Anda di halaman 1dari 26

Tuberkulosis Paru

Oleh :
Randy Anindito, S.Ked

Pembimbing:
Dr. Rachmat M, Memet, Sp. Rad

Definisi
Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi bakteri kronik
yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.
Epidemiologi TB di Indonesia
Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di
dunia setelah China dan India.
TB menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian
tertinggi di Indonesia
Patogenesis Tuberkulosis Paru
Droplet
nuklei
Reaksi hipersensitivitas
selular (lambat)
Partikel mati/
dibersihkan keluar
oleh makrofag
Akan timbul peradangan
jaringan getah bening&
pembesaran jaringan
getah bening hilus
Sarang
primer
(fokus ghon)
Kompleks
primer
1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa
garis fibrotik& kalsifikasi di hilus,(kuman dorman)
3. Berkomplikasi & menyebar
Tuberkulosis Primer
Terisap/terhirup
Menetap di jaringan
paru& berkembang
biak di sitoplasma
makrofag
Patogenesis Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis Pasca Primer
Kuman yg dorman
pd tuberkulosis
primer
Infeksi
endogen
Sarang dini Tuberkel
Granuloma berkembang
menghancurkan jaringan ikat
sekitarnya& bagian tengahnya
mengalami nekrosis
Membentuk
Jaringan keju
cavitas
Berlokasi di regio atas paru(bagian apikal
posterior lobus superior atau inferior
Imunitas
menurun
Tuberkulosis
sekunder
Cavitas
sklerotik
1. Meluas kembali & menimbulkan
sarang pnemonia baru
2. Memadat & membungkus diri
menjadi tuberkuloma
3. Bersih & menyembuh (open
healed cavity)
Pengertian TB Milier
TB Milier merupakan penyakit Limfo-Hematogen sistemik akibat
penyebaran kuman M. tuberkulosis dari kompleks primer yang
biasanya terjadi dalam waktu 2-6 bulan pertama setelah infeksi
awal

Gambaran radiologis TB milier sangat khas, berupa tuberkel
halus (millii) yabg tersebar merta (difus) di seluruh lapangan
paru, dengan bentuk yang khas dan ukuran yang hampir
seragam (1-3 mm).
NORMAL & ASINUS
NORMAL
TB Aktif
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan
posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah.
Kavitas terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan
opak berawan atau nodular.
Bayangan bercak milier.
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).
PRIMARY PULMONARY TBC
PRIMARY TBC
GHON FOCUS & RANKE COMPLEX
Fokus Ghon Ranke Komplek Limfadenitis
Sistem Klasifikasi Tuberkulosis
Di Indonesia :
Tuberkulosis paru
Bekas tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru tersangka
Tuberkulosis paru tersangka
yang diobati
Sputum BTA (-)
Tanda-tanda lain (+)
Tuberkolosis paru tersangka
yang tidak diobati
Sputum BTA (-)
Tanda-tanda lain meragukan
WHO 1991
KATAGORI 1
Kasus baru dgn sputum (+)
Kasus baru dgn bentuk tb berat
KATAGORI 2
Kasus kambuh
Kasus gagal , sputum BTA (+)
KATAGORI 3
Kasus BTA (),kelainan paru tdk luas
Kasus tb ekstra paru
KATAGORI 4 TB kronik
Dalam 2-3 bulan, TB
tersangka harus dipastikan
TB paru aktif atau bekas TB
paru.
Dalam klasifikasi ini
dicantumkan status
bakteriologi, mikroskopik
sputum BTA, biakan sputum
BTA, status radiologis, status
kemoterapi/.
POST PRIMARY TBC ( ADULT )
CAVITY INHOMOGENEOUS OPACITY
TB INACTIVE
Fibrotik
Kalsifikasi
Schwarte atau penebalan pleura

INACTIVE (OLD) TBC:
FIBROSIS & CALCIFICATION
OLD / INACTIVE TBC
TBC COMPLICATION : MILIAR TBC
Pemfis : Konjungtiva mata/kulit pucat
Suhu demam/ subfebril
BB kurus atau menurun
Diagnosis TB Paru menurut
WHO 1991
Pasien dengan sputum BTA (+)
1. Pasien pada pemeriksaan sputum
ditemukan sekurangnya 2X
2.Satu sediaan sputum +
Kelainan radiologi sesuai dgn tb aktif
3. Satu sediaan sputum + disertai
biakan +
Diagnosis TB paru
Diagnosis TB paru menurut
WHO 1991

Pasien dengan sputum BTA (-)

1. Pasien yang pada pemeriksaan
sputumnya secara mikroskopik tidak
ditemukan BTA dlm 2x pemeriksaan tetapi
gambaran radiologis sesuai TB aktif.
2. BTA (-) tetapi biakan (+)
Diagnosis tb paru pada anak
Uji tuberkulin
(mantoux test)
Indurasi > 10 mm (+)

Pemeriksaan laboratorium darah : hasilnya tidak sensitif &
tidak spesifik


1. Trakea letak di tengah.
2. Aorta tidak tampak kalsifikasi, lebar (-), tinggi (+)
3. Cor CTR 50 % dalam batas normal.
4. Sinus dan Diafragma
Sinus costrophrenicus kanan dan kiri lancip.
Sinus cardiofrenikus kanan dan kiri lancip.
Diafragma kanan lebih tinggi dari kiri.
Pulmo
Hilus kanan dan kiri tidak melebar.
Corakan bronkovaskuler tidak bertambah.
Tampak adanya infiltrat di lapangan apeks kanan dan kiri,
cavitas (-), kalsifikasi (-).
Mediastinum
Letak di tengah, tidak tampak ada pergeseran.
Tulang dan Soft Tissue
Tulang costae, clavicula, vertebra terlihat normal
Tidak nampak adanya massa yang berlebih pada soft tissue.
Kesan: TB Paru aktif
Saran : Foto Polos Top Lordotik

Contoh Kasus :
Identitas
Tn.Munawarman/LK/57 tahun
Marker : R
Tanggal : 16 Desember 2013
Jenis : Foto Thoraks
Posisi : Anteriorposterior



1. Trakea letak di tengah.
2. Aorta tidak tampak kalsifikasi, lebar (-), tinggi (-). Aorta dalam
batas normal.
3. Cor CTR 50 % normal.
4. Sinus dan Diafragma
Sinus costrophrenicus kanan lancip, sinus costofrenikus kiri lancip.
Sinus cardiofrenikus kanan dan kiri lancip.
Diafragma kanan lebih tinggi dari kiri.
Pulmo
Hilus kanan dan kiri normal.
Corakan bronkovaskuler tidak bertambah.
Tampak adanya noda keras di lapangan atas kanan, cavitas (-),
kalsifikasi (-).
Mediastinum
Letak di tengah, tidak tampak ada pergeseran.
Tulang dan Soft Tissue
Tulang costae, clavicula, vertebra terlihat normal
Tidak nampak adanya massa yang berlebih pada soft tissue.

Kesan: TB Paru Kanan Lama DD/ Bronkitis
Saran : Foto Polos Right Lateral

Identitas
Ny.Emmasuri /PR/21 tahun
Marker : R
Tanggal : 16 Desember 2013
Jenis : Foto Thoraks
Posisi : PosteriorAnterior


Contoh Kasus
Pemeriksaan Radiologi
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru, lobus bawah
(bagian inferior), hilus yang menyerupai tumor paru.
Pada gambaran radiologi berupa bercak bercak seperti awan dan batas
yang tidak tegas.
Tuberkuloma Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan
terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas.
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding
tipis sklerotik dan terlihat menebal.
Pada fibrosis bila terlihat bayangan bergaris-garis.
Pada kalsifikasi tampak bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
Gambaran tb milier berupa bercak bercak halus tersebar merata
pada seluruh lapangan paru.
Gambaran tb lanjut tampak infiltrat, garis-garis fibrotik,
kalsifikasi,kavitas, maupun atelektasis dan emfisema.
Gambaran infiltrat dan tuberkuloma menunjukkan pneumonia,
mikosis paru, karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis.
Gambaran kavitas menunjukkan abses paru.
Gambaran radiologi lain penebalan pleura (pleuritis), massa cairan di
bagian bawah paru (efusi paru/empiema), bayangan radio lusen di
pinggir paru/pleura (pneumotoraks).
Komplikasi & preventif
Komplikasi
Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura,
empiema,laringitis, tb usus.
Komplikasi lanjut : obstruksi jalan naps
(Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) , kerusakan parenkim
berat (SOPT) ,ARDS
Preventif
1. Mengobati pasien TB Paru BTA positif, sebagai sumber penularan hingga sembuh,
untuk memutuskan rantai penularan.
2. Menganjurkan kepada penderita untuk menutup hidung dan mulut bila batuk dan
bersin.
3. Jika batuk berdahak, agar dahaknya ditampung dalam pot berisi lisol 5% atau
dahaknya ditimbun dengan tanah.
4. Tidak membuang dahak di lantai atau sembarang tempat.
5. Meningkatkan kondisi perumahan danlingkungan.
6. Penderita TB dianjurkan tidak satu kamar dengan keluarganya, terutama selama 2
bulan pengobatan pertama.
b. Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit TB:
1. Meningkatkan gizi.
2. Memberikan imunisasi BCG pada bayi.
3. Memberikan pengobatan pencegahan pada anak balita yang tidak mempunyai
gejala TB tetapi mempunyai anggota keluarga yang menderita TB Paru BTA positif
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai