Anda di halaman 1dari 39

PRESENTASI KASUS

MALARIA



DIPRESENTASIKAN OLEH :
WISNU BUDI PRAYOGA PENANGSANG 110.2009.302

PEMBIMBING :
Dr. HAMI ZULKIFLI ABBAS, Sp.PD, MH.Kes, FINASIM
Dr. SIBLI, Sp.PD
Dr. SUNHADI

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD ARJAWINANGUN
PERIODE 1 APRIL- 9 JUNI 2013
2

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat-Nya dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyusun tugas kasus yang berjudul malaria. Penyusunan tugas ini masih
jauh dari sempurna baik isi maupun penyajiaannya sehingga diharapkan saran dan
kritik yang membangun agar dikesempatan yang akan datang penulis dapat membuat
karya tulis yang lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hami
Zulkifli Abbas, Sp.PD, MH.Kes, FINASIM; Dr. Sibli Sp.PD dan Dr. Sunhadi serta
berbagai pihak Rumah Sakit Arjawinangun yang telah membantu menyelesaikan
tugas pretest ini.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Arjawinangun, 03 April 2013


Penulis

3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR2
DAFTAR ISI...3
Identitas Pasien4
Anamnesis4
Pemeriksaan Fisik6
Pemeriksaan Penunjang9
Resume12
Tinjauan Pustaka.18
DAFTAR PUSTAKA..31












4


KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Jenis kelamin : Laki- Laki
Umur : 17
Alamat : Palimanan
Pekerjaan : nelayan
Agama : Islam
Status perkawinan : belum menikah
Tgl masuk : 29-04-2013
Tgl keluar : 02-05-2013
No.CM : 43502


II. Anamnesis (autoanamnesis)
Keluhan Utama :
Demam 1 minggu 4 hari sebelum masuk rumah sakit




5

Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan demam tinggi sejak 1
minggu 4 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan tidak terus menerus
terutama pada malam hari demam tinggi dan pada pagi hari demam turun. Pasien
merasakan mengigil pada malam hari dan mengeluarkan bnayak keringat. Pasien
mengeluh saat demam merasakan juga sakit kepala, badan kaki leher di rasakan
pegal-pegal dan merasakan ngilu.
Pasien merasa sesak nafas hilang timbul saat demam tinggi. Sesak nafas tidak
disertai bunyi mengi dan tidak di pengaruhi oleh udara dingin asap debu bulu
binatang ataupun makanan tertentu tidak juga dipengaruhi aktifitas dan perubahan
posisi. Tidak juga dirasakan berdebar debar.
Pasien merasakan mual terutama pada saat makan, sehingga nafsu makan
menurun. Disertai juga muntah yang keluar hanya air saja tidak di sertai darah. Nyeri
juga terasa di ulu hati. Tetapi tidak menjalar kebagian lain. Perut terasa mulas sudah
semenjak 3 hari. Buang air kecil lancar sementara buang air besar 2hari belum dan
sebelumnya buang air besar mencret.
Pasien tidak pernah mengeluhkan terdapat bercak-bercak kemerahan di kulit
yang menjol maupun tidak yang berada di kaki tangan dan seluruh badan. Pasien juga
tidak mengeluhkan adanya gerakan gerakan dari bagian tubuh yang tidak terkendali
dan kelemahan otot
Pasien 2bulan berkerja di sumatra menjadi nelayan pasien mengaku juga
mengkonsumsi rokok, dan rajin begadang.
6

Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengaku tidak ada riwayat penyakit paru
Pasien mengaku tidak ada riwayat penyakit jantung
Pasien mengaku tidak mempunyai riwayat darah tinggi.
Pasien mengaku tidak mempunyai penyakit kencing manis
Pasien mengaku tidak mempunyai riwayat penyakit asma
Pasien mengaku tidak mengkonsumsi obat obatan dalam jangka waktu lama
dan dekat
Pasien mengaku tidak mempunyai riwayat alergi

Riwayat penyakit keluarga :
Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang megalami penyakit seperti pasien.
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit darah tinggi, jantung,
gula, ginjal dan asma.

Riwayat kebiasaan
Pasien adanya riwayat merokok, tidak mengkonsumsi minum-minuman keras,
maupun menggunakanobat-obatan terlarang.



7


III. Pemeriksaan Fisik
- Kesadaran: composmentis
- Tekanan darah : 100/70
- Nadi : 84x/menit regular
- Pernapasan : 20x/menit normal
- Suhu : 39,8 C
- BB : 60 kg
- TB : 175 cm
- IMT : 19.60
- BB ideal : 67,5 +-(60,75-74,25)
Kepala
Bentuk : Normal simetris
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-, edema palpebral -
, pupil isokor kanan dan kiri. Reflek cahaya +.
Telinga : Bentuk normal, simetris, membrane timpani intak.
Hidung : Bentuk normal, septum di tengah, tidak deviasi.
Mulut :Mulut tidak ada kelainan, Tonsil T1/T1.


8

Leher
Bentuk Normal, deviasi trakea (-), Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB,
JVP tidak meningkat.
Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada kanan kiri simetris, pergerakan nafas kanan
sama dengan kiri , tidak ada penonjolan masa. Spider navi (+)
Palpasi : fremitus taktil kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor pada bagian kedua paru.
Auskultasi : vbs +/+, ronki -/-, Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pulsasi tidak ada vibrasi
Perkusi Batas jantung :
o Batas atas : sela iga III garis sternalis kanan
o Batas kanan : sela iga IV garis sternalis kiri
o Batas kiri : Sela Iga V garis midclavicula kiri
Auskultasi :BJ S1 dan S2 murni regular, murmur (-), gallop (-).




9

Abdomen
Inspeksi : Perut datar, caput medusa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : suara timpani pada lapang abdomen, shifting dullness (-),
undulasi (-)
Palpasi : nyeri tekan abdomen (-) tidak ada pembesaran hepar tidak ada
pembesaran lien,


Genitalia
Laki-laki
Ekstremitas
Akral hangat, CTR<2.

IV. .Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (29april 2013)
LAB RESULT FLAGS UNIT NORMAL
WBC 22.3 H 10^3/ 4.0-12.0
LYM 1.9 10^3/ 1.0-5.0
MON 0.5 10^3/ 0.1-1.0
GRANUL 20.0 H 10^3/ 2.0-8.0
10

LYM % 8,4 L % 25.0-50.0
MON% 2.1 % 2.0-10.0
GRANUL% 89.5 H % 50.0-80.0
RBC 4,07 10^6/ 4.0-6.20
HGB 11.3 g/dl 11.0-17.0
HCT 35,7 % 35.0-55.0
MCV 87,7 80.0-100.0
MCH 27,8 Pg 26.0-34.0
MCHC 31,7 g/dl 31.0-35.0
ROW 12,4 % 10.0-16.0
PLT 421 H 10^3/ 150.0-400.0
MPV 7.0 7.0-11.0
PCT 0.295 % 0.200-0.50
POW 14.3 % 10.0-18.0
Tgl 29 April 2013
GDS : 7,1 mg/dL.
Golongan Darah : ..B
Serologi (tanggal 29 april 2013)
pemeriksaan Hasil metode Nilai normal Satuan
Widal
Widal Negative Kuantitatif Negatif
11

salmonela IgM
Widal
salmonela IgG
Negative Kuantitatif Negatif
IgG dengue
blot
Positf
IgM dengue
blot
Negative

Hematologi (tanggal 1 mei 2013)
Pemeriksaan Hasil Metode Nilai normal
Malaria (+) falcifarum


V. Resume :
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan demam yang naik turun.
Menggigil pada malam hari serta berkeringat ,mual ,muntah . Buang air kecil lancar
sementara buang air besar 2hari belum dan sebelumnya buang air besar mencret
Leukositosis, granulositosis, anemia, trombositosis pemeriksaan hematologi
didapatkan (+) P.falcifarum

12


VI. Diagnosa kerja :
Malaria e.c plasmodium falcifarum

VII. Diagnosis Banding :
Malaria e.c plasmodium falcifarum
Malaria e.c plasmodium vivax
hepatitis
leptospirosis
DHF

VIII. Pemeriksaan Anjuran :
Darah rutin
Radiologi Thorax AP
Serologi malaria
Darah tebal dan tipis malaria

IX. Terapi
Rencana pengobatan di ruangan :
Medikamentosa:
- IV RL 10gtt/menit
13

- Kloroquin
-
Hari 1. 600mg / 4 tablet
Hari 2. 600mg / 4 tablet
Hari 3. 300mg / 2 tablet
- Dexanta syr 3x CI
- Ranitidin 3x 500mg
- Paracetamol 3x500mg
- Cefotaxime 3x500mg
Non Farmakologi :
- Tirah baring
X. Follow Up
Tgl Pemeriksaan Terapi
30 April 2013 T : 110/70 mmHg
P : 84x/menit
R : 24x/menit
S : 37,7 C
Mual (+)
Demam (+)
Rl
Ranitidin 2x1
Antasid syr 3x Cl
Vit k 3x1
1 mei 2013 T : 110/80 mmHg
P : 84x/menit
-Terapi lanjutkan
kloroquin
14

R : 24x/menit
S : 37 C
K : CM
KU : BAB mencret, BAK
+, mual +.
Kepala : Ka -/-, SI -/-
Leher : KGB tak, JVP tdk
meningkat
Tho : B dan G simetris.
VBS +/+ Rk -/- wh -/-, BJ
1 dan 2 sama murni
regular. Murmur -, gallop -
Abdomen : datar H/L tak
membesar
Genitalia : laki-laki
Akral hangat +/+
Falcifarum (+)

Tgl 2 mei 2013 T : 110/70 mmHg
P : 80x/menit
R : 24x/menit
-Terapi lanjutkan
- pulang

15

S : 36 C




XI. Prognosis :
Ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

MALARIA
1. Definisi
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang
disebut Plasmodium, yangdalam salah satu tahap perkembang biakannya
akan memasuki dan menghancurkan sel-sel darahmer ah. Pl as modi um
yang menyebar kan penyaki t mal ar i a ber as al dar i s pes i es
Pl as modi um falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan
Plasmodium malariae. Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini
adalah nyamuk Anopheles, terutamanyaAnopheles sundaicus di Asia dan
Anopheles gambiae di Afrika. Malaria adalah sejenis penyakitmenular yang
dalam manusia sekitar 350-500 juta orang terinfeksi dan lebih dari 1 juta
16

kematiansetiap tahun, terutama di daerah tropis dan di Afrika di bawah gurun
Sahara.Malaria adalah penyakit infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh
Plasmodium, ditandai dengan gejala demam rekuren, anemia dan
hepatosplenomegali. Penyakit malariadapat menyerang secara berulang-
ulang dan dapat menyebabkan kematian
5

2. Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium.Pada manusia Plasmodium
terdiri dari 4 spesies, yai t u:
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,
dan Plasmodium ovale. Keempat spesies Plasmodium
yang yangterdapat di Indonesia yaitu Plasmodium falciparum
yang menyebabkan malaria tropika,Plasmodium vivax yang
yang menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium malariae
yangmenyebabkan malaria kuartana, dan Plasmodium ovale yang
menyebabkan malaria ovale.Seseorang dapat terinfeksi lebih dari satu jenis
Plasmodium, dikenal sebagai infeksicampur an at au maj emuk. Pada
umumnya dua j eni s Pl as modi um yang paling banyak dijumpai
adalah campuran antara Plasmodium falciparum dan
Plasmodiumvivax atau Plasmodium malariae. Kadang- kadang dijumpai tiga
jenis Plasmodium sekaligus,meskipun hal ini jarang sekali terjadi
5


17

3. Epidemiologi.
Daerah endemis Malaria di Indonesia yang paling tinggi adalah di Propinsi
Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Sumatera Utara dan NTT.
Daerah dengan Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan
malaria yaitu propinsi DKI Jakarta, Bali, dan Kepri.
Guna mengurangi kasus malaria, pemerintah membuat rencana pengendalian
tahun 2008, yang meliputi kegiatan sosialisasi dan peningkatan kualitas
pengobatan obat anti malaria dengan ACT di seluruh Indonesia, peningkatan
pemeriksaan laboratorium/mikroskop, dan penemuan pengobatan dan
pencegahan penularan malaria. Selain itu, dilakukan peningkatan
perlindungan penduduk berisiko dan pencegahan penularan malaria
khususnya melalui kegiatan pembagian kelambu berinsektisida (Long Lasting
Insectisidal Net) gratis ke daerah endemis malaria tinggi yang masih dibantu
oleh Global Fund.
Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui
gigitan nyamuk anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja SPP
(serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 species
nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari species-species
nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat menularkan penyakit
malaria. Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk anopheles yang
berperan sebagai vektor penyakit malaria.
18

Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan
ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit
malaria yaitu:
1. Plasmodium Falciparum penyebab malaria tropika yang sering
menyebabkan malaria yang berat.
2. Plasmodium vivax penyebab malaria tertina.
3. Plasmodium malaria penyebab malaria quartana.
4. Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena
umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari
satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed
infection). Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua
jenis parasit, yakni campuran antara Plasmodium
falcifarum denganPlasmodium vivax atau P. malariae. Kadang-kadang di
jumpai tiga jenis parasit sekaligus meskipun hal ini jarang terjadi,. infeksi
campuran ini biasanya terjadi terdapat di daerah yang tinggi angka
penularannya.
4




19

4. Patogenesis
Setelah melalui jaringan hati P.falcifarum melepaskan 18-24 merozoit
kedalam sirkulasi. Merozoit yang dilepaskan akan masuk ke dalam sel RES di
limpa dan mengalami fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lepas dari
fagosit serta filtrasi. Merozoit yang lepas dari filtrasi serta fagositosis dari
limpa akan menginvasi eritrosit . selanjutnya parasit berkembang biak secara
aseksual dalam eritrosit. Bentuk aseksual parasit dalam eritosit (EP) inilah
yang bertanggung jawab dalam patogenesa terjadinya malaria pada manusia.
Patogenesa yang banyak di teliti adalah patogenesa malaria yang disebabkan
oleh malaria P.falcifarum.
Patogenesis malaria falcifarum di pengaruhi oleh factor parasit dan factor
penjamu (host). Yang termaksud dalam factor parasit adalah intensitas
transmisi, densitas parasit dan virulensi parasit. Sedangkan yang dimaksud
dengan factor penjamu adalah tingkat endemisitas daerah tempat tinggal,
genetic, usia, status nutrisi dan status immunologi. EP secara garis besar
mengalami 2 stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam I dan stadium matur
pada 24 II. Permukaan stadium cincin akan memampilkan antigen RESA
(Ring-erythrocyte surgace antigen) yang menghilang setelah parasit masuk
stadium matur. Permukaan membrane EP stadium matur akan mengalami
penonjolan dan membentuk knob dengan histidin rich-protein-1 (HRP-1)
sebagai komponen utamanya. Selanjutnya bila EP tersebut mengalami
20

merogoni, akan dilepaskan toxin malaria berupa GPI yaitu
glikosilfosfatidilinasitol yang merangsang pelepasan TNF- dan interleukin-1
(IL-1) dari makrofak.
3

5. Gejala Klinik
Manifestasi klinik malaria tergantung kepada immunitas penderita, tinggi nya
transmisi infeksi malaria. Berat ringan nya infeksi dipengaruhi oleh jenis
plasmodium (P. falcifarum sering memberikan komplikasi), daerah asal
infeksi (pola resistensi terhadap pengobatan), umur (usia lanjut dan bayi
sering lebih berat), ada dugaan konstitusi genetic, keadaan kesehatan dan
nutrisi, kemoprovilaksis dan pengobatan sebelumnya.
1
6. Gambaran klinik secara umum
Periode inkubasi bervariasi antar setiap species dari parasit, dan pada infeksi
alami (pada transmisi oleh nyamuk) adalah 12 (9-14) hari untuk falcifarum
malaria, 14 (8-17) hari untuk vivax malaria, 28 (18-40) hari untuk malariae
malaria dan 17 (16-18) hari untuk ovale malaria. Namun pada beberapa strain
p. vivax dapat melampaui durasi. Juga dapat berlangsung lama pada
profilaksis, yang mana tidak adekuat dalam menghambat parasit[4]. Malaria
mempunyai gambaran karakteristik demam periodic, anemia dan
spleenomegali. Keluhan prodormal dapat terjadi sebelum terjadinya demam
berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit belakang, merasa dingin di
21

punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut tak enak,
diare ringan dan kadang kadang dingin. Keluhan prodormal sering terjadi
pada P. vivax dan Ovale, sedangkan pada P.falcifarum dan malariae keluhal
prodormal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.
Gejala yang klasik yaitu terjadinya trias malaria secara berurutan : periode
dingin (15-60 menit): mulai menggigil, penderita sering membungkus diri
dengan selimut dan seluruh badan bergetar, diikuti dengan meningkatnya
temperature; diikuti dengan periode panas : penderita muka merah merah,
nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti
dengan periode berkeringat: penderita berkeringat banyak dan temperature
turun dan penderita merasa sehat. Trias malaria sering terjadi pada infeksi
vivax, pada infeksi P. falcifarum menggigil dapat berlangsung berat maupun
tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam pada P. falcifarum, 36 jam
pada P.vivax dan ovale, 60 jam pada P. Malariae.
beberapa keadaan klinik dalam infeksi malaria adalah:
serangan primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai
terjadinya serangan paroksismal yang terdiri dari dingin atau menggigil; panas
dan berkeringat. Serangan paroksismal ini dapat pendek atau panjang
tergantung dari perbanyakan parasit dalam imunitas penderita.
Periode latent : periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya
infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara 2 keadaan paroksismal.
22

Recrudescense : yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24
minggu berakhirnya serangan primer.
Relapse atau rechute : ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang
lebih lama dari waktu diantara serangan periodiik dari infeksi primer yaitu
setelah infeksi lama dari masa latent (sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena
infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk di luar eritrosit (hati) pada malaria
vivaks atau ovale
1

7. Diagnosis
Diagnosis malaria secara tepat dan akurat adalah bagian yang sangat penting
dalam pengelolaan penyakit, jika implementasi ini efektive maka dapat
menolong mengurangi penggunaan OAM yang tidak berguna. Diagnosis
malaria secara sangat sensitive penting dalam semua keadaan. Khususnya
bagi populasi yang rentan, seperti anak anak, yang mana dapat menjadi sangat
fatal jika terlambat dan salah diagnosis. Diagnosis malaria secara specific
dapat mengurangi penggunaan anti malaria dan dapat menegakkan diagnosis
banding dari demam. Diagnosis malaria berdasarkan criteria klinik (diagnosis
klinik) dan mendeteksi parasit di dalam darah (parasitologi atau komfirm
diagnosis). Diagnosis klinik spesifisitas sangat kurang dan pada beberapa area
parasitology diagnosis belum tersedia. Keputusan untuk memberikan
pengobatan anti malaria pada situasi tanpa diagnosis parasitology harus
berdasarkan kemungkinan sakitnya mengarah ke malaria. Satu hal yang perlu
23

dipertimbangkan pemberian obat malaria pada pasien tanpa malaria akan
menimbulkan efek samping dari OAM sehingga sangat merugikan pasien.
3.4
Diagnosa Klinis
Tanda dan gejala dari malaria tidak specific, diagnosis clinical malaria
kebanyakan berdasarkan gejala demam atau pola demam. WHO
merekomendasikan untuk betul betul mempertimbangkan kebenaran diagnosis
secara klinik.
3
Secara umum, keadaan yang cendrung terjadi malaria rendah, diagnosis klinik
malaria sebaiknya berdasarkan penemuan gejala malaria dan onset deman 3 hari
sebelumnya tanpa penyakit parah sebelumnya.
3.5

Keaadaan yang cerdrung potensi terjadi malaria tinggi, diagnosis klinik
sebaiknya berdasarkan onset demam 24 jam dan ditemukannya anemia,.
Strategi dari WHO/UNISEF untuk pengelolaan Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI). Juga mengembangkan praktek algoritma untuk
penanganan malaria pada anak dengan deman dimana tanpa tersedia fasilitas
diagnosis labolatorium.
4

24

Diagnosa Parasit
Penggunaan dari artemisinin base combination therapy (ACTs) harus berdasarkan
diagnosis specific secara parasitology. Biaya yang mahal dari obat tersebut membuat
pemborosan dari pasien tanpa parasitemia. keuntungan dari parasitology diagnosis :
Diagnosis pasti dengan parasit positif sehingga memastikan pasien malaria.
Identifikasi parasit negative dengan sendirinya pasien di diagnosis penyakit lainnya.
Mencegah terpapar dengan OAM, sehingga mengurangi interaksi obat dan efek
samping.
Meningkatkan informasi kesehatan
Menghindandari kegagalan pengobatan.
Dua metode yang digunakan dalam diagnosis secara parasit yaitu secara microscopy
dan rapid diagnostic tests (RDTs).diagnosis secara Mikroskopy memiliki keuntungan
dari biaya yang rendah, sensitivitas dan spesifisitas tinggi ketika digunakan oleh staf
terlatih. RDTs untuk
mendeteksi antigen parasit umumnya lebih mahal, tapi harga dari beberapa product
ini mengalami penurunan harga sehingga penyebaran efektiv. Sensitifitas dan
spesifisitas sangat bervariasi, dan memiliki kendala dengan suhu tinggi dan
kelembaban.
1.3
25

Meskipun beberapa pernasalahan di atas, RDTs dapat di gunakan untuk confirmasi
diagnosis. Seperti mikroskop, Hasil tes ini harus di sertai dengan jaminan kualitas.
Oleh karena itu, pengenalan harus dipantau dan dievaluasi dengan hati-hati. Hasil
diagnosis parasitological harus tersedia dalam waktu singkat (kurang dari 2 jam). Jika
hal ini tidak mungkin, pasien harus diperlakukan atas dasar diagnosis klinis.
1
8. Komplikasi
Komplikasi malaria disebabkan umumnya disebabkan oleh malaria falcifarum dan
sering di sebut pernicious manifestation, sering terjadi mendadak tanpa gejala gejala
sebelumnya dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada kehamilan
dan orang pendatang. Penderita malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan
sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falcifarum
dengan satu atau lebih komplikasu sebagai berikut:
1. Malaria cerebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30
menit setelah serangan kejang; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan
berdasarkan penilaian GCS.
2. Academia/acidosis: pH darah < 7.25 atau plasma bicarbonate <15 mmol/1, kadar
lactate vena <>5 mmol/1, klinis pernafasan dalam/respiratory distress.
3. Anemia berat (Hb < 5 g/dl atau hematokrit < 15% ) pada keadaan parasit >
10.000/ul; bila anemianya hipokromik dan/atau miktositik harus dikesampingkan
adanya anemia defisiensi besi, talasemia/hemoblobinopati lainya.
26

4. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24 jam pada orang dewasa atau 12ml/BB
pada anak anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3 mg/dl
5. Edema paru non kardoigenic/ARDS
6. Hipoglikemi : gula darah < 40 ml/dl.
7. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistol < 70 mmHg (anak 1-5 tahun<50 mmHg);
disertai keringat dingin atau perbedaan temperature kulit mukosa>10C.
8. Pendarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan/atau disertai kelainan
labolatorik adanya gangguan koagulasi intravascular.
9. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam.
10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat
anti malaria/kelainan eritrosit(kekurangan G-6-PD)).
11. Diagnosis post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh
kapiler pada jaingan otak.
5


9. Pengobatan
A. Pengobatan Malaria
sebelum didiangnosa dapt dipastikan melaui pemeriksan darah malaria, beberapa
tindakan perlu dilakukan pada penderita dengan dugaan malaria berat berupa
tindakan perawatan di bilik perawatan intensif(ICU) yaitu :
27

Pertahankan fungis vital, sirkulasi, kesadaran, kebutuhan oksigen, cairan dan
nutrisi
Hindarkan trauma seperti dekubitus
Hati hati komplikasi seperti kateterisasi, defekasi, edema paru karena
overhidrasi
Monitoring temperature, nadi, tensi, respirasi tiap setengah jam, perhatikan
timbulnya pendarahan
Monitoring ukuran dan reaksi pupil, kejang, tonus otot
Perhatikan warna dan temperature kulit
Cegah hiperpireksi
Pemberian cairan oral, sonde, infuse
Diet porsi kecil
Perhatikan kebersihan mulut
Perhatikan dieresis dan defekasi, aseptic katetrisasi
Kebersihan kulit
Perawatan mata
1. Obat anti malaria di Indonesia

Klorokuin (chloroquine)
Merupakan obat antimalaria kelompok 4-amino kuinolin yang bersifat skizontosida
darah untuk semua jenis plasmodium manusia dan
gametosida P.vivax dan P.malariae. obat ini merupakan obat antimalaria standar
28

untuk pengobatan profilaksis, pengobatan malaria klinis dan pengobatan radikal
malaria tanpa komplikasi dalam program pemberantasan malaria.
Klorokuin mempunyai kemampuan untuk menghalangi sintesa enzim pada parasit
dalam pembentukan DNA dan RNA. Obat ini bersenyawa dengan DNA sehingga
proses pembelahan dan pembentukan RNA terganggu. Klorouin
tersedia dalam bentuk tablet atau sirup klorokuin sulfat atau klorokuin difosfat untuk
pemberian per oral dan larutan 8% atau 10% klorokuin difosfat untuk pemberian
parentral(intramuscular). Satu tablet mengandung 250 mg difosfat atau 204 mg
klorokuin sulfat yang setara 150 mg basa, sedangkan 5 ml sirup klorokuin sulfat atau
difosfat setara dengan 50 mg basa. Satu ml larutan 8% atau 10% klorokuin difosfat
setara dengan 80mg atau 100mg basa.
5


Pada pemakaian peroral konsetrasi puncak didalamplasma dicapai dalam 2-3 jam,
sedangkan pada pemakaian intramuscular dicapai dalam 15 menit. Waktu paruh
klorokuin adalah 1-2 bulan tetapi waktu paruh yang sebenarnya untuk pengobatan
adalah 6-10 hari.
5



29

Dosis klorokuin untuk pengobatan profilaksis malaria berdasrkan kelompok umur
Kelompok umur (tahun) Jumlah tablet/minggu
<1 1/4
1-4
5-9 1
10-14 1
15 2
Dosisnya 5 mg basa/kg BB / minggu dan dapat diberikan sampai 6 tahun tanpa efek
samping. Selama musim penularan dapat diminum dengan frekuensi 2 kali/minggu
dan dianjurkan untuk 3-3,5 tahun saja.
Efek samping klorokuin ialah pusing, vertigo, pendangan kabur, mual , muntah, sakit
perut dan pruritus. Gangguan yang terjadi merupakan gangguan neurologis, saluran
pencernaan, saluran nafas, kardiovaskuler
Sulfadoksin-pirimetamin(sulfadoxine-pyrimethamine)
Merupakan obat antimalaria kombinasi antra sulfonamide atau sulfon dengan
diaminopirimidin yang bersifat skizontosida jaringan P.falciparum, skizontosida
darah dan sporotonsida untuk ke 4 jenisplasmodium manusia. Obat ini merupakan
obat malaria alternative yang digunakan selektif untuk pengobatan radikal penderita
malaria falciparum resisten terhadap klorokuin tinggi. Kombinasi obat ini
30

menghambat pembentukan asam folat dengan mengikat enzim parasit yang
dihidropteroat sintese dan dihidrofolat reduktase. Asam folat dibutuhkan oleh parasit
untuk pembentukan asam nukleat yang berguna untuk pembentukan inti parasit.
Diindonesia obat ini hanya tersedia dalam bentuk tablet untuk pemberian per oral.
Satu tablet mengandung 500 mg sulfadoksin dan 25mg pirimetamin. Diluar negri
juga tersedia larutan untuk pemberian parentral yaitu dalam kemasan 2,5 ml yang
mengandung 500mg sulfadioksin dan 25 mg pirimetamin.
Obat ini tidak diberikan untuk bayi. Konsentrasi puncak dalam darah dicapai dalam
2-4 jam. Waktu paruh sulfonamide adalah 180 jam, sedangkan pirimetamin adalah 90
jam. Sulfadoksin-pirimetamin tidak digunakan untuk pengobatan profilaksis karena
kemungkinan terjadinya reaksi kulit. Walaupun demikian obat ini dapat digunakan
secara intermiten untuk pengobatan profilaksis ibu hamil.
Dosis untuk pengobatan radikal malaria falsiparum tanpa komplikasi yang resisten
klorokuinn adalag setara dengan dosis pirimetamin 1,25 mg/kg BB, maksimum 3
tablet untuk orang dewasa, dosisi tunggal.
Efek sampingnya adalah bercak kulit kemerahan dengan gatal, dan sindroma steven
Johnson yang berakibat fatal.
5

31

Kina(quinine)
Merupakan obat antimalariakelompok alkaloida kinkona yang bersifat
skizontosida P.vivax danP.malariae . obat ini merupakan obat anti malaria alternative
untuk pengobatan radikal malaria falsiparum tanpa komplikasi yang resisten terhadap
klorokuin dan sulfodoksin-pirimetamin, dan merupakan obat anti malaria darurat
untuk penggobatan malaria berat atau malaria dengan komplikasi.
Mekanisme kerja kina sebagai obat malaria belum jelas. Kina dapat membentuk
ikatan hydrogen dengan DNA yang akan menghambat sintesa protein sehingga
pembelahan DNA dan perubahan menjadi RNA tidak terjadi.
Diindonesia obat ini tersedia dalam bentuk tablet kina sulfat untuk pemberian per oral
pada pengobatan radikal malaria falsiparum tanpa komplikasi bentul larutan 25% dan
50% kina antipirin untuk pemberian intramuscular dan larutan kina dihidroklorida
untuk pemberian intravena atau perinvus pada pengobatan malaria berat atau malaria
dengankomplikasi. Satu tablet mengandung 2220 mg kina uslfat. Satu ampul ada
yang mengandung 1 atau 2 cc kina antipirin 25 % yang setara dengan 250 mg kina
dihidroklorida dan 125 mg antipirin dalam 1cc atau 50% yang setara dengan 500 mg
kina dihidroklorida dan 250 mg antipirin dalam 1 cc. ampul lain mengandung 2 cc
kina dihidroklorida yang setara dengan 250 mg dalam 1 cc.
Konsentrasi puncak didalam plasma mencapai waktu 1-3 jam setelah dosis pertama,
sedangkana konsentrasi didalam eritosit lebih kurang seperlima konsentrasi didalam
32

plasma. Waktu paruh kina pada orang sehat adalah 11 jam, sedangkan pada penderita
malaria tanpa komplikasi 16 jam dan pada malaia berat 18 jam.
Dosis kina sulfat untuk pengobatan radikal malaria falsiparum tanpa komplikasi yang
resisten klorokuin dan sulfadoksin pirimetamin adalah 10 mg/kgBB/ dosis, 3 kali
sehari selama 7 hari. Dosisi khusu untk bayi adalh 10mg/umur dalam bulan/hari,
dibagi dalam 3 bagian dan diberikan selama 7 hari
Dosis kina dihidroklorida untuk pengobatan malaria berat adalah 10 mg garam/ kg
BB/dosis (8,3 mg basa/kg BB/ dosis) dalam 10 cc/kg BB larutan dekstrosa 5 % atau
larutan NaCl fisiologis, diberikan perinfus dalam 4 jam, dan diulangi tiap 8 jam. Bila
penderita dapat menelan obat pemberian perinfus diganti dengan pemberian per oral
sampai hari ke7 dengan dosis total 21 kali. Jika pada orang yang mengalami ganguan
fungsi ginjal setelah hari ke3 pengobatan, bila keadaannya belum mengalami
perubahan, dosis kina dikurangi menjadi separuhnya untuk menghindari efek toksisk
kumulatif.
4
Pada pengobatan kina parenteral terjadi hipoglikemia dan efek sampingnya adlah
tinnitus, pusing dan mual.
Primakuin(primaquine)
Merupakan obat antimalaria kelompok 8-amino kinolin yang bersifat skizontosida
jaringan, gametosida dan sporontosida untuk jenis plasmodium manusia. Obat ini
33

merupakan obat malaria pelengkap atau tambahan pada pengobatan malaria klinis,
pengobatan radikal dan pengobatan malaria berat.
Primakuin mempunyai efek menghambat proses respirasi mitokondria didalam
parasit malaria melalui metabolitnya yang bersifat sebagai oksidan.
Diindonesia obat ini tersedia dalam bentuk tablet primakuin difosfat untuk pemberian
peroral. Satu tablet primakuin difosfat setara dengan 15g basa primakuin. Konsentrasi
puncak didalam plasma dicapai dalm waktu 1 jam. Dan dalam 6 jam konsentrasi
plasma yang tertinggal separuhnya. Obat ini tidak diberikan pada bayi, ibu hamil dan
penderita defisiensi enzim G-6Dp. Walaupun primakuin dapat digunakan pengobatan
profilaksis kausa tetapi tidak direkomendasikan karena efek sampingnya yang cukup
berat bila diberikan pada penderita defisiensi G-6DP terutama untuk jangka lama.
Dosis primakuin sebagai pelengkap pengobatan malaria klinis dan pengobatan radikal
malaria falsiparum adalah 0,5 -0,75 mg basa/kg BB( dosis tunggal pada hari
pertama). Untuk pengobatan radikal malaria vivax, malariae, ovale adalah 0,25 mg
/kg BB dosis tunggal selam 5 hari atau 14 hari.
Diduga ada efek sinergistik antimalaria pada pengobatan vivak dengan menggunakan
regimen klorokuin dan primakuin. Efek sampingnya adalah gangguan saluran
pencernaan dan gangguan system hemopoetik.
34

Obat anti malaria lain yang sudah lama dikenal tapi tidak tersedia di Indonesia.
Amodiakuin
Mepakuin
Proguanil
Kuinidi
Kuinimaks
Obat anti malaria baru yang baru dikenal tahun delapan puluhan
Meflokuin
Halofantrin
Derivate artemisinin
Yinghaosu
Atovakun
Pironaridin
Piperakuin
Benflumetol
1. Obat antibiotika yang bersifat antimalaria
1. Derivate tertrasiklin seperti tetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin bekerja
lambat dan kurang efektif tapi bersifat skizontosida jaringan p falciparum
dan skizontosida untuk smua plasmodium. Obat ini digunakan bersam obat
antimalaria untuk mepercepat kerja danmenghasilkan efek poteansiasi. Obat
35

ini tidak diberikan pada anak kurang dari 8 tahun dan pada ibu hamil karena
menyebabkan perubahan warna gigi dan ganguan pertumbuhan tulang.
2. Klindamisin
Antibotika derivate linkomisin skizontosida jaringan p falciparum dan resitensi
klorokuin.obat ini bekerja lambat dan penggunaany adikombinasikan dengan obat
antimalarialain.obat ini tidak digunakan untuk profilaksis tapi dapat diberikan pada
masa kehamilan.efek sampingnya ganguan saluran pencernaa, bercak merah pada
kulit, gatal gatal, neutropenia, trombositopenia.
1. Asitromisin
Antibotika makrolid derivate eritromisin. skizontosida darah dan jaringan p
falciparum. Diberikan pada anak anak dan ibu hamil. Efek sampingnya bercak
merah kulit, ganguan pencernaan dan lemas.
1. Lain lain
Kloramfenikol, eritromisin, sulfametaksol-trimetroprim dan siprofloksasin
merupakan oabt antibiotika lain yang bersifat antimalaria dan bersifat lambat.
1. B. Pencegahan Malaria
Menghindari gigitan nyamuk
- Memakai kelambu
- Menggunakan obat pembunuh nyamuk
36

- Membunuh jentik nyamuk
Vaksin malaria
vaksin malaria merupakan tindakan yang diharapkan dapat mencegah malarian, najun
ada bermacam stadium pada penyakit malaria sehingga menimbulkan kesulitan dalm
pembuatan vaksin. Pembuatan vaksin ditujukan pada dua jenis vaksin yaitu proteksi
terhadap ketiga stadium parasit(sporozoit,merozoit,gametosit). Dan rekayasa
polipeptida. Vaksin sporozoit p. falciparum merupakn vaksin pertama kali yang talh
dicoba dan behasil mengurangi morbiditas dari mortalitas malaria tropika pada anak
dan ibu hamil
10. Prognosis
Prognosis
Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosis ,ketepatan dan
kecepatan pengobatan.Pada malaria berat yang tidak ditanggulani, maka
mortalitas yangdilaporkan pada anak-anak 15%, dewasa 20% dan pada
kehamilanmeningkat sampai 50%.Prognosis malaria berat dengan kegagalan
satu fungsi organ lebihbaik daripada kegagalan 2 fungsi organ.Mortalitas
dengan kegagalan 3 fungsi organ, adalah >50%Mortalitas dengan kegagalan 4
atau lebih fungsi organ adalah>75%.
5

37

DISKUSI
Pasien 17 tahun, datang ke RSUD arjawinangun dengan diagnosa Malaria, malaria
didasarkan atas anamnesa,pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium :
1.Anamnesa
Pada pasien didapatkan demam lebih dari 1 minggu, demam dirasakan intermiten
dengan 2 hari demam dan 2 hari tidak demam, pada saat tidak demam suhu tubuh
normal. Pasien mengeluh menggigil dan mialgia, pasien juga mengeluhkan mual
danmunta. Pasien jg tidak pernah mengeluhkan bercak-bercak kemerahan pada kulit.
Hal ini sesuai dengan teori (4).
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, dan tidak ditemukan
pembesaran limpa. Hal ini tidak sesuai dengan teori dikarenakan pada teori (4) dapat
terjadi splenomegali. Pada pasien ini tidak ditemukan karena lisis darah merah belum
terjadi masif, sehingga tidak terjadi splenomegali.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, anemia, dan tes malaria
falciparum positif pada apus darah tebal. Hal ini sesuai dengan teori (4) dimana gold
standart dari pemeriksaan malaria adalah pemeriksaan darah tebal dengan ditemukan
parasit malaria.

38




DAFTAR PUSTAKA
1) Departemen Farmakologi dan terapeutik FK UI.Farmakologi dan
Terapi. Edisi V. Jakarta:Balai penerbit FKUI. 2009.
2) Harijanto, dr,: in epidemiologi patogenesa manifestasi klinis dan
penanganan, 2002, EGC, Jakarta
3) Nurdjanah, S., Bab 104: malaria, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi 5, editor Sudoyo A.W dkk ,2009, p.2813-2825, Interna
Publishing, Jakarta
4) Pribadi W.Bab 16: parasit malaria, dalam Buku parasitologi kedokteran
edisi 3,editor Hartanto Huriawati, Darmaniah Nurwany, Wulandari
Nanda, 2000, p.171-97, UI, Jakarta.
5) Purwaningsih S: diagnosa malaria, dalam Buku parasitologi kedokteran
edisi 3,editor Hartanto Huriawati, Darmaniah Nurwany, Wulandari
Nanda, 2000, p.185-92, EGC, Jakarta.


39

Anda mungkin juga menyukai