Anda di halaman 1dari 11

AgronobiS, Vol. 3, No.

5, Maret 2011 ISSN: 1979 8245X





Endang Lastinawati, Hal; 47- 57

47
Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kab. OKU

Oleh: Endang Lastinawati



Abstract

This study aims to measure the level of farmer participation in the implementation of RADP program
in the District OKU and to analyze differences in the level of participation of farmers based on certain
factors in implementing the RADP program in the District OKU. The results showed the general level
of farmer participation in the program in the District OKU being medium classified. Based on the
study, no differences based on education level of participation of farmers, who had followed the
training, and socialization programs. But the level of farmer participation differed according to social
status of farmers, and activity RADP mentoring programs have been followed by farmers.

Key words: Rural Agribusiness Development Program (RADP), farmer, participation


PENDAHULUAN
Kementerian Pertanian mulai tahun 2008 telah melaksanakan PUAP di bawah koordinasi
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam
kelompok program pemberdayaan masyarakat. PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan
modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun
rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk
penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam
pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia
Mitra Tani (PMT). Melalui pelaksanaan PUAP, diharapkan Gapoktan dapat menjadi
kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani (Deptan, 2010).
Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang menjadi sasaran pelaksanaan
program PUAP. Beberapa kabupaten dan kota telah melaksanakan program ini sejak tahun
2008, yaitu : Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU),
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
(OKUS), Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten
Banyuasin, dan Kota Palembang.
Di Kabupaten OKU, program PUAP telah berjalan sejak tahun 2008. Dari dua belas
kecamatan yang ada di Kabupaten OKU, enam di antaranya terpilih sebagai lokasi sasaran
program PUAP, yaitu: Kecamatan Baturaja Timur, Sosoh Buay Rayap, Lengkiti, Semidang
Aji, Lubuk Batang dan Peninjauan. Sedangkan pada tahun 2009, lima kecamatan terpilih
sebagai lokasi sasaran program PUAP, yaitu Kecamatan Baturaja Barat, Lengkiti, Semidang
Aji, Baturaja Timur, dan Lubuk Batang. Tetapi karena program tersebut baru dicanangkan
pada tahun 2008, sehingga belum dilakukan kajian komprehensif terhadap pengaruh program

Dosen Tetap Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Univerisitas Baturaja


AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011 ISSN: 1979 8245X



Endang Lastinawati, Hal; 47- 57

48
tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh program PUAP
terhadap pendapatan petani di Kabupaten OKU.
Pelaksanaan program ini membutuhkan partisipasi petani dalam berbagai kegiatan yang
diadakan, karena pada dasarnya petanilah yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada
dalam program. Kegiatan tersebut antara lain meliputi: penyusunan Rencana Usaha Bersama
(RUB), pelaksanaan kegiatan, hingga kegiatan pascapanen, sehingga keaktifan petani dalam
mengikuti kegiatan program sangat menentukan keberhasilan program tersebut.
Keberlangsungan petani dalam mengikuti program PUAP sedikit banyak dipengaruhi
oleh karakteristik sosial ekonomi petani. Sehingga diduga terdapat hubungan antara
karakteristik petani dengan partisipasi petani dalam mengikuti program PUAP. Melalui
penelitian ini, diharapkan akan diketahui pengaruh pelaksanaan program tersebut serta
kelemahan dan kendala yang dihadapi, sehingga program tersebut dapat berjalan secara
optimal dan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan
petani.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
mengukur tingkat partisipasi petani dan menganalisis faktor-faktor yang menentukan tingkat
partisipasi petani dalam pelaksanaan program PUAP di Kabupaten OKU. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi lembaga terkait, khususnya Dinas Pertanian dalam
mengevaluasi implementasi program PUAP sehingga dapat berjalan efektif dan berkelanjutan,
sehingga program PUAP benar-benar memberikan pengaruh nyata dalam mewujudkan usaha
pengentasan kemiskinan di pedesaan dan peningkatan kesejahteraan petani.


METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Ogan Komering Ulu yang direpresentasikan
oleh dua lokasi pelaksanaan kegiatan, yaitu : Kelurahan Sepancar Lawang Kulon Kecamatan
Baturaja Timur dan Desa Karang Endah Kecamatan Baturaja Barat. Pelaksanaan penelitian
dan pengumpulan data dilaksanakan sejak bulan April sampai September 2010.
Penelitian ini menggunakan metode survei untuk menjangkau fakta yang terjadi di
lapangan melalui kunjungan dan wawancara langsung. Metode penarikan sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode penarikan sampel acak tak berimbang
(disproportioned random sampling) dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1.
Metode Penarikan Sampel

Kelurahan/Desa Populasi Sampel Persentase (%)
Sepancar Lawang Kulon
Karang Endah
127
81
29
21
22,8
25,9
Jumlah 208 50 24,0

Tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program PUAP, dilakukan dengan
membandingkan antara skor capaian partisipasi dengan skor partisipasi ideal sesuai indikator
partisipasi pada Tabel 2. Untuk mengukur tingkat partisipasi berdasarkan nilai skor partisipasi,
digunakan rumus sebagai berikut:
AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011 ISSN: 1979 8245X



Endang Lastinawati, Hal; 47- 57

49



Di mana :
X = persentase nilai skor partisipasi capaian terhadap nilai skor partisipasi ideal
X
i
= jumlah skor partisipasi capaian pada masing-masing kegiatan PUAP
N = jumlah skor partisipasi ideal pada masing-masing kegiatan PUAP

Kisaran nilai skor dan interpretasi untuk tingkat partisipasi dibagi menjadi tiga kelas,
yaitu rendah, sedang dan tinggi. Dari perbandingan tersebut ditentukan tingkat partisipasi
program PUAP dengan kriteria :
< 33,3% = rendah
33,3% 66,6% = sedang
66,6% = tinggi

Tabel 2.
Nilai Skor Tingkat Partisipasi Petani dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program PUAP di Kabupaten OKU tahun 2010

Kegiatan Indikator Skor
Pelatihan PUAP a. Tidak ikut
b. Ikut sebagian
c. Ikut seluruh kegiatan pelatihan PUAP
0
1
2
Sosialisasi program
PUAP
a. Tidak ikut
b. Ikut sebagian
c. Ikut seluruh kegiatan sosialisasi PUAP
0
1
2
Pendampingan a. Tidak ikut
b. Ikut sebagian
c. Ikut seluruh kegiatan pendampingan PUAP
0
1
2
Pengajuan RUA a. Tidak mengajukan RUA
b. Mengajukan tetapi tidak menyusunnya sendiri
c. Mengajukan dan menyusunnya sendiri
0
1
2
Penyusunan RUK a. Tidak ikut dalam penyusunan RUK
b. Ikut menyusun RUK sebagian
c. Ikut secara keseluruhan dalam penyusunan RUK
0
1
2
Penyusunan RUB a. Tidak ikut dalam penyusunan RUB
b. Ikut menyusun RUB sebagian
c. Ikut secara keseluruhan dalam penyusunan RUB
0
1
2
Penyaluran dana a. Tidak ikut dalam proses penyaluran dana
b. Ikut sebagian dalam proses penyaluran dana
c. Ikut secara keseluruhan dalam proses penyaluran dana
0
1
2
Penggunaan dana a. Tidak menggunakan dana
b. Menggunakan dana tapi tidak sesuai dengan RUA
c. Menggunakan dana sesuai RUA
0
1
2
Pengembalian dana a. Tidak mengembalikan
b. Mengembalikan tapi tidak sesuai kesepakatan
c. Mengembalikan sesuai kesepakatan
0
1
2
Penyusunan laporan a. Tidak ikut menyusun laporan
b. Ikut menyusun laporan sebagian
c. Ikut secara keseluruhan dalam penyusunan laporan
0
1
2

AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011 ISSN: 1979 8245X



Endang Lastinawati, Hal; 47- 57

50
Untuk menganalisis hubungan antara pendidikan petani, pelatihan yang pernah diikuti,
sosialisasi program, kedudukan dalam strata sosial, dan kegiatan pendampingan terhadap
tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Kabupaten OKU, digunakan analisis
statistik non parametrik Chi-Square. Untuk menguji hipotesis:

a) H
0
: Tidak terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari tingkat pendidikan petani
H
a
: Terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari tingkat pendidikan petani

b) H
0
: Tidak terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari pelatihan yang pernah diikuti
petani
H
a
: Terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari pelatihan yang pernah diikuti petani

c) H
0
: Tidak terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari sosialisasi program PUAP
yang diikuti petani
H
a
: Terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari sosialisasi program PUAP yang
diikuti petani petani

d) H
0
: Tidak terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari status sosial petani
H
a
: Terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari status sosial petani

e) H
0
: Tidak terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari kegiatan pendampingan
PUAP yang diikuti petani
H
a
: Terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari kegiatan pendampingan PUAP yang
diikuti petani

Menurut Syani (1995), Chi-Square dihitung dengan rumus:



Di mana :
2
= Chi-Square hitung
f
0
= frekuensi hasil observasi
f
h
= frekuensi harapan

Kriteria pengujian:
Jika
2
hitung

2
tabel
maka H
0
diterima
Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antarvariabel, menurut Usman (2000), dapat
diuji dengan rumus koefisien kontingensi sebagai berikut:



Di mana : C = koefisien kontingensi

2
= harga
2
yang diperoleh
AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011 ISSN: 1979 8245X



Endang Lastinawati, Hal; 47- 57

51
Selanjutnya harga C tersebut dibandingkan dengan C
max
dengan rumus:



Di mana m = dipilih nilai minimum antara banyak kolom dengan banyak baris. Jika tidak
ingin menghitung C
max
, maka nilai C tersebut dapat langsung dibandingkan dengan tabel C.
Jika nilai C < nilai C
max
atau C tabel, maka hubungan kedua variabel kurang kuat.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program PUAP

Partisipasi petani dalam program PUAP merupakan gambaran keikutsertaan petani
dalam hubungannya dalam pelaksanaan program PUAP yang diukur berdasarkan beberapa
indikator. Berdasarkan analisis terhadap skor partisipasi petani, diperoleh hasil sebagai
berikut:

Tabel 3.
Tingkat Partisipasi Petani Contoh (n = 50)
Dalam Program PUAP di Kabupaten OKU Tahun 2010

No. Pelaksanaan Kegiatan
Sebaran
Jawaban Petani Skor Ideal Capaian (%) Ket
0 1 2
1. Pelatihan bagi petani/
pengurus Gapoktan
48 0 2 100 4 Rendah
2. Sosialisasi program 17 20 13 100 46 Sedang
3. Pendampingan 16 23 11 100 45 Sedang
4. Pengajuan RUA 0 13 37 100 87 Tinggi
5. Penyusunan RUK 34 0 16 100 32 Rendah
6. Penyusunan RUB 45 0 5 100 10 Rendah
7. Penyaluran dana 35 0 15 100 30 Rendah
8. Penggunaan dana 0 3 47 100 97 Tinggi
9. Pengembalian dana 0 0 50 100 100 Tinggi
10. Penyusunan laporan 34 0 16 100 32 Rendah
Tingkat partisipasi 48,3 Sedang

Berdasarkan data pada Tabel 3, terlihat bahwa secara umum, tingkat partisipasi petani
dalam pelaksanaan program PUAP tergolong sedang. Tetapi jika dipilih beberapa kegiatan
yang pelakunya adalah petani secara umum (bukan pengurus Poktan/Gapoktan), maka tingkat
partisipasi petani tergolong tinggi (75%). Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi: sosialisasi
program, pendampingan, pengajuan RUA, penggunaan dana, dan pengembalian dana.
Jika dianalisis secara keseluruhan dari semua kegiatan pada Tabel 3. ada beberapa
kegiatan yang rendah tingkat partisipasinya, yaitu partisipasi dalam pelatihan, partisipasi
AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011 ISSN: 1979 8245X



Endang Lastinawati, Hal; 47- 57

52
dalam penyusunan RUK dan RUB, serta penyaluran dana dan penyusunan laporan. Hal ini
disebabkan semua kegiatan tersebut memang masih terbatas dilaksanakan oleh pengurus
Poktan maupun Gapoktan saja. Seperti kegiatan pelatihan, Dinas Pertanian sebagai
penyelenggara pelatihan PUAP memang telah menetapkan bahwa yang ikut pelatihan PUAP
hanya dua orang saja dari setiap desa penerima PUAP, yaitu Ketua Gapoktan dan Bendahara
Gapoktan, sehingga menutup peluang bagi petani lain untuk berpartisipasi dalam kegiatan
pelatihan.
Demikian juga dalam penentuan jenis kegiatan yang meliputi penyusunan RUK dan
RUB, memang hanya dilakukan oleh pengurus Poktan dan Gapoktan didampingi penyuluh
pendamping. Partisipasi petani hanya pada penyusunan dan pengajuan RUA saja, selanjutnya
mereka hanya menunggu sampai dana dapat dicairkan. Hal yang sama juga terjadi pada
kegiatan penyaluran dana dan penyusunan laporan, hanya pengurus Poktan dan Gapoktan saja
yang terlibat.
Tingkat partisipasi petani dalam program PUAP tergolong sedang, yaitu pada kegiatan
sosialisasi program dan pendampingan. Dalam kedua kegiatan ini, petani rata-rata ikut serta
ketika diadakan sosialisasi program PUAP. Begitu juga dalam kegiatan pendampingan yang
dilakukan penyuluh pendamping, petani sudah berpartisipasi meskipun tidak selalu aktif.
Sedangkan untuk kegiatan pengajuan RUA, penggunaan dana, dan pengembalian dana,
tingkat partisipasi petani tergolong tinggi. Rata-rata semua petani menyusun sendiri RUA
yang akan mereka ajukan, meskipun masih ada beberapa orang yang belum mandiri, sehingga
harus dibantu oleh orang lain atau Ketua Gapoktannya untuk menyusun RUA. Begitu juga
dengan penggunaan dana, rata-rata petani memperoleh dana sesuai pengajuan dalam RUA,
tetapi salah satu hal yang sulit adalah melakukan pengawasan dalam penggunaan dana
tersebut. Karena tidak ada pengawasan terhadap penggunaan dana, apakah benar-benar
digunakan petani sesuai usaha produktif yang diajukan atau tidak, sepanjang petani lancar
mengembalikan pinjaman dana ke kas Gapoktan. Hal ini tentu perlu dievaluasi untuk
mengurangi penyimpangan demi keberlangsungan program selanjutnya.

Faktor-faktor Penentu Tingkat Partisipasi dalam Pelaksanaan Program PUAP

Perbedaan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Kabupaten OKU
ditentukan oleh beberapa faktor yang meliputi: pendidikan petani, pelatihan yang pernah
diikuti, sosialisasi program, status sosial, dan kegiatan pendampingan. Untuk menganalisis
perbedaaan tingkat partisipasi tersebut digunakan analisis Chi-square dengan hasil sebagai
berikut:

Tabel 4.
Hasil Analisis Chi-squareTingkat Partisipasi Petani Berdasarkan Pendidikan Petani,
Pelatihan yang Pernah Diikuti, Sosialisasi Program, Status Sosial dan
Kegiatan Pendampingan PUAP di Kabupaten OKU

Variabel Penentu Partisipasi Chi-squarehitung Perbedaan Partisipasi
Pendidikan petani
Pelatihan yang pernah diikuti
Sosialisasi program PUAP
Status sosial
Pendampingan PUAP
1,764
0,745
1,867
30,260*
8,892*
Tidak berbeda
Tidak berbeda
Tidak berbeda
Berbeda
Berbeda
Keterangan : *
(0,05, 2)
= 5,99
AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011 ISSN: 1979 8245X



Endang Lastinawati, Hal; 47- 57

53

1. Pendidikan Petani

Pendidikan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh
petani contoh. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
suatu program. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka diharapkan tingkat
pemikiran pun akan semakin maju, sehingga akan lebih mudah menerima dan
melaksanakan suatu program baru. Berdasarkan penelitian di Kabupaten OKU, persentase
terbanyak dari tingkat pendidikan petani di Kabupaten OKU adalah SD (38%), dan
berturut-turut diikuti oleh tingkat pendidikan SMU (32%), SMP (26%), dan masing-
masing 2% yang berpendidikan Diploma dan S1. Dari data tersebut dapat disimpulkan,
bahwa rata-rata petani contoh di Kabupaten OKU telah mengenyam pendidikan hingga
tingkat menengah. Hal ini tentu merupakan suatu potensi yang dapat menunjang
pelaksanaan suatu program, dengan harapan makin tinggi tingkat pendidikan, makin
terbuka wawasan, maka tingkat partisipasi dalam pelaksaan program juga makin
meningkat. Jika dikelompokkan berdasarkan tingkat partisipasi dan pendidikan petani
dalam program PUAP di Kabupaten OKU, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 5. Pengelompokan Petani berdasarkan Tingkat Partisipasi dan Tingkat Pendidikan

Tingkat Partisipasi
Pendidikan Petani
Jumlah
SMP ke bawah SMA ke atas
Rendah
Sedang
Tinggi
6
16
10
6
6
6
12
22
16
Jumlah 32 18 50

Setelah dilakukan uji chi-square untuk melihat ada tidaknya hubungan tingkat pendidikan
dengan tingkat partisipasi berdasarkan data pada Tabel 5, ternyata nilai chi-square hitung
lebih kecil daripada nilai chi-square tabel, sehingga H
0
diterima. Artinya di Kabupaten
OKU, tidak ada perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari perbedaan tingkat pendidikan.

Kondisi tersebut dapat dijelaskan, karena pada dasarnya setiap petani yang tergabung
dalam Poktan dan bersatu dalam Gapoktan akan secara otomatis ikut dalam program
PUAP. Hanya saja, ada yang mau memanfaatkan fasilitas PUAP, ada yang tidak. Di
Kelurahan Sepancar Lawang Kulon, pada mulanya banyak petani yang masih beranggapan
bahwa program tersebut hanya untuk segelintir orang saja, akibat kentalnya budaya
nepotisme yang telah berlangsung bertahun-tahun. Tetapi bisa juga disebabkan karena
ketika dana BLM turun, mereka sedang tidak memerlukan bantuan modal tersebut,
sehingga mereka tidak mengajukan Rancangan Usaha Anggota.

Demikian juga di Desa Karang Endah. Semua anggota Poktan yang bersatu dalam
Gapoktan secara otomatis ikut serta dalam program PUAP. Apalagi hanya terdapat empat
Poktan di Desa Karang Endah, sehingga semuanya bisa mengikuti program PUAP, apapun
latar belakang pendidikannya. Jika mereka tidak mengajukan Rancangan Usaha Anggota,
lebih disebabkan karena mereka belum memerlukan bantuan modal pada musim tanam
yang sedang berlangsung.
AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011 ISSN: 1979 8245X



Endang Lastinawati, Hal; 47- 57

54

2. Pelatihan yang Pernah Diikuti

Pelatihan yang pernah diikuti petani diharapkan dapat menambah wawasan petani. Sehingga,
semakin sering petani mengikuti pelatihan, pemikiran mereka pun akan semakin terbuka,
terutama dalam menerima program-program dan teknologi baru. Pengelompokan petani
contoh berdasarkan tingkat partisipasi dan pelatihan yang pernah diikuti dapat dilihat pada
Tabel 6.

Tabel 6.
Pengelompokan Petani
Berdasarkan Tingkat Partisipasi dan Pelatihan yang Pernah Diikuti

Tingkat Partisipasi
Pelatihan yang pernah diikuti
Jumlah
Tidak Pernah Pernah
Rendah
Sedang
Tinggi
5
6
5
7
16
11
12
22
16
Jumlah 16 34 50

Hasil analisis berdasarkan data pada Tabel 6, diperoleh nilai Chi-square hitung yang lebih
kecil jika dibandingkan nilai Chi-square tabel, sehingga H
0
diterima. Artinya di Kabupaten
OKU tidak ada perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari pernah tidaknya petani mengikuti
pelatihan. Sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh penyuluh pendamping, bahwa petani,
khususnya di Kelurahan Sepancar Lawang Kulon memiliki kepercayaan yang rendah terhadap
program PUAP, akibat budaya nepotisme yang selama ini sering terjadi. Menurut petani, setiap
ada program baru bagi petani, maka yang bisa menikmati program tersebut hanya segelintir
orang saja. Sementara petani lainnya tidak pernah diberi kesempatan untuk memanfaatkan
program tersebut. Atau adanya kenyataan bahwa program-program yang selama ini dibuat
Pemerintah kurang tepat sasaran dan jarang terlihat realisasinya. Kondisi tersebut juga terjadi
pada awal masuknya program PUAP. Meskipun akhirnya melalui beberapa proses sosialisasi
dan kegiatan pendampingan, wacana tersebut sedikit-sedikit dapat diluruskan melalui peran
penyuluh pendamping PUAP.

3. Sosialisasi Program

Sosialisasi program merupakan kegiatan penyampaian informasi kepada petani untuk
memperkenalkan program PUAP. Pengelompokan petani contoh berdasarkan tingkat
partisipasi dan sosialisasi program PUAP yang pernah diikuti dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7.
Pengelompokan Petani
Berdasarkan Tingkat Partisipasi dan Sosialisasi Program PUAP

Tingkat partisipasi
Sosialisasi PUAP
Jumlah
Tidak pernah ikut Pernah ikut
Rendah
Sedang
Tinggi
6
6
5
6
16
11
12
22
16
Jumlah 17 33 50

AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011 ISSN: 1979 8245X



Endang Lastinawati, Hal; 47- 57

55

Berdasarkan data pada Tabel 7, di Kabupaten OKU tidak ada perbedaan tingkat partisipasi
jika dilihat dari pernah tidaknya petani mengikuti sosialisasi program PUAP. Hal ini
dinyatakan oleh nilai Chi-square hitung yang lebih kecil jika dibandingkan nilai Chi-
square tabel, sehingga H
0
diterima. Ikut tidaknya petani dalam kegiatan sosialisasi, tetap
saja secara otomatis mereka menjadi peserta program PUAP.

4. Status Sosial

Status sosial adalah kedudukan petani contoh dilihat dari jabatan yang dilekatkan padanya,
baik dalam masyarakat maupun dalam kelompok. Pengelompokan petani berdasarkan
tingkat partisipasi dan status sosial dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8.
Pengelompokan Petani
Berdasarkan Tingkat Partisipasi dan Status Sosial

Tingkat Partisipasi
Status Sosial Petani
Jumlah Tidak Menyandang
Status Sosial
Menyandang Status Sosial
Rendah
Sedang
Tinggi
7
21
1
5
1
15
12
22
16
Jumlah 29 21 50

Berdasarkan data pada Tabel 8, di Kabupaten OKU, nilai Chi-square hitung tingkat
partisipasi terhadap status sosial petani lebih besar daripada nilai Chi-square tabel.
Artinya, memang terdapat perbedaan tingkat partisipasi berdasarkan perbedaan status
sosial petani. Petani yang memiliki status sosial cenderung lebih memiliki kesempatan
untuk berpartisipasi dalam program dibandingkan petani biasa yang kurang menonjol
perannya baik di masyarakat maupun dalam kelompok.

Tingkat keeratan hubungan kedua variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien
kontingensi sebesar 0,614. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai koefisien kontingensi
maksimum (C
max
) atau C tabel, yaitu 0,707. Artinya, hubungan antara tingkat partisipasi
dengan status sosial petani masih kurang kuat walaupun menentukan tingkat partisipasi.

5. Pendampingan PUAP

Dalam penelitian ini, yang dimaksud kegiatan pendampingan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh penyuluh pendamping yang ditunjuk, untuk mendampingi Gapoktan,
Poktan, maupun petani secara individu selama pelaksanaan program PUAP. Kegiatan
pendampingan dilakukan melalui kunjungan dan pertemuan rutin dengan petani sesuai
jadwal yang telah disepakati bersama Poktan/Gapoktan. Dengan adanya kegiatan
pendampingan, maka diharapkan dapat meningkatkan motivasi petani dalam
melaksanakan program PUAP, karena petani dapat saling bertukar pikiran dengan
penyuluh pendamping tentang berbagai permasalahan baik yang menyangkut program
AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011 ISSN: 1979 8245X



Endang Lastinawati, Hal; 47- 57

56
PUAP maupun masalah-masalah teknis yang mereka hadapi dalam menjalankan usaha
produktifnya.

Idealnya, penyuluh pendamping melakukan kunjungan ke kelompok tani minimal empat
kali seminggu dan kunjungan ke Gapoktan minimal satu kali dalam seminggu. Tetapi pada
kenyataannya ketentuan tersebut tidak mudah dilakukan, apalagi tidak ada insentif khusus
bagi penyuluh pendamping untuk melakukan kegiatan tersebut, hanya mengandalkan
kesukarelaan dan kesadaran terhadap kewajiban semata. Di Kabupaten OKU, kegiatan
pendampingan dapat dikatakan berjalan cukup baik, mengingat kurangnya berbagai
fasilitas tersebut. Penyuluh pendamping sudah cukup melaksanakan tugas
pendampingannya dengan baik, meskipun belum memenuhi kondisi ideal seperti yang
tercantum pada Petunjuk Pelaksanaan Program PUAP. Pengelompokan petani berdasarkan
tingkat partisipasi dan pendampingan petani dalam program PUAP di Kabupaten OKU
dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9.
Pengelompokan Petani Berdasarkan Tingkat Partisipasi dan
Pendampingan Petani dalam Program PUAP

Tingkat Partisipasi
Pendampingan PUAP
Jumlah
Tidak pernah ikut Pernah ikut
Rendah
Sedang
Tinggi
7
8
1
5
14
15
12
22
16
Jumlah 16 34 50

Data pada Tabel 9 menghasilkan nilai Chi-square hitung yang lebih besar daripada nilai
Chi-square tabel. Artinya, memang terdapat perbedaan tingkat partisipasi dilihat dari
pernah tidaknya petani mengikuti kegiatan pendampingan program PUAP di Kabupaten
OKU. Erat tidaknya hubungan antara tingkat partisipasi dengan kegiatan pendampingan
PUAP ditunjukkan oleh nilai koefisien kontingensi (C) sebesar 0,389. Nilai tersebut lebih
kecil jika dibandingkan dengan nilai koefisiensi maksimum (C
max
) atau C tabel sebesar
0,707. Artinya hubungan antara kedua variabel tersebut kurang kuat, meskipun
menentukan tingkat partisipasi.


KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan PUAP di Kabupaten OKU, termasuk dalam
klasifikasi sedang (48,3%).
2. Terdapat perbedaan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Kabupaten OKU
berdasarkan status sosial petani, dan kegiatan pendampingan yang pernah diikuti petani.
Sedangkan tingkat partisipasi petani tidak berbeda berdasarkan pendidikan petani,
pelatihan yang pernah diikuti, dan sosialisasi program.

AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011 ISSN: 1979 8245X



Endang Lastinawati, Hal; 47- 57

57
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian, maka dapat diajukan
saran-saran sebagai berikut:

1. Perlu usaha pembinaan yang kontinyu untuk terus meningkatkan kualitas petani maupun
penguatan kelembagaan petani (Gapoktan) agar lebih mandiri dan berdaya terutama untuk
menentukan dan mengelola usaha produktif yang benar-benar sesuai dengan potensi desa
dan kebutuhan petani sehingga BLM PUAP dapat dimanfaatkan secara optimal.
2. Perlu dilakukan monitoring, dan evaluasi dari tim teknis PUAP secara kontinyu, agar
tidak terjadi penyimpangan dalam program PUAP, sehingga program tersebut tidak
menjadi program instan tetapi dapat berkelanjutan dan tercapai tujuan program.
3. Perlunya perhatian khusus terhadap kesejahteraan penyuluh pendamping, karena
minimnya fasilitas yang diberikan, sehingga dapat mempengaruhi kinerja pendamping di
lapangan yang berimbas pada tidak tercapainya keberhasilan program yang diharapkan.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor lain yang
mempengaruhi program PUAP.

DAFTAR PUSTAKA

Syani, Abdul. 1995. Pengantar Metode Statistik Nonparametrik. Jakarta: Pustaka Jaya
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2000. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi
Aksara

http://www.deptan.go.id/PUAP. Diakses 6 April 2010.

Anda mungkin juga menyukai