Anda di halaman 1dari 3

Abdurrahman Hubungan Konseptual Bencana dan Perpindahan Penduduk | Page 1 of 3

B BB Be ee en nn nc cc ca aa an nn na aa a d dd da aa an nn n P PP Pe ee er rr rp pp pi ii in nn nd dd da aa ah hh ha aa an nn n P PP Pe ee en nn nd dd du uu ud dd du uu uk kk k
Oleh: Abdurrahman Oleh: Abdurrahman Oleh: Abdurrahman Oleh: Abdurrahman


Sepanjang Desember 2013 hingga Januari 2014, negeri ini dirundung duka. Berbagai media
memberitakan bencana yang melanda, dari erupsi gunung Sinabung di tanah Karo, Sumatera Utara
hingga banjir di Jakarta, Manado, dan bencana lainnya di beberapa daerah di Indonesia, tidak
terkecuali di Kalimantan Selatan. Banjir terjadi di kabupaten Hulu Sungai Tengah pada hari kamis, 9
Januari 2014 dan mengakibatkan delapan titik longsor (antarakalsel, 2014). Berita terkini awal
Februari 2014 lalu, bencana tanah longsor terjadi di Jombang.
Bencana terjadi karena perubahan keseimbangan alam. Keseimbangan alam yang dimaksud
adalah perubahan iklim. Pemicunya banyak faktor. Namun yang pasti adalah berpangkal dari
aktifitas manusia. Dinamika penduduk dan lingkungan saling berkaitan. Manusia memang tidak serta
merta merubah iklim secara langsung, namun melalui proximate determinant seperti aktifitas
ekonomi-lah yang menyebabkan iklim terganggu.
Pasca erupsi, penduduk di sekitar gunung Sinabung direncanakan oleh pemerintah untuk
direlokasi ke tempat yang lebih aman. Kebijakan ini mengingatkan kita pada relokasi penduduk
lereng merapi ke daerah lain, setelah merapi meletus. Di Jakarta pun, telah dilakukan relokasi
penduduk yang tinggal di waduk Pluit dan Rio-Rio ke rumah susun-rumah susun, dalam rangka
menormalisasi waduk agar dapat menampung terjangan banjir.
Dalam ilmu demografi, relokasi termasuk dalam rekayasa sosial migrasi, yaitu kebijakan
memindahkan penduduk. Rekayasa migrasi ini sifatnya involuntair (diarahkan atau terpaksa). Pada
kasus lain, perpindahan penduduk karena sebab perubahan iklim dapat pula bersifat voluntair atau
penduduk secara sukarela melakukan migrasi.
Tulisan ini bertujuan menguraikan model hubungan konseptual perubahan iklim dan pola
migrasi penduduk dalam kacamata demografi.

Perubahan Demografi Perubahan Demografi Perubahan Demografi Perubahan Demografi dan dan dan dan Perubahan Iklim Perubahan Iklim Perubahan Iklim Perubahan Iklim
Terdapat hubungan yang kompleks antara perubahan dalam variabel demografi dan migrasi
dengan perubahan lingkungan di mana penduduk bertempat tinggal. Penjelasan mengenai teori ini
menganalogikan sebuah equilibrium dengan komponen variabel perubahan demografi, perubahan
iklim dan migrasi yang saling berhubungan (Hugo, 2011).
Hubungan tersebut digambarkan pada ilustrasi berikut:


Gambar 1. Ilustrasi hubungan perubahan
demografi, perubahan iklim dan
migrasi
Sumber : Hugo, 2011

Menelusuri hubungan dari perubahan iklim terhadap migrasi adalah dengan pengamatan pada
kasus contoh yang melibatkan berbagai disiplin ilmu. Penggunaan model konseptual sangat


Abdurrahman Hubungan Konseptual Bencana dan Perpindahan Penduduk | Page 2 of 3
dianjurkan sebagai metode yang terbaik untuk melihat hubungan perubahan iklim terhadap migrasi.
Model konseptual menggambarkan keseluruhan proses-proses yang relevan dan terlibat terhadap
hubungannya dengan perubahan iklim dan migrasi, dengan pendekatan common sense dan studi
kasus. Model ini adalah sebuah tools untuk menjembatani lintas disiplin ilmu dengan membuat
formula pertanyaan, memberi batasan pada sistem dan mengidentifikasi gap data yang ada
(Heemskerk, et al, 2003 dalam Sabine, et al, 2008).
Rainer Munz (2011), seorang ahli demografi dari Austria pada diskusi di Pusat Kependudukan
dan Kebijakan UGM menjelaskan tentang global migration pattern. Terjadinya migrasi (perpindahan)
penduduk dari sebuah tempat/negara ke tempat lain dari waktu ke waktu terus mengalami
perubahan. Pola perubahan migrasi ternyata tidak hanya terbatas pada faktor demografi saja, namun
cukup kompleks mulai dari ekonomi, politik, konflik hingga perubahan iklim (climate change).
Hasil studi Bank Pembangunan Asia (2012), mencatat pada tahun 2010 lalu adalah tahun
dengan bencana alam besar. Sekitar 31,8 juta orang di kawasan Asia Pasifik harus mengungsi,
termasuk lebih dari 10 juta orang warga Pakistan yang menjadi korban banjir. Tahun 2011, angin
topan yang mengamuk di selatan Filipina, memaksa lebih dari 300.000 orang meninggalkan rumah
tempat tinggal mereka. Diperkirakan enam dari sepuluh negara di dunia yang paling terancam
dengan perubahan iklim berada di kawasan Asia Pasifik. Negara Bangladesh berada di puncak daftar
tersebut, diikuti oleh India, Nepal, Filipina, Afganistan dan Myanmar.
Wakil ketua Bank Pembangunan Asia, Bindu Lohani (2012) mengatakan, sulit untuk
memprediksi angka migrasi karena perubahan iklim, karena keputusan bermigrasi bergantung pada
faktor pengganggu degradasi lingkungan. Namun yang pasti jumlah warga yang bermigrasi karena
perubahan iklim akan bertambah karena perubahan lingkungan, baik secara tiba-tiba maupun secara
lambat. Walaupun gerakan ini tetap sulit untuk diprediksi, perubahan iklim akan menjadi faktor
utama migrasi di abad ke 21.
Sabine, et al (2008) membuat sebuah model konseptual untuk menjelaskan hubungan
perubahan iklim dan migrasi. Dalam hal ini, contoh kasus yang digunakan adalah banjir dan tanah
longsor. Perhatikan gambar 2 berikut.


Gambar 2. Model Konseptual Hubungan Perubahan Iklim terhadap Migrasi
Sumber : Sabine L. Perch-Nielsen & Michle B. Bttig & Dieter Imboden, 2008




Abdurrahman Hubungan Konseptual Bencana dan Perpindahan Penduduk | Page 3 of 3
Untuk menjelaskan ilustrasi pada gambar, perhatikan arah hubungan yang diberi nomor.
1. Curah hujan tinggi Banjir
Penyebab utama banjir adalah turunnya air hujan yang berlebihan terlebih pada tempat-tempat
yang mempunyai daerah resapan air yang sedikit. Berkurangnnya daerah resapan air bisa
diakibatkan oleh dinamika kependudukan seperti pembukaan lahan untuk pemukiman,
penebangan atau penggundulan hutan untuk pertanian.
2. Banjir merusak perumahan, infrastruktur, pertanian dan peternakan
Rumah-rumah penduduk dan infrastruktur dapat dihancurkan oleh arus air banjir yang kuat,
yang membawa tanah yang longsor dan erosi dari tepi-tepi sungai. Di daerah perkotaan
kerusakan fisik terlihat sangat jelas dan menjadi kerugian yang besar. Sementara di daerah
perdesaan terlihat pada tanaman, peternakan dan infrastruktur pertanian yang dirusak oleh
banjir.
3. Air yang tergenang dan limbah menyebar penyakit
Disamping efek langsung terhadap kesehatan manusia melalui korban terluka, banjir juga
menyebabkan sejumlah potensi penyakit pada kebanyakan korban banjir. Air bersih
terkontaminasi dengan limbah yang menyebar dan menyebabkan timbulnya penyakit kolera,
disentri, malaria dan demam kuning.
4. Korban terluka, penyakit, dan kehilangan tanaman dan peternakan memperkecil kesempatan
bekerja dan mengurangi pendapatan.
Korban terluka dan penyakit yang dialami oleh korban banjir menyebabkan ia tidak dapat
bekerja dengan segera sehingga pendapatan berkurang atau bahkan hilang selama ia tidak
bekerja.

Akhir dari proses perubahan iklim dan berakibat pada pengurangan ketersediaan pangan,
pengurangan pendapatan, dan timbulnya penyakit, membuat sebuah tekanan bagi masyarakat yang
mengalami perubahan iklim banjir tersebut, apakah bertahan untuk tinggal di tempat tersebut
dengan berbagai resiko yang ada atau melakukan migrasi. Jika mereka terus tetap bertahan, dalam
jangka yang lama sesungguhnya mereka telah melakukan adaptasi. Sebaliknya mereka akan
melakukan migrasi jika mereka tidak mampu lagi mendapat tekanan perubahan iklim. (=man=)





Daftar Pustaka Daftar Pustaka Daftar Pustaka Daftar Pustaka
Hugo, Groeme. 2011. Future Demographic Change and Its Interactions with Migration and Climate
Change. Adelaide, Australia: The University of Adelaide.
Sabine L. Perch-Nielsen & Michle B. Bttig & Dieter Imboden, 2008. Exploring The Link Between
Climate Change and Migration. Zurich, switzerland: institute of Biogeochemistry and Pollutant
Dynamics.
http://www.antarakalsel.com/berita/15394/banjir-dan-longsor-kembali-landa-hst

Anda mungkin juga menyukai