Anda di halaman 1dari 5

LETUSAN GUNUNG API

Belakangan ini peristiwa letusan gunung berapi sering kali terjadi di tanah air. Sebagai
wilayah yang banyak memiliki gunung berapi sewajarnya mengetahui bagaimana proses
terjadinya letusan tersebut sebagai pemahaman awal untuk selanjutnya dapat meningkatkan
awareness terhadap dampak bencana letusan gunung berapi. Dalam beberapa letusan,
gumpalan awan besar naik ke atas gunung, dan sungai lava mengalir pada sisi-sisi gunung
tersebut. Dalam letusan yang lain, abu merah panas dan bara api menyembur ke luar dari
puncak gunung, dan bongkahan batu-batu panas besar terlempar tinggi ke udara. Sebagian
kecil letusan memiliki kekuatan yang sangat besar, begitu besar sehingga dapat memecah-
belah gunung.




Pada dasarnya, gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu batuan cair yang terdalam di
dalam bumi. Magma terbentuk akibat panasnya suhu di dalam interior bumi. Pada kedalaman
tertentu, suhu panas ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan batu-batuan di dalam
bumi. Saat batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang kemudian bercampur dengan magma.
Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160 km di bawah permukaan
bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga 48 km.




Magma yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan karena massanya
yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat magma naik, magma
tersebut melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga terbentuklah kabin yang besar pada
kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Kabin magma (magma chamber) inilah yang
merupakan gudang (reservoir) dari mana letusan material-material vulkanik berasal.


Magma yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam kondisi di bawah tekanan
batu-batuan berat yang mengelilinginya. Tekanan ini menyebabkan magma meletus atau
melelehkan conduit (saluran) pada bagian batuan yang rapuh atau retak. Magma bergerak
keluar melalui saluran ini menuju ke permukaan. Saat magma mendekati permukaan,
kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas dan magma ini bersama-sama meledak dan
membentuk lubang yang disebut lubang utama (central vent). Sebagian besar magma dan
material vulkanik lainnya kemudian menyembur keluar melalui lubang ini. Setelah semburan
berhenti, kawah (crater) yang menyerupai mangkuk biasanya terbentuk pada bagian puncak
gunung berapi. Sementara lubang utama terdapat di dasar kawah tersebut.


Kerak yang menindih mantel hampir seluruhnya terdiri dari oksida yang tidak melebur.
Proses vulkanik membawa fragmen batuan ke permukaan dari kedalaman lebih kurang 200
km melalui mantel, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya mineral-mineral olivine, piroksen
dan garnet dalam peridotit pada bagian atas mantel
Pengetahuan tentang lempeng tektonik merupakan pemecahan awal dari teka-teki fenomena
alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempa bumi dan gunungapi. Planet bumi
mempunyai banyak cairan dan air di permukaan. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi
pembentukan dan komposisi magma serta lokasi dan kejadian gunungapi.
Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama pembentukan bumi sekitar
4,5 milyar tahun lalu, bersamaan dengan panas yang timbul dari unsur radioaktif alami,
seperti elemen-elemen isotop K, U dan Th terhadap waktu. Bumi pada saat terbentuk lebih
panas, tetapi kemudian mendingin secara berangsur sesuai dengan perkembangan sejarahnya.
Pendinginan tersebut terjadi akibat pelepasan panas dan intensitas vulkanisme di permukaan.
Perambatan panas dari dalam bumi ke permukaan berupa konveksi, di mana material-material
yang terpanaskan pada dasar mantel, kedalaman 2.900 km di bawah muka bumi bergerak
menyebar dan menyempit di sekitarnya. Pada bagian atas mantel, sekitar 7-35 km di bawah
muka bumi, material-material tersebut mendingin dan menjadi padat, kemudian tenggelam
lagi ke dalam aliran konveksi tersebut. Litosfir termasuk juga kerak umumnya mempunyai
ketebalan 70-120 km dan terpecah menjadi beberapa fragmen besar yang disebut lempeng
tektonik. Lempeng bergerak satu sama lain dan juga menembus ke arah konveksi mantel.
Bagian alas litosfir melengser di atas zona lemah bagian atas mantel, yang disebut juga
astenosfir. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat atau dekat suhu di mana mulai terjadi
pelelehan, konsekuensinya beberapa bagian astenosfir melebur, walaupun sebagian besar
masih padat. Kerak benua mempunyai tebal lebih kurang 35 km, berdensiti rendah dan
berumur 1-2 milyar tahun, sedangkan kerak samudera lebih tipis (lebih kurang 7 km), lebih
padat dan berumur tidak lebih dari 200 juta tahun. Kerak benua posisinya lebih di atas dari
pada kerak samudera karena perbedaan berat jenis, dan keduanya mengapung di atas
astenosfir.
Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia
Status Makna Tindakan
AWAS
Menandakan gunung berapi
yang segera atau sedang
meletus atau ada keadaan kritis
yang menimbulkan bencana
Letusan pembukaan dimulai
dengan abu dan asap
Letusan berpeluang terjadi
dalam waktu 24 jam
Wilayah yang terancam bahaya
direkomendasikan untuk
dikosongkan
Koordinasi dilakukan secara
harian
Piket penuh
SIAGA
Menandakan gunung berapi
yang sedang bergerak ke arah
letusan atau menimbulkan
bencana
Peningkatan intensif kegiatan
seismik
Semua data menunjukkan
bahwa aktivitas dapat segera
berlanjut ke letusan atau
menuju pada keadaan yang
dapat menimbulkan bencana
Jika trend peningkatan
berlanjut, letusan dapat terjadi
dalam waktu 2 minggu
Sosialisasi di wilayah terancam
Penyiapan sarana darurat
Koordinasi harian
Piket penuh
WASPADA
Ada aktivitas apapun
bentuknya
Penyuluhan/sosialisasi
Penilaian bahaya
Terdapat kenaikan aktivitas di
atas level normal
Peningkatan aktivitas seismik
dan kejadian vulkanis lainnya
Sedikit perubahan aktivitas
yang diakibatkan oleh aktivitas
magma, tektonik dan
hidrotermal
Pengecekan sarana
Pelaksanaan piket terbatas
NORMAL
Tidak ada gejala aktivitas
tekanan magma
Level aktivitas dasar
Pengamatan rutin
Survei dan penyelidikan

Anda mungkin juga menyukai