Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Umum
Laboratorium merupakan unit fungsional kecil pada Departemen sebagai
wadah untuk pengembangan suatu bidang ilmu dan pelaksanaan Tridarma
Perguruan Tinggi melalui pengembangan pendidikan, penelitian, dan pembinaan
atau kemampuan atau keahlian sumber daya manusia serta pemberdayaan
masyarakat. Suatu lembaga pendidikan yang berbasis sains tidak dapat maju dan
menjadi pionir dibidangnya bila mengabaikan keberadaan laboratorium di dalam
sisstem pembelajarannya. Keberadaan laboratorium kimia sangatlah penting
didalam di dalam suatu lembaga pendidikan terutama di perguruan tinggi untuk
dapat mewujudkan pengembangan dan pemanfaatan ilmu kimia secara
sinambung.
Laboratorium kimia, seperti layaknya tempat bekerja, harus dapat
memberikan kenyamanan, kesehatan, dan keamanan kepada semua orang yang
bekerja di dalamnya, termasuk pengelola laboratorium itu sendiri. Untuk itu, perlu
studi kelayakan mengenai perencanaan dalam merancang laboratorium kimia
yang meliputi adanya prosedur dalam pengoperasian baku yang memperhatikan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di laboratorium. Adanya ventilasi dan
perlengkapan pelindung yang berfungsi baik, penataan dan pengelolaan bahan
kimia dan peralatan laboratorium serta adanya prosedur pengolahan limbah
laboratorium ( Sugiwati, 2007).
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil dan sangat
penting dalam memelihara keseimbangan ekologi dan ekosistem di bumi.
Beberapa mikroorganisme bersifat menguntungkan dan ada pula yang merugikan,
baik terhadap manusia maupun hewan. Sebagai contoh, mikroorganisme yang
menguntungkan dapat untuk dimanfaatkan dalam pembuatan makanan yang dapat
dikonsumsi oleh manusia maupun hewan. Akan tetapi, tidak sedikit
mikroorganisme yang dapat merugikan manusia karena dapat merugikan atau
menimbulkan penyakit yang berbahaya bagi tubuh manusia. Oleh karena itu,
penting sekali untuk mengetahui segala sesuatu mengenai mikroorganisme, baik
jenis, bentuk, sifat, peranan, maupun patogenisitas mikroorganisme untuk
menghindari infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme ataupun untuk
mengobati penyakit yang ditimbulkannya. Selain itu, pengetahuan tentang
mikroorganisme sangat bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari dalam
rangka menjalani hidup yang bersih dan sehat (Radji, 2009).
Secara sederhana metode-metode yang seringkali digunakan untuk
menentukan jumlah biomassa mikroorganisme tanah dapat dikelompokkan
menjadi metode-metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dengan
menggunakan mikroskop, diantaranya yakni pengamatan langsung tanah
pewarnaan (keadan tanah tidak terganggu) menggunakan teknik irisan tipis,
pewarnaan tanah dan pengamatan langsung bisa dengan mikroskop cahaya
maupun dengan mikroskop fluoresen, metode slide kontak, metode rasio-usapan,
Scanning Electron Microscope (SEM), dan Transmission Electron Microscope
(TEM). Adapun metode tidak langsung, diantaranya yakni metode Most Probable
Number (MPN) dan juga metode pengkayaan tanah (Djajakirana, 2003).
Mikrobiologi ialah telaah mengenai organisme hidup yang berukuran
mikroskopis. Dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organism yakni
bakteri, protozoa, virus, serta algae, dan cendawan mikroskopis. Dalam bidang
mikrobiologi mempelajari banyak segi mengenai jasad renik (juga dinamakan
microbe atau protista) dimana adanya ciri-cirinya kekerabatan antara sesamanya
seperti juga dengan kelompok organisme lainnya, pengendaliannya, dan
peranannya dalam kesehatan serta kesejahteraan. Mikroorganisme sangat erat
kaitannya dengan kehidupan, beberapa diantaranya bermanfaat dan yang lain
merugikan. Banyak diantaranya menjadi penghuni dalam tubuh manusia.
Beberapa mikroorganisme menyebabkan penyakit dan yang lain terlibat dalam
kegiatan manusia sehari-hari seperti pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi
penisilin, serta proses-proses perlakuan yang berkaitan dengan pembuangan
limbah. Mikrobiologi merupakan ilmu yang masih muda. Dunia jasad renik
barulah ditemukan sekitar 300 tahun yang lalu, dan makna yang sesungguhnya
mengenai mikroorganisme itu barulah dipahami dan dihargai 200 tahun
kemudian. Selama 40 tahun terakhir, mikrobiologi muncul sebagai bidang biologi
yang sangat berarti. Kini mikroorganisme digunakan oleh para peneliti dalam
penelaahan hampir semua gejala biologis yang utama (Hadioetomo, 2007).
Sejak ditemukan mikroskop oleh Antony van Leeuwenhoek pada tahun 1683,
dapat diketahui ternyata kuman ada di mana-mana, di air, tanah, udara, benda-
benda, bahkan di tubuh setiap orang. Keberadaan kuman-kuman yang tidak kasat
mata tersebut seringkali membuat kita tidak sadar akan bahaya yang dapat
ditimbulkan. Secara kontinyu kuman-kuman tersebut diteliti atau dipelajari di
laboratorium mikrobiologi. Salah satu cara untuk menjaga agar hasil pekerjaan di
laboratorium mikrobiologi tidak terkontaminasi, serta dapat melindungi pemeriksa
adalah dengan cara cuci tangan. Cuci tangan merupakan suatu hal yang sederhana
yang biasa kita lakukan tapi sangat besar manfaatnya. Penelitian yang dilakukan
oleh membuktikan bahwa cuci tangan dapat menurunkan jumlah kuman di tangan
hingga 58%. Secara individu cuci tangan dapat meningkatkan higienitas yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh (Rachmawati, 2008).
Sterilisasi atau suci hama yaitu suatu proses membunuh segala bentuk
kehidupan mikroorganisme yang ada dalam contoh, alat-alat atau lingkungan
tertentu. Dalam bidang bakteriologi, kata sterilisasi sering dipakai untuk
menggambarkan langkah yang diambil agar mencapai tujuan meniadakan atau
mebunuh semua bentuk kehidupan mikroorganisme. Teknik sterilisasi pada
dasarnya dapat ditempuh melalui dua cara yakni secara fisis dan secara kimia.
Sterilisasi merupakan proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan.
Suatu benda yang steril dipandang dari sudut mikrobiologi artinya bebas dari
mikroorganisme hidup (Gabriel, 1996).
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membebaskan suatu benda dari
semua mikroorganisme, baik bentuk vegetatif maupun bentuk spora. Fungsi
sterilisasi di antaranya pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencemaran
organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan asepsis, pada
pembuatan makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap
pencemaran oleh mikroorganisme. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan
desinfeksi yaitu proses mematikan semua mikroorganisme patogen yang dapat
menyebabkan infeksi. Di laboratorium mikrobiologi, sterilisasi merupakan bagian
yang sangat penting atau merupakan keharusan, baik pada alat maupun media.
Hal ini penting karena jika alat atau media tidak steril, kita akan sulit
menentukan apakah isolat kuman berasal dari spesimen pasien yang diperiksa atau
kontaminan. Bekerja di laboratorium mikrobiologi mengandung risiko yang tidak
kecil. Setiap saat harus selalu berasumsi bahwa setiap mikroorganisme adalah
potensial patogen dan kita harus berhati-hati agar tidak terinfeksi oleh kuman
yang akan diperiksa.
Cuci tangan adalah suatu hal yang sederhana untuk menghilangkan kotoran
dan meminimalisir kuman yang ada di tangan dengan mengguyur air dan dapat
dilakukan dengan menambah bahan tertentu. Penelitian intervensi yang
berpengaruh 150 tahun yang lalu, Semmelweis meminta dengan tegas agar para
dokter yang melakukan autopsi mencuci tangannya sebelum membantu
persalinan, sehingga mengurangi kematian bayi karena sepsis puerperal
Streptoccocus dari 22% menjadi 3%. Dengan cuci tangan diharapkan akan
mencegah penyebaran kuman patogen melalui tangan. Peran tangan sebagai
sarana transmisi kuman patogen telah disadari sejak tahun 1840-an. Dengan cuci
tangan diharapkan akan mencegah penyebaran kuman patogen melalui tangan.
Sejak itu banyak penelitian yang memastikan bahwa dokter yang membersihkan
tangannya dari kuman sebelum dan sesudah memeriksa pasien dapat mengurangi
angka infeksi di rumah sakit.
Cuci tangan dapat mencegah lebih dari 1 juta kematian pertahun akibat
penyakit diare, sedangkan mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan diare
hingga 47%. Dengan higiene tangan (hand hygiene) yang tepat dapat mencegah
infeksi dan penyebaran resistensi anti mikroba. Higiene tangan sangat diperlukan
di bidang mikrobiologi maupun di tempat perawatan atau tempat-tempat yang
rawan terjadi penyebaran mikroorganisme melalui media tangan kita. Di rumah
sakit, hygiene tangan yang tepat dapat menurunkan atau mencegah terjadinya
infeksi nosokomial. Terdapat dua konsep dasar higiene tangan yang berbeda yaitu
mencuci tangan (hand washing) dan menggosok tangan dengan alkohol (hand
rubbing). Cuci tangan adalah mencuci tangan dengan menggunakan sabun plain
(tidak mengandung anti mikroba) atau sabun antiseptik (mengandung anti
mikroba), menggosok-gosok kedua tangan meliputi seluruh permukaan tangan
dan jari-jari selama 1 menit, mencucinya dengan air dan mengeringkannya secara
keseluruhan dengan menggunakan handuk sekali pakai. Meski sama-sama untuk
membersihkan tangan, keampuhannya membunuh bakteri berbeda-beda. Sabun
antibakteri memiliki bahan khusus yang dapat mengontrol bakteri di tangan.
Ketika mencuci tangan dengan sabun antibakteri, sejumlah kecil bahan antibakteri
turut bekerja. Triclosan ialah zat antibakteri yang paling sering ditambahkan.
Bahan inilah yang mengurangi jumlah bakteri berbahaya hingga beberapa waktu
kemudian.
Sementara itu, efek dari mencuci tangan dengan sabun biasa tidak sehebat
bila memakai sabun antibakteri. Sabun biasa memang dapat menghilangkan
bakteri tetapi cuma sebentar. Dalam waktu singkat bakteri akan berkembang lagi
di tangan. Sabun pencuci tangan harus memenuhi standar khusus. Pertama, ia
mesti efektif menyingkirkan kotoran. Kedua, ia tidak merusak kesehatan kulit
mengingat kulit yang sehat adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh. Ketiga, ia
harus nyaman untuk dipakai. Dalam hal ini, aromanya pegang peranan. Ia
semestinya tidak menebarkan wangi yang menusuk hidung. Cara kedua untuk
menciptakan higiene tangan adalah dengan menggosok tangan menggunakan
alkohol. Berbeda dari cuci tangan, pada teknik ini tidak memerlukan penggosokan
yang amat kuat, mencuci dengan air dan juga mengeringkannya dengan
menggunakan handuk (Rachmawati, 2008)
Peralatan dan bahan untuk diproduksi biofungsida, sifatnya umum artinya
tidak memerlukan peralatan atau bahan yang sifatnya spesifik, karena tidak
memerlukan tingkat sterilisasi tinggi. Bahan yang digunakan pun mudah untuk
didapatkan di pasar bebas. Dengan demikian peralatan ataupun bahan bantu yang
diperlukan, tidak menjadi kendala untuk menginisiasi industri biopestisida baik
skala kecil dan menengah. Alat-alat laboratorium memproduksi biofungsida
dengan bahan aktif jamur atau bakteri memerlukan peralatan yang sama, yaitu
gelas tabung reaksi, tabung Erlenmeyer, gelas ukur, cawan petri, alat penggojok
(sharker), alat pencampur, pengering, bioreaktor, dan alat pemisah biomassa sel.
a. Tabung reaksi
Tabung reaksi berfungsi untuk menyimpan biakan jamur atau bakteri dan
pengenceran biakan dalam media cair. Ukuran tabung reaksi bermacam-macam,
mulai dari diameter 1 cm dan panjang 10 cm sampai diameter 2,5 cm dan
panjang 25 cm. Namun, yang sering digunakan adalah tabung reaksi dengan
diameter 1,5 cm dan panjang 25 cm.
b. Cawan petri
Cawan petri berfungsi untuk menumbuhkan biakan pada media agar-agar.
Selain itu, cawan petri juga digunakan untuk peremajaan isolat jamur.
c. Tabung Erlenmeyer
Tabung Erlenmeyer digunakan untuk perbanyakan biomassa spora pada saat
peremajaan isolat bakteri atau jamur, serta pembuatan biang atau induk biakan
pada volume yang tidak terlalu besar. Ukuran tabung Erlenmeyer juga
bervariasi mulai dari volume 50 mL-10 Liter. Namun yang sering digunakan
adalah tabung yang bervolume 100 mL dan 1000 mL.
d. Gelas ukur
Gelas ukur berupa tabung berbentuk silinder yang terdapat suatu penanda
ukuran volume atau isi yang berfungsi untuk menakar dari volume bahan cair.
Ukurannya pun sangat bervariasi, mulai itu dari volume takaran 50 mL sampai
1 Liter.
e. Alat pencampur
Ukuran alat pencampur atau mixer sangat bervariasi, tergantung dari volume
bahan yang akan dicampur. Namun, yang umum yang digunakan adalah alat
pencampur dengan volume 10-100 kg, akan dapat berbentuk vertikal atau
horizontal.
f. Alat pengering
Alat ini berfungsi untuk mengeringkan produk pada suhu sekitar dari 35-60 C
dan beraliran udara kering. Besar kecilnya alat pengering ini tergantung pada
kebutuhan volume bahan yang akan dikeringkan.


g. Alat penggojok
Ukuran alat penggojok bervariasi, mulai dari ukuran kecil hingga besar,
tergantung volume bahan yang akan digojok. Fungsi alat ini untuk
menumbuhkan isolat pada media cair dan memberikan kebutuhan oksigen yang
baik bagi isolate. Untuk produksi kapasitas kecil (100-300 kg), biasanya
digunakan alat penggojok dengan beban 5-50 kg.
h. Bioreaktor
Fungsinya untuk perbanyakan biomassa sel, spora, konidia bakteri atau jamur
dalam kondisi yang terkendali. Bioreaktor juga bertujuan untuk keperluan
produksi dalam skala besar dan produk tidak memerlukan kondisi yang terukur
ketat (presisi). Untuk produksi biomassa jamur, dapat menggunakan boireaktor
yang sederhana, bahkan cukup dengan alat penggojok ukuran besar.
i. Alat pemisah biomassa
Alat ini berfungsi untuk memanen biomassa spora/konidia jamur atau spora
bakteri jika diberbanyak pada medium pertumbuhan cair.
(Suwahyono,2009)
j. Autoklaf
Autoklaf adalah suatu bejana yang dapat ditutup, yang diisi dengan uap panas
dengan tekanan tinggi. Suhu di dalamnya dapat mencapai 115 C hingga 125 C
dan tekanan uapnya mencapai 2 hingga atm. Alat tersebut merupakan ruang uap
berdinding rangkap yang diisi dengan dengan uap jernih/jenuh bebas udara dan
dipertahankan pada suhu serta tekanan yang ditentukan selama periode waktu
ysng ditentukan selama periode waktu yang dikehendaki. Waktu yang
diperlukan untuk sterilisasi tergantung pada sifat bahan yang disterilkan, tipe
wadah dan volume bahan dan kondisi yang baik digunakan untuk sterilisasi
adalah pada 15 psi dan temperatur 121 C selama 15 menit. Agar penggunaan
autoklaf efektif uap air harus dapat menembus setiap alat yang disterilkan. Oleh
karena itu, autoklaf tidak boleh terlalu penuh, agar uap air yang benar-benar
menembus semua area (Adji, 2007).

Sterilisasi atau suci hama yaitu suatu proses membunuh segala bentuk
kehidupan mikroorganisme yang ada dalam sampel/contoh, alat-alat atau
lingkungan tertentu. Dalam bidang bakteriologi, kata sterilisasi sering dipakai
untuk menggambarkan langkah yang diambil agar mencapai tujuan meniadakan
atau membunuh semua bentuk kehidupan mikroorganisme. Teknik sterilisasi pada
dasarnya dapat ditempuh melalui dua cara yaitu secara fisis dan secara kimia.
1. Sterilisasi Fisis
a. Metode Radiasi
Radiasi gelombang elektromagnetik yang banyak digunakan adalah radiasi sinar
ultraviolet, radiasi sinar gamma atau sinar X dan sinar matahari. Sinar
ultraviolet yang diserap oleh sel organism yang hidup, khususnya oleh
nukleotida maka electron-elektron dari molekul sel hidp akan mendapat
tambahan energi. Tambahan energy ini kadang-kadang cukup kuat untuk
mengganggu bahkan merusak ikatan intramolekuler, yang menyebabkan
kematian pada sel.
b. Metode Pemanasan dengan uap air dan pengaruh tekanan (auto clave)
Benda yang akan disuci hamakan diletakkan di atas lempengan saringan dan
tidak langsung mengenai air di bawahnya. Pemanasan dilakukan hingga air
mendidih (diperkirakan pada suhu 100 C), pada tekanan 15 Ib temperature
mencapai 121 C.
c. Metode pemanasan secara kering
Pemanasan kering ini dipergunakan untuk mensterilkan alat-alat pipet, tabung
reaksi, jarum operasi, jarum suntik dan syringe. Untuk mencapai efektifitas
diperlukan pemanasan mencapai temperatur antara 160 C sampai 180 C.
d. Metode pemanasan secara intermittent/terputus-putus
Temperature didih 100 C selama 1 jam tidak dapat membunuh semua
mikroorganisme tetapi apabila dididihkan berulang-ulang sampai lima kali dan
setiap air mendidih istirahat berlangsung 1 menit akan sangat berhasil untuk
membunuh kuman.


e. Metode incineration (pembakaran langsung)
Alat-alat platina, khrome yang akan disteril dapat dilakukan melalui
pembakaran secara langsung pada nyala lampu bunsen hingga mencapai merah
padam.
f. Metode penyaringan (filtration)
Metode ini hanya dipakai untuk sterilisasi larutan gula, cairan lain seperti serum
atau sterilisasi hasil produksi mikroorganisme seperti enzim dan exotoxin dan
untuk memisahkan fitrable virus dari bakteri dan organisme lain.
2. Sterilisasi Kimia
Pada sterilisasi kimia lazim digunakan adalah alkohol 96%, aseton tab formalin,
sulfur dioxide dan chlorine. Bahan yang akan disuci hamakan dibersihkan terlebih
dahulu kemudian direndam dalam alkohol atau aseton atau tab formalin selama
kurang lebih 24 jam (Gabriel,1996).



DAFTAR PUSTAKA

Adji, Dhirgo, dkk. 2007. Perbandingan Efektivitas Sterilisasi Alkohol 70%
Inframerah, otoklaf dan ozon terhadap Pertumbuhan bakteri Bacilus Subtilis.
Jurnal Sains Vet 25.(1).17-23.

Djajakirana, G. 2003. Metode-metode Penentuan Biomassa Mikroorganisme
Tanah Secara Langsung dan Tidak Langsung: Kelemahan dan Keunggulan.
Jurnal Tanah dan Lingkungan 5.(1).29-31.

Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. EGC. Jakarta.

Hadioetomo, Ratna Siri, dkk. 2007. Dasar-dasar Mikrobiologi I. UI-Press.
Jakarta.

Radji, Maksum. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi. Penerbit Panduan mahasiswa
Farmasi dan Kedokteran. EGC . Jakarta.

Rachmawati,F. 2008. Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan dengan
Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Jurnal LOGIKA 5.(1). 26-
31.

Suwahyono, Untung. 2009. Biopestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.














BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Alat Sterilisasi
1) Autoclave
2) Laminar Air Flow
3) Pembakan spiritus
4) Oven
5) Ozon sterilizer
b. Alat Perhitungan Mikroorganisme
1) Colony counter
2) Micrometer sekrup
c. Alat Gelas
1) Alat Gelas Skala
a) Erlenmeyer
b) Gelas kimia
c) Gelas ukur
d) Labu ukur
e) Pipet ukur
f) Pipet gondok
g) Termometer
2) Alat Gelas Tidak Berskala
a) Batang pengaduk
b) Botol cokelat berpipet
c) Botol pengencer
d) Botol vial
e) Cawan petri
f) Chamber
g) Corong
h) Cover glass
i) Driglesky
j) Kaca arloji
k) Object glass
l) Pipet tetes
m) Tabung durham
n) Tabung reaksi
d. Alat Bukan Gelas
1) Botol aquades
2) Botol semprot alkohol
3) Cawan porselin
4) Mortir dan stemper
5) Ose bulat
6) Ose lurus
7) Paper disk
8) Pencadang
9) Penjepit tabung
10) Pinset
11) Plat tetes
12) Propipet
13) Rak tabung
14) Sendok tanduk
15) Sikat tabung
16) Spatula
17) Spoid
e. Alat Instrumen
1) Hot Plate
2) Inkubator
3) Mikropipet
4) Mikroskop cahaya
5) Mikroskop elektrik
6) Neraca Ohaus 311
7) Neraca Ohaus 2160
8) Refrigerator
9) Sentrifuge
10) Shaker
11) Spektrofotometer UV VIS
12) Timbangan analitik
13) Vortex
f. Alat Bantu
1) Alumunium foil
2) Benang godam
3) Gunting
4) Kapas

3.2 Prosedur Kerja
a. Disiapkan semua alat-alat yang digunakan di laboratorium mikrobiologi
b. Diamati alat-alat tersebut
c. Dipahami bentuk, fungsi dan cara kerja alat-alat tersebut
d. Dikelompokkan alat-alat tersebut ke dalam kelompok alat-alat penunjang,
alat instrument, alat perhitungan mikroorganisme, dan alat sterilisasi
e. Digambar alat-alat tersebut dan diberi keterangan.

Anda mungkin juga menyukai