Diajukan Guna Memenuhi Tugas dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian / SMF Ilmu Kedokteran Jiwa
Oleh: Zahriani Ulfa 0907101010041
Pembimbing: dr. Rina Hastuti Lubis, Sp. KJ
Bagian / SMF Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unsyiah Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh 2014
STATUS PASIEN PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. S Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 41 tahun Alamat : Kampong Ai, Simeulu Tengah Status pernikahan : Menikah Pekerjaan : Kernek L-300 Pendidikan terakhir : SMP Agama : Islam Suku : Dagang Aceh Tanggal masuk : 25 Januari 2014 Tanggal pemeriksaan : 18, 19 dan 20 April 2014
II. RIWAYAT PSIKIATRI Data diperoleh dari: Rekam Medis Autoanamnesis : 18 dan 19 April 2014 Alloanamnesis : 19 April 2014 (Menelepon keluarga pasien)
A. Keluhan Utama: Mengamuk
B. Riwayat Penyakit Sekarang: - Autoanamnesis Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa diantar oleh keluarga dalam keadaan tangan yang terikat karena pasien mengamuk sejak 1 hari SMRS. Pasien mengamuk karena marah saat lapar tidak diantarkan makanan oleh keluarganya. Saat itu pasien sudah dipasung selama 15 hari. Pasien awalnya memang sudah tidak senang dirinya dipasung. Pasien dipasung karena telah
mengganggu masyarakat. Sebelum dipasung, pasien ditahan di kepolisian setempat selama 15 hari setelah menyerahkan diri karena kemauan diri sendiri setelah dicari polisi dan warga setempat akibat berdemo memprotes sekretaris desa. Pasien merasa harus menyerahkan diri agar dapat menyelamatkan teman- temannya yang lain yang juga ikut berdemo, pikiran itu berlangsung berulang- ulang. Pasien mengaku memiliki pikiran berulang-ulang dalam dirinya untuk berdemo memprotes uang bantuan tsunami yang diyakini pasien masih ada pada pemerintah tetapi tidak dibagikan. Pasien mengaku tidak pernah memukul orang lain ataupun merusak barang. Pasien juga mengaku pernah membuang keranda jenazah yang ada di masjid karena marah dirinya tidak diijinkan shalat di masjid kampungnya. Pasien menyangkal jika hal tersebut dilakukannya karena ada yang mengontrol/ menggerakkannya ataupun mengikuti bisikan atau perintah seseorang. Pasien mengaku setiap tindakannya selama ini terjadi murni karena dirinya marah. Pasien tidak pernah merasa pikirannya kosong seperti ditarik keluar. Pasien tidak pernah merasa pikirannya ditanam oleh orang atau tenaga lain. Pasien juga tidak pernah merasa apa yang ada dalam pikirannya dapat didengar oleh orang lain. Namun sebelumnya pasien mengaku pernah seperti ada remote yang mengontrol/ menggerakkan tubuhnya untuk memanjat dan masuk ke rumah warga. Hal itu terjadi ketika siang hari pasien mendengar ada suara yang menantang dirinya untuk memanjat rumah tersebut. Pasien juga tidak tahu kenapa dia bisa ada di rumah tersebut, tiba-tiba saat tersadar atas perilakunya pasien tahu- tahu sudah di dalam rumah tersebut. Pasien meyakini keluarganya tidak mendukungnya untuk sembuh. Pasien meyakini bahwa obatnya sering ditukar oleh keluargannya sehingga dirinya menjadi tidak sembuh. Menurut pasien, warga kampung juga menjauhinya karena pasien pernah dirawat di rumah sakit jiwa. Warga setempat masih menganut paham bahwa semua penderita gangguan jiwa seharusnya dipasung dan tidak dibiarkan bebas di masyarakat. Sedangkan pasien tidak mau dipasung karena menurutnya hal tersebut melanggar hak asasinya sebagai manusia.
Pasien juga meyakini bahwa orang kampungnya tidak senang jika dirinya membeli barang-barang baru. Jika melihat ada kelompok orang yang sedang berkumpul, pasien meyakini dirinya sedang dibicarakan oleh orang tersebut. Pasien mengaku pernah melihat bayangan hitam namun tidak berwujud manusia, hanya pasien yang melihat bayangan tersebut. Hal tersebut membuatnya takut. Pasien juga sering mendengar bisikan suara perempuan yang tidak didengarkan oleh orang lain. Dulu pasien mengaku sering mengalami hal tersebut, namun sekarang sudah mulai jarang. Kejadian tersebut dialami pasien malam hari jika pasien sedang sendirian. Semua hal tersebut pertama kali dialami saat pasien kecil, namun karena mengaku banyak beraktivitas pasien tidak lagi mengalami hal tersebut. Kejadian tersebut kembali sering dialami pasien setelah pasien berhenti sekolah. Tiga hari yang lalu pasien juga melihat cahaya putih, hanya pasien yang melihat bayangan tersebut, namun sebenarnya bayangan tersebut tidak ada. Tidak begitu lama setelah melihat cahaya tersebut, pasien mengaku mendengar bisikan suara perempuan yang mengatakan bahwa ada kebakaran dan memerintahkannya untuk keluar. Lalu pasien pun keluar dari ruangan tersebut sesuai perintah dari suara tersebut. Setelah keluar barulah pasien menyadari bahwa sebenarnya tidak ada kebakaran di ruangan tersebut. Pasien tidak pernah merasa ada yang menyentuh tubuhnya ataupun ada binatang seperti semut yang berjalan pada atau di bawah kulitnya yang tidak dirasakan orang lain. Saat ini pasien mengaku tidak pernah dijenguk oleh keluarganya. Pasien sudah dapat mengontrol emosinya. Selama dirawat di rumah sakit jiwa, dirinya mengaku bersahabat dan tidak mau mengganggu atau mencari masalah dengan pasien-pasien lain. Jika ada pasien lain yang melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan atas dirinya, pasien lebih memilih menjauhi pasien tersebut agar tidak sampai memancing keributan antarsesamanya. Pasien juga gemar membantu pasien lainnya, atau sekedar mengurut pasien lain yang kurang enak badan.
- Alloanamnesis Pasien dibawa oleh keluarga karena mengamuk, mengganggu, dan memukul orang. Pasien juga menghancurkan tembok rumahnya. Keluarga tidak mengetahui apa yang mendorong pasien untuk bertindak demikian. Kejadian tersebut terjadi 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Dua minggu sebelum di bawa ke rumah sakit jiwa, pasien dipasung oleh keluarganya karena perbuatan pasien telah meresahkan masyarakat dan tidak dapat lagi dikontrol oleh keluarganya. Sebelum dipasung di rumahnya, keluarga pernah mengantarkan pasien ke kapolsek agar diamankan di sana supaya tidak mengganggu warga. Namun, kapolsek setempat hanya dapat mengurung pasien selama 2 x 24 jam di kapolsek. Oleh karena itu, selanjutnya pasien dipulangkan ke rumahnya. Menurut keluarganya, tingkah laku pasien mulai berubah dalam 1 sampai 2 bulan belakangan sebelum di bawa ke rumah sakit jiwa. Pasien baru dibawa ke rumah sakit jiwa karena keluarga mengaku baru memiliki biaya untuk membawa pasien. Kepada keluarganya pasien mengaku memiliki pacar. Pasien sempat memberikan uang penghasilannya kepada pacarnya. Namun belakangan pasien meminta keluarganya untuk memintakan kembali uang tersebut dari pacarnya. Akan tetapi permintaannya tersebut tidak dipenuhi keluarga karena keluarganya tidak memiliki bukti bahwa pasien benar-benar pernah memberikan uang untuk pacarnya. Pasien juga tidak teratur meminum obat. Pasien sering membuang obat yang diberikan kepadanya. Pasien juga membenci keluarganya serta sering curiga dan menuduh keluarganya ingin meracuninya.
C. Riwayat Penyakit Sebelumnya Pasien sudah pernah dirawat di RSJ Aceh sebelumnya sebanyak dua kali, yaitu tahun 2013 dan tahun 2008. Tahun 2013 pasien dirawat selama dua bulan. Saat itu pasien diantar keluarganya karena mengamuk dan sering mengganggu orang lain di pasar. Menurutnya hal tersebut terjadi karena pada saat itu pasien teringat akan mantan isterinya dan terlalu kecewa karena ditinggal isterinya yang kawin dengan orang lain saat dirinya dirawat tahun 2008. Tidak ada yang mengontrolnya atau
mempengaruhi pikirannya untuk hal tersebut. Selama tujuh bulan diperbolehkan pulang, pasien mengaku tidak minum obat selama tiga bulan. Hal tersebut terjadi karena tidak ada yang mengambilkan obat pasien. Namun menurut keluarga, pasien lah yang sering membuang obat yang seharusnya diminumnya. Tahun 2008 pasien dirawat selama 15 hari karena mengamuk tidak dapat menahan emosinya. Saat itu pasien melempar piring hingga pecah karena bertengkar dengan isterinya. Pasien menikah pada tahun 2004. Awalnya hubungan dengan isterinya baik-baik saja. Namun belakangan mereka mulai sering bertengkar. Pasien juga mengaku tertekan karena rumahnya rusak akibat gempa bumi tahun 2006. Setelah pulang, pasien mengaku rutin meminum obat. Pasien pernah bersekolah di sekolah keperawatan setingkat SMA selama tiga semester. Namun saat semester tiga pasien mengundurkan diri karena menurutnya pasien tidak sanggup mengikuti pelajaran lagi. Pasien juga tidak sanggup karena peraturan di sekolah tersebut sangat ketat. Saat itu pasien berusia 16 tahun. Selama di sekolah, menurutnya pasien adalah orang yang aktif dan banyak teman. Namun setelah tidak bersekolah lagi, pasien merasa rendah diri atau minder karena menurutnya keluarga dan teman-temannya sudah menaruh harapan yang besar padanya untuk menjadi mantri sedangkan pasien nyatanya tidak dapat memenuhi harapan tersebut. Pasien juga pernah mencoba mengikuti tes untuk menjadi polisi hutan, namun tidak lulus. Semenjak saat itu pasien menjadi sering menyendiri, termenung, dan teman-temannya menjadi sedikit.
D. Riwayat Penyakit Keluarga Disangkal
E. Riwayat Penggunaan Zat Disangkal
F. Riwayat Pengobatan Sejak keluar dari rumah sakit pasien mendapatkan obat dari Simeulu, namun sempat putus obat selama tiga bulan. Pasien tidak ingat nama obatnya.
G. Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Riwayat prenatal Tidak didapatkan informasi 2. Riwayat masa bayi Tidak didapatkan informasi 3. Riwayat masa kanak-kanak Tidak didapatkan informasi 4. Masa Remaja Terganggu, gangguan kejiwaan muncul. 5. Masa Dewasa Terganggu, gangguan jiwa berlanjut.
H. Riwayat Keluarga
Keterangan gambar:
: perempuan : pasien
: laki-laki : meninggal
I. Situasi Sosial Sekarang Pasien tinggal di Balee Bougenville. Pasien senang dengan lingkungan tempat tinggalnya sekarang karena banyak teman dan saat ini sudah diperbolehkan beraktivitas di luar ruangan menjadi BKO. Pasien lebih nyaman berada di rumah sakit jiwa dari pada di kampungnya. Pasien belum mau pulang ke kampungnya karena takut dikejar warga serta takut akan dipasung lagi. Jika memiliki kesempatan, pasien ingin mencari kerja di Banda Aceh. Pasien meyakini
bahwa obatnya sering ditukar oleh keluargannya sehingga dirinya menjadi tidak sembuh.
III. PEMERIKSAAN FISIK 1. Status Internus a. Status Present : Penampakan umum : Cukup rapi dan bersih Kesadaran : Compos mentis Tekanan Darah : 110/70 mmHg Frekuensi Nafas : 20 x/i Frekuensi Nadi : 96 x/i Temperatur : afebris b. Kepala : Dalam batas normal; Beberapa gigi tanggal. c. Leher : Dalam batas normal d. Paru : Dalam batas normal e. Jantung : Dalam batas normal f. Abdomen : Dalam batas normal g. Ekstremitas : Dalam batas normal h. Genetalia : Tidak diperiksa i. Lain-lain : Regio torakalis posterior terdapat plakat hiperpigmentasi, central healing, tepi aktif, jumlah soliter, distribusi regional.
2. Status Neurologik a. GCS : E 4 M 6 V 5 = 15 b. Tanda Rangsang Meningeal : (-) c. Peningkatan Tekanan Intra Kranial : (-) d. Mata : Pupil bulatisokor (+), 3mm/ 3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+). e. Motorik : Dalam batas normal f. Sensibilitas : Dalam batas normal
g. Fungsi-fungsi luhur : Dalam batas normal h. Gangguan khusus : Tidak ditemukan
IV. STATUS MENTAL A. Deskripsi Umum 1. Penampilan : Laki-laki, penampilan sesuai usia, tampak sehat 2. Kebersihan : Baik 3. Kerapian : Cukup 4. Kesadaran : Compos mentis 5. Perilaku dan psikomotor : Tenang, normoaktif 6. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Emosi 1. Afek : Appropriate 2. Mood : Elasi 3. Emosi - Arus : Cepat - Pengendalian : Baik - Stabilitas : Stabil - Echt/unecht : Echt - Empati : Baik
C. Pembicaraan - Arus : Cepat - Isi : Tidak relevan - Kontinuitas : Baik D. Pikiran 1. Proses pikir - Neologisme : (-) - Sirkumstantialitas : (+)
- Asosiasi longgar : (+) - Flight of ideas : (-) - Blocking : (-) 2. Isi pikir - Kemiskinan isi : (-) - Preokupasi : (-) - Waham 1. Waham bizarre : (-) 2. Waham paranoid - Waham persekutorik : (+) - Waham kebesaran : (-) - Waham referensi : (+) 3. Thought - Thought withdrawal : (-) - Thought insertion : (-) - Thought broadcasting : (-) - Thought echo : (+) 4. Delution - Delution of control : (+) - Delution of influence : (-) - Delution of passivity : (-) - Delution of perception : (-)
F. Fungsi Intelektual 1. Intelektual : Baik 2. Daya konsentrasi : Baik 3. Orientasi - Diri : Baik - Tempat : Baik - Waktu : Baik 4. Daya ingat - Seketika : Terganggu - Jangka pendek : Baik - Jangka panjang : Baik 5. Pikiran abstrak : Baik 6. Bakat kreatif : Baik
G. Daya Nilai 1. Norma sosial : Baik 2. Uji daya nilai : Baik 3. Penilaian realitas : RTA terganggu
H. Tilikan (I nsight) T4 : Pasien sadar bahwa penyakitnya disebabkan sesuatu yang tidak diketahui dalam dirinya.
I. J udgement: Baik
V. RESUME Seorang laki-laki berusia 41 tahun, datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa diantar oleh keluarga dalam keadaan tangan yang terikat karena pasien mengamuk sejak 1 hari SMRS. Pasien mengamuk karena marah saat lapar tidak diantarkan makanan oleh keluarganya. Sebelumnya pasien sudah dipasung selama 15 hari karena telah mengganggu masyarakat. Pasien berdemo dan mencoret-coret kantor kapolsek karena mengaku memiliki pikiran berulang-ulang dalam dirinya untuk
berdemo. Pasien mengaku pernah seperti ada remote yang mengontrol/ menggerakkan tubuhnya untuk memanjat dan masuk ke rumah warga. Pasien juga meyakini bahwa orang kampungnya tidak senang terhadapnya dan yakin dirinya dibicarakan jika melihat sekelompok oranng yang sedang berkumpul. Pasien mengaku pernah melihat bayangan hitam dan cahaya putih namun tidak berwujud manusia. Pasien mengaku mendengar bisikan suara perempuan yang mengatakan bahwa ada kebakaran dan memerintahkannya untuk keluar. Lalu pasien pun keluar dari ruangan tersebut sesuai perintah dari suara tersebut. Riwayat putus obat (+) selama tiga bulan. Afek inappropriate, mood elasi, emosi stabil, sirkumstantialitas (+), asosiasi longgar (+), waham persekutorik (+), waham referensi (+), thought echo (+), delution of control (+), halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (+), daya ingat seketika terganggu.
VI. DIAGNOSIS BANDING 1. F20.0 Skizofrenia Paranoid Remisi Tak Sempurna 2. F22.0 Gangguan Waham Menetap 3. F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik 4. F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik
VII. DIAGNOSIS SEMENTARA F20.0 Skizofrenia Paranoid Remisi Tak Sempurna
EVALUASI MULTIAKSIAL Axis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid Remisi Tak Sempurna Axis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis aksis II Axis III : Tinea Korporis Axis IV : -Masalah dengan primary support group (keluarga) -Masalah pendidikan -Masalah psikososial dan lingkungan lain (Lingkungan sosial yang memberi stigma negatif terhadap pasien) Axis V : GAF Scale 60-51 Gejala sedang (moderate). Disabilitas sedang.
VIII. TATALAKSANA a. Terapi psikofarmaka - Risperidon 2x2mg - THP 2x2 mg (K/P) b. Psikoedukasi terhadap pasien: Memberikan penjelasan kepada pasien tentang apa yang dialaminya saat ini termasuk penyakit yang dideritanya, kemungkinan penyebab penyakitnya, meyakinkan pasien untuk teratur minum obat dan menjelaskan dampak buruknya jika pasien tidak teratur minum obat. Selanjutnya menyampaikan keadaan pasien apabila telah mengalami perbaikan maka boleh untuk dijemput pulang dan bersosialisasi lagi seperti dulu. c. Psikoedukasi terhadap keluarga: Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang penyakit pasien saat ini dan meminta keluarga untuk ikut berperan aktif dalam upaya untuk kesembuhan pasien, termasuk di dalamnya yaitu berusaha agar pasien tidak putus pengobatan antipsikotik.
IX. PROGNOSIS Quo ad Vitam : Dubia ad bonam Quo ad Functionam : Dubia ad bonam Quo ad Sanactionam : Dubia ad malam
Penyebab prognosis buruk pada pasien ini: 1. Onset Muda 2. Belum menikah, bercerai atau janda/ duda 3. Sistem pendukung (keluarga) yang kurang baik 4. Riwayat sosial premorbid yang buruk