DEPARTEMEN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Maret 2014 Latar Belakang Keuangan Inklusif Pengembangan UMKM 2 3 Akses Keuangan dan UMKM dalam Destination Statement Bank Indonesia VISI BI
MISI BI
10 Sasaran Konkrit BI 2018: 1. Terkendalinya inflasi sesuai dengan target yang ditetapkan 2. Terkendalinya nilai tukar yang stabil sesuai dengan keseimbangan internal dan eksternal 3. Terwujudnya pasar keuangan yang dalam dan efisien 4. Terpeliharanya stabilitas sistem keuangan guna mendukung pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil 5. Terwujudnya sistem keuangan yang semakin inklusif 6. Terpeliharanya sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar, dengan memperhatikan perluasan akses dan kepentingan nasional 7. Terjaganya kesinambungan keuangan BI 8. Terwujudnya kapabilitas internal yang kuat 9. Terakumulasinya dukungan SDM yang kompeten 10.Terpeliharanya persepsi positif BI
Sasaran Utama BI SU #2 Menetapkan arah dan mewujudkan strategi jangka menengah-panjang fungsi moneter, SSK, dan sistem pembayaran yang integratif dan berorientasi ke depan
Sasaran Strategis BI SS #5 Mewujudkan keuangan inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis Indikator Kinerja Utama DPAU a. Pengembangan sektor riil melalui pengembangan klaster ketahanan pangan termasuk volatile foods b. Peningkatan jumlah wirausaha baru yang difasilitasi BI c. Pertumbuhan kredit UMKM (2014) d. Share kredit produktif UKM terhadap total kredit e. Jumlah rekening TabunganKu dan basic saving account 4 Peran Bank Indonesia dalam Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Sebelum 1999 Developmental Role 1999 - 2013 Promotional Role 2014 - Bank Indonesia baru
Background : Pasar keuangan belum berkembang. Target pembangunan sektor penting perlu dukungan pendanaan. Instrumen kebijakan moneter langsung mempengaruhi likuiditas perekonomian.
Legal basis: UU No. 13/1968
Background : Perkembangan pasar keuangan. Instrumen kebijakan moneter tidak langsung.
Instrumen : Penyediaan KLBI, Ketentuan kuota KUK Kebijakan kredit sektoral Bantuan teknis Instrumen : Bantuan teknis Pengaturan Kemitraan strategis Instrumen : Bantuan teknis Pengaturan Kemitraan strategis 5 High income OECD & non- OECD 92% Central Asia & Eastern Europe 50% East Asia & Pacific 42% South Asia 22% Middle East & North Africa 42% Sub-Saharan Africa 12% Latin America & Caribbean 40% Sumber : Worldbank, Global Financial Inclusion Index , 2011 Indonesia 19.6% Malaysia 66.7% Philippines 26.5% Thailand 77.7% Vietnam 21.4% India 35.2% China 63.8% Russia 48.2% Brazil 55.9% INDONESIA 20% Hanya 20% orang dewasa di Indonesia yg memiliki rekening di Lembaga Keuangan Formal (World Bank 2011) Latar Belakang Keuangan Inklusif Terdapat 48% rumah tangga yg memiliki tabungan di Bank, LKNB & Non Lembaga Keuangan (Survey Neraca Rumah Tangga BI - 2011) 7 20% Savers Financial Inclusion Borrowers Financial Inclusion > 68% masyarakat menabung > 48% hny menabung di bank > 17% pembiayaan dari bank > 40% tidak bisa meminjam > 36% meminjam dari informal sumber: Survei Neraca Rumah Tangga BI - 2011 sumber: World Bank, Global Financial Inclusion Index - 2011 35,31% Latar Belakang Keuangan Inklusif 8 Masih banyak wilayah di Indonesia yang masih underbanked. Sumber: SEKDA-Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik, 2011, diolah. Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa di wilayah Jawa dan Bali, 1 kantor bank melayani area seluas 1 10km 2 , sementara di wilayah Indonesia Timur 1 kantor bank melayani lebih dari 1000 km 2.
Rasio luas wilayah provinsi dengan jumlah kantor bank di wilayah tersebut R a s i o
l u a s
w i l a y a h
d e n g a n
j u m l a h
k a n t r o r
b a n k
Latar Belakang Keuangan Inklusif 9 Demand (Masyarakat) Supply (Penyedia Jasa Keuangan) Pendapatan yang rendah Jarak yang jauh ke lokasi kantor bank terdekat Mahalnya biaya administrasi dan transaksi untuk volume yang kecil Informasi produk bank yang masih terbatas Tingkat pengetahuan keuangan yang rendah Produk yang kurang sesuai (tabungan murah, kredit harian) Psikologi, image dan budaya Antrian yang panjang Pendirian cabang bank sangat mahal Persyaratan yang ditetapkan oleh regulator Persyaratan yang ditetapkan oleh bank Proses yang kompleks Formalitas tinggi Prefer nasabah non-grass root Hambatan-hambatan masyarakat dalam mengakses jasa keuangan (Honohan, 2004) : 1. Hambatan harga (price barriers); 2. Hambatan informasi (information barrier); dan 3. Hambatan desain produk dan jasa (product and service design barriers). 4. Hambatan channel Latar Belakang Keuangan Inklusif 10 1. Ekonomi biaya mahal 2. Memperbesar inequality 3. Sasaran eksploitasi oleh non formal 4. Memperlamban pertumbuhan perekonomian 5. Rigiditas gap kemiskinan 6. Eskalasi krisis 7. Social problem
Dampak Keuangan Eksklusif 11 Hak setiap orang untuk memiliki akses dan layanan penuh dari lembaga keuangan secara tepat waktu, nyaman, informatif, dan terjangkau biayanya, dengan penghormatan penuh kepada harkat dan martabatnya. (Strategi Nasional Keuangan Inklusif, 2012)
Keuangan Inklusif 12 1. Mempercepat akses masyarakat ke layanan keuangan. 2. Menyediakan sarana keuangan yang murah, mudah dan aman 3. Menyediakan produk dan jasa yg sesuai kebutuhan masyarakat. 4. Mengurangi ekploitasi masyarakat oleh sektor non formal 5. Meningkatkan pemahaman dan kapabilitas keuangan masyarakat. Tujuan Keuangan Inklusif 13 Untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui pengurangan kemiskinan, pemerataan pendapatan dan stabilitas sistem keuangan di Indonesia melalui penciptaan sistem keuangan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat Visi Memberikan support pada konsumsi penduduk miskin. Pemberdayaan Masyarakat Miskin. Memberikan kesempatan partisipasi masyarakat miskin. Menjadikan strategi keuangan inklusif sebagai bagian dari strategi besar pembangunan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan. Menyediakan jasa dan produk keuangan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan layanan jasa keuangan. Meningkatkan akses masyarakat akan layanan jasa keuangan. Memperkuat sinergi antara bank, lembaga keuangan mikro, dan lembaga keuangan non-bank. Mengoptimalkan peran teknologi informasi dan komunikasi untuk memperluas cakupan layanan jasa keuangan. Misi Strategi Nasional Keuangan Inklusif 14 TabunganKu Layanan Keuangan Digital Pembiayaan Start-Up Tujuan Utama Fasilitas Intermediasi & Distribusi
Kebijakan / Peraturan Pendukung
Pemetaan Informasi Keuangan Fasilitas Keuangan Publik
Perlindungan Konsumen
Edukasi Keuangan Pilar Keuangan Inklusif Mencapai kesejahteraan ekonomi melalui pengurangan kemiskinan, pemerataan pendapatan & stabilitas sistem keuangan di Indonesia dengan menciptakan sistem keuangan yg dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat Mediasi Perbankan Transparansi Produk Multilicensing Kebijakan Layanan Keuangan Digital Kebijakan kredit UMKM Edukasi : Pelajar TKI Masyarakat lain (Petani , Nelayan, Daerah Perbatasan) Kampanye Bersama Financial Identity Number (FIN) Informasi harga komoditi melalui Website & HP PKH Jamkesmas BLT Bansos BLSM
Strategi/ Program Program Strategi Nasional Keuangan Inklusif 15 Edukasi Keuangan Sasaran a. Pelajar (SD, SMP, SMA/setingkat, Univ.) b. Kelompok Masyarakat Tertentu (TKI, nelayan, petani, buruh, Masyarakat di Kawasan perbatasan.) Tujuan Tahun 2013 Pelaksanaan & pengembangan edukasi keuangan kepada masyarakat : pelajar SD, SMP, SMA sederajat, mahasiswa, kelompok usaha, Petani, Nelayan, TKI, Buruh dan masyarakat di kawasan perbatasan. Pelaksanaan edukasi keuangan kepada agen terkait implementasi Digital Financial Services Rencana 2014 Integrasi kurikulum 156 sekolah. Pilot project di 7 Ibukota Prov. MoU dengan Kanwil Kemenag Jabar. Penyempurnaan bahan ajar. Pelaksanaan ToT. Integrasi kurikulum nasional 2013 (SMA). Penjajakan integrasi edukasi keuangan dalam kurikulum dasar (SD dan SMP). Penjajakan edukasi keuangan kepada Masyarakat tertentu (Petani). Penyusunan Materi Edukasi Keuangan kepada masyarakat tertentu. Pelatihan TKI. Edukasi keuangan kepada masyarakat daerah perbatasan. Jangka Waktu: Multiyears s.d. 2018 Monitoring Per Semester
Secara umum Meningkatkan pengetahuan keuangan. Secara khusus (a) Bagi pelajar: materi edukasi keuangan masuk kurikulum nasional; (b) Bagi TKI: materi edukasi keu masuk ke dlm materi pelatihan kesiapan TKI 16 TabunganKu TabunganKu Tabungan untuk perorangan warga Indonesia dgn persyaratan mudah & ringan yg diterbitkan secara bersama oleh Bank- bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan Memperluas akses layanan keuangan bagi masyarakat, melalui penyediaan tabungan murah. Hal ini sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menabung
Tahun 2013 Penyempurnaan fitur TabunganKu Monitoring program oleh KPwBI-DN. Penyaluran bantuan pemerintah melalui TabunganKu Pelaksanaan, pengembangan & evaluasi kegiatan TabunganKu dalam rangka mendorong ketersediaan dan pemanfaatan TabunganKu Rencana 2014 Jangka Waktu: Multiyears s.d. 2018 Monitoring Per Semester
Sasaran: Masyarakat Umum dan Pelajar
17 Belum ada produk tabungan yang memiliki fitur yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat merasa bahwa prosedur untuk membuka rekening tabungan masih sulit Persyaratan yang diminta masih banyak Adanya tambahan biaya administrasi. Fitur produk tabungan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat diberi nama TabunganKu. Pada bulan Februari 2010, produk TabunganKu diperkenalkan dan diresmikan oleh Presiden RI dan Gubernur Bank Indonesia bersamaan dengan pencanangan Gerakan Indonesia Menabung (GIM).
Latar Belakang Produk TabunganKu 18 T a b u n g a n K u
TabunganKu adalah produk tabungan untuk perorangan warga negara Indonesia dengan persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank- bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ini Kelebihannya Menguntungkan Tanpa biaya administrasi bulanan Mudah Hanya dengan setoran awal Rp20.000,- dan minimum setoran selanjutnya Rp10.000,- Nyaman Pembukaan rekening, transaksi penarikan tunai dan pemindahan bukuan melalui counter dapat dilakukan di seluruh jaringan bank penerbit yang sama. Produk TabunganKu 19 the provision of some mix of financial and payment services that are delivered and managed using mobile or Web technologies and a network of agents DFS dalam kerangka Financial Inclusion ditujukan untuk meningkatkan akses keuangan bagi masyarakat unbanked dan underbanked, melibatkan pelaku baik dari sektor keuangan dan non sektor keuangan. Media dan Perantara Pro Cons Telepon genggam Kartu Aman, mudah, cepat, murah, dimana-mana Aman, mudah, cepat, murah, terbatas Blind spot Butuh alat transaksi Agen Tersedia dimana-mana, informal, mudah, murah Butuh sistem dan supervisi EDC/tablet PC/PC Aman, mudah, cepat Biaya Produk E-money
Dilindungi
Layanan Keuangan Digital 20 Agen Individu Memiliki Usaha Badan Hukum Jam kerja operasional tidak terbatas Jam kerja operasional terbatas Informal dan fleksibel Lebih formal dan kurang fleksibel Level engagement tinggi Level engagement tidak tinggi Tidak ada turn over karyawan Turn over karyawan Benefit dimiliki langsung Benefit lebih dimiliki pemilik Level commitment lebih tinggi Level commitment sesuai kontrak Risiko lebih tinggi dari badan hukum Risiko lebih rendah dari agen individu Kemampuan terbatas Kemampuan lebih besar Perbedaan Agen Individu & Badan Hukum Agen : adalah pihak ketiga yang bertindak dan atas nama penyelenggara, menyediakan layanan jasa keuangan/sistem pembayaran bersifat terbatas (nominal, jenis layanan, dll). Agen harus dipercaya oleh komunitas sehingga harus memiliki integritas, kemampuan dan reputasi Memanfaatkan kearifan lokal, budaya setempat Agen 21 E-Money Register No. HP Nasabah dg KYC Sederhana Data Agent Network Management/ Distributor 1 2 4 Akun e- money agen Rekening e-money nasabah Debit/ kredit platform Data 1 3 Akun e- money tujuan Rekening e-money nasabah debit kredit platform Mobile Account Transaction Over the Counter Transaction 2 buka akun, setor, & tarik Transfer, pembayaran, pembelian, tarik tunai, penyaluran program bantuan pemerintah kepada masyarakat 3 I II USSD & Notifikasi 2 otentifikasi 5 5 2 authentification Real time Notifikasi Debit/ kredit Mekanisme Transaksi LKD 22 1. Masih banyak masyarakat unbanked, potensinya besar. 2. Market sudah melakukan Digital Financial Services kepada masyarakat, terutama untuk sarana pembayaran. 3. Masyarakat semakin mobile oriented , terbukti cukup tingginya kepemilikan telepon genggam (lebih besar dari jumlah penduduk Indonesia). 4. Penggunaan teknologi (telepon genggam, internet, broadband) berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi (di emerging market menyumbang 1,4%). 5. Survey di 3 negara, transaksi di Agen lebih aman di banding KC & ATM (Bankable Frontier Associates, 2010) 6. Program edukasi keuangan juga terus berjalan. (pelajar/Mahasiswa, TKI, nelayan, Petani). 7. Financial Safety Net Indonesia sudah ada (Crisis Mgt Protocol, Makroprudensial, Fungsi Mikroprudensial, Fungsi Perlindungan Nasabah). 8. Indonesia termasuk negara dengan kategori high readiness dengan penerapan digital financial services/MFS/branchless banking
Kesiapan Indonesia terkait LKD 23 Kementerian dan Program Keuangan Inklusif 24 No. Organisasi Internasional Tahun Partisipasi Peran BI 1.
2010 Co-chair Standard Setting Bodies Sub-Group of the Global Partnership on Financial Inclusion (GPFI) Laporan monitoring & masukan perkembangan Financial Inclusion di Indonesia (berkala) 2. 2010 Knowledge and experience sharing SMEs working group Host APEC 2013- Workshop on Financial Inclusion 3.
2011 Leadership in Financial Inclusion Inisiative SMEs working group 4. 2011 BI ikut dalam program Indonesia Financial Sector Strengthening Trust Fund (IFSS TF) dan Financial Inclusion Support Framework (FISF) WorldBank 5. 2011 BI sebagai advisory board OECD/INFE (International Network on Financial Education) 6. 2010 BI sebagai anggota Steering Committee (2013-2015) Ikut serta dalam komitmen Maya Declaration Co-chair SMEs working group Anggota Financial Inclusion Data dan Mobile Financial Services working group. Bank Indonesia dalam Fora Internasional 25 27 Mendukung Ketahanan Pangan dan Penciptaan Pusat Perekonomian Baru di Daerah Sasaran akhir Pertumbuhan UMKM dan Sektor Riil serta Pengendalian Inflasi Sasaran jk pendek / menengah Strategi Peningkatan Kapasitas UMKM Peningkatan Akses Keuangan Minimalisir Kesenjangan Informasi Peningkatan Koordinasi & Kerjasama dengan Stakeholder Program Produk
- MoU dengan Pemerintah - Fora Internasional Metode Penelitian Pelatihan Penyediaan Informasi Fasilitasi - Penelitian KPJU, Lending Model, Pola Pengembangan Klaster - Data base UMKM nasional maupun ekspor - Data kredit UMKM - Aplikasi SPKUI - Gerakan Pencatatan Transaksi Keuangan UMKM - Pemeringkatan Kredit untuk UMKM - PPKD - Asuransi Pertanian / Ternak Sapi - Sertipikasi Tanah - Sistem Resi Gudang - Kredit Program - Klaster padi, sapi, ikan, kopi dll - Wirausaha di sektor agribisnis dan ekspor - Peningkatan elijibilitas keuangan UMKM - Penguatan Infrastruktur Keuangan - Fasilitasi Program Pemerintah yang Memberikan Nilai Tambah - Penyediaan Kajian - Diseminasi Informasi - Pengembangan Microsite UMKM - Kerjasama dengan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat dan Lembaga Internasional - Klaster - Wirausaha FRAMEWORK PENGEMBANGAN UMKM DI BANK INDONESIA Definisi UMKM UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM Kekayaan Bersih/th > Rp10 M, atau Hasil Penjualan > Rp50 M Kekayaan Bersih/th > Rp500 juta s.d. Rp10 M, atau Hasil Penjualan > Rp2,5 M s.d. Rp50 M Kekayaan Bersih/th > Rp50 juta s.d. Rp500 juta, atau Hasil Penjualan > Rp300 juta s.d. Rp2,5 M Kekayaan Bersih/th < Rp50 juta, atau Hasil Penjualan < Rp300 juta 28 UMKM berperan penting pada ekonomi Indonesia:
Jumlah unit usaha UMKM 56,5 juta, 99,9% dari total pelaku usaha. UMKM menyerap 97,2% total tenaga kerja 107,7 juta. UMKM memberi porsi sekitar 59,1% dari total GDP. Sumber: BPS, Kemenkop UKM 0% 20% 40% 60% 80% 100% 2011 2012 Sumbangan UMKM thd PDB (harga berlaku) Usaha Besar Usaha Menengah Usaha Kecil Usaha Mikro 57.9% 59.1% Profil UMKM Indonesia 84% 86% 88% 90% 92% 94% 96% 98% 100% 2011 2012 Penyerapan tenaga kerja Usaha Besar Usaha Menengah Usaha Kecil Usaha Mikro 97.24 % 97.16% Pangsa ekspor non migas UMKM sebesar 14,06%. Pangsa Investasi UMKM sebesar 54,77%.
29 Perkembangan Kredit UMKM Baki debet kredit UMKM Bank Umum pada November 2013 mencapai Rp595,4 Triliun. Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit bank umum pada November 2013 sebesar 19,4% Jumlah Nasabah (dengan pendekatan rekening kredit) UMKM sebesar 8,1 juta rekening yang terdiri dari 81,1% nasabah usaha mikro, 14,7% nasabah usaha kecil, dan 4,2% nasabah usaha menengah. NPL kredit UMKM pada November 2013 (3,47%). Namun demikian, kredit kepada UMKM masih lebih tinggi dibandingkan NPL kredit perbankan (1,8%). Pertumbuhan kredit UMKM pada bulan November adalah sebesar 15,3% (yoy), masih lebih kecil dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan sebesar 22,1% (yoy). Berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar masih disalurkan di sektor perdagangan (53,3%), yang didominasi penerima kredit dari skala usaha menengah. Menurut wilayah, penyaluran kredit UMKM masih terpusat di wilayah Jawa sebesar 56,8% diikuti dengan pulau Sumatera (20,8%) dan pulau Kalimantan serta Sulawesi (masing-masing 7,4%). Dilihat dari jenis penggunaan, kredit modal kerja mempunyai pangsa terbesar yaitu sebesar 33,2% dan dan kredit investasi sebesar 9,8%
80.6% 19.4% 15.3% 22.1% 0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% J a n - 1 2 F e b - 1 2 M a r - 1 2 A p r - 1 2 M a y - 1 2 J u n - 1 2 J u l - 1 2 A u g - 1 2 S e p - 1 2 O c t - 1 2 N o v - 1 2 D e c - 1 2 J a n - 1 3 F e b - 1 3 M a r - 1 3 A p r - 1 3 M a y - 1 3 J u n - 1 3 J u l - 1 3 A u g - 1 3 S e p - 1 3 O c t - 1 3 N o v - 1 3 Kredit UMKM Kredit Non UMKM Growth Kredit UMKM (Rhs) Growth Kredit Perbankan (Rhs) 30 Salah satu hambatan utama dalam akses pembiayaan adalah penjaminan kredit Hasil Survei BI Th 2010 Responden : 146 institusi/dinas di 9 provinsi
Sensus Ekonomi Nasional (BPS, 2006) Permodalan dan pemasaran menjadi permasalahan utama yang dihadapi oleh usaha mikro dan kecil (UMK). Kurangnya permodalan menghambat ekspansi UMK (50,17%). Permasalahan Yang Dihadapi UMKM 31
UMKM
Kesenjangan antara UMKM dan Bank Banyak yg membutuhkan pembiayaan, jumlah kebutuhan relatif kecil Dokumen (cth. identitas, NPWP, agunan) legal formal terbatas Umumnya tidak memiliki pencatatan/lap keu memadai Membutuhkan akses informasi & produk bank yg sesuai karakteristik usaha
Perbankan
Biaya transaksi vs profit Kebutuhan thd dokumen legal formal Kebutuhan akan informasi keuangan UMKM Produk perbankan sesuai kebutuhan UMKM Faktor psikologis Jangkauan pelayanan dan perlunya jaringan/dukungan teknologi Kebijakan pengembangan UMKM Bank Indonesia Pembiayaan UMKM Kapasitas & elijibilitas 32 Koordinasi dan kerjasama antara BI dg kementerian/lembaga
Daftar Produk Unggulan Daerah Pola Pembiayaan (Lending Model) Klaster Pelatihan/ Pendampingan /Promosi Bank & Lemb. Pembiayaan UMKM
UMKM BDSP Pengaturan Kebijakan Database Profil UMKM Wirausaha Baru Pelatihan PPKD Credit rating untuk UMKM Sertipikasi tanah Asuransi ternak Program pengembangan UMKM 33 Beberapa Program Kerja Pengembangan UMKM Ketentuan Program pemberdayaan UMKM Kemitraan dalam rangka mendukung program Pemerintah Penelitian Pengembangan infrastruktur pendukung 34 Ketentuan PBI No. 14/22/PBI/2012 tanggal 21 Des 2012 sebagai acuan BI dalam pengembangan UMKM serta monitoring pencapaian kredit UMKM oleh perbankan minimum 20%.
Bank Umum wajib memberikan Kredit atau Pembiayaan UMKM. Jumlah Kredit atau Pembiayaan UMKM ditetapkan paling rendah 20% yang dihitung berdasarkan rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total kredit/pembiayaan, dengan pemenuhan secara bertahap yaitu:
Bank Indonesia dapat memberikan Bantuan Teknis dalam rangka mendukung pengembangan UMKM kepada bank, lembaga pembiayaan UMKM, Lembaga Penyedia Jasa dan UMKM. Bantuan Teknis yang diberikan oleh Bank Indonesia dapat berupa penelitian, pelatihan, penyediaan informasi, dan/atau fasilitasi. TAHUN PANGSA KREDIT UMKM THD TOTAL KREDIT Tahun 2013 dan 2014 Sesuai kemampuan Bank Tahun 2015 paling rendah 5% Tahun 2016 paling rendah 10% Tahun 2017 paling rendah 15% Tahun 2018, dst paling rendah 20% 35 Penelitian Hasil penelitian sebagai acuan dalam rencana pengembangan UMKM ke depan serta untuk pemberian rekomendasi kepada stakeholders. Penelitian yang reguler dilakukan adalah:
Bertujuan mengidentifikasi KPJU unggulan di daerah yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja, daya saing dan inflasi daerah. Penelitian KPJU telah dilaksanakan di semua Provinsi. Up-dating dilakukan setiap 5 tahun oleh KPwDN terkait.
Bertujuan memberikan informasi mengenai pola pembiayaan komoditas/produk/jasa usaha potensial yang dapat dimanfaatkan oleh UMKM dalam mengembangkan usaha dan oleh bank dalam mengidentifikasi potensi risiko terkait bidang usaha komoditas tersebut. Hasil penelitian yang telah dilakukan juga diunggah dalam website Info UMKM untuk dapat diakses oleh masyarakat dan pihak yang membutuhkan. Komoditas, Produk, Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Model pembiayaan (lending model) skala mikro dan kecil 36 Pengembangan Infrastruktur Pendukung Pengembangan infrastruktur pendukung pemberian kredit UMKM yang dapat mengatasi hambatan akses UMKM kepada pembiayaan
Tengah dikembangkan dengan tujuan mengurangi asymmetric information antara bank dengan UMKM dan membantu bank dalam memutuskan pembiayaan kepada UMKM melalui penyediaan informasi mengenai creditworthiness individu UMKM.
PPKD didirikan untuk meningkatkan bankability UMKM dan sebagai alternatif substitusi keterbatasan agunan yang dimiliki UMKM dalam memperoleh kredit dari bank Pengembangan credit rating untuk UMKM Mendukung Pendirian Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah 37 Program Pemberdayaan UMKM Program pemberdayaan UMKM dilakukan dengan tujuan meningkatkan kapabilitas dan bankabilitas UMKM. Jenis kegiatan yang dilakukan adalah :
Bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bank dan UMKM serta lembaga terkait lainnya dalam rangka meningkatkan akses UMKM pada pembiayaan. Da Meningkatkan daya saing UMKM melalui peningkatan interaksi dan kerja sama diantara pelaku usaha dalam klaster agar menghasilkan manfaat dan efisiensi yang lebih tinggi. Sasaran akhir kegiatan adalah pengendalian inflasi dari sisi supply dan peningkatan kapasitas ekonomi.
Sertipikasi hak atas tanah UMK digunakan sbg agunan tambahan, sedangkan asuransi ternak untuk mitigasi risiko kredit bank karena kehilangan dan kematian ternak sekaligus menjaga kelangsungan usaha peternak. Program ini diintegrasikan dengan program pemberdayaan lainnya dalam rangka meningkatkan elijibilitas dan akses UMK kepada sumber-sumber pembiayaan.
Pelatihan dan Edukasi Pengembangan klaster Pemanfaatan sertipikat tanah dan asuransi ternak secara terintegrasi untuk akses pembiayaan UMK 38 Program Kemitraan Program kemitraan dilakukan dalam rangka mendukung program Pemerintah, khususnya terkait penyediaan kredit program.
KREDIT PROGRAM SUBSIDI BUNGA Pendanaan berasal dari Bank Pelaksana yang disalurkan kepada Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dengan tingkat bunga pasar, namun sebagian menjadi beban pemerintah dalam bentuk subsidi bunga. Jenis-jenis kredit program dengan skema ini yaitu: KKP-E, KPEN-RP, dan KUPS KREDIT PROGRAM PENJAMINAN PEMERINTAH Penyediaan kredit/pembiayaan bersumber dari dana perbankan dengan penjaminan oleh pemerintah melalui perusahaan penjamin. Jenis kredit program dengan skema ini adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR). KKP-E adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Perbankan kepada petani/peternak melalui kelompok tani atau koperasi yang didukung dengan subsidi bunga dari pemerintah. KPEN-RP adalah kredit investasi yang diberikan oleh Perbankan kepada petani sawit, kakao, dan karet yang didukung dengan subsidi bunga oleh pemerintah kepada petani. KUPS adalah kredit yang diberikan oleh Bank Pelaksana kepada Pelaku Usaha Pembibitan Sapi yang didukung dengan subsidi bunga oleh Pemerintah. 39