Anda di halaman 1dari 42

Desain Pelatihan

Efektif
Latar Belakang
Ketika karyawan baru dipekerjakan,
mereka tidak mungkin mampu beradaptasi
dengan pekerjaan secara sempurna
meskipun mereka lolos seleksi yang ketat
Ketika pekerja/posisi baru diciptakan atau
pekerjaan yang lama didesain ulang,
pekerja yang mengerjakan pasti akan
mengalami hambatan dalam hal keahlian.
Ketika alat kerja dengan teknologi baru
diperkenalkan, dibutuhkan pelatihan untuk
menguasai operasional alat tsb.

Definisi Pelatihan

Nadler dan Wiggs(1989) mendefinisikan pelatihan
(training) sebagai tekhnik-tekhnik yang
memusatkan pada belajar tentang keterampilan-
keterampilan, pengetahuan dan sikap-sikap yang
dibutuhkan untuk memulai suatu pekerjaan atau
tugas-tugas atau untuk meningkatkan kemampuan
dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas.

Mangkuprawira (2003:135) berpendapat bahwa
pelatihan bagi karyawan adalah sebuah proses
mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu
serta sikap agar karyawan semakin trampil dan
mampu dalam melaksanakan tanggung jawabnya
dengan semakin baik sesuai dengan standar
Istilah Pelatihan tidak boleh dianggap
sebagai kegiatan yang terpisah, melainkan
sebagai bagian dari keseluruhan
lingkungan organisasi
Pelatihan bagi lingkungan organisasi
merupakan suatu bentuk pembelajaran.
Dalam artian bahwa suatu organisasi
dalam segala bentuk dan bidangnya
mensyaratkan berbagai pemenuhan skills,
knowledge, dan ability melalui proses
pembelajaran dalam format pelatihan.
Tujuan Pelatihan
Menurut Carrell dan Kuzmits (1982 : 278),
tujuan utama pelatihan dapat dibagi menjadi 5
area:
1. Untuk meningkatkan ketrampilan karyawan
sesuai dengan perubahan teknologi.
2. Untuk mengurangi waktu belajar bagi karyawan
baru agar menjadi kompeten.
3. Untuk membantu masalah operasional.
4. Untuk menyiapkan karyawan dalam promosi.
5. Untuk memberi orientasi karyawan untuk lebih
mengenal organisasinya

Manfaat Pelatihan
Smith (1997) dalam Irianto (2001:6), menambahkan bahwa
pelatihan memiliki peran yang sangat penting bagi organisasi
dan memberi kontribusi pada tiga permasalahan utama, yaitu:

1. Training and development has the potential to improve labour
productivity.
2. Training and development can improve the quality of that out
put: a more highly trained
employee is not only more competent at the job but also
aware of the significance of
his organisasi her actions
3. Training and development improves the ability of the
organisation to cope with change;
the successful implementation of change whether technical
(in the form of new
technologies) organisasi strategic new products, new
markets, etc.) relies on the skills
of the organisations member.
Keberhasilan suatu program pelatihan ditentukan oleh lima
komponen menurut As'ad(1987: 73);

1. Sasaran pelatihan atau pengembangan : setiap pelatihan harus
mempunyai sasaran yang jelas yang bisa diuraikan kedalam
perilaku-perilaku yang dapat diamati dan diukur supaya bisa
diketahui efektivitas dari pelatihan itu sendiri.
2. Pelatih (TrainerJ: pelatih harus bisa mengajarkan bahan-bahan
pelatihan dengan metode tertentu sehingga peserta akan
memperoleh pengetahuanketrampilan dan sikap yang diperlukan
sesuai dengan sasaian yang ditetapkan.
3. Bahan-bahan latihan: bahan-bahan latihan harus disusun
berdasarkan sasaran pelatihan yang telah ditetapkan
4. Metode latihan (termasuk alat bantu): Setelah bahan dari latihan
ditetapkan maka langkah berikutnya adalah menyusun metode
latihan yang tepat.
5. Peserta (Trainee): Peserta merupakan komponen vang cukup
penting, sebab keberhasilan suatu program pelatihan tergantung
juga pada pesertanya.

Proses perancangan pelatihan
mengacu pada pendekatan sistematis
untuk mengembangkan program-program
pelatihan. Perancangan pengajaran dan
model ADDIE (Analysis Design,
Development, Implementation, Evaluation)
Tahapan Pelatihan
Pre
Training
On
Going
Training
Post
Training
Identifikasi Kebutuhan
Menciptakan Sasaran
Mempersiapkan Materi
Memilih metode
Teknik Komunikasi

Training Evaluation
Tahapan pelatihan dimulai sejak perancangan
(pre training), pelaksanaan (on going training)
hingga evaluasi.
Perancangan merupakan faktor kunci penentu
keberhasilan tersebut, Karena ia berada dalam
tahap pertama dari seluruh keseluruhan proses
pelatihan.
On going training merupakan inti dari suatu
pelatihan. Yang merupakan proses pembelajaran
yang bermuara pada adanya perubahan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Maka
ketepatan pengguannaan pendekatan dan metode
pembelajaran akan sangat mempengaruhi
keberhasilan suatu pelatihan.
Dan Hasil evaluasilah yang akan
mengaggambarkan berhasil dan tidaknya suatu
pelatihan.
PRE TRAINING : Identifikasi
Level
Organisasi
Level
Operasional
Level
Individu
Identifikasi
kebutuhan
pelatihan
PRE TRAINING : Identifikasi
Level Organisasi
Tujuan yang ingin
dicapai perusahaan dan
juga apakah cukup
sumberdaya di dalam
organisasi.
Contoh :
Tujuan utama perusahaan di
bidang K3 adalah untuk
memastikan adanya lingkungan
kerja ynag aman dan sehat
sehingga karyawan dapat bekerja
dengan kondisi kesehatan fisik
maupun mental yan optimal
Tujuan ini didasari beberpa
pemikiran a.l legalitas, efisiensi
dll.
Untuk memperoleh informasi tersebut, pihak
perancang dapat mengadakan kegiatan seperti
wawancara atau focus group discussion (FGD) dengan
peserta dari pihak manajemen perusahaan.

Metode tatap muka seperti ini akan sangat
bermanfaat mengumpulkan informasi mengenai sikan
dan respon dari pihak manajemen, karena kesuksesan
pelatihan baik dari segi pelaksanaan maupun hasilnya
akan tergantung pada ada tidaknya dukungan dari pihak
manajemen.
Level Organisasi : Pertanyaan
yang dapat diajukan
1. Apakah visi dan target perusahaan dari segi K3?
2. Apakan ada tugas atau tanggungjawab karyawan yang perlu
diubah untuk dapat memenuhi target ini?
3. Apakah sikap karyawan di tempat kerja dalam hal kesehatan
dan keselamatan kerja perlu diubah?
4. Hal-hal apa sajakah yang bisa menimbulkan resiko kesehatan/
keselamatan di tempat kerja?
5. Bagaimana cara perusahaan mengontrol resiko tersebut?
6. Apakah ada langkah-langkah yang perlu diketahui semua
karyawan dalam rangka melakukan kontrol tersebut.
PRE TRAINING : Identifikasi Level
Operasional
Melakukan
analisis terhadap
job description
yang sudah ada
Membagikan
kuesioner
Observasi.

Tingkatan ini
berkaitan dengan
job requirement.
Untuk
mengumpulkan
informasi
mengenai
Knowledge,
Skills dan
Attitudes (KSA)
yang dibutuhkan
oleh perusahaan
Level Operasional :
Pertanyaan yang dapat
diajukan
1. Apa sajakah tugas dan tanggung jawab dari
pekerjaan tertentu?

2. Apakah ada perubahan tugas dan tanggung jawab
dalam pekerjaan sehubungan dengan adanya
perubahaan kebijakan di tingkat organisasi dalam
bidang kesehatan dan keselamatan di tempat kerja?
Jika iya, perubahaan apakah itu ?

3. Keterampilan dan pengetahuan apa sajakah yang
perlu dimiliki karyawan agar dapat memenuhi tugas
dan tanggungjawabnya secara kompeten tanpa
resiko terhadap kesehatan dan keselamatan
Tingkatan Individu
Tingkatan Individu
Analisis di tingkat ini difokuskan pada
KSA (Knowledge,Skill,Attitude) yang
dibutukan individu
Pelatihan yang baik dibutuhkan karyawan
untuk prestasi dan memenuhi tuntutan
pekerjaan
Disini di perlukan data history dari
pelatihan pelatihan yang telah diikuti oleh
karyawan.
Langkah-Langkah Pembuatan
Training Needs Analysis

1. Melakukan pengamatan pada setiap
tingkatan dengan obyek pilihan
2. Melakukan diskusi pada setiap tingkatan
dengan obyek pilihan
3. Menyusun daftar pertanyaan berdasarkan
pengamatan dan diskusi
4. Merekam/mencatat hasil pemgamatan,
diskusi, dan pertanyaan.
Dengan demikian identifikasi kebutuhan
pelatihan dapat secara efektif dapat
dipastikan
MENCIPTAKAN SASARAN
PELATIHAN YANG TEPAT
Setelah identifikasi kebutuhan pelatihan
dapat ditentukan, maka dengan mudah
dapat ditentukan sasaran atau outcome
dari pelatihan yang akan diberikan.
Penentuan sasaran ini dibuat dengan
matrix atau parameter yang disusun
berdasarkan hasil TNA yang telah
dilakukan

SkillsBai Nilai Keterangan
Wawasan umum 3 Baik dan Memadai
Wawasan teknik 4 Sangat Baik
Kerjasama 2 Sulit Bekerjasama

Komunikasi 1 Komunikasi sepihak
(sangat sulit)
MEMPERSIAPKAN MATERI
Sifat Materi Pelatihan Yang Efektif :
1. Langsung Kepada Sasaran
2. Memberikan Pengalaman Yang Tepat

Dan formula yang ideal adalah
50% TEORI
50% PRAKTEK
Artinya tidak ada satu metode pelatihan yang
paling baik, metode yang paling baik tergantung
pada efektivitas biaya, isi pelatihan yang
diinginkan, prinsip-prinsip belajar, fasilitas yang
layak, kemampuan dan preferensi peserta serta
kemampuan dan preferensi trainer.

Berikut ini beberapa petunjuk yang dapat digunakan ketika
memilih dan menentukan metode pelatihan, antara lain:

Apakah tujuan pelatihan ?
Tujuan pelatihan bisa berhubungan dengan peningkatan
kesadaran, pemahaman, penguasaan pengetahuan,
ketrampilan, dan perubahan sikap.
Berapa banyak pengalaman yang dimiliki peserta yang
berhubungan dengan topik pelatihan ?
Jika mereka memiliki pengalaman, maka trainer harus
mempertimbangkannya, dan memberi mereka
kesempatan untuk mengingat dan berbagi. Kita bisa
menggunakan studi kasus, permainan peran, simulasi,
curah pendapat dll. sebagai cara untuk berbagi
pengalaman.
Bagaimanakah profil peserta ?
Berapa umur, latar belakang pendidikan dan kondisi
sosial peserta pelatihan ?. Bagaimana peserta pelatihan
biasa belajar? Apakah peserta pelatihan pernah
mengikuti program pelatihan sebelumnya ?.

Bagaimana pengalaman trainer ?
Apakah kekuatan dan kelemahan trainer
?. Sebagai seorang trainer, harus merasa
nyaman dalam menggunakan metode
pelatihan.
Seperti apakah situasi praktisnya?
Trainer harus memeriksa, ketersediaan
waktu, bahan-bahan, sumber daya,
fasilitas, dan tempat pelatihan.

Selain itu juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan
menyangkut pemilihan metode yang akan digunakan dalam
pelatihan. Hal itu terkait bagaimana daya serap dan respon
peserta pelatihan pada saat mengikuti pelatihan. Menurut
teori, daya serap umum dari orang terhadap suatu materi
yang sedang dipelajari tergantung dari sensor-sensor yang
digunakan untuk menerima materi tersebut. Seseorang
akan menyerap materi pelatihan sebanyak:

20% bila hanya menggunakan rangsangan audio
30% bila hanya menggunakan rangsangan visual
50% bila menggunakan rangsangan audio visual
70% bila menggunakan rangsangan audio visual ditambah
keterlibatan aktif (misalnya dengan diskusi)
90% bila menggunakan rangsangan audio visual, diskusi
ditambah dengan reproduksi dan gerakan/efek kinestetik




Teknik pelatihan yang digunakan tidak lepas dari metode
pelatihan yang dipilih. Teknik yang dimaksud disini adalah
cara bagaimana meteri tersampaikan kepada peserta
pelatihan dan bagaimana para trainer menyampaikan
materi tersebut.
Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan sebelum
menentukan teknik pelatihan yang akan dipakai, yaitu:
1. Memahami Modal Ketertarikan
Merupakan sebuah dasar representasi manusia dalam
menerima informasi, yaitu:
Visual, mampu menerima informasi berdasarkan hal
hal yang dapat dilihat
Auditory, mampu menerima informasi berdasarkan hal
hal yang dapat didengar
Kinesthetic, mampu menerima informasi berdasarkan
hal-hal yang dapat dirasakan.
2. Tehnik Pacing-leading
Pacing adalah penyelarasan, dimana trainer mampu menyelaraskan
diri dengan kondisi peserta. Pacing di sini berfungsi selain sebagai
penyelaras, juga meningkatkan sensitifitas trainer dalam
memberikan sebuah pelatihan.

Leading adalah sebuah teknik yang dilakukan setelah mengadakan
pacing/penyelarasan, dimana berfungsi untuk mengajak peserta,
atau mempengaruhi pemikiran peserta sehingga mampu
melaksanakan tujuan pelatihan dengan baik.

3. Ice breaking
Ice Breaking bertujuan memecahkan kebosanan atau kekeringan
sebuah pelatihan. Ice breaking bisa dilakukan dengan sebuah
games, humor, atau diskusi yang mengajak setiap peserta secara
aktif kembali memasuki suasana pelatihan.

4. Role play
1. Kalibrasikan rekan anda, temukan representasi penarikannya.
2. Fragmentkan sebuah pacing-leading
Evaluasi Training

A. Langkah-langkah Evaluasi
1. Evaluasi reaksi
2. Learning evaluasi , terdiri dari 3 :
Knowledge
Skill
Attitudes
3. Behavior Evaluation
4. Evaluasi hasil/result
B. Proses Penerapan Evaluasi Efektivitas
Pelatihan

1. Tidak melakukan evaluasi
2. Tindakan Minimal
3. Tindakan minimal yang diinginkan untuk
evaluasi pelatihan
4. Pendekatan validasi dasar dalam
program pelatihan
Evaluasi reaksi
Learning Questionaire (LQ)
5. Evaluasi Total


Analisa Kasus
Sebuah Klinik Fisioterapi mengalami
penurunan Jumlah pasien secara
signifikan.
Dari hasil manajeman meeting,
Penurunan jumlah pasien tersebut
terjadi karena pasien belum merasa
puas dengan pelayanan dari SDM
fisioterapi tsb.
Maka Penanggung jawab klinik
beranggapan perlu dilakukan
pelatihan
Tujuan Pelatihan
Tujuan Umum
Pelatihan ini bertujuan memberikan
pengetahuan dan kemampuan kepada
para ahli fisioterapi dirumah sakit, demi
meningkatkan pelayanan kepada pasien

Dan secara khusus tujuan yang ingin
dicapai dari pelatihan ini adalah :
Setelah menyelesaikan program pelatihan
ini diharapkan peserta mampu
memberikan pelayanan terbaik, efektif dan
efisien
Mampu memberikan arahan terutama
peran pasien/klien dalam perencanaan
dan pelaksanaan pelayanan fisioterapi.
Memelihara hubungan kerja yang baik
dengan semua anggota tim di klinik

Peserta dan Pelatih
Peserta:
Peserta Latih adalah SDM
fisioterapis yang dipekerjakan di
klinik sebanyak 10 orang
Pelatih
Pelatih berasal dari Dosen
Physical Therapy of Mealbourne
University sebanyak 3 Orang
Metode Pelaksana
menggunakan metode interaktif serta
Praktek. Dimana peserta dikenalkan
kepada konsep, diberikan contoh
aplikasinya, berlatih dan praktek
menggunakan modalitas Fisioterapi yang
terkini, mendiskusikan proses dan hasil
latihan.
Waktu dan Tempat
Pertemuan dilakukan di Aula lantai 2 klinik
fisioterapi


Pengorganisasian Pelatihan
Satu atau dua minggu sebelum
pelatihan,tim panitia pengorganisasian
pelatihan telah di bentuk untuk
mempersiapkan tapa-tahapan pelatihan

Materi Pelatihan
Pengantar Ilmu Fisioterapi
Standard dan persyaratan kompetensi ahli fisioterapi
Peranan fisioterapi dalam proses penyembuhan
pasien
Fungsi fisioterapi dan integrasi proses
penyembuhannya dengan bidang kesehatan medis
lainnya.
Fisioterapi Pediatrik
Fisioterapi Muskuloskeletal
Fisioterapi Neuromuskular
Fisioterapi Geriatri
Pembasahan studi kasus dan berbagai macam
kendala dalam penangan fisioterapi di rumah sakit
Diskusi

Anda mungkin juga menyukai