Keberadaan ikan pada suatu perairan berhubungan dengan parameter-
parameter oseanografi perairan seperti suhu, salinitas, arus, dan kelimpahan fitoplankton atau sumber makanannya. Informasi mengenai parameter-parameter oseanografi sangat dibutuhkan untuk pengelolaan sumber daya ikan secara optimum dan lestari. Informasi ini dapat diperoleh dengan cara pengukuran insitu. Tetapi ada cara lain yang lebih efisien yaitu menggunakan metode penginderaan jauh, karena tidak menghabiskan biaya yang banyak dan tidak memakan waktu yang lama untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Selain itu, dengan metode penginderaan jauh dapat memberikan informasi secara time series. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis kondisi lingkungan perairan menggunakan citra satelit 2. Menganalisis hubungan kondisi lingkungan perairan dengan hasil tangkapan ikan pelagis Citra sebaran klorofil-a Hasil dari pengolahan citra MODIS mingguan selama enam bulan didapatkan kisaran rata-rata konsentrasi klorofil-a antara 0.0946 mg/m sampai dengan 0.2879 mg/m. Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a yang tertinggi pada periode 8-15Oktober, sedangkan yang terendah adalah pada tanggal 11-18 Desember. Secara visual, citra sebaran klorofil-a pada periode 8-15 Oktober sebagian besar tertutup awan, dan daerah yang bebas awan pada umumnya nilai konsentrasi klorofilnya tinggi. Diduga hal inilah yang menyebabkan pada periode 8-15 Oktober nilai konsentrasinya tertinggi. Sedangkan pada periode 11- 18 Desember daerah yang bebas awan merupakan daerah yang rendah nilai konsentrasi klorofilnya, sehingga pada periode ini menjadi nilai yang terendah pada kurun waktu enam bulan pengamatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1. Citra sebaran klorofil-a rata-rata tertinggi dan terendah, 8-15 Oktober (a), 11-18 Desember (b)
Pada periode Juli-Desember, dari citra rata-rata bulanan, nilai konsentrasi klorofil yang tertinggi terdapat pada bulan Oktober sedangkan yang terendah pada bulan Desember. Dimana bulan Oktober termasuk kedalam musim peralihan 2 yang merupakan awal musim hujan. Diduga tingginya konsentrasi klorofil-a yang terjadi akibat adanya pasokan bahan organik dari daratan yang dibawa oleh aliran sungai. Sedangkan bulan Desember termasuk ke dalam musim barat, yang ditandai dengan adanya curah hujan yang tinggi, dimana pada musim ini sering terjadi hujan lebat dan cuaca mendung atau berawan banyak, serta angin bertiup sangat kencang.
Distribusi Suhu Permukaan Laut (SPL) Secara umum, distribusi rata-rata suhu permukaan laut pada waktu enam bulan berkisar antara 27.3033C sampai dengan 28.9816 C. Nilai rata- rata suhu permukaan laut yang terendah terjadi pada periode 29 Agustus-5 September, sedangkan yang tertinggi terjadi pada periode 4-11 Juli.
Gambar 2. Distribusi suhu permukaan laut tertinggi dan terendah, 4-11 Juli (a), 29 Agustus-5 September (b)
Dari pola distribusi citra suhu permukaan laut dapat dilihat fenomena oseanografi seperti upwelling, front, dan pola arus permukaan. Daerah yang mempunyai fenomena-fenomena seperti tersebut di atas umumnya merupakan perairan yang subur. Dengan diketahuinya daerah perairan yang subur tersebut maka daerah penangkapan ikan dapat diprediksikan. Sistem Informasi Geofgrafis System informasi geografis adalah alat dengan system computer yang digunakan untuk memetakan kondisi dan peristiwa yang terjadi dimuka bumi. Teknologi SIG ini dapat mengintregasikan system operasi database seperti queri dan analisis statistik dengan berbagai keuntungan analisis geografis yang ditawarkan dalam bentuk peta. Dengan kemampuan pada system informasi pemetaan (informasi spasial) yang membedakannya dengan system informasi lain seperti database, maka SIG banyak digunakan oleh masyarakat,pengusaha dan instasi untuk menjelaskan berbagai peristiwa, memprediksi hasil dan perencanaan stategis (Environmental systems Reseach Institut, ESRI). SIG memiliki kapabilitas menghubungkan sebagai lapisan data di suatu titik yan g sama pada tempat tertentu, mengkombinasikan, menganalisis data tersebut dan memetakan hasilny. Teknologi ini juga dapat mendeskripsikan karakteristik objek pada peta dan menentukan posisi kordinatnya, melakukan queri, dan analisis spasial sertaa mampu menyimpan, mengeloa, mengupdate data secara terorganisir dan efisien. Aplikasi SIG dalam bidang kelautan dan perikanan Salah satu alternatif yang menawarkan solusi terbaik adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh (inderaja) kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengaan ckupan area yang luas. Foktor lingkungan tersebut antara lain suhu permukaan laut (SST), tingkat kkrorofil-a, perbdaan tinggi permukaan laut, arah dan kecepatan arus dan tingkat produktivitas primer. Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebuuh mudah dilacak disuatu area melalui teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa, upwelling, dinamika arus pusaran (eddy) dan daerah front gradient pertemuan dua massa air yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau krorofil- a.pengetahuan dasar yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antar spesies ikan dan faktor lingkungan disekelilingnya. Dari analisis ini akan diperoleh indicator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Sebagai contoh ikan albacore tuna di laut utara pasifik cenderung terkonsentrasi pada kisaran suhu 18.5-21.5 0 C dan berasossiasidengan tingkat krorofil-a sekitar 0.3 mg m -3 . selanjutnya output yang didpatkan dari indicator oseanografi yang bersesuaian dengan distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi SIG. data indicator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu di integrasikan dengan berbagi layer paada SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya pada satu parameter lingkungan saja, tapi berbagai parameter yang saling berkaitan. Dengan kombinasi SIG, inderja dan data lapangan akan memberikan banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang produktif sertaa kapan musim penangkapan ikan yang efektif. Contoh aplikasi SIG di selatan selat pulau Hokkaido, jepang dapat dilihat pada gambar berikut ini. Peta ini menunjukan berbagai informasi spasial yang bisa kita pahami tentang perikanan tangkap di sekitar pulau tersebut, khususnya perikanan cumi-cumi. Disini peta SIG menggambarkan dimana posisi pelabuhan perikanan ( fishing port), jarak aantara Fishing ground (daerah penangkapan) dan pelabuhan, distribusi hasil tangkapan, jumlah kapal yang tersedia. Darii informasi ini dapat dilihat bahwa distribusi musiman daerah penangkapan, hasil tangkapan dan jumlah kapal penangkap akan menghasilkan informasi tentang jalur migrasi spesies cumi-cumi tersebut yaitu cenderung ke utara pada bulan juni dan kembali keselatan pada bulan November.
Gambar peta distribusi daerah penangkapan cumi-cumi da jumlah kapal dan hasil tangkapannya disekitar pulau Hokkido, jepang pada bulan juni (kiri) dan November (kanan).