JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
KONSEP DIABETES MELLITUS
A. DEFENISI Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Smeltzer,Suzzane, 2002). Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. (Price, 2000). Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskopik electron (Mansjoer, 2001). Dari beberapa definisi diatas tentang DM dapat diambil kesimpulan bahwa DM adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal (dalam hal ini adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas) dan melibatkan metabolisme karbohidrat dimana seseorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi denga baik, karena proses autoimmune, dipengaruhi secara genetik dengan gejala yang pada akhirnya menuju tahap perusakan imunologi sel-sel yang memproduksi insulin.
B. ETIOLOGI Etiologi berdasarkan klasifikasi, antara lain : 1. Diabetes Mellitus tipe 1/ IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) DM tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas; faktor genetik; imunologi; dan mungkin pula lingkungan (virus) diperkirakan turut menimbulkan distruksi sel beta. a. Faktor genetic Penderita DM tipe I mewarisi kecenderungan genetik kearah DM tipe I, kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe HLA (Human Leucocyt Antigen) tertentu. Resiko meningkat 20 x pada individu yang memiliki tipe HLA DR3 atau DR4. b. Faktor Imunologi Respon abnormal dimana anti bodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi jaringan tersebut sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan Virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat menimbulkan destruksi sel beta. 2. DM tipe II / NIDDM Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan sekresi insulin pada DM tipe 11 masin belum diketahui. Faktor resiko yang berhubungan adalah obesitas, riwayat keluarga, usia (resistensi insulin) cenderung meningkat pada usia >65 tahun. ( Brunner dan Suddarth, 2000). 3. Diabetes mellitus Kehamilan (GDM) Adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul atau mulai diketahui selama pasien hamil. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormone disertai pengaruh metabolic terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan memang merupakan keadaan diabetogenetik.
Faktor Resiko Diabetes Melitus , yaitu : a. Usia >45 tahun Fungsi organ tubuh semakin menurun, sehingga sel beta pancreas untuk menghasilkan insulin menjadi berkurang. b. Obesitas atau kegemukan Pada orang gemuk aktivitas jaringan lemak & otot menurun sehingga dapat memicu munculnya DM c. Pola makan d. Riwayat diabetes mellitus pada keluarga e. Kurangnya berolahraga atau beraktivitas
C. KLASIFIKASI Dalam Boughman (2000), jenis-jenis diabetes adalah: a. Tipe I: Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) 5% - 10% penderita diabetic adalah tipe I. sel-sel beta dari pancreas yg normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah Awitan mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun b. Tipe II: Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) 90% - 95% penderita diabetic adalah Tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin
Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olahraga, jika kenaikan kadar glukosa menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia) Terjadi paling sering pada mereka yg berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yg obesitas c. Sindrom atau Kondisi Lainnya Diabetes mellitus gestasional (GDM): awitan selama kehamilan (pada trimester kedua atau ketiga) Kerusakan toleransi glukosa: kadar gula darah antara normal & yg mengalami diabetes; 25 dari mereka akhirnya mengalami diabetes Abnormalitas toleransi terhadap glukosa sebelumnya (Prev-AGT): metabolism glukosa terakhir normal; riwayat hiperglikemia terdahulu Potensial abnormalitas tolerasnsi glukosa (PotAGT): tidak terdapat riwayat intoleransi glukosa; berikan dorongan untuk mencapai berat badan ideal; resiko diabetes meningkat jika terdapat riwayat keluarga diabetes, obesitas, ibu dari bayi dengan BB > 4,5 kg Penyakit pancreatitis Abnormalitas hormonal Obat-obatan (glukokortikoid & preparat yg mengandung estrogen)
Klasifikasi etiologi kelainan glikemia (diabetes melitus) menurut Gibney (2009) Tipe 1 Ditandai dengan kegagalan produksi insulin parsial atau total oleh sel-sel pancreas. Faktor penyebab masih belum dimengerti dengan jelas tetapi beberapa virus tertentu, penyakit autoimun, & faktor-faktor gentik mungkin turut berperan Tipe 2 Ditandai dengan resistensi insulin ketika hormone insulin diproduksi dengan jumlah yg tidak memadai atau dengan bentuk yg tidak efektif. Ada korelasi genetic yg kuat pada tipe diabetes ini & proses terjadinya berkaitan erat dengan obesitas Tipe spesifik lainnya Defek genetic pada fungsi sel- Defek genetic pada kerja insulin Penyakit pada kelenjar eksokrin pancreas Endokrinopati Ditimbulkan oleh obat-obatan atau zat kimia Infeksi Bentuk immune-mediated diabetes yg langka Kadag-kadang sindrom genetic lain yg disertai diabetes Diabetes gestasional Bentuk diabetes yg terjadi selama kehamilan. Kebanyakan, tapi tidak semuanya, akan sembuh setelah melahirkan
D. PATOFISIOLOGI
Kurang informasi
Kurang pengetahuan
Kerusakan sel pancreas - Resistensi insulin - Produksi insulin menurun
Penyakit kronis tdk bisa diobati Glucagon meningkat
Glukoneogenesis Insulin menurun
Peningkatan hormone glucagon
Hiperglikemia
Diuresis osmotik
Lemak
Ketogenesis
Ketonemia
Penurunan pH
Asidosis
Gg pertukaran gas Protein
BUN meningkat
Nitrogenurine meningkat
Hiperosmolar dieresis
Tubulus ginjal tidak mampu reabsorbsi air Sel kekurangan energi
Kerusakan integritas kulit/jaringan Nyeri Gg pola tidur Gg mobilitas fisik
E. MANIFESTASI KLINIS Dalam Boughman (2000), disebutkan manifestasi klinis diabetes sebagai berikut: a. Diabetes Tipe I Hiperglikemia Glukosuria, dieresis osmotic, poliuria, polidipsia, & polifagi Gejala-gejala lain termasuk keletihan & kelemahan Ketoasidosis diabetic (DAK) menyebabkan tanda-tanda dan gejala-gejala nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas bau buah; jika tidak ditangani, perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian b. Diabetes Tipe II Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif Gejala-gejala seringkali ringan & dapat mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yg sembuhnya lambat, infeksi vaginal, atau pengelihatan kabur (jika kadar glukosa sangat tinggi) Komplikasi jangka panjang jika diabetes tidak terdeteksi dalam waktu selama beberapa tahun (mis.penyakit mata, neuropati perifer, penyakit vascular perifer) yg mungkin telah terjadi sebelum diagnosa actual ditetapkan.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Glukosa Darah Puasa Glukosa Darah Sewaktu Normal <100 mg/dl <140 mg/dl Pra-diabetes 100-125 mg/dl 140-199 mg/dl Diabetes 126 mg/dl 200 mg/dl a. Adanya kadar glukosa darah yg tinggi secara abnormal; kadar glukosa darah puasa >140 mg/dl atau kadar glukosa plasma acak >200 mg/dl pada lebih dari 1 kejadian b. Uji toleransi glukosa oral (OGTT) Tujuan pemeriksaan laboratorium pada DM adalah: menetapkan diagnose, mengikuti perjalanan penyakit, kontrol terapi & deteksi dini adanya kelainan DM.
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994) Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelumpemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan. Diperiksa kadar glukosa darah puasa. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa),atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh. TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 199 mg/dl GDPT : glukosa darah puasa antara 100 125 mg/dl.
Pemeriksaan HbA1c Tidak digunakan untuk menegakkan diagnosa, tetapi hanya untuk memonitor kadar gukosa dalam darah (Baradero,M, dkk., 2009).
G. KOMPLIKASI Komplikasi diabetes mellitus menurut (Smeltzer, Suzzane, 2002) dibagi menjadi tiga kategori yaitu: 1. Komplikasi akut Komplikasi akut antara lain hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah), ketoasidosis diabetik, dan sindrom HHNK (hiperosmolar non ketotik) a) Hipoglikemia terjadi jika kadar glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/1) akibatnya karena pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berlebihan. b) Ketoasidosis diabetik terjadi oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. c) Sindrom hiperglikemia hiperosmoler non ketosis (HHNK) yaitu keadaan yang dideminasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. 2. Komplikasi jangka panjang a) Komplikasi makrovaskuler seperti penyakit arteri koroner / jantung koroner yang disebabkan perubahan arterosklrerotik dalam pembuluh arteri koroner, pembuluh darah serebral atau pembentukan embolus ditempat lain dalam sistem pembuluh darah dan penyakit vaskuler perifer disebabkan perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstremitas bawah. b) Komplikasi mikrovaskuler seperti retingpati diabetic disebabkan oleh perubahan pembuluh-pembuluh darah pada retina mata, dan juga terdapat 3 stadium utama neuropati yaitu Retinopati non proliferatif dan retinopati praproliferatif dan retinopati proliferatif. 3. Komplikasi oftalmologi Komplikasi oftalmologi antara lain : katarak dikarenakan opasitas lensa mata, perubahan lensa dikarenakan kadar glukosa darah meningkat sehingga meningkat, hipoglikemia dikarenakan kadar glukosa darah yang abnormal rendah dibawah 50 60 mg/dl (2,7 3,3 mmol/L). Glukoma terjadi dengan frekuensi yang agak lebih tinggi pada populer diabetik. Kelumpuhan ekstra okuler jadi
akibat neuropati diabetik, neuropati dikarenakan kadar glukosa darah meninggi, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stres terjadi kebocoran protein darah ke dalam urine dan neropati dabetik menyerang semua tipe saraf termasuk saraf perifer (sensori motor) otonom dan spinal.
H. PENATALAKSANAAN Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluhan/gejala DM. sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan asien secara holistic dan mengajarkan kegiatan mandiri. Kriteria pengendalian diabetes melitus:
Glukosa darah plasma vena (mg/dl) puasa 2 jam HBA1c (%) Kolesterol total (mg/dl) Kolesterol LDL tanpa PJK dengan PJK Koleseterol HDL Trigliserida (mg/dl) tanpa PJK dengan PJK BMI / IMT perempuan laki-laki Tekanan darah (mmHg) Baik Sedang Buruk
80 109 110 159 4 6
< 200 < 130 < 100
>45 < 200 <150
18,5 23,9 20 24,9 < 140/90
110 139 160 199 6 8
200 239 130 159 100 129
35 45 < 200 249 < 150 199
23 25 25 27 140160/90-95
140 200 >8
>240 160 130
< 35 >250 200
>25 atau <18,5 >27 atau <20 > 160/95
Komponen dalam penatalaksanaan diabetes: 1. Diet 2. Latihan 3. Terapi 4. Pemantauan 5. Pendidikan
1. Diet Pada konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (19-15%), dan lemak (29-25%). Apabila diperlukan, santapan dengan komposisi karbohdrat sampai 70-75% juga memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Cara menghitung kalori pada pasien DM: a. Tentukan terlebih dahulu berat badan ideal untuk mengetahui jumlah kalori basal pasien diabetes melitus. Cara perhitungan menurut Bocca: BB Ideal = (TB dalam cm 100) 10% kg Pada laki-laki yang tingginya < 160 cm atau perempuan yang tingginya < 150 cm berlaku: BB Ideal = (TB dalam cm 100) x 1 kg b. Kemudian hitung jumlah kalori yang dibutuhkan Laki-laki = BB Ideal x 30 Perempuan = BB Ideal x 25 Kebutuhan kalori sebenarnya harus ditambah lagi sesuai dengan kegiatan sehari-hari. Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai beriku: Pasien kurus = 2.300-2.500 kkal Pasien normal = 1.700-2.100 kkal Pasien gemuk = 1.300-1.500 kkal
2. Latihan Jasmani Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama 0,5 jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Cotinous Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang-seling antara gerak cepat dan labat, berangsur-angsurdari sedikit ke latihan yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung. Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau zona latihan, yaitu 75-85% denyut nadi maksimal. Denyut nadi maksimal (DNM) dapat dihitung dengan menggunakan formula berikut: DNM= 220 umur (dalam tahun) 3. Terapi Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat hipoglikemik (oral/suntikan) a. Obat Hiperglikemik Oral (OHO) Sulfonilurea Obat dolongan sulfonylurea bekerja dengan cara: - Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan - Menurunkan ambang sekresi insulin - Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan berat badan normal dan masih bias dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih. Binguanid Binguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk (IMT > 30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat badan lebih (IMT 27-30), dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonylurea.
Inhibitor glukosidase Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim glukosidase di dalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia pascaprandial. Insulin Ssensitizing agent Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga bias mengatasi masalah resistensi insulin dan sebagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia. b. Insulin Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah: DM dengan berat badan menurun cepat / kurus Ketoasidosis, asidosis laktat, dan koma hiperosmolar DM yang mengalami stress berat (ineksi sistemik, operasi berat, dll) DM dengan kehamilan DM / DM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan. DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis maksimal atau ada kontraindikasi dengan obat tersebut.
Insulin Terdapat 4 buah insulin eksogen yang diproduksi dan dikategorikan berdasarkan puncak dan jangka waktu efeknya. Berikut keterangan jenis insulin eksogen : a. Insulin Eksogen kerja cepat. Bentuknya berupa larutan jernih, mempunyai onset cepat dan durasi pendek. Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang ada antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1 3 macam dan efeknya dapat bertahan samapai 8 jam.
b. Insulin Eksogen kerja sedang. Bentuknya terlihat keruh karena berbentuk hablur-hablur kecil, dibuat dengan menambahkan bahan yang dapat memperlama kerja obat dengan cara memperlambat penyerapan insulin kedalam darah. Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn (NPH),Monotard, Insulatard. Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.
c. Insulin Eksogen campur antara kerja cepat & kerja sedang (Insulin premix) Yaitu insulin yang mengandung insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Insulin ini mempunyai onset cepat dan durasi sedang (24 jam). Preparatnya: Mixtard 30 / 40
d. Insulin Eksogen kerja panjang (lebih dari 24 jam). Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu sekitar 24 36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard.
4. Pemantauan Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri, penderita DM kini dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan hipiglikemia serta hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang. Saat ini telah tersedia alat pemeriksaan gula darah yang dapat digunakan secara mandiri dengan mudah. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan bagi pasien-pasien dengan: a. Penyakit diabetes yang tidak stabil b. Kecenderungan untuk mengalami ketosis berat atau hipoglikemia c. Hipoglikemia tanpa gejala peringatan d. Ambang glukosa renal yang abnormal Bagi sebagian besar pasien yang memerlukan insulin, pemeriksaan kadar glukosa darah sebanyak 2 - 4 kali sehari dapat dianjurkan (biasanya pemeriksaan dilakukan sebelum makan dan pada saat akan tidur malam). Bagi pasien yang menggunakan insulin sebelum makan, diperlukan sedikitnya 3 kali pemeriksaan per hari untuk menentukan doais yang aman. Pasien yang tidak memakai insulin diperbolehkan untuk mengukur kadar glukosa darahnya minimal 2 3 kali per minggu. 5. Pendidikan Pendekatan umum untuk mengelola pendidikan diabetes adalah dengan membagi informasi dan keterampilan menjadi dua tipe utama: (1) keterampilan serta informasi yang bersifat dasat, awal, atau bertahan dan (2) pendidikan tingkat lanjut. Informasi yang harus diberikan dalam memberikan pendidikan mencakup: a. Patofisiologi sederhana Definisi diabetes (dengan kadar glukosa darah yang tinggi) Batas-batas kadar glukosa darah yang normal Efek terapi intsulin dan latihan (penurunan kadar glukosa darah) Efek makanan dan stress, yang mencakup keadaan sakit dan infeksi (peningkatan kadar glukosa darah) Dasar pendekatan terapi
b. Cara-cara terapi Pemberian insulin Dasar-dasar diet (misalnya: kelompok makanan dan jadual makanan) Pemantauankadar glukosa darah, keton urin c. Pengenalan, penanganan dan pencegahan komplikasi akut Hipoglikemia Hiperglikemia d. Informasi yang pragmatis Di mana membeli dan menyimpan insulin, semprit, alat-alat untuk memntau kadar glukosa darah Kapan dan bagaimana cara menghubungi dokter (Smeltzer, Suzzane, 2002).