Anda di halaman 1dari 6

BUDIDAYA IKAN KERAPU

Ikan kerapu merupakan ikan air laut yang belakangan ini dihargai cukup tinggi
khususnya untuk konsumsi restoran-restoran besar di dalam maupun di luar negeri. . Ikan
kerapu biasa diekspor dalam keadaan hidup ke beberapa negara seperti Singapura, Jepang,
Hongkong, Taiwan, Malaysia dan Amerika Serikat. Harga ikan kerapu di tingkat nelayan saat
ini Rp 70.000 per kg hidup, bahkan untuk spesies tertentu yang lebih langka bisa dihargai
jauh lebih mahal. Tingkat harga yang menarik dan kecocokan lingkungan budi daya ikan
kerapu di banyak perairan pantai di wilayah Indonesia banyak menarik minat Pemerintah
Daerah untuk bermitra dengan Perguruan Tinggi dan Pengusaha melakukan eksplorasi atas
peluang investasi tersebut. Penyediaan benih, sampai sejauh ini, masih sangat tergantung dari
hasil tangkapan dari alam.
Dalam pergaulan internasional kerapu dikenal dengan nama grouper atau trout,
mempunyai sekitar 46 spesies yang tersebar di berbagai jenis habitat. Dari semua spesies
tersebut, bisa dikelompokkan ke dalam 7 genus meskipun hanya 3 genus yang sudah
dibudidayakan dan menjadi jenis komersial yaitu genus Chromileptes, Plectropomus, dan
Epinephelus.
Spesies kerapu komersial Chromileptes altivelis termasuk jenis Serranidae, ordo
Perciformes. Jenis kerapu ini disebut juga polka dot grouper atau hump backed rocked atau
dalam bahasa lokal sering disebut ikan Kerapu Bebek. Ciri-ciri tubuh adalah berwarna dasar
abu-abu dengan bintik hitam. Daerah habitatnya meliputi Kep. Seribu, Kep. Riau, Bangka,
Lampung dan kawasan perairan terumbu karang. Kerapu Sunuk (coral trout) sering
ditemukan hidup di perairan berkarang. Warna tubuh merah atau kecoklatan sehingga disebut
juga kerapu merah, yang warnanya bisa berubah apabila dalam kondisi stres. Mempunyai
bintik-bintik biru bertepi warna lebih gelap. Daerah habitat tersebar di perairan Kep.

Karimanjawa, Kep. Seribu, Lampung Selatan, Kep. Riau, Bangka Selatan, dan perairan
terumbu karang. Kerapu Lumpur atau estuary grouper (Epinephelus spp) mempunyai warna
dasar hitam berbintik-bintik sehingga disebut juga kerapu hitam. Spesies ini paling banyak
dibudidayakan karena laju pertumbuhannya yang cepat dan benih relatif lebih banyak
ditemukan. Daerah habitat banyak ditemukan di Teluk Banten, Segara Anakan, Kep. Seribu,
Lampung, dan daerah muara sungai.
Ikan Kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena
pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi massal untuk melayani permintaan pasar ikan
kerapu dalam keadaan hidup.
Berkembangnya pasaran ikan kerapu hidup karena adanya perubahan selera
konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah mendorong
masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui usaha budidaya.
Budidaya ikan kerapu telah dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia, namun dalam
proses pengembangannya masih menemui kendala, karena keterbatasan benih. Selama ini
para petani nelayan masih mengandalkan benih alam yang sifatnya musiman.

PEMBERIAN PAKAN
`Pakan ikan kerapu untuk tahapan pembesaran berupa ikan rucah (ikan non ekonomis)
yaitu antara lain ikan tembang, selar, dan rebon. Ikan rucah dipotong-potong untuk
menyesuaikan dengan mulut ikan. Selama masa pendederan diberikan pakan sebanyak 2 - 3
kali sehari sampai ikan terlihat kenyang. Memasuki tahap pembesaran, pakan ikan rucah
diberikan per hari sebesar 15 % dari total biomass ikan kerapu berukuran 20 - 50 g.
Seterusnya jumlah pakan diturunkan seiring dengan pertumbuhan ikan. Jumlah pakan dapat
diturunkan menjadi 10 % dari biomass untuk ikan seberat 100 g. waktu pemberian pakan
yang terbaik adalah sesaat setelah matahari terbit atau sesaat sebelum matahari terbenam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pakan pada ikan kerapu yang diberi
makan setiap hari (kontrol) lebih tinggi dari pada ikan yang dipuasakan. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh jumlah hari pemberian pakan yang lebih tinggi pada ikan kontrol. Namun
demikian, konsumsi pakan harian pada ikan yang dipuasakan secara periodik mengalami
peningkatan dibandingkan dengan kontrol. Konsumsi pakan ikan kontrol yang tinggi tidak
diikuti oleh pertambahan bobot tubuh yang lebih tinggi. Hasil analisis statistik menggunakan
sidik ragam menunjukkan bahwa pertambahan bobot tubuh ikan kerapu bebek yang
dipuasakan

tidak berbeda nyata dengan pertambahan bobot tubuh ikan yang tidak

dipuasakan, Jadi berkurangnya pakan yang diberikan pada ikan perlakuan tidak menurunkan
pertumbuhan.
Dengan demikian, rasio konversi pakan ikan yang dipuasakan lebih baik dari ikan
kontrol yang diberi makan setiap hari.

Fenomena peningkatan konsumsi pakan harian pada ikan kerapu dalam penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian terdahulu pada spesies ikan lain. Percobaan dengan perlakuan
dipuasakan secara periodik telah dilakukan pada ikan kerapu yang hasilnya menunjukkan

bahwa konsumsi pakan harian meningkat pada saat ikan diberi makan kembali setelah
dipuasakan. Penyebab meningkatnya nafsu makan pada ikan yang diberi pakan setelah
dipuasakan perlu dikaji lebih lanjut. Pada ikan yang dipuasakan selama 2 dan 4 hari,
kemudian diberi pakan kembali lebih cepat mengeluarkan feses, menunjukkan percepatan
kapasitas pencernaan, sehingga konsumsi pakan meningkat.
Telah dibuktikan dengan penelitian ini bahwa pengurangan pemberian pakan pada
ikan kerapu dengan cara dipuasakan dapat meningkatkan efisiensi pakan, tanpa memperburuk
pertumbuhan, tetapi meningkatkan laju pertumbuhan mutlak. Tampaknya, ikan kerapu
mengalami pertumbuhan pesat setelah dipuasakan karena konsumsi pakan harian yang
meningkat. Peningkatan konsumsi pakan memberikan pasokan nutrisi yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme yang meningkat pada periode pertumbuhan yang cepat.

TUGAS
AKUAKULTUR

BUDIDAYA IKAN KERAPU

NAMA

: JUMSURIZAL

STAMBUK

: L23107002

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2008

Anda mungkin juga menyukai