ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGANBRONCHOPNEUMONIA
DI RUANG CEMPAKA III RSUD KUDUS
DI SUSUN OLEH : 1. ANINDYA M. Kh 2. ANISA LAELA MEGASARI 3. ANNISA NUR AINI 4. MEGAWATI 5. NESTITI AMBAR PUSPITA
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG 2013
A. DEFINISI Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C,) Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W) Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris. Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal.Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi,) Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.
B. PATOFISIOLAOGI Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman. Biasanya bakteri ini menyerang di saluran nafas atas. Dari saluran pernafasan atas sebagian kuman tersebut menuju ke bronkus dan memperbanyak diri , hal ini menyebabkan tubuh melakukan kompensasi dengan melalui proses peradangan. Lama kelamaan maka akan mengakibatkan akumulasi sekret dibronkus, hal ini dapat menyebabkan resiko bersihan jalan nafas tidak efektif. Selain itu apabila akumulasi sekret di bronkus terjadi secara terus menerus, maka akan menyebabkan mukus bronkus meningkat. Hal ini dapat mentebabkan bau mulut tidak sedap. Bau mulut yang tidak sedap tersebut dapat menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Hal ini bisa mengakibatkan intake yang kurang. Masalah keperawatan yang bisanya muncul adalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Selain itu bakteri juga masuk ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut: 1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli. 2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. 3. (Soeparman)
C. PENYEBAB Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunanmekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat. Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain: 1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella. 2. Virus : Legionella pneumoniae 3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans 4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru 5. Terjadi karena kongesti paru yang lama. Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina, 2001 : 682)
Penderita akit berat yang dirawat di RS Penderita yang mengalami supresi sistem pertahanan tubuh Kontaminasi peralatan RS
Saluran Pernafasan Atas Kuman berlebih di bronkus Proses peradangan Akumulasi sekret di bronkus Bersihan jalan nafas tidak efektif Mukus bronkus meningkat Bau mulut tidak sedap Anoreksia Intake kurang Nutrisi kurang dari kebutuhan Kuman terbawa di saluran pencernaan Infeksi saluran pencernaan Peningkatan flora normal dalam usus Peningkatan peristaltik usus Malabsorbrsi Diare Gangguan keseimbangan cairan dan eletrolit Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Dilatasi pembuluh darah Eksudat plasma masuk alveoli Gangguan difusi dalam plasma Gangguan pertukaran gas Peningkatan suhu Septikimia Peningkatan metabolisme Evaporasi meningkat Edema antara kaplier dan alveoli Iritasi PMN eritrosit pecah Edema paru Pengerasan dinding paru Penurunan compliance paru Suplai O 2
menurun Hipoksia Metabolisme anaeraob meningkat Akumulasi asam laktat Fatigue Intoleransi Hiperventilasi Dispneu Retraksi dada / nafas cuping hidung Gangguan pola nafas 1. MANIFESTASI KLINIS Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari.Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis. (Barbara C. long, :435)
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat). (Sandra M. Nettina, 2001 : 683)
2. PENTALAKSANAAN MEDIS Penatalaksanaan keperawatan yang dapat diberikan pada klien bronkopneumonia adalah a. Menjaga kelancaran pernapasan. b. Kebutuhan istirahat. c. Kebutuhan nutrisi dan cairan. d. Mengontrol suhu tubuh. e. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman. Sementara pelaksanaan medis yang dapat diberikan adalah : a. Oksigen 2 liter/menit (sesuai dengan kebutuhan klien). b. Jika sesak tidak terlalu hebat , dapat dimulai makan eksternal terhadap melalui selang nasogastric dengan feeding drip. c. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk transport muskusilier. d. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit ( Arief Mansjoer,2000)
3. KOMPLIKASI Komplikasi dari bronkopneumonia adalah : a. Atelektasis adalah pengenbangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang. Apabila penumpukan secret akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi dan penumpukkan secret ini menyebabkan obtruksi bronkus intrinsik. b. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura. Terjadi dimulai dengan adanya gangguan pembersihan jalan napas akibat penutupan sputum, peradangan yang menjalar ke bronkhiolus menyebabkan dinding bronkhiolus mulai melubang dan membesar. c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang. Di dalam paru-paru berdinding tebal, nanah mengisi rongga yang dibentuk ketika infeksi atau peradangan merusak jaringan paru. d. Endokarditis adalah peradangan pada setiap katup endokardial. e. Meninginitis adalah infeksi yang menyerang selaput otak. Penyebaran virus haemofillus influenza melalui hai saat terjadi infeksi ematogen ke system saraf sentral .penyebarannya juga bias di mulai saat terjadi infeksi saluran pernapasan atau dimana manifestasi klinik meningitis menyerupai pneumonia. (Whaley Wong, 2000)
E. PROSES KEPERAWATAN 1. Pengkajian a.wawancara - apakah ada batuk atau tidak - apakah adanya penurunan nafsu makan - apakah sering mengalami demam b. riwayat kesehatan - adanya riwayat mual dan muntah - adanya riwyat penyakit infeksi saluran nafas sebelumnya , batuk, pilek dan demam. - anoreksia, sukar menelan yang berhubungan dengan imunitas seperti mal nutrisi. - anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan. Batuk produktif, pernapasan cuping hidung,pernapasan cepat dan dangkal , gelisah, sianosis. c. Pemeriksaan fisik - Inpeksi : dispneu, takipneu, napas cuping hidung, gerak dada naik turun pada daerah yang sakit. - Palpasi : fremitus suara normal sampai dengan meningkat. - Perkusi : redup, batas tegas. - Auskultasi : ronchi basah halus atau vesikuler. d. Data focus - pernapasan 1. gejala : takipneu, dispneu, progesif, pernapasan dangkal, penggunaan obat aksesoris, pelebaran nasal. 2. tanda : bunyi napas ronchi, halus dan melemah, wajah pucat atau sianosis bibir atau kulit. - aktivitas atau istirahat 1. gejala : kelemahan, kelelahan, dan insomnia 2. tanda : penurunan aktivitas letangi - integritas ego : banyaknya stressor - makanan atau cairan 1. gejala : kehilangan nafsu makan , mual dan muntah. 2. tanda : distensi abdomen , hiperperistaltik usus,kulit kering dengan turgor kulit buruk, penampilan kokeksia (mal nutrisi) - nyeri atau kenyamanan 1. gejala :sakit kepala, nyeri dada (pleritis), meningkat oleh batuk, nyeri dada subternal (influenza), mialgea, antraglia. 2. tanda : melindungi area yang sakit ( pasien umummnya tidur pada posisi yang sakit untuk membatasi gerakan). e. data penunjang Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara: - Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) Pemeriksaan sputum Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
- Pemeriksaan Radiologi Rontgenogram Thoraks Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella.Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)
2. Diagnosa keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret di bronkus. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen. 3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan retraksi dada/ nafas cuping hidung. 4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare. 5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang. 6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan fatigue. 3. Perencanaan Asuhan Keperawatan (NCP) 1. DP : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret dibronkus. Tujuan : b. Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas c. Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret Hasil yang diharapkan : d. Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas e. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret. Intervensi : a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki. Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius b. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi. c. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler Rasional: Posisi semi fowlerakan mempermudah pasien untuk bernafas d. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara e. Observasi karakteristik batik, bantu tindakan untuk memoerbaiki keefektifan upaya batuk. Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada. f. Berikan air hangat sesuai toleransi jantung. Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran. 2. DP : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen ( gangguan difusi dalam plasma). Tujuan : f. Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada distres pernafasan. Hasil yang diharapkan : g. Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan h. Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi Intervensi : i. kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum ii. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia. iii. Kaji status mental Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan hipoksemia. iv. Awsi frekuensi jantung/ irama Rasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/ dehidrasi. v. Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam dan menggigil Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler. vi. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif Rasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiaki ventilasi. vii. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. 3. DP: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan retaraksi dada / nafas cuping hidung. Tujuan: i. Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/ bersih Intervensi : i. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi, ekspansi dada terbatas. ii. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius. Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi kecil. iii. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi. Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan. iv. Observasi pola batuk dan karakter sekret. Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan mengindikasikan adanya kelainan. v. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif. Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum vi. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan. Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas. Vii.Berikan humidifikasi tambahan Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret untuk memudahkan pembersihan. viii. Bantu fisioterapi dada, postural drainage Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus. 4. Dp : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare. Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit Intervensi : a. Kaji perubahan tanda vital, contoh :peningkatan suhu, takikardi,, hipotensi. Rasional :Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sisitemik b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah). Rasional :Indikator langsung keadekuatan masukan cairan c. Catat lapporan mual/ muntah. Rasional :Adanya gejala ini menurunkan masukan oral d. Pantau masukan dan haluaran urine. Rasional :Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi. Rasional :Memperbaiki ststus kesehatan 5. DP : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang. Tujuan : j. Menunjukkan peningkatan nafsu makan k. Mempertahankan/ meningkatkan berat badan Intervensi : i. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah. Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah ii. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan mulut. Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual iii. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan. Rasional :Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini iv. Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen. Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastro intestinal v. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau makanan yang menarik untuk pasien. Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali vi. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar. Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya responterhadap terapi 6. DP : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan fatigue. Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas. Intervensi : a. Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas. Rasional :Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut. Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat c. Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbamgan aktivitas dan istirahat. Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik d. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Rasional :Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Evaluasi Evaluasi proses keperawatan adalah proses membandingkan efek atau hasil suatu tindakan keperawatan dengan normal atau kriteria hasil yang sudah di buat merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari : a. Evaluasi formatif Hasil observasi dan anamnesa atau analisa perawat terhadap respon segera pada saat evaluasi dan setelah selesai tindakan. b. Evalausi sumatif Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada catatan perkembangan. Sedangkan evaluasi keperawatan yang diharapkan oleh pasien bronkopneumonia adalah 1. Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas 2. Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada distres pernafasan. 3. Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/ bersih 4. Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit 5. Menunjukkan peningkatan nafsu makan 6.Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
F. REFERENSI
Doenges, Marilyn E. (2003). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC Nettina, Sandra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta :EGC