi kesukaran
untuk mengenal nombor dan simbol-simbol dalam matematik seperti +, -, x dan . Murid
juga tidak dapat membezakan nilai besar dan kecil.Contohnya, tidak dapat menentukan
nilai terbesar antara 34 dan 43. Mereka akan mengira dalam bilangan 2 atau 5 sebaginya
serta tertib menurun. Murid yang mempunyai masalah Diskalkulia tidak dapat membuat
anggaran dan pengukuran, seperti saiz, nilai, wang, jarak atau cecair. Selain itu, mereka
juga tidak dapat mengira wang atau melihat masa, membaca peta dan jadual, kerana
kurang kesedaran tentang kedudukan, arah, orientasi dan organisasi ruang serta
menggunakan peraturan dan prosedur, oleh itu mereka tidak dapat mengingati langkah-
langkah untuk menyelesaikan pengiraan matematik dan dalam pengiraaan spontan.

Faktor-faktor berlakunya masalah Diskalkulia adalah factor genetik, pendedhan awal
matematik yang terdesak dan faktor pengajaran di sekolah.Masalah Diskalkulia ini wujud
sejak lahir atas faktor genetik. Kanak-kanak yang mengalami kecederaan pada otak
sebelah kiri berdekatan dengan telinga akan menghadapi masalah ini kerana otak kiri
berfungsi menterjemahkan angka-angka. Pendedahan sebelum kanak-kanak bersedia
untuk menerima konsep matematik menyebabkan kanak-kanak berasa bimbang apabila
berhadapan dengan soalan matematik dan menjadi fobia. Faktor pengajaran di sekolah
pula adalah pelajar yang lemah tidak dapat menguasai sesuatu kemahiran dengan
sepenuhnya kerana guru perlu menghabiskan sukatan pelajaran seperti yang ditetapkan.

Seterusya kita alih kepada masalah Kebimbangan Matematik (Anxiety) pula.
Kebimbangan Matematik adalah suatu perasaan yang berkaitan dengan tekanan,
kebimbangan dan kerisauan apabila ia berkaitan dengan manipulasi nombor dan sewaktu
menyelesaikan masalah-masalah matematik di dalam kehidupan seharian dan juga di
dalam situasi ilmiah dan akdemik. Kebimbangan matematik ini boleh menyebabkan
seseorang berasa tiada keupayaan atau kemampuan untuk menyelesaikan apa jua
masalah yang melibatkan pengiraan matematik. Ia juga menyebabkan seseorang itu
merasa takut dan fobia dengan apa sahaja yang berkaitan dengan subjek tersebut. Menurut
Lazarus (1974), seseorang pelajar itu boleh mempunyai halangan intelektual dan emosi
apabila mempelajari matematik sepanjang mereka berada di alam persekolahan atas
beberapa sebab. Beliau turut menyatakan bahawa Kebimbangan Matematik ini ialah
ketakutan yang tidak rasional terhadap matematik.Ini seterusnya menyebabkan halangan
kepada para pelajar untuk menunjukkan kemampuan sebenar atau melakukan sesuatu
yang terbaik sewaktu menyelesaikan masalah matematik.

Kebimbangan Matematik berlaku apabila seseorang itu berhadapan dengan
permasalahan yang melibatkan matematik. Apabila seseorang itu melihat nombor, simbol
dan memerlukan pengiraan, maka ia akan mencetuskan Kebimbangan Matematik.Murid
yang mempunyai masalah Kebimbangan Matematik
ini tidak dapat mengasingkan kumpulan-kumpulan mengikut bentuk,
saiz, warna dan jenis benda seperti empat segi sama dan tepat, warna
merah dan jinggaKebimbangan Matematik boleh disebabkan oleh faktor-faktor yang
berlainan. Antara faktor dominan yang menyebabkan berlakunya gejala ini adalah berpunca
dari pengalaman negatif seseorang yang melibatkan matematik.Pengalaman negatif ini
mungkin disebabkan oleh guru, ibu bapa atau rakan-rakan sebaya.Ibu bapa dan ahli
keluarga merupakan antara sebab berlakunya Kebimbangan Matematik dalam kalangan
murid pemulihan.Kekurangan sokongan yang betul dan sesuai serta perhatian yang
diberikan oleh keluarga terhadap prestasi matematik mereka solah-olah telah banyak
menyumbang kepada sikap negatif terhadap subjek matematik.Di samping itu, suasana
persekitaran turut menyumbang kepada berlakunya masalah ini. Menurut Byrd (1982),
persekitaran yang mendorong berlakunya kebimbangan matematik ini adalah faktor
sosiologi seperti status sosio-ekonomi, faktor ibu bapa dan peranan sosioalisasi
jantina.
Akhir sekali ialah masalah tidak menguasai kemahiran asas matematik.Menguasai
kemahiran asas matematik merupakan satu aspek yang sangat penting bagi seseorang
murid.Hal ini kerana matematik merupakan sebahagian daripada kehidupan.Banyak
masalah dalam kehidupan hari ini memerlukan kemahiran matematik untuk
menyelesaikannya.Contohnya, menentukan masa/waktu untuk melakukan sesuatu
menentukan bilangan barang yang ingin diguna, urusan jual beli di kedai dan kantin,
tambang bas dan sebagainya.Oleh itu adalah sangat penting seseorang individu itu
didedahkan dengan kemahiran-kemahiran asas ini agar mereka boleh menjalani kehidupan
dengan lebih terancang dan selesa.
Murid-murid pemulihan sering menghadapi kesukaran dalam menguasai kemahiran
asas matematik. Antara masalah yang mereka hadapi ialah tidak dapat mengelaskan
sesuatu benda konkrit dan semi konkrit mengikut ciri-ciri yang ada padanya seperti
mengkelaskan mengikut saiz (besar/kecil, panjang/pendek, tinggi/rendah), warna, bentuk
dan jenis. Selain itu, murid juga tidak dapat menguasai kemahiran mengatur objek-objek
mengikut saiz kecil, besar, panjang, pendek, lebar, tebal, nipis dan mengikut bilangan.
Konsep turutan ini akan membolehkan murid mencari pertalian antara satu objek dengan
objek yang lain atau antara konsep matematik dengan yang lain. Di samping itu, ada
segelintir murid keliru dengan konsep nombor ordinal dan kardinal. Murid tidak dapat
membuat pertalian antara nombor ordinal dan nombor kardinal. Ada juga yang tidah boleh
membuat operasi asas seperti tambah, tolah, darab dan bahagi.

Antara faktor murid mengalami masalah dalam menguasai kemahiran asas
matematik ialah kerana sikap dan minat murid. Kebanyakkan murid tidak berminat dalam
subjek matematik. Oleh itu, mereka akan tidak mengambil peduli dan tidak akan
menunjukkan minat dalam subjek itu. Selain itu, masalah ini berlaku mungkin kerana ibu
bapa tidak memberikan galakkan dan motivasi kepada anak-anak mereka. Ibu bapa tidak
mendedahkan kemahiran matematik kepada anak-anak. Di samping itu, guru juga mungkin
tidak menggunakan strategi yang sesuai untuk mengajar murid kemahiran asas matematik.



Bicangkan satu kaedah pengajaran matematik yang berkesan dan menyeronokkan.
Pembelajaran Koperatif
Pembelajaran koperatif merujuk kepada kaedah pengajaran yang memerlukan murid dari
pelbagai kebolehan bekerjasama dalam kumpulan kecil untuk mencapai satu matlamat yang sama
(Slavin, 1982). Sasaran adalah tahap pembelajaran yang maksimum bukan sahaja untuk diri sendiri,
tetapi juga untuk rakan-rakan yang lain.
Lima unsur asas dalam pembelajaran koperatif adalah:
i. Saling bergantung antara satu sama lain secara positif.
ii. Saling berinteraksi secara bersemuka.
iii. Akauntabiliti individu atas pembelajaran diri sendiri.
iv. Kemahiran koperatif.
v. Pemprosesan kumpulan.
Ganjaran diberi kepada individu dan kumpulan dalam pelaksanaan kaedah ini. Individu dalam
kumpulan dikehendaki menunjukkan kefahaman masing-masing dan memainkan peranan berbeza
bergilir-gilir. Kemahiran sosial dan pemprosesan kumpulan digalakkan. Beberapa cara pembelajaran
koperatif telah diperkembangkan oleh tokoh-tokoh pendidikan, misalnya Jigsaw, TGT (teams-games-
tournaments), STAD (Students Teams- Achievement Division), Belajar Bersama (Learning together),
Permainan Panggil Nombor (Numbered Heads), dan Meja Bulat (Round Table).
Pengajaran sebaya memainkan peranan yang sangat penting menurut cara Jigsaw. Dalam cara
ini, pembahagian tuigas diagihkan di kalangan murid dalam kumpulan pelbagai kebolehan. Bahan
pembelajaran dipecahkan kepada topik-topik kecil. Setiap murid diagihkan tugas untukmempelajari satu
topik kecil. Setelah menguasai topik kecil sendiri, murid akan mengajar rakan-rakan lain dalam
kumpulannya sehingga semua ahli kumpulan menguasai semua topik kecil itu. Selepas itu satu aktiviti
dijalankan untuk menguji sama semua ahli kumpulan berjaya memahami dan menyempurnakan tugasan
yang diberi. Jigsaw merupakan cara pengajaran berpusatkan murid. Kemungkinan besar bahan baru
dapat dikaitkan dengan pengetahuan sedia ada dan membantu penstrukturan semula idea.
Pembelajaran koperatif menggalakkan murid berinteraksi secara aktif dan positif dalam
kumpulan. Ini membolehkan perkongsian idea dan pemeriksaan idea sendiri dalam suasana yang tidak
terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme.

Anda mungkin juga menyukai