Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RISIKO DENGAN

TIPE HISTOPATOLOGIK PADA KARSINOMA NASOFARING


ASSOCIATION BETWEEN RISK FACTOR WITH HISTOPATHOLOGIC TYPE IN
NASOPHARYNGEAL CARCINOMA
ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH
Disusun untuk memenuhi sebaian !e"s#a"atan
una men$a!ai %e"a&at sa"&ana st"ata'( ke%)kte"an umum
YULIN ARDITA*ATI
G+A ,,- (.+
PROGRAM PENDIDIKAN SAR/ANA KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNI0ERSITAS DIPONEGORO
TAHUN +,((
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RISIKO DENGAN TIPE
HISTOPATOLOGIK PADA KARSINOMA NASOFARING
Yu1in A"%ita2ati
(
3 A2a1 P"aset#)
+
ABSTRAK
Lata" Be1akan : Kombinasi faktor risiko genetik, lingkungan, dan infeksi EBV
bertanggung jawab terhadap terjadinya KNF. indakan pre!entif untuk KNF
sampai saat ini masih merupakan permasalahan yang sulit dipe"ahkan. #enelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara faktor risiko
dengan tipe histopatologik KNF sehingga tindakan pre!entif dapat diaplikasikan.
Met)%e : $esain penelitian ini adalah kasus kontrol tanpa matching,
menggunakan pasien KNF yang didiagnosis tahun %&&'(%&)) di *+,# dr. Kariadi
+emarang sebagai sampel penelitian. +eratus dua puluh delapan pasien KNF yang
memenuhi kriteria inklusi dilakukan indepth inte!ie" dengan perangkat
kuesioner selama bulan -anuari(.pril %&)). $ata dideskripsikan dalam bentuk
tabel dan gambar. $ilakukan uji Chi #$%ae, rasio &dd# dengan SPSS '& Wind&"#.
Hasi1 : ,ji Chi #$%ae dengan /0&,&1, 23 415, dan p&"e 6&5 antara faktor
risiko genetik dengan tipe histopatologik KNF p0),&& 7*0),&& 23 4150&,88&(
8,&81, antara faktor risiko lingkungan internal dengan tipe histopatologik KNF
p0&,)) 7*0),6' 23 4150&,618(9,)&9, antara konsumsi ikan asap:daging asap
dengan tipe histopatologik KNF p0&,&% 7*0&,8; 23 4150&.)94(&,6;4, antara
konsumsi makanan kaleng dengan tipe histopatologik KNF p0&,&) 7*0&,9& 23
4150&,)4&(&,61%, antara faktor risiko lingkungan eksternal dengan tipe
histopatologik KNF p0&,86 7*0),;6 23 4150&,1%&(1,9;%, antara paparan asap
rokok dengan tipe histopatologik KNF p0&,&&6 7*0)&,8& 23 4150),%;;(68,4;6,
dan antara total skor faktor risiko dengan tipe histopatologik KNF p0),&&
7*0),&& 23 4150&,94%(%,&89.
Sim!u1an : idak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor risiko genetik,
faktor risiko lingkungan internal, faktor risiko lingkungan eksternal, dan
gabungan dari ketiganya dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring.
erdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi ikan asap:daging asap dengan
tipe histopatologik karsinoma nasofaring dan antara konsumsi makanan kaleng
dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring. $emikian pula didapatkan
hubungan yang bermakna antara paparan asap rokok dengan tipe histopatologik
karsinoma nasofaring.
Kata Kun$i : karsinoma nasofaring, faktor risiko, tipe histopatologik
)
<ahasiswa program pendidikan +() kedokteran umum FK ,ndip
%
+taf #engajar Bagian #. FK ,ndip, -l. $r. +utomo No. )6 +emarang
ASSOCIATION BETWEEN RISK FACTOR WITH HISTOPATHOLOGIC
TYPE IN NASOPHARYNGEAL CARCINOMA
ABSTRACT
Background ( The c&m)inati&n &' genetic* en!i&nment* and EB+ in'ecti&n i#,
'act&# ae e#p&n#i)-e in ca%#ing NPC. Pe!enti!e acti&n in dea-ing "ith NPC
emain# an %n#&-!ed p&)-em %nti- n&". The p%p&#e &' thi# e#each i# t&
di#c&!e the a##&ciati&n )et"een i#, 'act&# and NPC hi#t&path&-&gic t/pe #&
that pe!enti!e acti&n can )e app-ied.
Metod! ( The de#ign &' thi# e#each "a# a ca#e c&nt&- #t%d/ "ith&%t matching*
in!&-!ing NPC patient# "h& ae dign&#ed in Kaiadi H&#pita- Semaang d%ing
011230144 a# #amp-e. One h%nded t"ent/ eight NPC patient# that meet the
inc-%#i&n citeia "ee gi!en indepth inte!ie" "ith $%e#ti&ne d%ing 5an%a/
01443Api- 0144. The data# ae de#ci)ed in ta)-e# and pict%e# '&m. Chi
#$%ae* &dd# ati& ae te#ted %#ing SPSS '& Wind&"#.
Re!u"t ( Chi #$%ae te#t )et"een !aia)-e %#ing 671*18* CI 98:* and p&"e ;1:
)et"een genetic i#, 'act& and NPC hi#t&path&-&gic t/pe p74*11 OR74*11 CI
98:71*<<13<*1<8* )et"een intena- en!i&nment i#, 'act& and NPC
hi#t&path&-&gic t/pe p71*44 OR74*;2 CI 98:71*;8<3=*41=* )et"een #m&,ed
'i#h>meat c&n#%mpti&n and NPC hi#t&path&-&gic t/pe p71*10 OR71*<? CI
98:71.4=931*;?9* )et"een can '&&d c&n#%mpti&n and NPC hi#t&path&-&gic t/pe
p 71*14 OR71*=1 CI 98:71*491 @ 1*;80* )et"een eAtena- en!i&nment i#,
'act& and NPC hi#t&path&-&gic t/pe p71*<; OR74*?; CI 98:71*80138*=?0*
)et"een cigaette #m&,e eAp-anati&n and NPC hi#t&path&-&gic t/pe p71*11;
OR741*<1 CI 98:74*0??3;<*9?;* and )et"een the t&ta- #c&e &' the i#, 'act&#
and NPC hi#t&path&-&gic t/pe p74*11 OR74*11 CI 98:71*=9030*1<=.
Conc"u!#on ( Thee i# n& #igni'icant a##&ciati&n )et"een genetic i#, 'act&*
intena- en!i&nment i#, 'act&* eAtena- en!i&nment i#, 'act&* and the
c&m)inati&n &' th&#e thee i#, 'act&# and NPC hi#t&path&-&gic t/pe. Thee i# a
#igni'icant a##&ciati&n )et"een #m&,ed 'i#h>meat c&n#%mpti&n and NPC
hi#t&path&-&g%c t/pe* and )et"een can '&&d c&n#%mpti&n and NPC
hi#t&path&-&gic t/pe. A-#&* thee i# a #igni'icant a##&ciati&n )et"een cigaette
#m&,e eAp-anati&n and NPC hi#t&path&-&gic t/pe.
Ke$%ord! & na#&pha/ngea- cacin&ma* i#, 'act&#* hi#t&path&-&gic t/pe
PENDAHULUAN
Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan
dan kematian pada manusia.
)
Karsinoma nasofaring =KNF> adalah salah satu
kanker kepala leher yang bersifat sangat in!asif dan sangat mudah bermetastasis
=menyebar> dibanding kanker kepala leher yang lain.
%,8
KNF merupakan satu dari
lima kanker tersering di 2ina dan ?ong Kong.
9

@?7 menggolongkan KNF menjadi tiga kriteria berdasarkan diferensiasi
sel, yaitu @?7 tipe ) =karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi>, tipe % =karsinoma
tidak berkeratinisasi>, dan tipe 8 =karsinoma berdiferensiasi buruk atau tidak
berdiferensiasi>. +e"ara umum, KNF @?7 tipe 8 menempati prosentase tertinggi
dibanding dua tipe lainnya. +tudi terdahulu menyebutkan bahwa KNF adalah
kanker terbanyak di kepala dan leher berdasarkan diagnosis histopatologi di
*+,# $r. Kariadi tahun %&&%A%&&;, dimana karsinoma epidermoid nasofaring
@?7 8 paling sering ditemukan.
1
indakan pre!entif untuk KNF sampai saat ini masih merupakan suatu
permasalahan yang sulit dipe"ahkan, hal ini karena etiologi yang masih belum
pasti, gejala dini yang tidak khas, serta letak nasofaring yang tersembunyi,
sehingga diagnosis sering terlambat dimana umumnya penderita KNF datang ke
rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut.
;
Kombinasi faktor risiko genetik,
lingkungan, dan infeksi EBV disimpulkan bertanggung jawab terhadap terjadinya
KNF sedangkan pada tahun %&&4 didapatkan penelitian yang membuktikan
bahwa KNF @?7 8, )&&5 berkaitan dengan infeksi EBV.
'
#enelitian mengenai
hubungan faktor risiko dengan tipe histopatologik masih sangat sedikit dilakukan
di 3ndonesia.
Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang hendak dikaji adalah :
B.pakah apakah terdapat hubungan antara faktor risiko dengan tipe histopatologik
pada karsinoma nasofaring CD
ujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui untuk mengetahui
adanya hubungan antara faktor risiko genetik, faktor risiko lingkungan internal
dan faktor risiko lingkungan eksternal dengan tipe histopatologik pada karsinoma
nasofaring.
?asil penelitian ini diharapkan dapat menambah:memperkaya
penelitian:pengetahuan di bidang epidemiologi ? komunitas dan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat dan pemerintah mengenai pentingnya
deteksi dini karsinoma nasofaring yang berhubungan dengan upaya pen"egahan
lewat sosialisasi faktor risiko serta manifestasi klinik karsinoma nasofaring. +elain
itu juga dapat memberikan informasi dan menjadi bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya.
+udah ada penelitian(penelitian sebelumnya. #enelitian ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya dalam hal waktu dan tempat penelitian, yaitu -anuari(.pril
%&)) di 3nstalasi *ekam <edik *+,# dr. Kariadi +emarang dan FK ,N$3#
dengan subyek penelitian berupa rekam medik penderita karsinoma nasofaring di
*+,# dr. Kariadi +emarang tahun %&&'(%&)).
METODE
#enelitian ini adalah penelitian obser!asional analitik dengan desain kasus(
kontrol tanpa matching. #enelitian dilakukan pada bulan <aret(-uni %&)) di mana
pengumpulan data primer dilakukan dengan "ara indepth inte!ie" dengan
mendatangi penderita dan keluarga dekat serumah sedangkan pengumpulan data
sekunder, yaitu rekam medis dilakukan di pusat rekam data *+,# dr. Kariadi
+emarang. #engambilan sampel dilakukan se"ara n&n @and&m dengan metode
c&n#ec%ti!e* yaitu men"ari data rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi
sampai jumlah sampel minimal terpenuhi dengan besar sampel '9 orang untuk
masing(masing kelompok dengan kriteria inklusi =hasil diagnosis histopatologik
dengan penge"atan ?EE adalah karsinoma epidermoid nasofaring tipe @?7 ),
@?7 % atau @?7 8, data rekam medik yang lengkap, meliputiF nama, alamat,
jenis kelamin, dan usia pemilik sampel> dan kriteria eksklusi =data rekam medik
yang menyatakan bahwa pasien meninggal dunia dan keluarga dekat tidak ada
yang bisa atau tidak bersedia dilakukan indepth inte!ie", data rekam medik
dengan penulisan yang tidak lengkap dan atau tidak jelas sehingga kurang
dipahami maknanya, pasien menolak untuk dilakukan indepth inte!ie"* dan
pindah tempat tinggal ke tempat yang tidak dapat dijangkau oleh penulis>.
#engambilan data primer dilakukan dengan "ara indepth inte!ie"
menggunakan perangkat kuesioner dengan mendatangi penderita dan keluarga
dekat serumah sedangkan pengambilan data sekunder dengan men"atat data
rekam medis di instalasi rekam medik *+,# dr. Kariadi +emarang.
$ata yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan program +#++ '&
Wind&"#. .nalisis sampel dan analisis deskriptif disajikan dalam tabel dan
gambar.. ,ji hubungan antar !ariabelnya dilakukan se"ara bi!ariat menggunakan
chi #$%ae BA
0
C. ?asil dianggap signifikan apabila derajat kemaknaan pG&,&1.
,ntuk melihat kekuatan hubungan digunakan pengukuran rasio &dd#.
HASIL PENELITIAN
-umlah sampel yang diteliti sebanyak ;9 responden untuk masing(masing
kelompok. -umlah sampel tersebut masih belum memenuhi rumus besar sampel
yang telah dihitung karena keterbatasan waktu penelitian dan tempat tinggal
responden yang berada di luar kota sehingga kurang terjangkau bagi penulis.
?asil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik usia responden dengan
frekuensi tertinggi adalah usia 9&(94 tahun, yaitu sebanyak 9% orang (8%,6&5).
$ata tersebut dapat ditunjukkan pada gambar ).
Hambar ). Karakteristik +ampel Berdasarkan ,sia
Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin didapatkabahwa jumlah
responden laki(laki lebih besar dibandingkan responden perempuan dengan
perbandingan %:) sedangkan karakteristik sampel berdasarkan demografi wilayah
tempat tinggal responden terbanyak berada di daerah dataran rendah, yaitu
sebanyak ;' orang (1%,5). $ata tersebut dapat ditunjukkan pada gambar % dan 8.
Hambar %. Karakteristik +ampel Berdasarkan -enis Kelamin
Hambar 8. Karakteristik +ampel Berdasarkan $emografi @ilayah
Kebanyakan indi!idu yang memiliki faktor risiko genetik, faktor lingkungan
internal, dan faktor lingkungan eksternal baik rendah, sedang maupun tinggi akan
bermanifestasi menjadi kanker setelah usia I9& tahun. ?asil penelitian ini dapat
ditunjukkan seperti pada tabel ), tabel %, dan tabel 8.
abel )4 $istribusi Frekuensi ,sia *esponden Berdasarkan Faktor *isiko Henetik
Faktor
*isiko
Heneti
k
*entang ,sia
G%&
tahun
%&(%4
tahun
8&(84
tahun
9&(94
tahun
1&(14
tahun
;&(;4
tahun
'&('4
tahun
6&
tahun
otal
*endah 9 ' )9 89 8' )) 1 % ))9
+edang & & & 8 8 % ) & 4
inggi & & & 1 & & & & 1
otal 9 ' )9 9% 9& )8 ; % )%6
abel %. $istribusi Frekuensi ,sia *esponden Berdasarkan Faktor *isiko
Jingkungan 3nternal
Faktor
*isiko
Jingku
ngan
3nterna
l
*entang ,sia
G%&
tahun
%&(%4
tahun
8&(84
tahun
9&(94
tahun
1&(14
tahun
;&(;4
tahun
'&('4
tahun
6&
tahun
otal
*endah 8 8 9 )8 6 8 ) ) 8;
+edang ) 9 )& %4 8% )& 1 & 4)
inggi & & & & & & & ) )
otal 9 ' )9 9% 9& )8 ; % )%6
abel 8. $istribusi Frekuensi ,sia *esponden Berdasarkan Faktor *isiko
Jingkungan Eksternal
Faktor
*isiko
Jingku
ngan
Ekster
nal
*entang ,sia
G%&
tahun
%&(%4
tahun
8&(84
tahun
9&(94
tahun
1&(14
tahun
;&(;4
tahun
'&('4
tahun
6&
tahun
otal
*endah 9 ' )) 86 9& 6 1 % ))1
+edang & & 8 9 & 9 ) & )%
inggi & & & & & ) & & )
otal 9 ' )9 9% 9& )8 ; % )%6
<anifestasi menjadi kanker pada indi!idu dengan faktor risiko genetik
rendah dan sedang, faktor risiko lingkungan internal sedang dan tinggi, serta
faktor risiko lingkungan eksternal rendah, sedang, dan tinggi lebih banyak pada
jenis kelamin laki(laki daripada perempuan sedangkan pada indi!idu dengan
faktor risiko genetik tinggi dan faktor risiko lingkungan internal rendah justru
lebih banyak bermanifestasi pada perempuan. $ata tersebut dapat ditunjukkan
pada tabel 9, tabel 1, dan tabal ;.
abel 9. $istribusi Frekuensi -enis Kelamin *esponden Berdasarkan Faktor
*isiko Henetik
Faktor *isiko
Henetik
-enis Kelamin otal
Jaki(laki #erempuan
*endah '6 8; ))9
+edang ; 8 4
inggi % 8 1
otal 6; 9% )%6
abel 1. $istribusi Frekuensi -enis Kelamin *esponden Berdasarkan Faktor
*isiko Jingkungan 3nternal
Faktor *isiko
Jingkungan
3nternal
-enis Kelamin otal
Jaki(laki #erempuan
*endah )1 %) 8;
+edang '& %) 4)
inggi ) & )
otal 6; 9% )%6
abel ;. $istribusi Frekuensi -enis Kelamin *esponden Berdasarkan Faktor
*isiko Jingkungan Eksternal
Faktor *isiko
Jingkungan
Eksternal
-enis Kelamin otal
Jaki(laki #erempuan
*endah '; 84 ))1
+edang 4 8 )%
inggi ) & )
otal 6; 9% )%6
Berdasarkan hasil uji chi #$%ae antara faktor risiko genetik dengan tipe
histopatologik karsinoma nasofaring didapatkan p sebesar ),&& =pI&,&1> sehingga
tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor risiko genetik dengan tipe
histopatologik karsinoma nasofaring. ?asil penelitian tersebut dapat dilihat pada
tabel '.
abel '. .nalisis ?ubungan antara Faktor *isiko Henetik dengan ipe
?istopatologik Karsinoma Nasofaring
Tipe Histopatologik KNF
WHO 3 WHO 1 dan WHO 2
Faktor Risiko Genetik
Sedang dan Tinggi 7 7
Renda !7 !7
p0 ),&& 7* 0 ),&& 23 415 0 &,88&(8,&81
Berdasarkan hasil uji chi #$%ae antara faktor risiko lingkungan internal
dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring didapatkan p sebesar &,))
=pI&,&1> sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor risiko
lingkungan internal dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring. ?asil
penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 6.
abel 6. .nalisis ?ubungan antara Faktor *isiko Jingkungan 3nternal dengan
ipe ?istopatologik Karsinoma Nasofaring
Tipe Histopatologik KNF
WHO 3 WHO 1 dan WHO 2
Faktor Risiko "ingk#ngan $nternal
Sedang dan Tinggi !% &2
Renda 1& 22
p0 &,)) 7* 0 ),6' 23 4150 &,618(9,)&9
Bila masing(masing dari faktor risiko lingkungan internal dianalisis
menggunakan uji chi #$%ae didapatkan nilai p hasil analisis hubungan antara
konsumsi ikan asap :daging asap dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring
adalah &,&% =pG&,&1> sehingga ada hubungan yang bermakna antara konsumsi
ikan asap:daging asap dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring. ?asil
penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.
abel 4. .nalisis ?ubungan antara Konsumsi 3kan .sap:$aging .sap dengan ipe
?istopatologik Karsinoma Nasofaring
Tipe Histopatologik KNF
WHO 3 WHO 1 dan WHO 2
Kons#'si $kan (sap)*aging (sap
+a !! &&
Tidak , 2%
p0 &,&% 7* 0 &,8;& 23 4150 &.)94(&,6;4
$emikian pula dengan nilai p hasil analisis hubungan yang dilakukan
dengan menggunakan chi #$%ae antara konsumsi makanan kaleng dengan tipe
histopatologik karsinoma nasofaring adalah &,&) =pG&,&1> sehingga ada hubungan
yang bermakna antara konsumsi makanan kaleng dengan tipe histopatologik
karsinoma nasofaring. ?asil penelitian tersbut dapat dilihat pada tabel )&.
abel )&. .nalisis ?ubungan antara Konsumsi <akanan Kaleng dengan ipe
?istopatologik Karsinoma Nasofaring
Tipe Histopatologik KNF
WHO 3 WHO 1 dan WHO 2
Kons#'si -akanan Kaleng
+a 2, 1.
Tidak 3! &/
p0 &,&) 7* 0 &,9& 23 4150 &,)4& A &,61%
Berdasarkan hasil uji chi #$%ae antara faktor risiko lingkungan eksternal
dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring didapatkan p sebesar &,86
=pI&,&1> sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor risiko
lingkungan eksternal dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring. ?asil
penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel )).
abel )). ?asil .nalisis ?ubungan antara Faktor *isiko Jingkungan Eksternal
dengan ipe ?istopatologik Karsinoma Nasofaring
Tipe Histopatologik KNF
WHO 3 WHO 1 dan WHO 2
Faktor Risiko "ingk#ngan
0ksternal
Sedang dan Tinggi
/ !
Renda !. !,
p0 &,86 7*0 ),;6 23 4150 &,1%&(1,9;%
Bila masing(masing dari faktor risiko lingkungan eksternal dianalisis
menggunakan uji chi #$%ae didapatkan nilai p hasil analisis hubungan antara
paparan asap rokok dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring adalah &,&&6
=pG&,&1> sehingga ada ada hubungan yang bermakna antara paparan asap rokok
dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring. Nilai 7*0 )&,8&4 dan nilai 23
4150 ),%;;(68,4;6 menunjukkan bahwa paparan asap rokok merupakan faktor
risiko terhadap kejadian karsinoma nasofaring tipe @?7 8, yakni indi!idu yang
terpapar asap rokok mempunyai risiko )&,8& kali menderita karsinoma nasofaring
tipe @?7 8 dibandingkan dengan indi!idu yang tidak terpapar asap rokok. ?asil
penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel )%.
abel )%. .nalisis ?ubungan antara #aparan .sap *okok dengan ipe
?istopatologik Karsinoma Nasofaring
Tipe Histopatologik KNF
WHO 3 WHO 1 dan WHO 2
1aparan (sap Rokok
+a .3 !!
Tidak 1 ,
p0 &,&&6 7* 0 )&,8& 23 4150 ),%;;(68,4;6
Berdasarkan hasil uji chi #$%ae antara faktor risiko lingkungan eksternal
dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring didapatkan p sebesar ),&&
=pI&,&1> sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor risiko genetik
dan faktor risiko lingkungan dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring.
?asil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel )8.

abel )8. ?asil .nalisis ?ubungan antara Faktor *isiko Henetik dan Faktor *isiko
Jingkungan dengan ipe ?istopatologik Karsinoma Nasofaring
Tipe Histopatologik KNF
WHO 3 WHO 1 dan WHO 2
Risiko Genetik dan Risiko
"ingk#ngan
Sedang
2! 2!
Renda 3, 3,
p0 ),&& 7* 0 ),&& 23 4150 &,94%(%,&89
PEMBAHASAN
Karakteristik usia responden dengan frekuensi tertinggi adalah usia 9&(94
tahun, yaitu sebanyak 9% orang (8%,6&5). ?al ini sesuai dengan studi terdahulu
yang pernah dilakukan selama 1 tahun =%&&%A%&&;> di *+,# $r. Kariadi
+emarang yang mendapatkan rentang usia tersering untuk kanker nasofaring
adalah usia 9&(94 tahun dengan persentase sebesar %1,45.
1
Karakteristik sampel
berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa jumlah responden laki(laki lebih
besar dibandingkan responden perempuan dengan perbandingan %:). ?al ini
sesuai dengan banyak studi yang telah melaporkan bahwa KNF lebih sering
didapatkan pada laki(laki dibanding perempuan, dengan perbandingan %(8:).
6
Karakteristik sampel berdasarkan demografi wilayah tempat tinggal responden
terbanyak berada di daerah dataran rendah, yaitu sebanyak ;' (1%,&5). ?al ini
kurang sesuai dengan epidemiologi kanker nasofaring yang lebih banyak terjadi
pada daerah pantai.
4

Kebanyakan indi!idu yang memiliki faktor risiko genetik, faktor lingkungan
internal, dan faktor lingkungan eksternal baik rendah, sedang maupun tinggi akan
bermanifestasi menjadi kanker setelah usia I9& tahun. ?al ini sesuai dengan
proses karsinogenesis yang bersifat multistep dan multifaktorial.
)&
<anifestasi menjadi kanker pada indi!idu dengan faktor risiko genetik
rendah dan sedang, faktor risiko lingkungan internal sedang dan tinggi, dan faktor
risiko lingkungan eksternal rendah, sedang, dan tinggi lebih banyak pada jenis
kelamin laki(laki daripada perempuan. ?al ini sesuai dengan epidemiologi
karsinoma nasofaring yang lebih banyak terjadi pada laki(laki daripada
perempuan.
6
<anifestasi menjadi kanker lebih banyak terjadi pada perempuan
daripada laki(laki didapatkan pada indi!idu dengan faktor risiko genetik tinggi
dan faktor risiko lingkungan internal rendah. ?al ini tidak sesuai dengan
epidemiologi karsinoma nasofaring yang lebih banyak terjadi pada laki(laki
daripada perempuan.
#ada penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara faktor
risiko genetik dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring. ?asil penelitian(
penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa faktor risiko genetik merupakan
salah satu faktor risiko yang turut berperan dalam peningkatan kejadian karsinoma
nasofaring tetapi hubungan antara faktor risiko genetik dengan tipe histopatologik
karsinoma nasofaring belum dapat dibuktikan.
#ada penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara faktor
risiko lingkungan internal dan faktor risiko lingkungan eksternal dengan tipe
histopatologik karsinoma nasofaring. Keberadaan faktor risiko genetik,
lingkungan internal dan eksternal sebagai faktor risiko karsinoma nasofaring
sesuai dengan penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa faktor yang
berkaitan se"ara signifikan dengan timbulnya KNF terdiri dari :
). *iwayat keluarga penderita KNF =satu sampai tiga tingkat dalam silsilah
keluarga>.
%. Konsumsi ikan asin tiga kali atau lebih setiap bulan.
8. #aparan terhadap asap kayu bakar yang digunakan untuk memasak selama lebih
dari sepuluh tahun.
9. #aparan terhadap bahan pelarut yang berkaitan dengan pekerjaan selama
kurang dari sepuluh tahun.
))

.kan tetapi, hubungan antara faktor risiko lingkungan internal dan eksternal
dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring belum dapat dibuktikan.
$idapatan hubungan yang bermakna antara konsumsi ikan asap:daging asap
dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring dan antara konsumsi makanan
kaleng dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring. Keberadaan ikan
asap:daging asap dan makanan kaleng sebagai faktor risiko karsinoma nasofaring
sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa kejadian KNF juga diduga
berhubungan dengan paparan '&ma-deh/de sebagai bahan pengawet yang bisa
didapatkan pada ikan asap:daging asap: makanan kaleng. F&ma-deh/de sebagai
p&3cacin&gen dan c&3cacin&gen sering men"apai area nasofaring melalui
inhalasi dan per oral, namun tidak langsung menimbulkan KNF. F&ma-deh/de
akan melalui metabolisme oleh enKim(enKim tubuh menjadi %-timate3cacin&gen
=bersifat reaktif dalam ikatan dengan $N.> dan akan menyebabkan mutasi
genetik yang menimbulkan KNF.
)%,)8
.kan tetapi, hubungan antara konsumsi ikan
asap:daging asap dan konsumsi makanan kaleng dengan tipe histopatologik
karsinoma nasofaring dan seberapa kuat hubungan diantara keduanya belum
pernah dibuktikan dalam penelitian(penelitian terdahulu.
$idapatkan hubungan yang bermakna antara antara paparan asap rokok
dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring. ?al ini tidak sesuai dengan
penelitian epidemiologik yang pernah dilakukan di .frika ,tara yang menyatakan
bahwa kebiasaan merokok =baik sebagai perokok aktif maupun pasif> memiliki
korelasi penting dengan tipe histopatologis KNF yang berdiferensiasi, tetapi tidak
demikian dengan tipe histopatologis KNF yang tidak berdiferensiasi.
)9
Keberadaan asap rokok sebagai faktor risiko karsinoma nasofaring dapat
dijelaskan karena asap rokok mengandung lebih dari empat ribu bahan "ampuran
dan dalam analisis kimiadiketahui telah teridentifikasi sedikitnya lima puluh jenis
karsinogen. $ari penelitian yang ada, karsinogen yang telah teridentifikasi
diantaranya adalah p&-/c/c-ic a&matic h/d&ca)&n# BPAH#* nit&#amine*
a&matic amine#* aDa3aene#* a-deh/de#* !ai&%# &ganic c&mp&%nd#* in&ganic
c&mp&%nd#, seperti h/daDine dan beberapa logam, dan beberapa radikal
bebas.
)1,);
+elain komponen gas, pada asap rokok terdapat komponen padat yang
terdiri dari nikotin dan tar. ar inilah yang mengandung bahan karsinogen.
)'
Jetak
nasofaring pada saluran napas bagian atas merupakan tempat aliran polusi udara
dan asap rokok, serta merupakan lokasi yang dapat berpengaruh buruk terhadap
mukosa di lokasi tersebut. Karsinogen dalam asap rokok yang dihirup dapat
menginduksi mukosa nasofaring se"ara langsung dengan demikian hubungan
antara paparan asap rokok dengan KNF se"ara biologi "ukup dapat diterima.
)6
#ada penelitian ini juga tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara
faktor risiko genetik dan faktor risiko lingkungan baik internal maupun eksternal
dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring. Keberadaan faktor risiko
genetik dan faktor risiko lingkungan sebagai faktor risiko kejadian karsinoma
nasofaring sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa riwayat
keluarga dan faktor lingkungan se"ara kumulatif berperan sebesar %,'5 dalam
perkembangan KNF pada populasi berisiko tinggi.
))
.kan tetapi, hubungan antara
faktor risiko genetik dan lingkungan terhadap tipe histopatologik belum dapat
dibuktikan.
idak didapatkannya hubungan yang bermakna antara faktor risiko genetik,
faktor risiko lingkungan baik internal maupun eksternal dengan tipe
histopatologik karsinoma nasofaring tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan di ?ongkong pada tahun )466(%&&% yang menunjukkan bahwa
penurunan insiden karsinoma sel skuamosa berkeratin berkaitan dengan
penurunan kebiasaan merokok sedangkan interaksi antara faktor risiko genetik
dan EBV memegang peranan penting terhadap insiden karsinoma sel skuamosa
tidak berkeratinisasi.
)4
?al ini dapat disebabkan karena keterbatasan waktu
penelitian dan kurangnya jumlah sampel penelitian. +elain itu, terlalu luas dan
banyakny faktor(faktor yang diukur menjadi salah satu kendala pada skoring
kuesioner dan membuat penelitian ini menjadi kurang terfokus.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara konsumsi ikan asap:daging asap dengan tipe histopatologik
karsinoma nasofaring dan antara konsumsi makanan kaleng dengan tipe
histopatologik karsinoma nasofaring, di mana keduanya termasuk dalam faktor
risiko lingkungan internal. $emikian pula didapatkan hubungan yang bermakna
antara paparan asap rokok dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring, di
mana paparan asap rokok termasuk dalam faktor risiko lingkungan eksternal tetapi
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor risiko genetik, faktor risiko
lingkungan internal, faktor risiko lingkungan eksternal, dan gabungan dari
ketiganya dengan tipe histopatologik karsinoma nasofaring.
SARAN
Berdasarkan simpulan maka perlu pembuatan kuesioner yang terstandarisasi
dan telah diuji !aliditas dan reliabilitas, khusus untuk menggali faktor(faktor
risiko dari karsinoma nasofaring. #enelitian lebih lanjut yang mengkaji interaksi
antara infeksi EBV dan faktor risiko dengan tipe histopatologik KNF perlu
dilakukan untuk mengetahui faktor(faktor yang bermakna se"ara independen.
DAFTAR PUSTAKA
12 .ma F. <asalah kanker payudara dan peme"ahannya. <ajalah Kesehatan
<asyarakat 3ndonesia )44& <aret )F 4.
%. <a -, Jiu J, ang J, Long -, Jin ., Ju , et a-. *etropharyngeal lymphnode
metastasis in N#2: prognosti" !alue and staging "ategories. 2lin "an"er *es
%&&'F )8=1>.
8. ang J, Ji 3, <ao M, Jiu J, Jiang +, 2hen M, et a-. *etropharyngeal
lymphnode metastasis in N#2 dete"ted by <*3: prognositi" !alue and
staging "ategories. #ubmed result 2an"erF %&&6.
9. Vokes EE, JiebowitK $N, @ei"hselbaum **. Nasopharyngeal "ar"inoma.
Lancet )44'F 81&: )&6'()&4).
1. #rasetyo ., @iratno. Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi
anatomi di *+,# $r. Kariadi tahun %&&% A%&&;. #rosiding Konas #erhati(
KJF %&&'F +urabaya.
;. +oetjipto $amayanti. Karsinoma nasofaring. $alam: Nurbaiti 3skandar,
Editor. umor telinga(hidung(tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan.
-akarta : FK ,3,)464F ')( 69.
'. #aramita $K, Fa"hiroh -, ?aryana +<, <iddeldorp -<. wo(step Epstein(
Barr !irus 3mmunoglobulin . enKyme(linked immunosorbent assay system
for serologi" s"reening and "onfirmation of nasopharyngeal "ar"inoma.
2lini"al and Va""ine 3mmunology %&&4 <ayF );=1>: '&;(')).
6. <utiarangura ., anuyuttwongesse 2, #orthanakasem @, Kerkhanjanarong
V, +riuranphong V. Henomi" alterations in nasopharyngeal "ar"inomaF Joss
of heteroKygosity an Epstein barr !irus infe"tion. Br. - 2an"er )44'F ';: ''&(
'';.
4. Niemeyer, et a-. rends in Biote"hnology. %&&1F %8=9>: %&6(%);. .!ailable
from http:::www.patentstorm.us:patents:'6&'89':des"ription.html.
)&. Kresno +B. Karsinogenesis se"ara umum. $isajikan pada : he '
th
2ourse
Basi" +"ien"es in 7n"ology <odul 2E$ #utaran ke(%. -akarta %&&9F p.)&)(
)).
)). Huo N, -ohnson *2, $eng ?, Jiao -, Huan J, Nelson H@, et a-. E!aluation
of non!iral risk fa"tors for nasopharyngeal "ar"inoma in a high(risk
population of +outhern 2hina. 3nt. -. 2an"er %&&4F )%9: %49%A%49'.
)%. Kentjono @.. #engaruh !aksinasi B2H dalam meningkatkan respons
helper ) =h)> dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring.
#rogram #ass"asarjana ,ni!ersitas .irlangga +urabaya %&&): )6(8;.
)8. <urray *K. Kanker, gen kanker, dan faktor pertumbuhan. $alam: Biokimia
?arper. Edisi %1. -akarta: #enerbit Buku Kedokteran EH2, %&&8F p. '98(18.
)9. Feng B-* Khyatti <, .youb @B, $ahmoul +, .yad <, <aa"hi F, et a-.
2annabis, toba""o and domesti" fumes intake are asso"iated with
nasopharyngeal "ar"inoma in North .fri"a. British -ournal of 2an"er %&&4F
)&): )%&'A)%)%.
)1. .rmstrong *@, 3mrey #B, Jye <+, .rmstrong <-, Mu <2, +ani +.
Nasopharyngeal "ar"inoma in <alaysian "hinese: o""upational eOposures to
parti"les, formaldehyde and heat. 3n 3nternational journal of epidemiology
%&&&F %4: 44)(6.
);. $rastyawan B, .ditama M, Munus F. #engaruh asap rokok terhadap saluran
napas. -urnal *espirologi 3ndonesia %&&)F)=)>:8)('.
)'. .ditama M. <asalah merokok dan penganggulangannya. #erhimpunan
$okter #aru 3ndonesia %&&)Fp.)()4.
)6. Lhuolin $, Miping @, @ei J. Hlutathione +(transferase <) and ) gene
deletion asso"iated with in"reased sus"eptibility to nasopharyngeal
"ar"inoma. he 2hinese AHerman -ournal of 2lini"al 7n"ology
%&&1F9=1>:%';(6.
)4. se J., + Mu 3, K <ang 7@, J @ong +. 3n"iden"e rate trends of
histologi"al subtypes of nasopharyngeal "ar"inoma in ?ong Kong. Br -
2an"er %&&; No!ember ;F 41=4>: )%;4A)%'8.

Anda mungkin juga menyukai