Anda di halaman 1dari 5

Sinopsis Cerpen Sungai

Cerpen ini mengisahkan peristiwa yang terjadi pada saat tanah air tercinta ini (Indonesia) dalam
penguasaan penjajah Belanda, pada tahun 1948. Tentara Belanda telah menduduki Yogya,
persetujuan gencatan senjata telah dilanggar, dan Republik tidak merasa terikat lagi oleh perjanjian
yang sudah ada.
Adalah Sersan Kasim, Kepala Regu 3, Peleton 2 dari kompi TNI terakhir yang akan kembali ke daerah
operasinya di Jawa Barat. Bersama para tentara lainnya, mereka berjalan dalam jarak Yogya-
Priyangan. Mereka berjalan kaki, menempuh jarak lebih dari 300 kilometer, turun lembah, naik
gunung, menyeberangi sungai kecil dan besar. Akhirnya mereka tiba kembali di tepian Sungai
Serayu. Angin pegunungan dari seberang lembah, ditambah lagi air hujan yang mengguyur,
membuat mereka menggigil kedinginan. Dengan cermat Sersan Kasim kembali memperbaiki letak
selimut berlapis dua yang menyelimuti Acep, seorang bayi mungil, anaknya. Ibunya meninggal sehari
setelah melahirkannya dalam pengungsian di Yogya. Ya, dalam perjalanan sejauh itu Sersan Kasim
membawa serta anaknya, karena ia tak mau menitipkan pada penduduk yang asing baginya.
Dari mulut ke mulut, ada pesan dari depan, agar para kepala regu kumpul. Sersan Kasim dan kepala
regu lainnya ke depan, Komandan Peleton sudah menanti di depan Regu 1. Mereka menerima
instruksi tentang penyeberangan. Melalui intelligence, terdengar kabar bahwa musuh menjaga
tepian sana dengan kekuatan satu kompi. Karena pengawasan ketat, mereka memutuskan untuk
menyeberangi sungai lebih ke hilir, walaupun kemungkinan ketinggian air sungai mencapai dada.
Setelah para ketua regu menuju ke anak buahnya masing-masing, Sersan Kasim merasa pandangan
komandan mengisyaratkan kalau bayinya dapat membahayakan lebih dari seratus prajurit,
sebagaimana telah terjadi sebelumnya. Tangisan satu bayi yang kemudian menular pada anak kecil
lainnya saat dalam perjalanan, membuat musuh tahu, bahwa sedang ada perjalanan tentara
Republik dan para keluarganya. 16 prajurit dan 10 keluarganya terkena serangan mendadak musuh,
hanya karena diawali tangis seorang bayi. Bagi Sersan Kasim tak ada pilihan lain kecuali tetap
membawa bayinya.
Mereka mulai menyeberangi sungai. Semakin ke tengah semakin dalam, mencapai perut, kemudian
hampir ke dada. Mereka semakin kedinginan, terlebih Sersan Kasim. Bukan saja karena hujan dan
basah oleh air sungai, tapi karena Acep mulai gelisah dan meronta dalam gendongannya. Tangisnya
pun akhirnya memecah kesunyian. Para prajurit berdegup jantungnya, menahan nafas, saling
memandang dan terpaku di tempatnya. Di hulu sungai sebuah peluru kembang api ditembakkan ke
udara. Langit jadi terang benderang. Seluruh kompi memandangnya; bergantung kepadanya. Nasib
seluruh kompi tertimpa pada bahunya.
Tak ada yang tahu pasti, apa yang terjadi dalam beberapa menit kemudian, yang terasa seperti
berjam-jam. Juga Sersan Kasim, tak sadar. Yang ia tahu anaknya menangis, dan setiap saat musuh
dapat menumpasnya dengan menembakkan peluru dan mortir.
Sejurus kemudian suara Acep meredup. Sesaat lagi lenyap sama sekali. Tembakan berhenti dan
pasukan dapat tiba di seberang dengan selamat.
Keesokan harinya, saat fajar merekah para prajurit menunda perjalanannya untuk berbela sungkawa
dalam upacara singkat pemakaman Acep. Komandan Kompi menghampiri Kasim, menggenggam
tangannya. Dalam angannya terbayang pengorbanan Nabi Ibrahim yang siap mengorbnkan
putranya, Ismail.


A. Unsur-unsur Intrinsik :
1. Tema :
Tema cerpen "Sungai" adalah menunjukkan sikap rela berkorban (kasih), tabah dalam menghadapi
masalah (teguh hati), dan tidak mudah menyerah dengan keadaan (optimis). Hal ini sesuai dengan isi
cerita di mana sersan Kasim sebagai tokoh utama berusaha dengan segenap tenaga untuk membawa
Acep (anaknya yang masih bayi) menyeberangi sungai Serayu agar sampai di tepi dengan selamat.
Meskipun perbuatan yang dilakukannya tersebut menimbulkan konflik batin dalam diri sersan
Kasim, tetapi dia tetap tegar menghadapi kenyataan yang ada sampai akhirnya Acep meninggal
dunia.
2. Alur/Plot :
Dalam cerpen "Sungai" tersebut konflik yang ditimbulkan masih dalam bentuk konflik biasa, artinya
konflik tersebut masih dapat diselesaikan atau ditebak oleh pembacanya. Konflik yang ditunjukkan
pada cerpen terdiri dari konflik internal, yaitu konflik batin tokuh utama (Sersan Kasim) dan konflik
eksternal, yaitu konflik antara tokoh utama dengan tokoh utama lainnya (Acep) dan dengan tokoh
bawahan (Aminah dan Komandan peleton). Di sini sebenarnya pembaca dapat menduga apa yang
akan terjadi selanjutnya, namun Nugroho Notosusanto menyajikan konflik ini secara sempurna
dengan bahasa cerpen yang menggunakan kalimat retoris, seperti dalam kalimat, "Dan siapa yang
dapat bertahan terhadap sifat keras kepala wanita yang mengandung?", dan terdapat beberapa
konflik lain yang cukup menegangkan sehingga mendorong pembacanya untuk terus mengikuti jalan
cerita dari cerpen tersebut.
3. Amanat :
Setelah menganalisis karya sastra cerpen "Sungai" karya Nugroho Notosusanto tersebut, maka ada
beberapa nilai-nilai Kristiani yang dapat diambil dan dijadikan sebagai pelajaran yang berharga bagi
setiap pribadi yang takut akan Tuhan, dengan meneladani tokoh utama. Tokoh utama cerpen, Sersan
Kasim, memiliki semangat rela berkorban demi kepentingan orang lain dan membantu orang lain
tersebut dengan setulus hati. Selain itu, Sersan Kasim adalah seorang pribadi yang tabah dan tidak
mudah menyerah dengan keadaan, menghadapi setiap masalah yang terjadi dengan pengharapan
penuh bahwa setiap masalah pasti dapat diselesaikan dengan baik, asalkan mempercayakan seluruh
hidup kita kepada. Seperti halnya Yosua yang selalu mempercayakan hidupnnya kepada Tuhan dan
melihat segala sesuatu memakai kaca mata rohani serta selalu bersikap optimis terhadap segala
sesuatu yang akan terjadi di kemudian hari.
Oleh sebab itu sebagai orang percaya di dalam Kristus, apapun yang terjadi dalam hidup ini, baik
masalah, pergumulan maupun masa depan kita serahkan semua ke dalam tangan Tuhan dan
melakukan apa yang menjadi bagian kita, seperti motto hidup saya, "Terus berusaha selagi ada
kesempatan, jangan menyerah selagi ada harapan, dan terus berdoa selagi Ia mau mendengarkan".
4. Latar :
1) Setting Tempat
1 Sungai : Dari judulnya, cerpen tersebut menggambarkan bahwa kisaran tempat adalah di sungai,
tepatnya Sungai Serayu, di kaki pegunungan daerah Banjarnegara. Cerpen ini diawali dengan istilah
menyeberangi sungai, dan pada klimaks cerita, peristiwa itu terjadi di sungai, dalam perjalanan
Yogya-Priangan.
2 Jawa Barat : Jawa Barat adalah daerah operasi tempat Sersan Kasim bertugas. Daerah yang
ditinggalkannya karena Sersan Kasim beserta beberapa kompi prajurit harus meninggalkannya untuk
hijrah ke Yogya, kota yang diduduki Belanda seiring dengan pelanggaran persetujuan gencatan
senjata.
3 Yogya : Yogya adalah tempat tujuan hijrah TNI, dan tempat Acep, anak Sersan Kasim dilahirkan,
sekaligus tempat istri Sersan Kasim meninggal sehari setelah Acep dilahirkan dengan sisa tenaganya.
4 Di pinggir desa : Tempat Acep dimakamkan, saksi bisu pengorbanan Sersan Kasim.
2) Setting Waktu
1 Jam satu malam : Malam yang gulita dan hujan di mana pada saat itu para prajurit melakukan
perjalanan menuju ke Priangan, Jawa Barat. Perjalanan dilakukan dengan jalan kaki, dan dilakukan
malam agar tidak diketahui oleh musuh.
2 Sepuluh bulan yang lalu : Tepatnya pada bulan Februari 1948, ketika Sersan Kasim dan kompi
lainnya sera para keluarganya juga menyeberangi sungai yang sama. Pada saat itu istri Sersan Kasim
memaksa untuk menyertai suaminya, walau dalam kondisi hamil.


3 Pada waktu fajar merekah : Saat para prajurit menunda perjalanan untuk menyertai pemakaman
Acep.
4 Matahari telah naik : Hari mulai siang, kompi segera melanjutkan perjalanan yang masih panjang.
Dalam cerpen dituliskan, matahari telah naik, menghalau kabut kemana-mana, memanasi bumi
yang lembab oleh hujan semalam. Penulis menafsirkan bahwa keputusan terberat yang diambil
Sersan Kasim dan menyelamatkan banyak nyawa menjadi sebuah pengorbanan yang mulia,
sebagaimana Nabi Ibrahim, yang siap mengorbankan anak tercintanya untuk memenuhi ujian akan
kecintaannya kepada Alloh SWT. Kini para prajurit itu telah selamat, dan ada harapan baru dengan
semangat yang baru, dengan tetap melanjutkan perjuangan.
3) Setting Peristiwa : Cerpen Sungai mengisahkan peristiwa pada masa perang. Meskipun
sudah tiga tahun Indonesia merdeka, namun Belanda masih bercokol di Indonesia dan masih ingin
menguasai kembali.
5. Penokohan (antagonis, protagonist, tritagonis) :
Tokoh yang diperankan dalam cerita ini menampilkan tiga macam penokohan, yaitu protagonis
(Sersan Kasim, Acep), antagonis (Aminah, Komandan/ Pak Letnan), dan tokoh tritagonis (anggota
peleton 1, 2, 3, Pak Lurah dan penduduk desa). Pada penokohan (karakter) ini pengarang
menyatakan beberapa karakter tokoh dengan jelas dalam teks cerpen seperti Sersan Kasim, Aminah
dan Komandan peleton. Berikut ini akan diuraikan dengan detail karakter tokoh, baik tokoh atas
(tokoh utama) maupun tokoh bawahan (tokoh pelengkap cerita) :
Sersan Kasim : sensitif (perasa/ mudah terharu), sabar, suka mengalah, bertanggung jawab, loyalitas
tinggi, rela berkorban dan tidak mudah menyerah (optimis), mudah berempati kepada orang lain,
tegar menghadapi ujian/ masalah yang terjadi atas dirinya.
Aminah : keras kepala, setia kepada suami.
Acep : manja.
Komandan peleton : bijaksana, menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis/ dapat
memahami perasaan orang lain (simpatik).
Pak Lurah dan penduduk desa : simpatik, ramah.
6. Sudut Pandang :
Untuk menentukan sudut pandang dalam cerpen agak sulit, karena hal ini berkaitan dengan baik
jeleknya karya sastra yang dihasilkan dan merupakan versi pengarang. Sehingga banyak yang
mengatakan bahwa sudut pandang itu sama dengan gaya si pengarang. Dalam cerpen "Sungai" ini
menggunakan sudut pandang yang bertipe pengarang, artinya pengarang sangat berkuasa dalam
menentukan cerita yang seharusnya muncul atau pemunculan tokoh secara tiba-tiba. Hal tersebut
dapat dibaca pada kalimat "Di hulu sungai sebuah peluru kembang api ditembakkan ke udara.
Malam jadi terang benderang. Seluruh kompi menahan nafas". Kalimat ini dengan jelas
menunjukkan bahwa pengarang berkuasa menentukan cerita dan memunculkan peristiwa secara
tiba-tiba tanpa diketahui siapa yang melakukan tindakan (yang menembakkan peluru kembang api)
tersebut.
7. Gaya Bahasa/Majas :
Gaya (style) merupakan cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan
media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat
menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.Unsur-unsurnya antara lain terletak pada pilihan
kata, penataan kata dalam kalimat, dan nuansa makna serta suasana penuturan yang
ditampilkannya.
Cerpen Sungai banyak menampilkan kata-kata istimewa yang bersifat asosiatif-reflektif.
Penataan kata dalam kalimatnya juga istimewa, serta nampak nuansa makna penuturan yang
ditampilkannya pun berbeda. Ada beberapa pilihan kata dalam penataan yang istimewa, yang
disuguhkan penulis untuk memperindah bahasanya, misalnya keharuan mendenyutkan jantungnya;
cuaca gulita dan murung, hujan turun selembut embun, namun cukup membasahkan; rambutnya
lebat seperti hutan di Priangan; rasa sayang membual keluar dan menyesakkan kerongkongan
Kasim; fajar merekah; merobek-robek kesunyian malam dari tebing ke tebing; suaranya tajam
menyayat hati; serta pada kalimat Matahari telah naik, menghalau kabut kemana-mana, memanasi
bumi yang lembab oleh hujan semalam.
Selain pilihan kata dalam penataan yang istimewa, terdapat variasi panjang pendek kalimatnya.
Misalnya ada kalimat yang hanya terdiri atas dua kata, seperti pada kalimatAcep menangis. Terdapat
juga kalimat yang hanya terdiri atas komplemen, sepertiMelolong-lolong. Serta terdapat kalimat
yang panjang, misalnya pada paragraf di bawah ini.
Sunyi turun kembali ke bumi, berat menekan di dada sekian puluh lelaki yang jantungnya berdegup
seperti bedug ditabuh bertalu-talu. Kembang api di langit mulai mati,, dan kelam mulai menyelimuti
kembali suasana di lembah sungai itu. Kini tang terdengar hanya derau air yang tak putus-putusnya
ditingkah oleh kwek-kwek-kwek katak di tepian.
Dengan kata lain, beberapa paragraf banyak mengandung unsur-unsur gaya bahasa atau figurative
language seperti repetisi, metonimi, dan hiperbola.







B. Unsur-unsur Ekstrinsik :
1. Latar Belakang Pengarang :
Pengarang cerita tersebut merupakan seorang yang berkarir di bidang militer dan pendidikan. Selain
itu juga, dia juga terkenal sebagai sastrawan. Cerita ini juga didasarkan tentang perjuangan seorang
tentara yang rela berkorban dan tidak pernah mengeluh meskipun dalam rintangan yang sulit, dan
juga ceritanya tidak jauh berbeda dari kenyataan yang ada dalam kehidupan.
2. Kondisi Masyarakat pada saat Karya Sastra diciptakan :
Sebagian masyarakat masih ada yang memiliki keadaan sama seperti yang diceritakan pada cerpen
tersebut. Maka, cerpen ini mengangkat cerita tentang gambaran kehidupan yang mereka alami.

Nilai-nilai Cerpen Sungai karya Nugroho Notosusanto
Kasih sayang :
Sebagaimana dalam cerpen tersebut, yang ditokohkan oleh Sersan Kasim. Kasing sayang pada
istrinya tergambar bagaimana akhirnya ia mengijinkan istrinya yang memaksa ikut, walau sedang
hamil. Juga kepada anaknya. Ia ingin selalu merawatnya, mendampinginya, memberi kehangatan
kasih sayang padanya.


Tanggung jawab dan amanah :
Sebagai pemimpin, ia harus menjaga keselamatan anak buahnya. Meski dalam kondisi tersulit ia
dituntut untuk selalu mengambil keputusan yang tepat dan bijak. Ia tetap bisa memimpin walau
dengan menggendong bayinya.
Pengorbanan :
Dalam menjalankan amanahnya, apapun akan dilakukan. Untuk menjaga keselamatan anak
buahnya, ia berusaha mendiamkan bayinya yang menangis, agar pernyeberangan mereka tidak
diketahui musuh. Ia lakukan hal yang terberat dalam hidupnya, ketika anak satu-satunya, warisan
dari istri tercinta, pelipur laranya, akhirnya dikorbankan sebagai tanggung jawabnya sebagai
pimpinan. Tidak dijelaskan dengan pasti, apa yang dilakukan Sersan Kasim untuk mendiamkan
bayinya. Yang jelas Komandan Peleton teringat akan Nabi Ibrahim yang siap mengorbankan buah
hatinya, Ismail untuk sesuatu yang mulia, sebagai bukti kecintaannya pada Alloh SWT.

Anda mungkin juga menyukai