Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PENGGUNA

JAMKESMAS DI RUANGAN SEROJA RUMAH SAKIT UNDATA PALU



HUBUNGAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN
PASIEN RAWAT INAP PENGGUNA JAMKESMAS
DI RUANGAN SEROJA RUMAH SAKIT UNDATA PALU
















PROPOSAL

OLEH
SOFYAN
08.10.7.1.0072







FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU
TAHUN 2011

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan dibidang kesehatan merupakan bagian dari pembangunan
nasional, pemerintah sebagai institusi tertinggi yang bertanggungjawab atas pemeliharaan
kesehatan harus pula memenuhi kewajiban dalam menyediakan sarana pelayanan kesehatan.
Sebagaimana diketahui pembangunan kesehatan kunci sukses yang mendasari pembangunan
lainnya, dengan kata lain kesehatan merupakan kebutuhan manusia yang utama dan menjadi
prioritas yang mendasar bagi kehidupan. Pelaksanaan pembangunan dibidang kesehatan
melibatkan seluruh warga masyarakat Indonesia hal tersebut dapat dimengerti karena
pembangunan kesehatan mempunyai hubungan yang dinamis dengan sector lainnya.
Namun pada kenyataannya, tingkat derajat kesehatan masyarakat Indonesia terutama
masyrakat miskin rendah menurut data data BPS tahun 2007 derajat kesehatan masyarakat
miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI)
di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan aki
sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta umur harapan hidup 70,5 tahun.
Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena
sulitnya masyarakat miskin maupun kurang mampu mendapatkan askes terhadap pelayanan
kesehatan. Kesulitan askes pelayanan ini di pengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu
faktornya yaitu tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan yang
mahal.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang nomor 23 tahun
1992 tentang kesehatan, di tetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh
perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggung jawab agar terpenuhinya hak
hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Oleh
karena itu, pada awal pemerintahan SBY-JK telah mengambil kebijakan strategis untuk
menggratiskan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Sejak 1 januari 2005 program
ini menjadi program jaminan pemeliharaan kesehatan miskin (JPKMM) yang popular dengan
nama askeskin (prapartan, 2008).
Program ini bertujuan meningkatkan akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin
dan tidak mampu. Melalui jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin itu
diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu melahirkan, menurunkan angka kematian
bayi dan balita serta penurunan angka kelahiran disamping dapat terlayaninya kasus-kasus
kesehatan masyarakat miskin umumnya (keputusan menteri kesehatan No.
125/Menkes/SK/II2008 Tanggal 6 februari 2008 tentang pedoman pelaksanaan jaminan
kesehatan masyarakat).
Pada awal tahun 2005 sasaran program berjumlah 36,1 juta jiwa penduduk miskin
diseluruh Indonesia. Sejala dengan usulan pemerintah daerah dan bersamaan dengan program
kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak (PKPS-BBM), mulai pertengahan
tahun 2005 sampai tahun 2006 sasaran disesuaikan dengan jumlah rumah tangga (RTM) atau
sekitar 76,4 juta jiwa. Masyarakat miskin memperoleh pelayanan kesehatan secara berjenjang
mulai dari rawat jalan dan rawat inap dipuskesmas, sampai rujukan rawat spesifikasi dan
rawat inap di kelas tiga rumah sakit (prapartan, 2008).
Pada tahun 2008 program askeskin ini di ubah namanya menjadi jaminan kesehatan
masyarakat miskin (JAMKESMAS) yang tidak mengubah jumlah sasaran. Program ini
bertujuan untuk member akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang sangat miskin,
miskin dan mendekati miskin berjumlah 76,4 juta jiwa (keputusan meteri kesehatan no.
125/menkes/SK/II/2008 Tanggal 6 februari 2008 tentang pedoman pelaksanaan jaminan
kesehatan masyarakat).
Rumah sakit sebagai wadah pelayanan kesehatan harus mempunyai fungsi utama
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi
penderita. Sehungan dengan itu dapatlah dinyatakan rumah sakit adalah sisi pemberi
pelayanan kepada masyarakat dengan segala latar belakang sosial kulturnya, tanpa pandang
bulu sebagai sisi yang mengharapkan akan menerima pelayanan dengan baik. Dalam
mendukung pelaksanaan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin atau
yang sekarang lebih dikenal dengan jamkesmas, rumah sakit memiliki peranan yang sangat
penting. Peranannya adalah member pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang menjadi
pengguna atau peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS).

B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yang akan di
kemukakan yaitu bagaimana Hubungan Pelayanan Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien
Rawat Inap Pengguna Jamkesmas Diruangan Seroja Rumah Sakit Undata Palu.

C. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Hubungan pelayanan
dengan kepuasan pasien rawat inap pengguna jamkesmas diruangan seroja rumah sakit
undata palu.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam upaya
peningkatan pelayanan kesehatan dirumah sakit undata palu khususnya pelayanan kepada
pasien pengguna jamkesmas.


2. Bagi Institusi
Sebagai informasi bagi kalangan perguruan tinggi khususnya dalam menambah
referensi pada perpustakaan fakultas kesehatan masyarakat universitas muhammadiyah palu
dan juga sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun strategi peningkatan
pelayanan kesehatan.

3. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan sebagai bahan pertimbangan untuk mengadakan
penelitian lanjutan dalam rangka pengembangan dunia kesehatan.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelayanan Kesehatan
1. Pengertian Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar, 1995).
2. Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan rawat inap (sutopo jati, 2009) adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan
yang terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan.
Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau
observasi ketat karena penyakitnya.
Menurut revans (1986) bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap akan
mengalami tingkat proses transformasi, yaitu:
a. Tahap admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan dirawat tinggal di
rumah sakit.
b. Tahap diagnosis, yaitu pasien di periksa dan ditegakan diagnosisnya.
c. Tahap treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukan dalam program perawatan
dan terapi.
d. Tahap inspection, yaitu secara continue diobservasi dan dibandingkan pengaruh serta respon
pasien atas pengobatan.
e. Tahap control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan. Pengobatan diubah
atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses untuk di diagnose ulang.
3. Konsep Pelayanan Kesehatan Dasar
Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar tertentu yang berlaku
umum terhadap proses pengembangan secara menyeluruh tetapi dengan penekanan
penerapan dibidang kesehatan seperti berikut, (WHO, 1992).
1. Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya dan penyebaran sumber daya
bukan hanay sumber daya kesehatan seperti dokter, perawat, klinik, obat, melainkan juga
sumber daya sosial ekonomi yang lain seperti pendidikan, air dan persediaan makanan.
2. Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan perhatian kepada adanya kepastian
bahwa sumber daya kesehatan dan sumber daya sosial yang ada telah tersebar merata dengan
lebih memperhatikan mereka yang paling membutuhkannya.
3. Kesehatan adalah satu bagian penting dari pembangunan secara menyeluruh. Factor yang
mempengaruhi kesehatan adalah factor sosial, budaya dan ekonomi di samping biologi dan
lingkungan.
4. Pencapaian taraf kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang lebih banyak dari
penduduk, seperti perorangan, keluarga dan masyarakat, dalam pengambilan tindakan demi
kegiatan mereka sendiri dengan cara menerapkan perilaku sehat dan mewujudkan lingkungan
yang sehat.
4. Karakteristik Pelayanan Kesehatan
Menurut Evan (Astaqualiyah, 2008) dibandingkan dengan kebutuhan hidup manusia
yang lain, kebutuhan pelayanan kesehatan mempunyai tiga cirri utama yang terjadi sekaligus
dan unik yaitu: uncertainty, asymetri of information dan eksternality.ketiga ciri utama
tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan sangat unik di bandingkan dengan produk atau
jasa lainnya.
1. Uncertainty
Uncertainty atau ketidakpastian menunjukan bahwa kebutuhan akan pelayanan
kesehatan tidak bisa pasti, baik waktu tempat maupun besarnya biaya yang dibutuhkan.
Dengan ketidakpastian ini sulit bagi seseorang untuk menganggarkan biaya untuk memenuhi
kebutuhan akan pelayanan kesehatannya. Penduduk yang penghasilannya rendah tidak
mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan yang tidak
diketahui datangnya, bahkan penduduk yang relative berpendapatan memadai sekalipun
seringkali tidak sanggup memenuhi kecukupan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan medisnya. Maka dalam hal ini seseorang yang tidak miskin dapat menjadi miskin
atau bangkrut mana kala ia menderita sakit.
2. Asymmetry Of Information
Sifat kedua Asymmetry Of Information menunjukan bahwa konsumen pelayanan
kesehatan berada pada posisi yang lemah sedangkan provider 9dokter dan petugas kesehatan
lainnya) mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas pelayanan yang
dijualnya. Ciri ini juga ditemukan oleh para ahli ekonomi kesehatan lain seperti Feldstein,
jacos, rappaport, dan pelps. Dalam pelayanan kesehatan, misalnya kasus ekstrim
pembedakan, pasien hamper tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui apakah ia
membutuhkan pelayanan tersebut atau tidak. Kondisi ini sering dikenal dengan consumen
ignorance atau konsumen yang bodoh, jangankan ia mengetahui berapa harga dan berapa
banyak yang diperlukan, mengetahui apakah ia memerluksn tindakan beda saja tidak sanggup
dilakukan meskipun pasien mungkin seorang professor sekalipun.
3. Externality
Externality merupakan bahwa konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja
mempengaruhi pembeli tetapi juga bukan pembeli. Contohnya adalah konsumsi rokok yang
mempunyai resiko besar pada bukan perokok, akibat dari cirri ini, pelayanan kesehatan
membutuhkan subsidi dalam berbagai bentuk, oleh karena pembiayaan pelayanan kesehatan
tidak hanya menjadi tanggung jawab diri sendiri, akan tetapi perlunya digalang tanggung
jawab bersama (public). Cirri unik tersebut juga dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi
kesehatan seperti Feldstein (1993).
5. Syarat-syarat Pelayanan Kesehatan
Agar pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, banyak syarat
yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud paling tidak mencakup delapan hal pokok yaitu
tersedia (Available), wajar (Appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima
(Acceptable), dapat dicapai (Accesible), dapat dijangkau (Affordable), efisien (Efficient)
serta bermutu (quality) (Azwar, 1995).
1. Ketersedian pelayanan kesehatan (Available)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut tersedia
dimasyarakat.
2. Kewajaran pelayanan kesehatan (Appropriate)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat wajar,
dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.


3. Kesinambungan pelayanan kesehatan (continue)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat
berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut waktu atau kebutuhan
pelayanan kesehatan.
4. Penerimaan pelayanan kesehatan (Acceptable)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat
diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan
5. Ketercapaian pelayanan kesehatan (ccesible)
Artinya pelayanan kesehatan dapat bermutu apabila pelayanan tersebut dapat di capai
oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut.
6. Keterjangkauan pelayanan kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan dapat bermutu apabila pelayanan tersebut dapat
dijangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan
7. Efisiensi pelayanan kesehatan (Efficient)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut
diselenggarakan secara efisien.
8. Mutu pelayanan kesehatan (Quality0
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat
menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman.
Adapun kriteria-kriteria pelayanan kesehatan yang memuaskan menurut DR. Bob
woworutu (noveniawanata, 2008) adalah:
1. Kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi
2. Mampu memberikan pelayanan yang baik
3. Tidak berbelit-belit
4. Menyingkat waktu tunggu masyarakat
5. Dapat menguntungkan semua pihak
Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian,
baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas dari wujud serta cirri ataupun terhadap
standar yang telah ditetapkan. Dalam kenyataannya melakukan penilaian ini tidak mudah.
Hal ini dikarenakan mutu pelayanan tersebut bersifat multi-demensional yang artinya setiap
orang dapat saja melakukan penilaian yang berbeda-beda tergantung dari latar belakang dan
kepentingan masing-masing orang (Azwar, 1995).
B. Jamkesmas
1. Pengertian Jamkesmas
Jamkesmas merupakan singkatan dari Jaminan Kesehatan Masyarakat dan merupakan
bagian dari pengentasan kemiskinan yang bertujuan agar akses dan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin dapat ditingkatkan sehingga tidak ada lagi masyarakat
miskin yang kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan karena alas an biaya (Prapatan,
2008).


2. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan umum
Meningkatkan akses dan mutu kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan
tidak mampu agar derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara optimal secara efektif
dan efisien.
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu mendapat pelayanan kesehatan
di puskesmas serta jaringannya dan rumah sakit.
b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.
3. Sasaran
Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu diseluruh Indonesia
sejumlah76,4 juta jiwa, tidk termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.
3. Prosedur pelayanan kesehatan
Prosedur untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi peserta, sebagai berikut:
1. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke puskesmas dan
jaringannya.
2. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus dapat menunjukan kartu jamkesmas.
3. Apabila peserta jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan disertai dengan surat
rujukan, maka yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan disertai
surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukan sejak awal sebelum mendapat pelayanan
kesehatan, kecuali pada kasus emergensi.
4. Untuk memperoleh rawat jalan di rumah sakit peserta harus menunjukan kartu peserta dan
surat rujukan dari puskesmas diloket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit
(PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh PT. Askes (persero).
Bila berkas sudah lengkap, petugas PT. Askes (persero) mengeluarkan surat keabsahan
peserta (SKP), dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan.
5. Untuk memperoleh pelayanan rawat inap di rumah sakit peserta harus menunjukan kartu
peserta dan surat rujukan dari puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administarasi Terpadu
Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh PT.
Askes (persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT. Askes (persero) mengeluarkan surat
keabsahan peserta (SKP), dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan inap.
6. Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD termasuk kasus gawat darurat dirumah sakit,
peserta harus menunjukan kartu peserta dan surat rujukan dari puskesmas di loket Pusat
Pelayanan Administarasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta
diverifikasi kebenarannya oleh PT. Askes (persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT.
Askes (persero) mengeluarkan surat keabsahan peserta (SKP). Bagi pasien yang tidak dirawat
prosesnya sama dengan proses rawat jalan, sebaliknya bagi yang yang dinyatakan rawat inap
prosesnya sama dengan proses rawat inap.

Alur pelayanan di rumah sakit


















4. Jenis-jenis pelayanan kesehatan
Adapun jenis-jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di rumah sakit yaitu:
1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), yang meliputi:
a. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan oleh dokter spesialis atau
umum.
b. Rehabilitasi medic
c. Penunjang diagnosik, laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik
d. Tindakan medis kecil atau sedang
e. Pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjut
f. Pemberian obat yang mengacu pada formalium rumah sakit
g. Pelayanan darah
h. Pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi dan penyulit








Verifikasi kepesertaan
oleh PPTRS (PT. Askes)





Kasus
Emergency



2. Pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL), yang meliputi:
a. Akomodasi riwayat rawat inap pada kelas III
b. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan
c. Penunjang diagnosik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik
d. Tindakan medis
e. Operasi sedang dan besar
f. Pelayanan rehabilitasi medis
g. Perawatan intensif (ICU)
h. Pemberian obat mengacu formalium rumah sakit
i. Pelayanan darah
j. Persalinan dengan resiko tinggi dan penyulit











BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar pemikiran variabel penelitian
Dalam memberikan pelayanannya, rumah sakit harus cepat tanggap terhadap
kebutuhan pasien nbaik itu dari segi administrasi, pengobatan, maupun ketepatan dalam
bertindak. Tidak semua rumah sakit akan kita dapatkan mutu pelayanan yang maksimal untuk
pasiennya.
Dari beberapa factor yang mempengaruhi kepuasan pengguna jasa pelayanan
kesehatan, menurut parasuraman (farida jasfar, 2005) dimensi kualitas pelayanan yang
berpengaruh terhadap kepuasan pasien terdiri dari:
a. Keandalan (reliability) yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan
segera, akurat dan memuaskan.
b. Daya tanggap (responsiveness) yaitu keinginan para staff untuk membantu para pelanggan
dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
c. Jaminan (assurance) mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para staff, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.
d. Empati (emphaty) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik,
perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan.
e. Bukti langsung (tangible), dalam hal ini penampilan petugas kesehatan.
B. Variabel penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel independent (variabel bebas) yaitu mempengaruhi keberadaan variabel terikat
dalam hal ini adalah Kepuasan Pasien Rawat Inap Penggunan Jamkesmas.
2. Variabel dependent (variabel terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas
dalam hal ini adalah pelayanan kesehatan, yakni pelayanan administrasi dan pelayanan
medis.
C. Alur kerangka konsep
Berdasarkan pemikiran tersebut maka dapat digambarkan alur kerangka konsep penelitian ini
sebagai berikut:

Pelayanan
Non-Medis

Variabel Bebas Variabel Terikat







D. Definisi Operasional
1. Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien adalah perasaan yang senang dan lega yang dirasakan oleh pasien karena
karena tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai dengan keinginan yang diharapkan.
2. Pelayanan Non-Medis
Pelaksanan pelayanan Non-Medis diwakili oleh kalangan administrasi
(Administrator). Adapun yang dimaksud dengan kalangan administrasi disini adalah mereka
yang ditunjuk oleh Dewan Perwakilan untuk mengelolah kegiatan rumah sakit. Tugas
utamanya ialah mengelolah kegiatan aspek non-medis rumah sakit sesuai dengan kebijakan
yang telah di tetapkan oleh Dewan Perwakilan.
3. Pelayanan Medis
Pelayanan medis diwakili oleh kalangan kesehatan (medical staff). Adapun yang
dimaksud dengan pelayanan medis disini adalah mereka yang bekerja dirumah sakit untuk
menyelenggarakan pelayanan medis rumah sakit.
E. Hipotesis penelitian
1. Ada hubungan pelayanan non-medis dengan kepuasan pasien rawat inap pengguna
jamkesmas di ruangan seroja rumah sakit undata palu.



2. Ada hubungan pelayanan medis dengan kepuasan pasien rawat inap pengguna jamkesmas di
ruangan seroja rumah sakit undata palu.

Anda mungkin juga menyukai