Anda di halaman 1dari 64

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi.
Sedangkan sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu
produk, dimana didalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku,
mesin, energi, informasi, modal, dan tindakan manajemen (Baroto, 2002, p13).
Sistem produksi bertujuan untuk merencanakan dan mengendalikan
produksi agar lebih efektif, produktif, dan optimal. Production Planning and
Control merupakan aktivitas dalam sistem produksi.
Perusahaan merupakan kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling
terkait untuk mencapai suatu tujuan perusahaan. Proses produksi adalah aktivitas
bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi,
pengetahuan teknis, dan lain-lain. Perencanaan dan pengendalian produksi (PPC)
adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut.
Aktivitas-aktivitas yang ditangani oleh departemen PPC atau PPIC secara
umum adalah sebagai berikut:
1. Mengelola pesanan dari pelanggan.
2. Meramalkan permintaan.
3. Mengelola persediaan.
4. Menyusun rencana agregat.
5. Membuat jadwal induk produksi.
35
6. Merencanakan kebutuhan.
7. Melakukan penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi.
8. Monitoring dan pelaporan pembebanan kerja disbanding kapasitas
produksi.
9. Evaluasi skenario pembebanan dan kapasitas.
Metode perencanaan dan pengendalian produksi yang biasa digunakan pada
perusahaan-perusahaan adalah:
1. Sistem produksi proyek
2. Flexible Control system
3. Material Requirement Planning
4. Just in Time
5. Optimized Production Technology
6. Continuous Process Control Sistem
Berdasarkan cara pembuatan atau masa pengerjaan produksi dapat
diklasifikasikan menjadi tipe-tipe berikut :
1. Engineering to order (ETO), penyiapan fasilitas sampai pembuatan dalam
memenuhi pesanan dilakukan oleh perusahaan. Produk yang dipesan
biasanya berjumlah satu unit dan memiliki spesifikasi yang sangat berbeda
antara pesanan yang satu dengan yang lainnya. Aktivitas yang terlibat dalam
pembuatannya sangat banyak.
2. Made to order (MTO), pesanan yang diterimadisesuaikan dengan fasilitas
produksi yang dimiliki perusahaan.
3. Assembly to order (ATO), untuk memenuhi permintaan, perakitan dilakukan
dengan fasilitas yang dimiliki perusahaan.
36
4. Made to stock (MTS) , perusahaan memproduksi dengan cara menstok hasil
produksi nya untuk memenuhi permintaan, dan tidak melayani pesanan.
Berdasarkan ukuran jumlah produk yang dihasilkan, produksi dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Produksi proyek, jumlah operasi dan sumber daya yang digunakan banyak,
sedangkan unit yang diproduksi hanya satu.
2. Produksi batch, produksi yang dihasilkan banyak jenisnya, namun dalam
jumlah produksi yang sedang.
3. Produksi massal, jenis produk yang diproduksi lebih sedikit dari batch,
namun jumlah unit yang diproduksi sangat besar.
Berdasarkan cara memproduksi (berhubungan dengan pengaturan
fasilitas produksi), produksi dikelompokkan menjadi:
1. Produksi flow shop
2. Produksi fleksibel.
3. Produksi job shop
4. Produksi kontinu
Jenis-jenis produksi diatas dapat menentukan sistem produksi yang digunakan.







37
2.2 Persediaan
2.2.1 Pengertian Persediaan
Persediaan (inventory) dapat memiliki berbagai fungsi penting yang
menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan (Render dan Heizer, 2001,
p314). Ada enam penggunaan persediaan, yaitu:
1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi
permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.
2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi.
3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian
dalam jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk.
4. Untuk menghindari hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca,
kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat.
6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan
menggunakan barang-dalam-proses dalam persediaannya.

2.2.2 Jenis Persedian
Menurut Render dan Heizer (2001, pp314-315), perusahaan
mempertahankan 4 jenis persediaan: (1) persediaan bahan mentah, (2) persediaan
barang-dalam-proses (Work-in-process -- WIP), (3) persediaan MRO
(perlengkapan pemeliharaan/perbaikan/operasi), dan (4) persediaan barang jadi.
Persediaan barang mentah telah dibeli, namun belum di proses. Bahan
mentahnya dapat digunakan dari proses produksi untuk pemasok yang berbeda-
beda. Persediaan barang-dalam-proses telah mengalami beberapa perubahan
38
tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan
waktu (disebut waktu siklus). MRO merupakan persediaan yang dikhususkan
untuk perlengkapan pemeliharaan/perbaikan/operasi. Persediaan barang jadi
selesai dan menunggu untuk dikirimkan. Barang jadi dimasukkan ke dalam
persediaan karena permintaan konsumen untuk jangka waktu tertentu mungkin
tidak diketahui.

2.2.3 Fungsi persediaan
Persediaan memiliki beberapa fungsi penting yang menambah fleksibilitas
dari suatu perusahaan. Fungsi persediaan menurut Render dan Heizer (2001,
p314), yaitu:
1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi
permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.
2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya bila permintaan
hanya tinggi pada musim panas, persediaan dapat diadakan selama musim
dingin untuk menghindari biaya kehabisan stok.
3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan harga dalam jumlah besar.
4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
5. Untuk menghindari kekurangan stok akibat kejadian tidak terduga.
6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan
menggunakan barang-barang dalam proses dalam persediaannya.



39
2.3 Perencanaan Proses
2.3.1 Pengertian Perancangan Proses
Perencanaan Proses adalah suatu perencanaan awal terhadap proses
pembuatan produk, hal ini berisi bagaimana produk tersebut akan dibuat (hal ini
menentukan apakah suatu komponen akan dibuat atau dibeli dari supplier),
memilih fokus proses, menentukan mesin dan peralatan yang digunakan.
Perencanaan proses berkenaan dengan perancangan dan implementasi sistem
kerja yang akan memproduksi produk yang diinginkan dalam kuantitas yang
diperlukan.

2.3.2 Alat Bantu dalam Perencanaan Proses
Perencanaan Proses adalah suatu perencanaan awal terhadap proses
pembuatan produk, hal ini berisi bagaimana produk tersebut akan dibuat (hal ini
menentukan apakah suatu komponen akan dibuat atau dibeli dari supplier),
memilih fokus proses, menentukan mesin dan peralatan yang digunakan.
Perencanaan proses berkenaan dengan perancangan dan implementasi sistem
kerja yang akan memproduksi produk yang diinginkan dalam kuantitas yang
diperlukan.
Beberapa alat bantu yang digunakan dalam perencanaan proses yaitu:
1) Struktur Produk
Struktur Produk adalah suatu susunan hirarki dari komponen-komponen
pembentuk suatu produk akhir. Biasanya produk akhir ditempatkan di level
0 dan komponen pembentuk berikutnya adalah ditempatkan di level 1, dan
40
seterusnya. Pada umumnya produk akhir disebut juga induk atau parent
dan komponen pembentuknya disebut juga anak atau child.
Manfaat Struktur Produk adalah :
1. Mengetahui berapa jumlah item penyusunan suatu produk akhir.
2. Memberikan rincian mengenai komponen apa saja yang dibutuhkan
untuk menghasilkan suatu produk.
Dalam Struktur Produk ada dua teknik yang digunakan yaitu :
1. Explosion
Suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan
dimulai dari induk sampai komponen pada level paling bawah
2. Implosion
Suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan
dimulai dari komponen sampai induk atau level atas.

Sumber : Sumayang, Lalu (tahun 2003, p28) Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi

Gambar 2.1 Struktur Produk

41
2) Bill Of Material (BOM)
Bill of Material (BOM) merupakan rangkaian struktur semua komponen
yang digunakan untuk memproduksi barang jadi sesuai dengan Master
Production Scheduling. Bill Of Material (BOM) adalah daftar (list) dari
bahan, material atau komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur
atau mebuat produk akhir.
Menurut Render dan Heizer Bill Of Material dibagi menjadi:
1. Bill Of Material yang berupa modul (modular bills)
Bill Of Material dapat diatur di seputar modul produk. Modul bukan
merupakan produk akhir yang akan dijual, tapi merupakan komponen
yang dapat diproduksi dan dirakit menjadi satu unit produk. Modul-
modul ini mungkin merupakan komponen inti dari suatu produk akhir
atau pilihan produk. Bill Of Material untuk modul-modul tersebut
disebut modular bill.
2. Bill untuk perencanaan dan Phantom Bills
Ada lagi jenis Bill Of Material yang lain. Yaitu meliputi bill untuk
perencanaan dan Phantom Bills. Bill untuk perencanaan diciptakan
agar dapat menugaskan induk buatan kepada Bill Of Materialnya. Bill
untuk perencanaan mungkin juga dikenal sebagai sebutan pseudo bill
atau angka peralatan. Phantom Bill Of Material adalah Bill Of
Material untuk komponen, biasanya sub-sub perakitan yang hanya
ada sementara waktu. Bill ini langsung bergerak ke perakitan lainnya.
Sehingga bill ini diberi kode agar diperlakukan secara khusus; lead
42
timenya nol dan ditangani sebagai bahan integral dari bahan
induknya. Phantom bill tidak pernah dimasukkan kedalam persediaan.
Ada beberapa format dari Bill of Material (BOM) yaitu:
1. Single-Level BOM
BOM yang menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu
level komponen-komponen pembentuknya.
2. Multi-Level BOM
BOM yang menggambarkan struktur produk lengkap dari level 0
sampai level paling bawah.
3. Indented BOM
BOM yang dilengkapi dengan informasi level setiap komponen.
4. Summarized BOM
BOM yang dilengkapi dengan jumlah total tiap komponen yang
dibutuhkan.
3) Peta proses operasi
Menurut Sutalaksana (1979, p21) peta proses operasi merupakan suatu
diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami
oleh bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak
dari awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan
juga memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih
lanjut, seperti waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat
atau alat atau mesin yang dipakai.
Berikut adalah contoh peta proses operasi (OPC) pajangan:
43

Sumber : Sumayang, Lalu (tahun 2003, p31) Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi

Gambar 2.2 Peta Proses Produksi Pajangan

2.4 Peramalan
Setiap hari para manajer membuat keputusan tanpa mengetahui apa yang
akan terjadi di masa depan. Persediaan dipesan tanpa kepastian berapa jumlah
penjualannya; peralatan baru dibeli padahal tidak ada kepastian permintaan
terhadap produk; dan investasi dilakukan tanpa pengetahuan berapa laba yang
akan diperoleh. Dalam menghadapi ketidakpastian para manajer selalu berusaha
membuat estimasi yang lebih baik tentang apa yang akan terjadi di masa depan.
Membuat estimasi yang baik adalah tujuan utama peramalan (Render dan Heizer,
2001, p46).
44
Dalam suplemen ini kita mengkaji berbagai jenis peramalan, dan model-
model peramalan seperti rata-rata bergerak, penghalusan eksponensial, dan
regresi linear. Tujuannya adalah untuk menunjukan pada manajer bahwa ada
banyak cara memprediksi masa depan. Disajikan pula tinjauan tentang subjek
peramalan penjualan perusahaan dan menjelaskan bagaimana menyiapkan,
memantau, dan menilai keakuratan peramalan. Peramalan yang baik adalah
bagian penting dari operasi jasa dan manufaktur yang efisiensi; dan juga
merupakan sarana pembentukan model yang penting unruk pengambilan
keputusan.

2.4.1 Pengertian Peramalan
Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu memprediksi peristiwa-
peristiwa masa depan. Peramalan memerlukan pengambilan data historis dan
memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa bentuk model matematis.
Bisa jadi berupa prediksi subjektif atau intuitif tentang masa depan. Atau
peramalan bisa mencakup kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan
penilaian yang baik oleh manajer (Render dan Heizer, 2001, p46).
Menurut Sumayang (2003, p23), peramalan penting artinya karena dengan
peramalan yang tepat guna diharapkan akan meningkatkan efisiensi produksi.
Sesungguhnya terdapat perbedaan antara Peramalan dengan Perkiraan.
Peramalan adalah perhitungan yang objektif dan dengan menggunakan data-data
masa lalu, untuk menentukan sesuatu di masa yang akan datang sedangkan
perkiraan dengan cara subjektif dan atau tidak dari data-data masa lalu,
memperkirakan sesuatu di masa yang akan datang. Sehingga dengan demikian,
45
peramalan selalu memerlukan data-data dari masa lalu dan apabila tidak ada data
masa lalu maka penentuan sesuatu di masa yang akan datang dapat dilakukan
dengan cara perkiraan. Untuk melakukan perkiraan diperlukan keahlian,
pengalaman, dan pertimbangan seorang manajer operasi. Sedangkan untuk
melakukan peramalan diperlukan ilmu pengetahuan statistik dan teknologi
(Sumayang, 2003, p24).

2.4.2 Horizon Waktu
Peramalan biasanya dikelompokkan oleh horison waktu masa depan yang
mendasarinya (Render dan Heizer, 2001, p46). Tiga kategori yang bermanfaat
bagi manajer operasi adalah:
1. Peramalan jangka pendek. Rentang waktunya mencapai satu tahun tetapi
umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan jangka pendek digunakan
untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja,
penugasan, dan tingkat produksi.
2. Peramalan jangka menengah. Peramalan jangka menengah biasanya
berjangka tiga bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat
dalam perencanaan penjualan, perencanaan dan penganggaran produksi,
penganggaran kas, dan menganalisis berbagai rencana operasi.
3. Peramalan jangka panjang. Rentang waktunya biasanya tiga tahun atau
lebih; digunakan dalam merencanakan produk baru, pengeluaran modal,
lokasi fasilitas, atau ekspansi, dan penelitian serta pengembangan.


46
Peramalan jangka menengah dan jangka panjang mempunyai tiga ciri yang
membedakan keduanya dari peramalan jangka pendek. Peramalan jangka
menengah dan jangka panjang berhubungan dengan isu yang lebih kompetentif
dan mendukung keputusan manajemen berkaitan dengan perencaanaan dan
produk, pabrik, dan proses. Kedua, peramalan jangka pendek biasanya
menggunakan metodologi yang berbeda dari pada peramalan yang lebih panjang
waktunya. Teknik-teknik matematis seperti rata-rata bergerak (moving averages),
penghalusan eksponensial {exponential smoothing), dan ekstrapolasi trend
adalah biasa untuk proyeksi jangka pendek. Dan ketiga, peramalan jangka
pendek cenderung lebih akurat daripada peramalan jangka yang lebih panjang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan berubah setiap hari, sehingga
ketika horison waktu semakin panjang, keakuratan peramalan akan berkurang.
Dengan demikian ramalan penjualan perlu diperbarui secara teratur untuk
mempertahankan nilainya. Setelah periode penjualan berlalu, ramalan harus
dikaji kembali dan diperbaiki (Render dan Heizer, 2001, p47).

2.4.3 Jenis-Jenis Peramalan
Menurut Render dan Heizer (2001, p47), organisasi menggunakan tiga
jenis peramalan ketika merencanakan masa depan operasinya, yaitu:
1. Ramalan ekonomi membahas siklus bisnis dengan memprediksi tingkat
inflasi, suplai uang permulaan perumahan, dan indikator-indikator
perencanaan lain.
47
2. Ramalan teknologi berkaitan dengan tingkat kemajuan teknologi, yang
akan melahirkan produk-produk baru yang mengesankan, membutuhkan
pabrik, dan peralatan baru.
3. Ramalan permintaan adalah proyeksi permintaan untuk produk atau jasa
perusahaan. Ramalan ini, disebut juga ramalan penjualan, mengarahkan
produksi, kapasitas, dan sistem penjadwalan perusahaan dan bertindak
sebagai masukan untuk perencanaan keuangan, pemasaran, keuangan, dan
personalia.

2.4.4 Metode Peramalan
Banyak jenis metode peramalan yang tersedia untuk meramalkan
permintaan dalam produksi. Namun yang lebih penting adalah bagaimana
memahami karateristik suatu metode peramalan agar sesuai dengan situasi
pengambilan keputusan. Situasi peramalan sangat beragam dalam horison waktu
peramalan, faktor yang menentukan hasil yang sebenarnya, tipe pola data dan
berbagai aspek lainnya. Untuk menghadapi penggunaan yang luas seperti itu,
beberapa teknik telah dikembangkan. Teknik tersebut dibagi dalam dua kategori
utama, yaitu metode peramalan kuantitatif dan metode peramalan kualitatif
(Makridakis et.al., 1999, p19-24).

2.4.4.1 MetodePeramalan Kualitatif
Metode kuantitatif sangat beragam dan setiap teknik memiliki sifat,
ketepatan dan biaya tertentu yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode
tertentu. Metode kuantitatif formal didasarkan atas prinsip-prinsip statistik yang
48
memiliki ketepatan tinggi atau dapat meminimumkan kesalahan (error), lebih
sistematis, dan lebih populer dalam penggunaannya. Untuk menggunakan
metode kuantitatif terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi, yaitu :
a. Tersedia informasi tentang masa lalu.
b. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.
c. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus
berlanjut di masa mendatang.
Metode kuantitatif dapat dibagi kedalam dua model, yaitu :
a. Model deret berkala (time series)
Pada model ini, pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa
lalu dari suatu variabel dan atau kesalahan masa lalu. Model deret berkala
menggunakan riwayat permintaan masa lalu dalam membuat ramalan untuk
masa depan. Tujuan metode peramalan deret berkala ini adalah menemukan
pola dalam deret berkala historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke
masa depan.
Prosedur peramalan permintaan dengan metode time series (Baroto, 2002,
p31) adalah sebagai berikut:
1. Tentukan pola data permintaan. Dilakukan dengan cara memplotkan
data secara grafis dan menyimpulkan apakah data itu berpola trend,
musiman, siklikal, atau random.
2. Mencoba beberapa metode time series yang sesuai dengan pola
permintaan tersebut untuk melakukan peramalan. Metode yang
dicoba semakin banyak semakin baik. Pada setiap metode, sebaiknya
dilakukan pula peramalan dengan parameter yang berbeda.
49
3. Mengevaluasi tingkat kesalahan masing-masing metode yang telah
dicoba. Tingkat kesalahan diukur dengan kriteria MAD, MSE,
MAPE, atau lainnya. Sebaiknya nilai tingkat kesalahan ini ditentukan
dulu. Tidak ada ketentuan mengenai berapa tingkat kesalahan
maksimal dalam peramalan.
4. Memilih metode peramalan terbaik di antara metode yang dicoba.
Metode terbaik adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan
yang telah ditetapkan.
5. Melakukan peramalan permintaan dengan metode terbaik yang telah
dipilih.
Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala yang tepat
adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang
paling tepat dengan metode tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan
menjadi :
1. Pola Horizontal (H) terjadi bilamana nilai data berfluktuasi disekitar
nilai rata-rata yang konstan (deret seperti itu adalah stasioner
terhadap nilai rata-ratanya). Suatu produk yang penjualannya tidak
meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk jenis ini.
Demikian pula suatu pengendalian kualitas yang menyangkut
pengambilan contoh dari suatu proses produksi berkelanjutan yang
secara teoritis tidak mengalami perubahan juga termasuk jenis ini.
50

Sumber : Baroto, Teguh (tahun 2002, p35) Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Gambar 2.3 Pola Data Horisontal
Teknik-teknik yang harus dipertimbangkan pada seri peramalan
stationer mencakup metode yang naif, rata-rata sederhana, moving
averages, dan autoregressive moving average (ARMA) model
(metode Box-Jenskins). (Hanke dan Wichern, 2005, p75).
2. Pola musiman (S) terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor
musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari
pada minggu tertentu). Penjualan dari produk minuman ringan, es
krim, dan bahan bakar pemanas ruangan, menunjukkan jenis pola ini.

Sumber : Baroto, Teguh (tahun 2002, p33) Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Gambar 2.4 Pola Data Musiman


51
Teknik yang harus dipertimbangkan pada seri peramalan seasonal
mencakup dekomposisi clasical, census x-12, winters exponensial
smoothing, multiple regression dan ARIMA models (metode Box-
Jenkins). (Hanke dan Wichern, 2005, p76).
3. Pola Siklis (C) terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi
ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus
bisnis. Penjualan produk seperti mobil, baja dan peralatan utama
lainnya menunjukkan jenis pola data ini.

Sumber : Baroto, Teguh (tahun 2002, p34) Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Gambar 2.5 Pola Data Siklis
Teknik yang harus dipertimbangkan pada peramalan seri cyclical
mencakup dekomposisi clasical, economic indicator, model-model
econometric, multiple regression, dan model-model ARIMA (metode
Box-jenkins). (Hanke dan Wichern, 2005, p76).
4. Pola trend (T) terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan
sekuler jangka panjang dalam data. Penjualan banyak perusahaan,
produk bruto nasional (GNP) dan berbagai indikator bisnis atau
ekonomi lainnya mengikuti pola trend selama perubahannya
sepanjang waktu.
52

Sumber : Baroto, Teguh (tahun 2002, p32) Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Gambar 2.6 Pola Data Trend
Teknik-teknik yang harus dipertimbangkan pada seri peramalan trend
mencakup moving averages. Holts exponential smoothing, regresi
sederhana, growth curves, model-model exponential, dan
autoregressive integrated moving average (ARIMA) model (metode
Box-Jenkins). (Hanke dan Wichern, 2005, p76).
b. Model kausal
Model kausal mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan
suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas.
Maksud dari model kausal adalah menemukan bentuk hubungan tersebut
dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari varibel tak
bebas. Setelah hubungan ini ditemukan, nilai-nilai masa mendatang dapat
diramalkan cukup dengan memasukkan nilai-nilai yang sesuai untuk
varibel-variabel independen. Metode peramalan kausal mengasumsikan
bahwa permintaan akan suatu produk bergantung pada satu atau beberapa
faktor independen (misalnya, harga, iklan, persaingan, dan lain-lain).


53
2.4.4.2 Metode Peramalan Kualitatif atau Teknologis
Metode peramalan ini tidak memerlukan data yang serupa seperti metode
peramalan kuantitatif. Input yang dibutuhkan tergantung pada metode tertentu
dan biasanya merupakan hasil dari pemikiran intuitif, perkiraan dan pengetahuan
yang telah didapat. Pendekatan teknologis seringkali memerlukan input dari
sejumlah orang yang terlatih.
Metode kualitatif mengandalkan opini pakar atau manajer dalam membuat
prediksi tentang masa depan. Metode ini berguna untuk tugas peramalan jangka
panjang. Penggunaan pertimbangan dalam peramalan, tampaknya tidak ilmiah
dan bersifat sementara. Tetapi bila data masa lalu tidak ada atau tidak
mencerminkan masa mendatang, tidak banyak alternatif selain menggunakan
opini dari orang-orang yang berpengetahuan. Ramalan teknologis terutama
digunakan untuk memberikan petunjuk, untuk membantu perencana dan untuk
melengkapi ramalan kuantitatif, bukan untuk memberikan suatu ramalan numerik
tertentu.
Metode kualitatif dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
a. Metode eksploratoris
Metode eksploratoris (seperti Delphi, kurva-S, analogi, dan penelitian
morfologis) dimulai dengan masa lalu dan masa kini sebagai titik awalnya
dan bergerak kearah masa depan secara heuristik, seringkali dengan melihat
semua kemungkinan yang ada.
b. Metode normatif.
Metode normatif (seperti matriks keputusan, pohon relevansi, dan analisis
sistem) dimulai dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang akan datang,
54
kemudian bekerja mundur untuk melihat apakah hal ini dapat dicapai,
berdasarkan kendala, sumber daya, dan teknologi yang tersedia.

2.4.5 Teknik Peramalan untuk Data Trend
Suatu data runtut waktu yang bersifat trend didefinisikan sebagai suatu
series yang mengandung komponen jangka panjang yang menunjukkan
pertumbuhan atau penurunan dalam data tersebut sepanjang suatu periode waktu
yang panjang. Dengan kata lain, suatu data runtut waktu dikatakan mempunyai
trend jika nilai harapannya berubah sepanjang waktu sehingga data tersebut
diharapkan menaik atau menurun selama periode dimana peramalan diinginkan.
Biasanya data runtut waktu ekonomi mengandung suatu trend.
Teknik-teknik peramalan yang digunakan untuk peramalan data runtut
waktu yang mengandung trend adalah rata-rata bergerak, pemulusan
eksponensial linier dari Holt, regresi sederhana, model ARIMA (metode Box-
Jenkins) (Hanke dan Wichern, 2005, p75-76).

2.4.5.1 Metode Asosiatif
Model asosiatif bergantung kepada pengenalan variabel yang dapat
dikaitkan dan dapat digunakan untuk meramalkan nilai variabel yang menjadi
perhatian kita. Metode utama yang dikenal dan digunakan secara luas dalam
metode ini adalah regresi.



55
Berikut ini rumus rumus regresi linear sederhana :
( )
t b y a
t t n
y t ty n
b
b a y
t t
=

=
+ =


2
2

Dimana: y = nilai peramalan
a = konstanta y
b = nilai kemiringan
n = jumlah data
t =indeks penunjuk waktu (dimulai dari 0 dan terus
berlanjut untuk periode yang diramalkan).

2.4.5.2 Metode Peramalan Double Exponential Smoothing Satu Parameter
Metode pemulusan eksponensial tunggal (single exponential smoothing)
dengan menambahkan parameter dalam modelnya untuk mengurangi faktor
kerandoman. Biasanya yang sering digunakan adalah Double Exponential
Smoothing satu parameter supaya peramalan dapat menghasilkan hasil yang
mulus.
Dasar pemikirannya serupa dengan rata rata bergerak linier yang secara
matematis dapat ditunjukan dengan rumus :
( )
m b a F
S S b
S S a
S S S
S X S
t t m t
t t t
t t t
t t t
t t t
+ =

=
=
+ =
+ =
+

) (
1
2
) 1 ( .
1 .
' ' '
' ' '
' '
) 1 (
' ' '
) 1 (
'




56
Dimana:
t
X = Data penerimaan pada periode t
a = Faktor atau konstanta pemulusan

m t
F
+
= Perkiraan untuk periode t
Berbeda dengan metode rata-rata bergerak yang hanya menggunakan N
data periode terakhir dalam melakukan perkiraan, metode pemulusan
eksponensial tunggal mengikutsertakan semua periode. Setiap data pengamatan
mempunyai kontribusi dalam penentuan nilai perkiraan periode sesudahnya.
Namun dalam perhitungannya cukup diwakili oleh data pengamatan dan hasil
perkiraan terakhir, karena nilai perkiraan periode sebelumnya sudah mengandung
nilai-nilai pengamatan sebelumnya.

2.4.5.3 Metode Peramalan Dekomposisi
Metode Dekomposisi mendasarkan penganalisaan untuk mengidentifikasi
tiga faktor utama yang terdapat dalam suatu deret waktu, yaitu faktor trend,
faktor siklus, dan faktor musiman. Di dalam beberapa hal, peramal hanya
mendasarkan penyusunannya pada dua faktor yang penting yaitu trend dan
musiman. Faktor trend menggambarkan perilaku data dalam jangka panjang, dan
dapat meningkat, menurun atau tidak berubah. Pengukuran perkembangan faktor
trend dilakukan untuk periode waktu yang panjang dengan menghilangkan
variasi musim dan variasi siklus. Faktor siklus menggambarkan baik turunnya
ekonomi atau industri tertentu. Faktor musiman berkaitan dengan fluktuasi
periodik dengan panjang konstan. Perbedaan antara musiman dan siklus adalah
bahwa musiman berulang dengan sendirinya pada interval yang tetap seperti
57
tahun atau bulan, sedangkan faktor siklus mempunyai jangka waktu yang lebih
lama dan lamanya berbeda dari satu siklus ke siklus yang lainnya.
Ada beberapa pendekatan alternatif untuk mendekomposisi suatu deret
waktu, dengan tujuan untuk mengisolasikan masing-masing komponen dari deret
itu setepat mungkin. Konsep dasar dari dekomposisi ini adalah data empiris di
mana yang pertama adalah pergeseran musim, kemudian trend dan terakhir
adalah siklus. Residu yang ada dianggap unsur acak yang walaupun tidak dapat
ditaksir, tetapi dapat diidentifikasi (Makridakis et.al., 1999, p150-156).
Langkah-langkah dekomposisi :
1. Pada deret data yang sebenarnya (X
t
) hitung rata-rata bergerak yang
panjangnya (N) sama dengan panjang musiman. Maksud dari rata-rata
bergerak adalah menghilangkan unsur musiman dan keacakan. Meratakan
sejumlah periode yang sama dengan panjang pola musiman akan
menghilangkan unsur musiman dengan membuat rata-rata dari periode
yang musimannya tinggi dan periode yang musimannya rendah. Karena
galat acak tidak mempunyai pola yang sistematis, maka perata-rataan ini
juga mengurangi keacakan.
2. Pisahkan rata-rata bergerak N periode (langkah satu) dari deret data semula
untuk memperoleh unsur trend dan siklus.
3. Pisahkan faktor musiman dengan menghitung rata-rata untuk tiap periode
yang menyusun panjang musiman secara lengkap.
4. Identifikasi bentuk trend yang tepat (linear, eksponensial, kurva-S, dan
lain-lain) dan hitung nilainya untuk setiap periode (T
t
).
58
5. Pisahkan hasil langkah empat dari hasil langkah dua (nilai gabungan dari
unsur trend dan siklus) untuk memperoleh faktor siklus.
6. Pisahkan musiman, trend dan siklus dari data asli untuk mendapatkan unsur
acak yang ada, E
t
.
Metode dekomposisi dapat berasumsi pada model aditif atau multiplikatif
dan bentuknya dapat bervariasi. Model aditif berbentuk :
X
t
= I
t
+ T
t
+ C
t
+ E
t

Model multiplikatif berbentuk :
X
t
= I
t
x T
t
x C
t
x E
t

2.4.5.4 Statistik Ketepatan Peramalan
2.4.5.4.1 Ukuran Statistik Standar
Jika X
t
merupakan data aktual untuk periode t dan F
t
merupakan
ramalan (atau nilai kecocokan/fitted value) untuk periode yang sama, maka
kesalahan didefinisikan sebagai :
t t t
F X e =

Jika terdapat nilai pengamatan dan ramalan untuk n periode waktu,
maka akan terdapat n buah galat dan ukuran statistik standar berikut dapat
didefinisikan :
Nilai Tengah Galat Absolut (Mean Absolute Error)

=
=
n
t
et
n
MAE
1
1



59
2.4.5.4.2 Ukuran-Ukuran Relatif
Karena adanya keterbatasan MAE sebagai suatu ukuran ketepatan
peramalan, maka muncul usulan alternatif alternatif lain yang diantaranya
menyangkut galat persentase. Tiga ukuran yang sering digunakan
(Makridakis, 1999, p61-62) adalah :
Galat Persentase (Percentage Error)

100 *


=
t
t t
X
F X
PE

Nilai Tengah Galat Persentase (Mean Percentage Error)

t
n
t
PE
n
MPE

=
=
1
1

Nilai Tengah Galat Persentase Absolut (Mean Absolute Percentage
Error)

t
n
t
PE
n
MAPE

=
=
1
1

PE dapat digunakan untuk menghitung kesalahan persentase setiap
periode waktu. Nilai-nilai ini kemudian dapat dirata-ratakan untuk
memberikan nilai tengah kesalahan persentase (MPE). Namun MPE mungkin
mengecil karena PE positif dan negatif cenderung saling meniadakan. Dari
sana MAPE didefinisikan dengan menggunakan nilai absolut dari PE.




60
2.5 Safety Stock
Safety stock merupakan jumlah dari persediaan barang jadi, yang juga
disebut sebagai buffer stock, yang digunakan untuk memenuhi permintaan
pelanggan ketika terjadi hal yang tiba-tiba.
Rumus untuk menghitung safety stock (Greene, 1997, p309) adalah:
Safety stock = Safety Factor * Standar Deviasi
Standar deviasi merupakan hasil perhitungan yang menggunakan data
permintaan selama periode yang bersangkutan.
Rumus untuk menghitung standar deviasi (S) adalah: S =
2
(x-x)
n


Dengan x = jumlah permintaan dalam periode yang bersangkutan,
x = rata-rata permintaan selama periode yang bersangkutan,
n = jumlah periode data permintaan.

2.6 Master Production Schedule (MPS)
2.6.1 Pengertian MPS
Menurut Gaspersz (1998, p141-144) pada dasarnya jadwal produksi induk
(Master Production Schedulling = MPS) merupakan suatu pernyataan tentang
produk akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan
industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan
kuantitas dan periode waktu. MPS mendisagregasikan dan
mengimplementasikan rencana produksi. Apabila rencana produksi yang
merupakan hasil dari proses perencanaan produksi dinyatakan dalam bentuk
agregat, jadwal produksi induk yang merupakan hasil dari proses penjadwalan
61
produksi induk dinyatakan dalam konfigurasi spesifik dengan nomor-nomor item
yang ada dalam Item Master and BOM (Bill of Material) files.
Aktifitas penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan
bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk, memproses
transaksi MPS, memelihara catatan-catatan MPS, mengevaluasi efektifitas dari
MPS, dan memberikan laporan evaluasi dalam periode waktu yang teratur untuk
keperluan umpan-balik dan tinjauan ulang.
MPS sering didefinisikan sebagai anticipated build schedule untuk item-
item yang disusun oleh perencana jadwal produksi induk (master schedule). MPS
membentuk jalinan komunikasi antara bagian pemasaran dan bagian
manufakturing, sehingga seyogyanya bagian pemasaran juga mengetahui
informasi yang ada dalam MPS terutama berkaitan dengan ATP (Available To
Promise) agar dapat memberikan janji yang akurat kepada pelanggan.
Penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan aktifitas
melakukan empat fungsi utama berikut :
1. Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan
kebutuhan material dan kapasitas (material and capacity requirements
planning = M&CRP).
2. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (production and
purchase orders) untuk item-item MPS.
3. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan
kapasitas.
4. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk
(delivery promises) kepada pelanggan.
62

Sumber: Production Planning and Inventory Control (tahun 2001, p146)
Gambar 2.7 Proses Penjadwalan Produksi
Sebagai suatu aktifitas proses, penjadwalan produksi induk (MPS) yang
terlihat pada gambar 3.7, MPS membutuhkan lima input utama yaitu antara lain :
Data Permintaan Total merupakan salah satu sumber data bagi proses
penjadwalan produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan
ramalan penjualan (sales forecasts) dan pesanan-pesanan (orders).
Status Inventori berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory,
stok yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock),
pesanan-pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released
production and purchase orders), dan firm planned orders. MPS harus
mengetahui secara akurat berapa banyak inventori yang tersedia dan
menentukan berapa banyak yang harus dipesan.
Rencana Produksi memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS
harus menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi, inventori, dan
sumber-sumber daya lain dalam rencana produksi itu.
63
Data Perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot-sizing yang
harus digunakan, shrinkage factor, stok pengaman (safety stock), dan waktu
tunggu (lead time) dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam
file induk dari item (Item Master File).
Informasi dari RCCP berupa kebutuhan kapasitas untuk
mengimplementasikan MPS menjadi salah satu input bagi MPS. RCCP
menentukan kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan MPS,
menguji kelayakan dari MPS, dan memberikan umpan-balik kepada
perencana atau penyusun jadwal produksi induk (Master Scheduler) untuk
mengambil tindakan perbaikan apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian
antara penjadwalan produksi induk dan kapasitas tersedia.

2.6.2 Teknik Penyusunan MPS
Tabel 2.1 Contoh Tabel MPS
Item No : Description :
Lead time : Safety stock :
On Hand : Demand Time Fences :
Planning Time Fences :
Period Past Due 1 2 3 4 5 6
Forecast
Actual Order (AO)
Project Available Balance (PAB)
Available to Promise (ATP)
Master Schedule (MS)
Sumber: Production Planning and Inventory Control (tahun 2001, p152)
Penjelasan mengenai komponen-komponen yang terdapat dalam tabel 2.1
MPS adalah sebagai berikut :

64
a) Item No menyatakan kode produk yang akan diproduksi.
b) Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk me-release atau
memanufaktur suatu produk.
c) On hand menyatakan jumlah produk yang ada di gudang sebagai sisa
periode sebelumnya.
d) Description menyatakan deskripsi produk secara umum.
e) Safety stock merupakan stok pengaman yang harus ada di tangan sebagai
antisipasi terhadap kebutuhan di masa akan datang.
f) Demand Time Fences (DTF) adalah periode mendatang dari MPS di mana
dalam periode ini perubahan terhadap MPS tidak diijinkan atau tidak
diterima karena akan menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat
ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal.
g) Planning Time Fences (PTF) merupakan batas waktu penyesuaian pesanan
di mana permintaan masih boleh berubah. Perubahan masih akan dilayani
sepanjang material dan kapasitas masih tersedia.
h) Forecast merupakan rencana penjualan atau peramalan penjualan untuk
item yang dijadwalkan itu.
i) Actual Order (AO) merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat
pasti.
j) Projected Available Balance (PAB) merupakan perkiraan jumlah sisa
produk pada akhir periode. PAB dihitung dengan menggunakan rumus:
PAB
t < DTF
= PAB
t-1
+ MS
t
AO
PAB
DTF < t < PTF
= PAB
t-1
+ MS
t
AO atau F
t
(pilih yang besar)

65
k) Available to Promise memberikan informasi tentang berapa banyak item
atau produk tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia
untuk pesanan pelanggan, sehingga berdasarkan informasi ini bagian
pemasaran dapat membuat janji yang tepat bagi pelanggan.
ATP
t
= ATP
t-1
+ MS
t
AO
t
l) Master Schedule merupakan jadwal produksi atau manufakturing yang
diantisipasi untuk produk atau item tertentu.

2.7 Material Requirement Planning (MRP)
2.7.1 Pengertian MRP
MRP merupakan suatu prosedur logis berupa aturan keputusan dan teknik
transaksi berbasis komputer yang dirancang untuk menerjemahkan jadwal induk
produksi menjadi kebutuhan bersih untuk semua item. Sistem MRP
dikembangkan untuk membantu perusahaan manufaktur mengatasi kebutuhan
akan item-item dependent secara lebih baik dan efisien.
Menurut Schoeder (2000, p368) persediaan untuk independent demand
didefinisikan sebagai persediaan yang dipengaruhi atau tunduk pada kondisi-
kondisi pasar dan bebas dari operasi misalnya : persediaan barang jadi dan suku
cadang pada suatu perusahaan manufaktur yang digunakan untuk memenuhi
permintaan konsumen pada suatu perusahaan persediaan ini harus dikelola
dengan metoda titik pemesanan. Sebaliknya untuk dependent demand tidak
dipengaruhi oleh kondisi -kondisi pasar dan hanya tergantung pada permintaan
suku cadang ditingkat atasnya. Beberapa ciri-ciri dependent demand adalah :

66
- Ada hubungan matematis antara kebutuhan suatu item dengan item yang
lain yang berada pada level yang lebih tinggi
- Kebutuhan diturunkan dari pemakaian item dalam pembuatan item lain
- Misal kebutuhan akan bahan baku, komponen atau su assembly dalam
pembuatan suatu produk jadi
- Item perlu ada hanya pada saat dibutuhkan
- Diperlukan MRP untuk menjadwalkan seluruh komponen dependent yang
diperlukan dalam rencana MPS/JIP

2.7.2 Tujuan dan Manfaat Sistem MRP
Sistem MRP adalah suatu sistem yang bertujuan untuk menghasilkan
informasi yang tepat untuk melakukan tindakan yang tepat (pembatalan pesanan,
pesan ulang, dan penjadwalan ulang). Tindakan ini juga merupakan dasar untuk
membuat keputusan baru mengenai pembelian atau produksi yang merupakan
perbaikan atas keputusan yang telah dibuat sebelumnya.
Ada empat tujuan yang menjadi ciri utama sistem MRP yaitu sebagai
berikut :
1. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat
Menentukan secara tepat kapan sutu pekerjaan harus selesai (atau meterial
harus tersedia) untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah
direncanakan dalam jadwal induk produksi (JIP).



67
2. Menentukan kebutuhan minimal setiap item
Dengan diketahuinya kebutuhan akhir, sistem MRP dapat menentukan
secara tepat sistem penjadwalan (prioritas) untuk memenuhi semua
kebutuhan minimal setiap item.
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan
Memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus
dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan lewat pembelian atau dibuat pada
pabrik sendiri.
4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang
sudah direncanakan
Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang
dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka sistem MRP dapat memberikan
indikasi untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan
menentukan prioritas pesanan yang realistik. Jika penjadwalan ulang ini masih
tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu
pesanan harus dilakukan.
Beberapa manfaat dari MRP (Render dan Heizer, 1997, p362), adalah:
- Peningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen
- Peningkatan pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja
- Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik
- Tanggapan yang lebih cepat terhadap perubahan dan pergeseran pasar
- Tingkat persediaan menurun tanpa mengurangi pelayanan kepada
konsumen

68
2.7.3 Input MRP
Sebagai suatu sistem, MRP membutuhkan lima input utama (Gaspersz,
2001, p177) seperti pada gambar 3.8 berikut :
Perencanaan
Kapasitas
(Capacity
Planning)
1. MPS
2. Bill of Materials
3. Item Master
4. Pesanan-pesanan
5. Kebutuhan
Perencanaan
Kebutuhan
Material (MRP)
- Primary (orders)
Report
- Action Report
- Pegging Report
Umpan Balik
OUTPUT : PROSES : INPUT :

Sumber Production Planning and Inventory Control (tahun 2001, p178)
Gambar 2.8 Proses Kerja dari MRP
Kelima sumber input utama pada gambar 3.8 di atas adalah :
1. Master Production Schedule (MPS) yang suatu rencana terperinci
tentang tentang produk akhir apa yang direncanakan perusahaan untuk
diproduksi, berapa kuantitas yang dibutuhkan, pada waktu kapan
dibutuhkan, dan kapan produk itu akan diproduksi.
2. Bill of Material (BOM) merupakan daftar jumlah komponen, campuran
bahan, dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk.
MRP menggunakan BOM sebagai basis untuk perhitungan banyaknya
setiap material yang dibutuhkan untuk setiap periode waktu. Bagan
69
bahan dalam komputer harus selalu benar dan dapat menggambarkan
bagaimana produk itu dibuat.
3. Item master merupakan suatu file yang berisi informasi tentang
material, parts subassemblies, dan produk-produk yang menunjukkan
kuantitas on-hand, kuantitas yang dialokasikan (allocated quantity),
waktu tunggu yang direncanakan (planned lead times), ukuran lot (lot
size), stok pengaman, kriteria lot sizing, toleransi untuk scrap atau
hasil, dan berbagai informasi penting lainnya yang berkaitan dengan
suatu item.
4. Pesanan-pesanan (orders) berisi tentang banyaknya dari setiap item
yang akan diperoleh sehingga akan meningkatkan stock on-hand di
masa mendatang. Pada dasarnya terdapat dua jenis pesanan, yaitu: shop
orders or work orders or manufacturing orders berupa pesanan-pesanan
yang akan dibuat atau diproduksi di dalam pabrik, dan purchase orders
yang merupakan pesanan-pesanan pembelian suatu item dan pemasok
eksternal.
5. Kebutuhan-kebutuhan (requirements) akan memberitahukan tentang
banyaknya masing-masing item itu dibutuhkan sehingga akan mengurangi
stock on-hand di masa mendatang. Pada dasarnya terdapat dua jenis
kebutuhan, yaitu kebutuhan internal dan eksternal. Kebutuhan internal
digunakan dalam pabrik untuk membuat produk lain, dan kebutuhan
eksternal yang akan dikirim ke luar pabrik berupa: pesanan pelanggan
(customer orders), service parts, dan sales forecasts.

70
2.7.4 Mekanisme Dasar dari Proses MRP
Tabel 2.2 Contoh Tabel MRP
Part no : Description:
BOM UOM : On hand :
Lead time : Order policy :
Safety stock : Lot size :
period Past due 1 2 3 4 5 6 7 8
gross requirement
scheduled receipts
projected available balance 1
net requirement
planned order receipts
planned order release
projected available balance 2
Sumber Production Planning and Inventory Control (tahun 2001, p180)
Penjelasan mengenai tabel sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Part no menyatakan kode komponen atau material yang akan dirakit
2. BOM (Bill of Materials) UOM (Unit of Material) menyatakan satuan
komponen atau material yang akan dirakit
3. Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk merilis atau
mengirim suatu komponen.
4. Safety stock menyatakan cadangan material yang harus ada sebagai
antisipasi kebutuhan dimasa yang akan datang.
5. Description menyatakan deskripsi material secara umum.
6. On Hand menyatakan jumlah material yang ada di tangan sebagai sisa
periode sebelumnya.
7. Order Policy menyatakan jenis pendekatan yang digunakan untuk
menentukan ukuran lot yang dibutuhkan saat memesan barang.
8. Lot Size menyatakan penentuan ukuran lot saat memesan barang.
71
9. Gross Requirement menyatakan jumlah yang akan diproduksi atau dipakai
pada setiap periode. Untuk item akhir (produk jadi), kuantitas gross
requirement sama dengan MPS (Master Production Schedule). Untuk
komponen, kuantitas gross requirement diturunkan dari Planned Order
Release induknya.
10. Scheduled Receipts menyatakan material yang dipesan dan akan diterima
pada periode tertentu.
11. Projected Available Balance I ( PAB I ) menyatakan kuantitas material
yang ada di tangan sebagai persediaan pada awal periode. PAB I dapat
dihitung dengan menambahkan material on hand periode sebelumnya
dengan Scheduled Receipts pada periode itu dan menguranginya dengan
Gross Requirement pada periode yang sama. Atau jika dimasukkan pada
rumus adalah sebagai berikut :
PAB I = (PAB II)
t-1
- (Gross Requirement)
t
+ (Scheduled Receipts)
t

12. Net Requirements menyatakan jumlah bersih (netto) dari setiap komponen
yang harus disediakan untuk memenuhi induk komponennya atau untuk
memenuhi Master Production Scheduled. Net Requirements sama dengan
nol jika Projected Available Balance I lebih besar dari nol dan sama
dengan minus jika Projected Available Balance I kurang sama dengan dari
nol.
Net Requirement = -(PAB I)
t
+ Safety stock
13. Planned Order Receipts menyatakan kuantitas pemesanan yang dibutuhkan
pada suatu periode. Planned Order Receipts muncul pada saat yang sama
dengan Net Requirements, akan tetapi ukuran pemesanannya (lot sizing)
72
bergantung kepada Order Policy-nya. Selain itu juga harus
mempertimbangkan Safety stock juga.
14. Planned Order Release menyatakan kapan suatu pesanan sudah harus
dilakukan atau dimanufaktur sehingga komponen ini tersedia ketika
dibutuhkan oleh induk itemnya. Kapan suatu pesanan harus dilakukan
ditetapkan dengan periode Lead time sebelum dibutuhkan.
15. Projected Available Balance II ( PAB II ) menyatakan kuantitas material
yang ada di tanagn sebagai persediaan pada akhir periode. PAB II dapat
dihitung dengan cara mengurangkan Planned Order Receipts pada Net
Requirements.
PAB II = (PAB II)
t-1
+ (Schedule receipt)
t
(Gross Requirement)
t
+
(Planned Order Receipt)
t

atau dapat disingkat :
PAB II = (PAB I)
t
+ (Planned Order Receipt)
t

2.7.5 Prosedur Sistem MRP
Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat
langkah ini harus diterapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada
setiap item. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
- Netting : Perhitungan kebutuhan bersih.
- Lotting : Penentuan ukuran lot.
- Offsetting : Penetapan besarnya lead time.
- Explosion : Perhitungan selanjutnya untuk item level di bawahnya.
73
2.7.6 Output Sistem MRP
Output dari sistem MRP adalah berupa rencana pemesanan atau rencana
produksi yang dibuat atas dasar lead time. Rencana pemesanan memiliki dua
tujuan yang hendak dicapai. Kedua tujuan trsebut adalah :
- Menentukan kebutuhan bahan pada tingkat lebih bawah
- Memproyeksikan kebutuhan kapasitas
Rencana pemesanan dan rencana produksi dari output sistem MRP
selanjutnya akan memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
- Memberikan catatan tentang pesanan penjadwalan yang harus
dilakukan/direncanakan baik dari panrik sendiri maupun pemasok.
- Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang.
- Memberikan indikasi untuk pembatalan pesanan.
- Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan.
Output dari sistem MRP dapat pula disebut sebagai suatu aksi yang
merupakan tindakan pengendalian persediaan dan penjadwalan produksi.

2.8 Analytical Hierarchy Process (AHP)
2.8.1 Pengertian Analytical Hierarchy Process
Analytical Hierarchy Process (AHP) atau dikenal dengan istilah analisis
keputusan berjenjang, merupakan suatu alat pengambilan putusan yang
sederhana, dengan mensortir persoalan-persoalan kompleks menjadi beberapa
jenjang (hirarki) yang sederhana, untuk kemudian diselesaikan dan pada
akhirnya membentuk suatu hierarki yang tersusun menjadi satu kesatuan. AHP
merupakan salah satu alat analisis dengan cara memberikan peringkat terhadap
74
alternatif keputusan yang ada dan memilih salah satu alternatif yang terbaik. Inti
dari proses AHP adalah suatu metode untuk memecahkan permasalahan yang
kompleks dan tidak terstruktur dengan cara menguraikan komponenkomponen
sistem ke dalam suatu hirarki, memberikan nilai numerik secara subjektif untuk
menentukan tingkat kepentingan dari setiap variabel atau komponen yang
dianggap penting dan pada akhirnya melakukan sintesis dari pendapat tadi untuk
menentukan variabel mana yang memiliki prioritas tertinggi yang keluar sebagai
hasil analisis.
Pada dasarnya pengambilan keputusan dalam metode AHP didasarkan
pada 3 hal yaitu :
1. Penentuan prioritas.
2. Penyusunan hirarki.
3. Konsistensi logis.
Terdapat dua macam hirarki yaitu hirarki struktural dan hirarki fungsional,
yang merupakan dasar analisis metode AHP. Untuk menggunakan prinsip pokok
AHP maka metode ini menyatukan dua aspek kuantitatif dan kualitatif. Secara
kuantitatif, AHP melakukan perbandingan dan penilaian untuk mendapatkan
solusi. Sedangkan secara kualitatif yaitu dengan mendefinisikan masalah dan
penilaian.





75
2.8.2 Manfaat Analytical Hierarchy Process
Manfaat dari AHP adalah :
Dapat menilai suatu permasalahan secara optimal dan berkelanjutan.
AHP digunakan untuk menurunkan skala rasio dan beberapa perbandingan
berpasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu.
Metoda AHP dapat memberikan suatu solusi permasalahan lebih baik,
dengan cara pengelompokkan.
Dapat menyelesaikan pengambilan keputusan yang rumit.
Penjaringan informasi dari opini untuk identifikasi objektif.

2.8.3 Langkah-Langkah dalam Metode Analytical Hierarchy Process
Secara umum, langkahlangkah yang harus dilakukan dalam melakukan
metode AHP adalah :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, kriteria, sub
kriteria dan alternatif.
Berikut adalah tabel bobot kepentingan (preference level):












76
Tabel 2.3 Preference Level

Preference Level Numerical Value
Equally Preferred 1
Equally to Moderately Preferred 2
Moderately Preferred 3
Moderately to Strongly Preferred 4
Strongly Preferred 5
Strongly to Very Strongly Preferred 6
Very Strongly Preferred 7
Very Strongly to Extremely Preferred 8
Extremely Preferred 9

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan. Dalam membandingkan
pengumpulan objek berpasangan digunakan bobot dari masingmasing
kebijakan tersebut; langkah yang ditempuh adalah dengan menggunakan
matriks bobot dari setiap objek.
4. Dilanjutkan dengan menghitung eigen value dan menguji konsistensinya
dengan menggunakan rasio konsistensi sebagai ukuran (CR) dan besarnya
CR yang ditolerir tidak lebih dari 10 %.

Cara memperhitungkan konsistensi :
a. Menentukan weighted sum vector = diselesaikan dengan hasil perkalian Row
Averages dengan matriks awal.
b. Menentukan Consistency Vector =
Averages Row
vector sum weighted

c. Menghitung dan Consistency Index. CI =
1 n
n



Dimana n = jumlah item dan adalah rata-rata dari Consistency Vector.
77
d. Menghitung Consistency Vector. CR =
RI
CI
dimana RI adalah random index
yang didapat dari tabel random index di bawah.

Tabel 2.4 Random Index
N RI
2 0.00
3 0.58
4 0.90
5 1.12
6 1.24
7 1.32
8 1.41
9 1.45
10 1.49

Untuk mengetahui hasil yang konsisten, maka hasil dari CR <= 0.10. Jika
hasil CR lebih besar dari 0.10 maka matriks keputusan harus dievaluasi
ulang.

2.9 Sistem Informasi
2.9.1 Pengertian Sistem
Menurut pendapat McLeod (2001, jilid 1, p11), sistem adalah sekelompok
elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Suatu organisasi seperti perusahaan atau suatu bidang
fungsional cocok dengan definisi ini. Organisasi terdiri dari sejumlah sumber
daya seperti manusia, material, uang, mesin, dan informasi dimana sumber daya
tersebut bekerja menuju tercapainya suatu tujuan yang ditentukan oleh pemilik
atau manajemen
78
Menurut pendapat Davis (1984, p67), sistem dapat terbagi menjadi dua
yaitu abstrak maupun fisik. Sebuah sistem abstrak adalah suatu susunan teratur
gagasan atau konsepsi yang saling tergantung. Sebagai contoh, sebuah sistem
teologi adalah sebuah susunan gagasan mengenai Tuhan, manusia, dan
sebagainya. Sedangkan contoh dari sistem fisik adalah sistem peredaran darah
(jantung dan urat-urat darah yang menggerakkan darah ke seluruh tubuh).
Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian saling berkaitan yang beroperasi
bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Berarti, sebuah sistem
bukanlah seperangkat unsur yang tersusun secara tak teratur, tetapi terdiri dari
unsur yang dapat dikenal sebagai saling melengkapi karena satunya maksud,
tujuan atau sasaran. Sistem fisik lebih dari sekedar konseptual, karena dapat
memperlihatkan kegiatan atau perilaku. Model umum sebuah sistem terdiri dari
masukan, pengolah, dan keluaran (Davis, 1984, p68).

2.9.2 Pengertian Informasi
Berdasarkan pendapat McLeod (2001, p15), informasi adalah data, yang
telah diproses, atau data yang memiliki arti. Terdapat empat dimensi informasi
menurut McLeod (2001, p145), yaitu:
- Relevansi
Informasi memiliki relevansi jika berkaitan langsung dengan masalah yang
ada. Manajer harus mampu memilih informasi yang diperlukan tanpa
membaca seluruh informasi mengenai subyek lain.


79
- Akurasi
Idealnya, semua informasi harus akurat tetapi peningkatan ketelitian sistem
menambah biaya. Karena alasan tersebut, manajer terpaksa menerima
ketelitian yang kurang dari sempurna.
- Ketepatan Waktu
Informasi harus dapat tersedia untuk memecahkan masalah sebelum situasi
krisis menjadi tidak terkendali atau kesempatan menghilang. Manajer harus
mampu memperoleh informasi yang menggambarkan apa yang sedang
terjadi sekarang, selain apa yang telah terjadi pada masa lampau.
- Kelengkapan
Manajer harus dapat memperoleh informasi yang memberi gambaran
lengkap dari suatu permasalahan atau penyelesaian. Namun pemberian
informasi yang tidak berguna secara berlebihan harus dihindari.

2.9.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut OBrien (2005, p5) sistem informasi dapat merupakan kombinasi
teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan
sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi
dalam sebuah organisasi. Orang bergantung pada sistem informasi untuk
berkomunikasi antara satu sama lain dengan menggunakan berbagai jenis alat
fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi (software), saluran
komunikasi (jaringan), dan data yang disimpan (sumber daya data).

80

Sumber : www.prenhall.com/mcleod

Gambar 2.9 Piramida Sistem Informasi
Gambar 2.9 menunjukkan bahwa sistem informasi telah dikembangkan
untuk mendukung seluruh organisasi, dari level eksekutif hingga level
operasional. Sistem informasi manajemen diperuntukkan bagi kebutuhan
informasi para manajer dalam perusahaan. Sistem informasi eksekutif dirancang
untuk digunakan oleh level strategis perusahaan. Lima area fungsional
menunjukkan keunikan sistem informasi yang berbeda-beda yang dibutuhkan
oleh masing-masing area.

2.9.4 Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
informasi umum untuk manajer dalam perusahaan atau dalam subunit fungsional
perusahaan. Subunit dapat didasarkan pada area fungsional atau tingkatan
manajemen. Sistem informasi manajemen menyediakan informasi bagi pemakai
dalam bentuk laporan dan keluaran dari berbagai simulasi model matematika,
81
dimana model laporan ataupun keluaran dapat disajikan dalam bentuk tabel atau
grafik (McLeod, 2001, jilid 1, p326).
Berdasarkan pendapat McLeod (2001, jilid 1, p327) sistem informasi
manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang
menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa.
Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas organisasi formal (perusahaan
atau subunit dibawahnya). Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu
sistem utamanya mengenai apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang
terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Informasi tersebut
tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus, dan keluaran dari
simulasi matematika. Keluaran informasi tersebutlah yang akan digunakan oleh
manajer maupun non-manajer dalam perusahaan saat mereka membuat
keputusan untuk memecahkan masalah.

2.9.5 Pengertian Analisis dan Perancangan Sistem
Menurut McLeod (2001, jilid 1, p234) analisis sistem adalah penelitian atas
sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau
diperbaiki. Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah penelitian sistem
yang ada dengan tujuan penyempurnaan sistem yang dapat dimanfaatkan oleh
pengguna sistem. Sedangkan menurut Cushing (1991, p327), analisis sistem
dapat didefinisikan sebagai proses penyelidikan kebutuhan informasi pemakai
didalam suatu organisasi agar dapat menetapkan tujuan dan spesifikasi untuk
desain suatu sistem informasi.
82
Menurut Mulyadi (1993, p51) perancangan sistem adalah proses
penerjemahan kebutuhan pemakai ke dalam alternatif rancangan sistem
informasi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan.
Sedangkan menurut Cushing (1991, p348) perancangan sistem adalah proses
penyiapan spesifikasi yang terperinci untuk pengembangan suatu sistem baru.
Dari definisi diatas, perancangan sistem dapat disimpulkan suatu proses
penyiapan spesifikasi dalam menterjemahkan kebutuhan pemakai dalam
pengembangan sistem baru.

2.9.6 Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Menurut McLeod (2001, p184) System life Cycle (SLC) adalah sebuah
proses yang diikuti dalam menerapkan sistem atau subsistem informasi berbasis
komputer. SLC terdiri dari serangkaian tugas yang mengikuti langkah-langkah
pendekatan sistem. Karena tugas-tugas tersebut mengikuti suatu pola yang
teratur dan dilakukan secara top-down, maka seringkali disebut sebagai
pendekatan air terjun. Pola SLC dapat dilihat pada gambar 3.2.
Empat tahap pertama dalam SLC, secara bersama-sama dinamakan siklus
hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycle) SDLC. Tahap
kelima adalah tahap penggunaannya, yang berlangsung sampai tiba waktunya
untuk merancang sistem itu kembali. Proses merancang kembali mengakibatkan
siklus tersebut akan berulang.

83
1. Tahap
Perencanaan
2. Tahap
Analisis
3. Tahap
Rancangan
4. Tahap
Penerapan
5. Tahap
Penggunaan

Sumber : McLeod (2001, p24)

Gambar 2.10 Pola Perputaran dari SLC
Langkah-langkah dari masing-masing tahap (McLeod, 2001, p186-203)
adalah :
1. Tahap Perencanaan
a. Menyadari masalah
b. Mendefinisikan masalah
c. Menentukan tujuan sistem
d. Mengidentifikasi kendala kendala sistem
e. Membuat studi kelayakan
f. Menyiapkan usulan penelitian sistem
g. Menyetujui atau menolak penelitian proyek
h. Menetapkan mekanisme pengendalian
2. Tahap Analisis
a. Mengumumkan penelitian sistem
b. Mengorganisasikan tim proyek
c. Mendefinisikan kebutuhan informasi
84
d. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem
e. Menyiapkan usulan rancangan
f. Menyetujui atau menolak rancangan proyek
3. Tahap Rancangan
a. Menyiapkan rancangan sistem yang terinci
b. Mengidentifikasi berbagai alternatif konfigursi sistem
c. Mengevaluasi berbagai teknik konfigurasi sistem
d. Memilih konfigurasi terbaik
e. Menyiapkan usulan penerapan
f. Menyetujui atau menolak penerapan sistem
4. Tahap Penerapan
a. Merencanakan penerapan
b. Mengumumkan penerapan
c. Membuat sumber daya perangkat lunak
d. Menyiapkan database
e. Menyiapkan fasilitas fisik
f. Mendidik peserta dan pemakai
g. Menyiapkan usulan cutover
h. Menyetujui atau menolak masuk ke sistem baru
i. Masuk ke sistem baru
5. Tahap Penggunaan
a. Menggunakan sistem
b. Audit sistem
c. Memelihara sistem
85
d. Mempersiapkan usulan rekayasa ulang
e. Menyetujui atau menolak rekayasa ulang sistem

2.10 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Berorientasi Objek
2.10.1 Pengertian Objek
Paradigma dari konsep berorientasi objek merupakan strategi
pengembangan yang berdasarkan pada konsep bahwa sistem seharusnya
dibangun dari kumpulan komponen yang reusable (dapat digunakan kembali)
yang dinamakan objek. Objek meliputi pemisahan data dan fungsi yang sama
dengan yang dilakukan dalam konsep terstruktur. Walaupun konsep berorientasi
objek mirip dengan konsep terstruktur, tetapi sebenarnya berbeda.
Objek mempunyai arti kombinasi dari data dan logik yang mewakilkan
entitas dari kenyataan. Objek merepresentasikan sebuah entitas, baik secara fisik,
konsep ataupun secara perangkat lunak. Definisi yang formal dari objek adalah
sebuah konsep, abstraksi atau sesuatu yang diberi batasan jelas dan dimaksudkan
untuk sebuah aplikasi.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p4) objek merupakan suatu entitas dengan
identitas, state (keadaan) dan behavior (kelakuan). Keadaan dari objek adalah
satu dari kondisi yang memungkinkan dimana objek dapat muncul, dan dapat
secara normal berubah berdasarkan waktu. Keadaan dari objek biasanya
diimplementasikan dengan kelompok propertinya (disebut atribut), berisi nilai
dari properti tersebut, ditambah keterhubungan objek yang mungkin dengan
objek lainnya. Kelakuan menentukan bagaimana sebuah objek beraksi dan
bereaksi terhadap permintaan dari objek lainnya. Direpresentasikan dengan
86
kelompok pesan yang direspon oleh objek (operasi yang dilakukan oleh objek).
Kelakuan dari objek mendeskripsikan segala sesuatu yang dapat kita lakukan
terhadap objek tersebut dan segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh objek
untuk kita.
Setiap objek mempunyai identitas yang unik. Identitas yang unik ini
membuat kita dapat membedakan dua objek yang berdeda, walaupun kedua
objek tersebut mempunyai keadaan dan nilai yang sama pada atributnya.

2.10.2 Kaitan Analisis dan Perancangan dengan Orientasi Objek
Untuk merancang suatu aplikasi piranti lunak, pada tahap awal diperlukan
deskripsi dari permasalahan dan spesifikasi aplikasi yang dibutuhkan. Apa saja
persoalan yang ada dan apa yang harus dilakukan sistem.
Penekanan analisis adalah pada proses investigasi atas permasalahan yang
dihadapi tanpa memikirkan definisi solusi terlebih dahulu. Jadi dalam tahap
analisis, dikumpulkan informasi mengenai permasalahan, spesifikasi sistem
berjalan, serta spesifikasi sistem yang diinginkan. Sedangkan penekanan dalam
desain adalah pada logika solusi dan bagaimana memenuhi spesifikasi yang
dibutuhkan serta konstrain atau batasan yang ada.
Inti dari analisis dan perancangan berorientasi objek adalah untuk
menekankan pertimbangan atas domain permasalahan beserta solusinya dari
sudut pandang objek. Tahap analisis berorientasi objek lebih ditekankan untuk
mencari dan mendefinisikan objek atau konsep yang ada dalam domain
permasalahan. Contohnya dalam membangun aplikasi perpustakaan, analisis
bertujuan mendapatkan penjabaran objek seperti buku, petugas perpustakaan,
87
dan sebagainya. Tahap perancangan berorientasi objek, penekanan terletak pada
bagaimana mendefinisikan objek-objek logik dalam aplikasi yang akan
diimplementasikan ke dalam bahasa pemrograman berorientasi objek seperti
C++, Smalltalk, Java, atau Visual Basic (Larman, 1998, p6).

2.10.3 Konsep Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
Tiga buah konsep atau teknik dasar dalam analisis dan perancangan
berorientasi objek yaitu :
o Pembungkusan (Encapsulation)
Encapsulation dalam bahasa pemrograman berorientasi objek secara
sederhana berarti pengelompokkan data dan fungsi (yang disebut sebagai
metode). Secara tradisional, data dan fungsi dalam sebuah program adalah
independen. Seperti dalam pemrograman modular dan abstraksi data,
pemrograman berorientasi objek mengelompokkan data dengan fungsi
yang beroperasi pada data tersebut. Setiap objek kemudian mempunyai
sebuah set data dan set fungsi secara logik.
o Pewarisan (Inheritance)
Dalam object oriented programming kita dapat menciptakan objek baru
yang diturunkan dari objek lain. Objek baru ini sering disebut dengan objek
turunan (derived class) sedangkan objek induknya sering disebut dengan
base class. Sifat yang terkandung pada objek turunan adalah sifat hasil
pewarisan dari sifat-sifat yang terdapat pada objek induk. Jadi kita dapat
membuat objek baru yang memiliki kemampuan lebih dibansing dengan
objek induknya dengan menambahkan sifat baru kedalam objek tersebut.
88
o Polimorfisme (Polymorphism)
Polimorphism adalah kemampuan dari tipe objek yang berbeda untuk
menyediakan atribut dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda.
Polimorphism adalah hasil natural dari fakta bahwa objek dari tipe yang
berbeda (bahkan dari subtipe yang berbeda) dapat menggunakan properti
dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda.

2.11 Unified Modeling Language (UML)
2.11.1 Diagram UML
Menurut Roff (2003, p11-13), UML bisa dibagi dalam dua bagian utama,
yaitu :
1. Structural Diagram
Class diagram dan implementation diagram termasuk dalam bagian ini.
Dengan dua kategori ini, kita bisa menemukan empat tipe spesifik dari
diagram yaitu :
- Class dan object diagram
- Component dan deployment diagram
2. Behavioral Diagram
Behavioral diagram digunakan untuk menunjukkan bagaiman aliran proses
antara komponen, kelas, pengguna dan sistem. Ada lima behavioral
diagram dalam UML, yaitu :
- Use case diagram
- Activity diagram
- Sequence diagram
89
- Collaboration diagram
- Statechart diagram
Terdapat tiga buah diagram inti yang paling sering digunakan untuk
membangun sistem yaitu use case diagram (untuk menggambarkan kebutuhan
pengguna sistem), sequence diagram (untuk menganalisis setiap use case dan
memetakannya ke dalam class), dan class diagram (untuk menentukan struktur
berorientasi objek). Ketiga diagram ini akan dapat meng-cover 80% dari
kebutuhan pemodelan objek ketika membangun aplikasi bisnis dengan teknologi
objek (Ambler, 2002, online).
Menurut Booch (1999, p99-100), jika ingin memodelkan suatu aplikasi
yang sederhana yang akan dijalankan pada sebuah mesin tunggal, maka diagram
yang dapat digunakan adalah use case diagram, class diagram (untuk pemodelan
struktural), dan interaction diagram (untuk pemodelan behavioral). Jika
pemodelan difokuskan juga pada aliran proses, maka dapat menambahkan
statechart diagram dan activity diagram yang dapat menggambarkan tingkah laku
dari sistem. Sedangkan jika sistem itu terdapat client atau server, maka diagram
yang diperlukan untuk menggambarkan sistem adalah use case diagram, activity
diagram, class diagram, interaction diagram, statechart diagram, component
diagram, dan deployment diagram.

2.11.1.1 Class dan Object Diagram
Menurut Mathiassen et al. (2000, p53) class diagram merupakan
deskripsi dari kumpulan obyek yang saling berbagi struktur, pola tingkah
laku dan atribut. Class diagram digunakan untuk merepresentasikan bagian-
90
bagian pokok yang berbeda (kelas), hubungan mereka satu sama lain dan
dalam subsistem mana kelas itu berada. Class diagram termasuk atribut dan
operasi dan juga berbagai tipe tugas/peran dan asosiasi (Roff, 2003, p11).
Atribut adalah nama-nama properti dari sebuah kelas yang menjelaskan
batasan nilainya dari properti yang dimiliki oleh sebuah kelas tersebut.
Atribut dari suatu kelas merepresentasikan properti-properti yang dimiliki
oleh kelas tersebut. Atribut mempunyai tipe yang menjelaskan tipe
instansiasinya.
Operasi adalah implementasi dari layanan yang dapat diminta dari
sebuah objek dari sebuah kelas yang menentukan tingkah lakunya. Sebuah
operasi dapat berupa perintah ataupun permintaan. Sebuah permintaan tidak
boleh mengubah kedudukan dari objek tersebut. Hanya perintah yang dapat
mengubah keadaan dari sebuah objek. Keluaran dari sebuah operasi
tergantung dari nilai keadaan terakhir dari sebuah objek.
Hubungan antar kelas terdiri dari :
Association
Association adalah hubungan antar benda struktural yang terhubung
diantara objek. Kesatuan objek yang terhubung merupakan hubungan
khusus, yang menggambarkan sebuah hubungan struktural diantara
seluruh atau sebagian.
Company Person
-Employer
1
-Employee
*

Gambar 2.11 Association
91
Aggregation
Aggregation atau agregasi adalah hubungan bagian dari atau bagian
keseluruhan. Suatu class atau objek mungkin memiliki atau bisa dibagi
menjadi class atau objek tertentu, dimana class atau objek yang disebut
kemudian merupakan bagian dari class atau objek yang terdahulu.
Agregasi adalah bentuk khusus dari association.
Company Departmen
1 *

Gambar 2.12 Aggregation
Composition
Composition adalah strong aggregation. Pada composition, objek
bagian tidak dapat berdiri sendiri tanpa objek keseluruhan. Jadi
mereka terkait dengan kuat satu dengan yang lainnya.
Company Departmen
1 *

Gambar 2.13 Composition
Generalization
Generalization adalah menggambarkan hubungan khusus dalam objek
anak/child yang menggantikan objek parent / induk . Dalam hal ini,
objek anak memberikan pengaruhnya dalam hal struktur dan tingkah
lakunya kepada objek induk.
92
Vehicle
Bus
Truck
Car

Gambar 2.14 Generalization
Sedangkan object diagram sangat mirip dengan class diagram, kecuali
kebalikan dari kelas, object diagram menunjukkan objek yang merupakan
instance dari kelas. Objek merupakan sesuatu yang unik dan individual,
sedangkan kelas lebih umum. Object diagram menggambarkan sekumpulan
objek-objek dan hubungannya. Object diagram digunakan untuk
menggambarkan struktur data, static snapshots dari instance dari class
diagram. object diagram adalah class diagram yang dilihat dari sudut
pandang objek.

2.11.1.2 Component dan Deployment Diagram
Component diagram menggambarkan organisasi dan dependensi
diantara sekumpulan komponen-komponen. Component diagram digunakan
untuk mengilustrasikan bagaimana komponen dari sistem berinteraksi satu
sama lain.
Transaction
table
Account
ATM-GUI
Interface

Gambar 2.15 Component Diagram
93
Deployment diagram menggambarkan bagaimana komponen akan
bekerja setelah diinstal pada sistem dan bagaimana sistem ini berinteraksi
satu sama lain.
Server:BankServer
:Transactions
table
AccountDB : Account
Interface1
client:ATMKiosk
:ATM-GUI

Gambar 2.16 Deployment Diagram
2.11.1.3 Use Case Diagram
Use case diagram menampilkan sekumpulan use case dan aktor, serta
hubungan diantaranya, dimana dapat menggambarkan fungsionalitas yang
diharapkan dari sebuah sistem. Sebuah use case merepresentasikan sebuah
interaksi antara aktor dengan sistem. Seorang aktor adalah sebuah entitas
manusia atau mesin yang berinteraksi dengan sistem untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan tertentu. Use case diagram dapat sangat membantu bila
kita sedang menyusun kebutuhan sebuah sistem, mengkomunikasikan
rancangan dengan klien, dan merancang test case untuk semua fitur yang ada
pada sistem.

94

Sumber: www.agiledata.org
Gambar 2.17 Contoh Use Case Diagram

Jenis-jenis hubungan dalam use case dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut
ini.
Tabel 2.5 Jenis Hubungan dalam Use Case
Relationship Function Notation
Association Komunikasi path antara sebuah actor dan sebuah use case
yang ikut berperan serta
Extend Merupakan fungsi tambahan dari behaviour ke dalam use
case yang tidak diketahui
<<extend>>
Use case
generalization
Hubungan antara use case umum dengan use case yang
lebih spesifik yang merupakan turunan dan bentuk
tambahan dari use case
Include Merupakan fungsi tambahan dari behaviour tambahan ke
dalam use case yang secara eksplisit menggambarkan
adanya penambahan
<<include>>

Sumber : Booch, Jacobson, Rumbaugh (1999, p65). The Unified Modelling Language Reference Manual.
Addison Wesley Inc.

2.11.1.4 Activity Diagram
Activity diagram digunakan untuk menganalisa behavior dalam use
case yang lebih kompleks dan menunjukkan interaksinya satu sama lain.
Activity diagram mirip dengan statechart diagram sejauh merepresentasikan
aliran data; bagaimanapun, activity diagram digunakan untuk memodelkan
aliran kerja bisnis selama desain use case. Activity diagram biasanya
digunakan untuk merepresentasikan aktivitas bisnis yang kompleks,
95
membantu unutk mengidentifikasi use case atau interaksi antara dan dalam
use case (Roff, 2003, p13).

Sumber: www.agiledata.org
Gambar 2.18 Contoh Activity Diagram

2.11.1.5 Sequence Diagram
Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan
di sekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa
message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atas
dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horisontal (objek-objek yang terkait).
Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau
rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respon dari sebuah event
untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger
aktivitas tersebut, proses dan perubahan yang terjadi secara internal dan
output apa yang dihasilkan.
Masing-masing objek, termasuk aktor, memiliki lifeline vertikal.
Message digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek
lainnya, dimana beberapa message tersebut dapat dipetakan menjadi metode
96
dari class. Activation bar menunjukkan lamanya eksekusi sebuah proses,
biasanya diawali dengan diterimanya sebuah message.
Campaign Manager
:Clients :Campaign :Advert
getName()
listCampaign()
*getCampaignDetails()
listAdverts()
addNewAdvert()
*getAdvertDetails()
Advert()
:newAd:Advert
Object lifeline
Activation
Object Creation

Sumber: Bennett, McRobb, Farmer (2002, P235) Object-Oriented Systems Analysis and Design Using UML

Gambar 2.19 Contoh Sequence Diagram

2.11.1.6 Collaboration Diagram
Collaboration diagram juga menggambarkan interaksi antar objek
seperti sequence diagram, tetapi lebih menekankan pada peran masing-
masing objek dan bukan pada waktu penyampaian message. Setiap message
memiliki sequence number, di mana message dari level tertinggi memiliki
nomor 1. Messages dari level yang sama memiliki prefiks yang sama.

97
2.11.1.7 Statechart Diagram
Statechart diagram menggambarkan transisi dan perubahan keadaan
(dari satu state ke state lainnya) suatu objek pada sistem sebagai akibat dari
rangsangan yang diterima. Pada umumnya statechart diagram
menggambarkan class tertentu (satu class dapat memiliki lebih dari satu
statechart diagram). Diagram ini menekankan pada metode (event) dari
objek. Statechart diagram menampilkan sebuah state machine, yang terdiri
dari state, transition, event, dan activity. Dalam UML, state digambarkan
berbentuk segi empat dengan sudut membulat dan memiliki nama sesuai
kondisinya saat itu. Transisi antar state umumnya memiliki kondisi guard
yang merupakan syarat terjadinya transisi yang bersangkutan, dituliskan
dalam kurung siku. Action yang dilakukan sebagai akibat dari event tertentu
dituliskan dengan diawali garis miring. Titik awal dan akhir digambarkan
berbentuk lingkaran berwarna penuh dan berwarna setengah.


Sumber: www.agiledata.org
Gambar 2.20 Contoh Statechart Diagram

Anda mungkin juga menyukai