Anda di halaman 1dari 52

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem
muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot
rangka, tendo, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan
struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal
dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut
timbul primer pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang berasal dari
bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem muskuloskeletal. Tanda
utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan rasa tidak nyaman ,
yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai yang sangat berat
(Price, Wilson, 2005).
Salah satu gangguan tersebut adalah osteomielitis. Osteomielitis adalah
radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai agen
infeksi lain juga dapat menyebabkannya, gangguan ini dapat tetap terlokalisasi
atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan
kanselosa, dan periosteum (Dorland, 2002).
Osteomyelitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi
piogenik atau non-piogenik seperti Micobacterium tuberkulosa atau
Staphylococcus aureus. Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada
tulang atau melibatkan beberapa daerah seperti sum-sum, perioesteum, dan
1
2

jaringan lunak disekitar tulang. Kunci keberhasilan penatalaksanaan osteomyelitis
adalah diagnosis dini dan operasi yang tepat serta pemilihan jenis antibiotik yang
tepat. Secara umum, dibutuhkan pendekatan multidisipliner yang melibatkan ahli
orthopaedi, spesialis penyakit infeksi, dan ahli bedah plastik pada kasus berat
dengan hilangnya jaringan lunak. Oleh karena itu penulis mengangkat kasus ini
agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien osteomilitis untuk
mengatasi agar tidak terjadinya infeksi lebih lajut dan tidak terjadi komplikasi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar penulis mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien
osteomilitisdengan menerapkan asuhan keperawatansecara benar, tepat dan
sesuai dengan standar keperawatan secara professional.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dan menganalisa data pada klien
osteomilitis
b. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data.
c. Mampu menbuat perencanaan pada klien osteomilitis
d. Mampu memberikan implementasi berdasarkan rencana yang sudah
disusun.
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada klien
osteomilitis
f. Mampu mendokumentasikan tindakan yang dilakukan pada klien
osteomilitis
3

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep dasar
1. Definisi
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum
dan atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh)
atau hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves, 2010:257).
Osteomyelitis adalah infeksi substansi tulang oleh bakteri
piogenik (Overdoff, 2010: 571). Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis
adalah infeksi pada tulang yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Osteomyelitis biasanya merupakan infeksi bakteri, tetapi mikrobakterium
dan jamur juga dapat menyebabkan osteomyelitis jika mereka menginvasi
tulang. Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang. Osteomyelitis akut adalah
infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal akut atau trauma
tulang, biasanya disebabkan oleh Escherichia coli, staphylococcus aureus, atau
streptococcus pyogenes (Tucker, 2010:429).
Jadi pengertian osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan
tulang yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh
bakteri piogenik. Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut
dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal
yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari
osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik (Price, 2011:1200)
3
4

2. Etiologi
Penyebab paling sering adalah staphylococcus aerus (70% - 80%).
Organisme penyebab yang lain adalah salmonela streptococcus dan
pneumococcus. Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang
berhubungan dengan keganasan dan terapi radiasi serta luka bakar dapat
menyebabkan atau memperparah proses infeksi tulang. Infeksi telinga dan
sinus serta gigi yang berdarah merupakan akibat dari osteomyelitis pada rahang
bawah dan tulang tengkorak. Faktur compound, prosedur operasi dan luka
tusuk yang dapat melukai tulang pokok sering menyebabkan traumatik
osteomyelitis. Osteomyelitis sering ditemukan pada orang yang lebih tua
karena factor penyebabnya berhubungan dengan penuaan (Reeves, 2001:273).
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami
infeksi melalui 3 cara:
1. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain
ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada
anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa). Orang yang menjalani
dianalisa ginjal dan penyalahgunaaan obat suntik ilegal, rentan terhadap
infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi
jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada
perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.


5

2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang
terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama
pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang
setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di
daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau
kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah
atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi,
bisa menyebar ke tulang tengkorak.

3. Anatomi Fisiologi
Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran,
tapi mereka masih punya stuktur yang sama. Lapisan yang paling luar di
sebut periosteum dimana terdapat pembuluh darah saraf. Lapisan dibawah
periosterium mengikat tulang dengan benang kolagen disebut benang
sharfeyks, yang masuk ketulang di sebut korteks. Karena itu korteks
sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun
solid dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang disebut
sistem Haversian. Lapisan melingkar dari matriks tulang disebut lamellae,
ruangan sempit antara lamellae disebut lakunae (didalamnya terdapat
osteosit) dan kanalikuli. Tiap sepanjang tulang panjang dan didalamnya
6

terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui kanal
Volkman. Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang
dan membuang sisa metabolisme keluar tulang. Lapisan tengah tulang
merupakan akhir akhir dari sistem Haversian, yang didalamnya Trabekulae
(batang) dari tulang. Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat sehingga
disebut tulang spon yang didalamnya terdapat bone marrow yang
membentuk sel-sel darah merah yang memproduksi sel darah merah
melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas
sel-sel lunak dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan Fat
Embolism Syndrom (FES).
Tulang terdiri dari tiga sel yaitu :
1. Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada dibawah
tulang baru.
2. Osteosit adalah oateoblast yang ada pada matriks.
3. Osteoklast adalah sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel
tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-
elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh
benang kolagen, protein, krbohidrat, mineral, dan substansi dasar
(gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan
sampah metabolisme antara tulang dengan pembuluh darah. Selain itu,
didalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat)
yang menyebabkan tulang keras. Sedangkan aliran darah dalam tulang
antara 200-400 ml/menit melalui proses vaskularisasi tulang
7

Tulang panjang adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana
ujungnya bundar dan sering menahan beban berat. Tulang panjang terdiri
atas epifisis, tulang rawan, diafisis, periosteum, dan medula tulang. Epifisis
(ujung tulang) merupakan tempat menempelnya tendon dan mempengaruhi
kestabilan sendi. Tulang rawan menutupi seluruh sisi dari ujung dan
mempermudah pergerakkan, karena tulang rawan sisinya halus dan licin.
Diafisis adalah bagian utama dari tulang panjang yang memberikan
struktural tulang. Metafisis merupakan bagian yang melebar dari tulang
panjang antara epifisis dan diafisis. Metafisis ini merupakan daerah
pertumbuhan tulang selama masa pertumbuhan. Periosteum merupakan
penutup tulang sedangkan rongga medula (marrow) adalah pusat dari
diafisis.
( Black, J.M, et al, 2010)

4. Klasifikasi
1) Osteomyelitis Akut
Dua kategori primer dari osteomyelitis akut yaitu osteomyelitis
hematogen dan osteomyelitis direct/ eksogen.
a. Osteomyelitis hematogen merupakan infeksi yang disebabkan oleh
penyebaran bakteri melalui darah. Terjadi 20% menyerang anak-anak
pada tulang panjang. Pada dewasa terutama pada pengguna obat
narkotika suntikan biasanya menyerang tulang punggung. Infeksi
biasanya hanya mengenai satu tulang dan sering mengenai tulang
kering (tibia), tulang paha (femur), tulang pangkal lengan (humerus).
8

b. Osteomyelitis direct disebabkan oleh kontak langsung jaringan dan
bakteri selama trauma atau pembedahan.
2) Osteomyelitis Subakut
Dibandingkan dengan osteomyelitis hematogenous akut,
osteomyelitis subakut memiliki onset yang lebih mendadak dan kurang
memiliki gejala yang jelas, sehingga membuat diagnosis menjadi sulit.
Osteomyelitis subakut ini cukup sering ditemukan. Jones et al
melaporkan bahwa 35% pasien mereka dengan infeksi tulang memiliki
osteomyelitis subakut.
3) Osteomyelitis Kronik
Osteomyelitis akut yang tidak diterapi secara adekuat, akan
berkembang menjadi osteomyelitis kronik. Osteomyelitis subakut dan
kronik biasanya terjadi pada dewasa. Umumnya, infeksi tulang ini
merupakan sekunder dari luka terbuka, sangat sering berupa luka terbuka
pada tulang dan sekitar jaringan lunak
5. Patofisiologi
Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Organisme penyebab yang lain yaitu salmonella, streptococcus,
dan pneumococcus. Metafisis tulang terkena dan seluruh tulang mungkin
terkena. Tulang terinfeksi oleh bakteri melalui 3 jalur : hematogen, melalui
infeksi didekatnya atau secara langsung selama pembedahan. Reaksi
inflamasi awal menyebabkan trombosis, iskemia dan nekrosis tulang. Pus
mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga medula atau menyebabkan
9

abses superiosteal. Suquestra tulang yang mati terbentuk. Pembentukan
tulang baru dibawah perioteum yang diterangkan diatas dan disekitar
jaringan granulasi, berlubang oleh sinus-sinus yang memungkinkan pus
keluar.
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli.
Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram
negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi
dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan-stadium 1) dan sering
berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi
awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat
penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan
nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan
medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah
periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.
Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang.
10

Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang
lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses
yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati
(sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak
dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan
lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun
sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis.
(Overdoff, 2002:541, Kapita Selekta Kedoktran 2010)













11

6. Woc


7. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis osteomielitis berkembang secara progenesis penyakit,
antaralain :
1. Osteomyelitis akut berkembang secara progresif atau cepat. Pada
keadaan ini, mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakteri pada
kulit dan saluran nafas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri konstan
pada daerah infeksi atau nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi
anggota gerak yang bersangkutan. Gejala umum timbul akibat
bakteremia dan septikemia yang berupa panas tinggi, malaise, serta
nafsu makan berkurang. Pada orang dewasa, lokasi infeksi biasanya
pada daerah torakolumbal yang terjadi akibat torako sintesis atau
prosedur urologis dan dapat ditemukan adanya riwayat diabetes
12

mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan atau pengobatan dengan
imunosupresif. Oleh karena itu, riwayat tentang hal tersebut perlu
ditanyakan.
2. Osteomielitis hematogen subakut. Gambaran klinis yang dapat
ditemukan adalah atrofi otot, nyeri lokal, sedikit pembengkakan, dan
dapat pula lansia menjadi pincang. Terdapat nyeri pada area sekitar
sendi selama beberapa minggu atau mungkin berbulan-bulan. Suhu
tubuh lansia biasanya normal. Pada pemerikasaan laboratorium,
leukosit umumnya normal, tetapi laju endap darah meningkat. Pada
foto rontgen, biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm terutama
pada aderah metafisis dari tibia dan femur atau kadang-kadang pada
daerah diafisis tulang panjang.
3. Osteomielitis kronis. Sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar
dari luka sinus setelah operasi, yang bersifat menahun. Kelainan
kadang-kadang disertai demam dan nyeri local yang hilang timbul di
daerah anggota gerak tertentu. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan
adanya sinus, fistel, atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan.
Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui
kulit. Biasanya terdapat riwayat fraktur terbuka atau osteomielitis pada
lansia.
8. Komplikasi
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi
yang tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat
13

mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat
mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang terkena
infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan
ke aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah
sebagai berikut:
1. Abses Tulang
2. Bakteremia
3. Fraktur Patologis
4. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
5. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
6. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.
9. Penatalaksanaan Medis
Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai
kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita
1. penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
2. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
3. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
4. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
5. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
6. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan
jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta
ruang kososng yang ditinggalkan dengan cara mengisinya
menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
14

7. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi
hambatan aliran pembuluh balik.
8. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B, dan C
10. Pemeriksaan Diagnostik
1. Scan tulang dengan menggunakan nukleotida berlabel radioaktif dapat
memperlihatkan peradangan di tulang (MRI)
2. Analisis darah dapat memperlihatkan peningkatan hitung darah lengkap
dan laju endap darah yang mengisyaratkan adanya infeksi yang
sedang berlangsung.
Neutrofil meningkat (N: 2,2 - 7,5 109/L). LED meningkat (N: 1-10
mm/jam.
3. Aspirasi untuk memperoleh pus dari subkutis, subperiost atau fokus
radang di metafisis
4. Complement Reactive Protein (CRP) meningkat (N:<5 mg/L). CRP dan
LED yang tinggi sering dijumpai pada awal infeksi.
5. Pemeriksaan titer antibodi anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas.
6. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri Salmonella.
7. Pemeriksaan Biopsi tulang.
15

Merupakan pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan
laboratorium, dalam hal ini yang diambil adalah sumsum tulang pada
daerah yang dicurigai.
8. Pemeriksaan Rontgen
Mungkin belum ditemukan tanda peradangan tulang yang jelas, atau
hanya terlihat tanda-tanda kerusakan tulang yang lokal dan dikelilingi
daerah yang kurang Calcium (zat kapur)
9. CT Scan dan MRI
Seperti pada pemeriksaan rontgen, terlihat gambaran kerusakan tulang,
dan mungkin terlihat proses kerusakan mulai di daerah jaringan lunak
sekitar tulang. Tetapi pemeriksaan ini tidak selalu dapat membedakan
infeksi dari kelainan tulang. Untuk mendiagnosa infeksi tulang dan
menentukan bakteri penyebabnya, harus diambil contoh dari darah,
nanah, cairan sendi atau tulangnya sendiri.

16

B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama :
Umur :
No. MR :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Agama :
Alamat :
Tanggal Masuk :
Tanggal Pengkajian :
2) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien pernah menderita penyakit yang mungkin sehubungan
dengan Osteomielitis seperti trauma, luka terbuka, tindakan operasi
khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi, kecelakaan yang mungkin
berhubungan dengan tulang.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Biasanya klien mengeluhkan nyeri konstan pada daerah infeksi atau
nyeri tekan atau lokal, terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang
bersangkutan, biasanya sedikit pembengkakan, terdapat nyeri pada area
sekitar sendi selama beberapa minggu atau mungkin berbulan-bulan.
17

Osteomielitis kronis. Sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar
dari luka sinus setelah operasi, yang bersifat menahun. Kelainan
kadang-kadang disertai demam dan nyeri local yang hilang timbul di
daerah anggota gerak tertentu.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya tidak ada keluarga mempunyai penyakit yang sama
sepertiklien karea osteomielitis bukan merupakan penyakit keturunan.
3) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Biasanya tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak
ada penonjolan tidak ada sakit kepala).
b. Leher: Biasanya tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan,
reflex menelan ada).
c. Wajah: Biasanya terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi
atau bentuk.
d. Mata: Biasanya tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis
(pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan).
Klien osteomielitis yang desertai adanya malnutrisi lama biasanya
mengalami konjungtiva anemis, biasanya tidak ada gangguan
mengangkat kelopak mata, pupil isokor.
e. Telinga : Biasanya tes bisik atau Weber masih dalam keadaan
normal, tidak ada lesi atau nyeri tekan.
f. Hidung : Biasanya tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
18

g. Mulut : Biasanya tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
h. Abdomen :
I : Biasanya bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
P : Biasanya turgor baik, hepar tidak teraba
P : Biasanya suara timpani, ada pantulan gelombang cairan.
A : Peristaltik usus normal (20 kali/menit).
i. Status mental : status mental tidak mengalami perubahan.
j. Urinaria: Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah,
karakteristik dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak
mengalami kelainan pada system ini.
k. Genitalia : Biasanya tidak ada hernia, tidak ada kesulitan defekasi.
l. Sistem Integumen : Biasanya Kerusakan integritas jaringan pada kulit
karena adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan
bening berbau khas.
m. Ekstremitas: Biasanya pada osteomielitis hematogen akut akan
ditemukan gangguan pergerakan sendi karena pembengkakan sendi
dan gangguan bertambah berat bila terjadi spasme local. Gangguan
pergerakan sendi juga dapat disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi
sendi (arteritis septik). Secara umum, klien osteomielitis kronis
menunjukkan adanya luka khas yang disertai dengan pengeluaran pus
atau cairan bening yang berasal dari tulang yang mengalami infeksi
19

dan proses supurasi. Biasanya terdapat adalah adanya gangguan/
keterbatasan gerak sendi pada osteomielitis akut.
4) Data Aktivitas Sehari Hari
a. Pola nutrisi dan metabolisme:
Biasanya klien osteomielitis harus mengonsumsi nutrisi melebihi
kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C,
dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang.
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat membantu menentukan
penyebab masalah muskuloskletal dan mengantisipasi komplikasi
dari nutrisi yang tidak adekuat, terauma kalsium atau protein.
Masalah nyeri pada osteomielitis menebabkan klien kadang mual
atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.
b. Pola eliminasi:
Biasanya tidak ada gangguan pola eliminasi, tetapi tetap perlu dikaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feces. Pada pola berkemih,
dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine.
c. Pola tidur dan istirahat.
Biasanya semua klien osteomielitis merasakan nyeri sehingga dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur. Pengkajian yang dilakukan
adalah lama tidur, suasana, kebiasaan, dan kesulitan serta
penggunaan obat tidur.


20

5) Riwayat psikososial
Biasanya pasien sering kali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak
dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah
sakit sehingga perawat perlu mengkaji perubahan-perubahan kehidupan
khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen injuri biologi
(bakteri)
2) Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan
abses tulang
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan
rentang gerak.
4) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
5) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi
penyakit dan pengobatan.
6) Gangguan gambaran diri berhubungan dengan proses pembedahan,
deformitas, bau dari adanya luka.






21

3. Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Kriteria
Hasil
Intervensi
Keperawatan
Rasional
1 1. Gangguan
rasa nyaman
nyeri
berhubungan
dengan agen
injuri biologi
(bakteri)

Tujuan:
Setelah
diberikan
intervensi
2x24 jam
diharapkan
nyeri
berkurang
atau hilang
Kriteria
Hasil :
- Nyeri
berkurang /
hilang
- Skala nyeri
0-4
- Klien tidak
tampak
meringis
1. Kaji karakteristik
nyeri, lokasi,
skala, dan
intensitas nyeri





2. Pertahankan
imobilisasi








1. Tingkat dan
intensitas nyeri
merupakan data
dasar yang
dibutuhkan
perawat sebagai
pedoman
pengambilan
intervensi,
2. membantu
meringankan
tugas tulang
dalam
mempertahankan
postur tubuh
sehingga tidak
terjadi kekakuan
daerah sekitar

22

lagi
- Gerakan
melokalisir
nyeri (-)
3. Tinggikan
ekstrimitas yang
nyeri






4. Ajarkan teknik
relaksasi (nafas
dalam)



5. Pertahankan
posisi tepat pada
ekstremitas yang
dijahit.
6. Pantau tanda
tanda vital seperti
tekanan darah,
nadi, pernafasan,
3. Peninggian
ekstrimitas dapat
membantu
meningkatkan
aliran balik vena
yang
menyebabkan
pembengkakan
berkurang
4. Teknik relaksasi
(nafas dalam )
dapat membantu
menurunkan
tingkat
ketegangan
5. Menurunkan
spasme otot dan
tegangan pada
jaringan sekitar.
6. Memudahkan
dalam
melakukan
tindakan
23

suhu.
7. Anjurkan klien
untuk beristirahat


8. Kolaborasi
pemberian
analgesik
sesuai program
terapi

7. Dengan istirahat
dapat
menurunkan
nyeri
8. Analgesik
berfungsi untuk
melakukan
hambatan pada
sensor nyeri
2 Resiko
terhadap
perluasan
infeksi
berhubungan
dengan
pembentukan
abses tulang

Tujuan:
Setelah
diberikan
intervensi 2
x 24 jam
diharapkan
tidak terjadi
perluasan
pada infeksi
dan infeksi
dapat
teratasi
Kriteria
1. Observasi tanda
tanda vital seperti
tekanan darah,
nadi, pernafasan,
suhu.
2. Pertahankan
teknik aseptic
bila mengganti
balutan/ merawat
luka
3. Inspeksi balutan
dan luka,
perhatikan
1. Peningkatan
suhu dapat
menunjukkan
terjadinya
infeksi.
2. Meminimalkan
kesempatan
introduksi
bakteri

3. Deteksi dini
terjadinya
infeksi
24

Hasil :
- Tidak ada
tanda
tanda
infeksi
- Suhu tubuh
tetap
normal
- Tidak ada
pus yang
keluar
- Luka
terlihat
kering
karakteristik
drainase.





4. Tutup balutan
dengan
menggunakan
balutan yang
bersih & steril
5. Berikan antibiotic
sesuai indikasi.
memberikan
kesempatan
untuk intervensi
tepat waktu dan
mencegah
komplikasi
lebih serius.
4. Mencegah
kontaminasi



5. Antibiotik
berfungsi untuk
mencegah
infeksi lebih
lanjut.
3 Gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan nyeri
dan
keterbatasan
Tujuan :
Setelah
dilakukan pe
rawatan,
klien dapat
melakukan
1. Lakukan
imobilisasi
dengan
bidai pada daerah
yang mengalami
kerusakan.
1. Imobilisasi
dapat
mengurangi
pergerakan
daerah cedera
sehingga tidak
25

rentang gerak.

mobilisasi
dengan atau
tanpa
bantuan
perawat
Kriteria
hasil:
- Klien
dapatmelak
ukan ROM
aktif
- Klien
dapat berpi-
ndah
dengan bant
-uan alat


2. Ajarkan
pengguaaan alat
bantu berpindah





3. Jelaskan pada
klien tentang
pentingnya
pembatasan
aktivitas



4. Latihan ROM
aktif dan
perpindahan
maksimal 2 kali
dalam sehari
terjadi
kerusakan yang
2. Klien mungkin
baru mengenal
dan tidak dapat
menggunakan
alat bantu
mobilitas
seperti kruk
atau walker
3. Klien mungkin
tidak mengerti
mengenai tujuan
pembatasan
gerak, sehingga
perawat harus
memberikan
penyuluhan
4. Latihan ROM
dapat mencegah
penurunan masa
otot, kontraktur
dan peningkatan
26





5. Anjurkan
partisipasi aktif
sesuai
kemampuan
dalam kegiatan
sehari-hari
vaskularisasi.
Sehingga tidak
timbul
komplikasi
5. Partisipasi aktif
dapat membantu
pemulihan
kesehatan dan
melatih
kekuatan otot,
sehingga
diharapkan
klien dapat
mempertahanka
n kekuatannya
4 Hipertermi
berhubungan
dengan proses
inflamasi

Tujuan :
Setelah
dilakukan pe
rawatan,
klien tidak
mengalami
hipertermi
Kriteria
1. Pantau suhu
tubuh setiap 2
jam, warna kulit,
TD, nadi dan
pernapasan,
hidrasi (turgor
dan kelembapan
kulit
1. Memberikan
dasar untuk
deteksi hati.





27

hasil:
- Klien tidak
mengalami
dehidrasi
lebih lanjut
- suhu tubuh
normal
- Tidak mual
2. Lepaskan pakaian
yang berlebihan





3. Lakukan kompres
dingin atau
kantong es untuk
menurunkan
kenaikan suhu
tubuh.

4. Motivasi asupan
cairan







2. Pakaian yang
tidak berlebihan
dapat menguragi
peningkatan suhu
tubuh dan dapat
memberikan rasa
nyaman
3. Menurunkan
panas melalui
proses konduksi
serta evaporasi,
dan
meningkatkan
kenyaman pasien.
4. Memperbaiki
kehilangan cairan
akibat perspirasi
serta febris dan
meningkatkan
tingkat
kenyamanan
pasien.

28

5. Beriakan obat
antipiretik sesuai
dengan anjuran
5. Antipiretik
membantu
mengontrol
peningkatan suhu
tubuh
5. Ansietas
berhubungan
dengan kurang
pengetahuan
tentang
kondisi
penyakit dan
pengobatan.

Tujuan :
Setelah
dilakukan
perawatan,
ansietas
berkurang
atau hilang
Kriteria
hasil:
- Ekspresi
wajah
relaks
- Cemas dan
rasa takut
hilang atau
berkurang

1. Jelaskan tujuan
pengobatan pada
pasien





2. Kaji patologi
masalah individu.


3. Kaji ulang tanda /
gejala yang
memerlukan
evaluasi medik
cepat, contoh
nyeri dada tiba-
1. Mengorientasi
program
pengobatan.
Membantu
menyadarkan
klien untuk
memperoleh
kontrol
2. Informasi
menurunkan
takut karena
ketidaktahuan.
3. Memberikan
pengetahuan
dasar untuk
pemahaman
kondisi dinamik.

29

tiba, dispnea,
distres
pernapasan
lanjut.
4. Kaji ulang
praktik kesehatan
yang baik,
istirahat.



Kolaborasi
5. Gunakan obat
sedatif sesuai
dengan anjuran




4. Mempertahankan
kesehatan umum
meningkatkan
penyembuhan
dan dapat
mencegah
kekambuhan.

5. Banyak pasien
yang
membutuhkan
obat penenang
untuk mengontrol
ansietasnya
6. Gangguan
gambaran diri
berhubungan
dengan proses
pembedahan,
Tujuan :
Setelah
dilakukan pe
rawatan,
diharapkan
1. Kaji perubahan
persepsi dan
hubungannya
dengan
ketidakmampuan
1. Menentukan
bantuan individu
dalam menyusun
rencana
perawatan
30

deformitas,
bau dari
adanya luka.

gambaran
diri
meningkat
Kriteria
hasil:
- Klien dapat
beradaptasi
dengan baik
- Klien
mampu
mengungka
pkan
perasaanny
a.
- Klien
mampu
menyatakan
penerimaan
diri

2. Ingatkan kembali
realitas bahwa
klien masih dapat
menggunakan sisi
yang sakit dan
belajar
mengontrol sisi
yang sehat
3. Bersama klien
mencari lateratif
koping yang
positif.

4. Bantu dan
anjurkan
perawatan yang
baik dan
memperbaiki
kebiasaan.
2. Memantu klien
menerima bagian
tubuh yang sakit
untuk merasakan
harapan dan
mulai menerima
situasi baru.

3. Dukungan
perawat kepada
klien
meningkatkan
rasa percaya diri
4. Membantu
meningkatkan
perasaan diri dan
mengontrol lebih
dari satu area
kehidupan.




31

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 47 Tahun
No. Rekam Medik : 62.65.72
Agama : Islam
Pekerjaan : Sopir
Pendidikan : Tamat SD
Suku Bangsa : Minang
Jenis Kelamin : Laki laki
Alamat : Nag III koto JR Turawan Kec. Batu Sangkar
Tanggal Masuk : 30 Maret 2013
Diagnosa Medik : Osteomilietis
Tanggal Operasi : 4 Maret 2013
Tanggal Pengkajian : 09 Maret 2013
Sumber Informasi : Klien dan keluarga klien.
Ruang Rawat : Bangsal Trauma Center RSUP. Dr. M. Djamil
Padang


32

Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Hubungan : Istri
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan klien mengalami kecelakaan pada tahun 1999,
klien mengatakan, klien mengatakan sering terjadi infeksi pada bekas
luka jahitan, pada tahun 2001 klien mengatakan dipasang pen pada
bagian tibia fibula, setelah pemasangan pen klien mengatakan sering
terjadi infeksi dan akhirnya pen dilepas, klien mengatakan klien datang
kerumah sakit karena terjadinya infeksi kembali dan pada hari kamis
tanggal 4 Maret 2013 klien dilakukan kembali.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan nyeri pada bagian luka jahitan, klien mengatakan
kaki bagian luka jahitan kadang terasa seperti ditusuk tusuk, klien
mengatakan jika kaki diluruskan sakit, klien mengatakan luka kadang
tersa gatal gatal, klien mengatakan kadang klien merasa putus asa
karena sudah lama belum sembuh.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit yang
sama seperti klien, klien mengatakan tidak ada keluarga mempunyai
riwayat hipertensi, riwayat diabetes milietus, riwayat penyakit jantung,
riwayat asma tidak ada.
33

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15, E
4
V
5
M
6

2) Tanda tanda vital
Tekanan Darah : 150/90 mmHg.
Nadi : 90 kali/ menit
Pernafasan : 24 kali/menit
Suhu : 36,1
0
C
b. Kepala
1) Rambut
Keadaan rambut bersih, rambut tidak rontok, rambut berwarna
hitam, tidak ada hematoma dan luka operasi.
2) Wajah
Wajah tidak terlihat pucat
3) Mata
Mata simetris kiri dan kanan, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemis , tampak lingkar hitam pada mata.
4) Hidung
Hidung simetris kiri dan kanan, klien tidak menggunakan alat bantu
pernafasan,tidak tampak adanya polip, tidak ada sekret dan darah
5) Mulut dan tenggorokan
Mulut tidak berbau, tidak terdapat karies pada gigi, tonsil tidak
mengalami perdangan.
34

c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tyroid
d. Dada / thorak
I : Rongga dada simetris kiri dan kanan, pernafasan menggunakan
perut, tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
P : Fremitus kiri sama dengan kanan.
P : Sonor
A : Suara nafas vesikuler, tidak ada bunyi tambahan seperti whezzing
dan ronkhi.
e. Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Sonor
A : Irama jantung teratur, kekuatan kuat.
f. Abdomen
I : Pertu tidak acites, tidak ada bekas jahitan dan operasi
A : Bising usu normal 7 kali / menit.
P : Tympani
P : Tidak ada nyeri tekan
g. Genitalia
Klien tidak terpasang kateter, tidak nyeri pada alatvital, urine berwarna
jernih, bau khas.

35

h. Ekstremitas
Kiri atas : Tampak sedikit edema, terpasang pump
Kiri bawah : Tidak tampak edema
Kanan atas : Tidak tampak edema
Kanan bawah: Tampak edema, tampak sedikit pus dan darah, tampak
Jahitan, adanya nyeri tekan.
Kekuatan otot :
5 5 5 5 5 5
5 5 5 3 3 3
i. Sistem Integumen
Turgor kulit tampak kering, kulit berwarna sawo matang.

4. Pola Kebiasaan Sehari - Hari
No Pola Kebiasaan Sehari hari Sehat Sakit
1.


2.





Nutrisi :
Makan
Minum
Eliminasi
BAB : Frekuensi
Waktu

Warna
BAK : Frekuensi

3 4 kali sehari
7 -8 gelas sehari

Lembek
1 2 kali di pagi
hari
Kekuningan
5 6 kali sehari

3 kali sehari
6 7 gelas sehari

Lembek
Tidak menentu

Kekuningan
4 - 5 kali sehari
36



3.


4.


Warna
Bau
Tidur/istirahat
Siang
Malam
Aktivitas :
Mandi
Menggunakan Pakaian
Jernih
Khas

1 2 jam
6 - 7 jam

Mandiri
Mandiri
Jernih
Khas

1 jam
6 jam

Mandiri
Mandiri

5. Data Psikososial
Klien mengatakan sudah mulai putus asa dengan penyakitnya karena
sudah bertahun tahun tidak kunjung sembuh, klien mengatakan selalu
mendapatkan dukungan dari keluarga terutama istrinya.
6. Data Spiritual
Klien mengatakan sewaktu sehat klien melaksanakan ibadahnya dengan
rajin, tetapi saat klien sakit klien jarang melakukan ibadah.
7. Data Sosisal Ekonomi
Klien merupakan dari keluarga sederhana dan cara pembayaran
pengobatan dari Jamkesmas.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
b. Pemeriksaan Laboratorium
Nama : Tn. M No. RM : 62.65.72
Umur : 47 Tahun Tanggal : 5 Maret 2013
37

Parameter Hasil Satuan Remarks Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin
Leukosit

11,6
18,6

g/dl
10
3
/mm
3


Rendah
Tinggi

13,00 16.00
5,00 10,00

9. Pengobatan
Ceftriaxone 2 x 500 g












38

ANALISA DATA

Nama : Tn. M
Tanggal : 9 Maret 2013
NO. DATA MASALAH ETIOLOGI
1. Ds :
- Klien mengatakan luka kadang
terasa gatal
- Klien mengatakan sebelumnya
pernah mengalami infeksi saat
pemasangan pen
- Klien mengatakan sebelumnya
sudah dilakukan prosedur bedah
Do :
- Tampak pus dan darah pada luka
jahitan
- Tampak kemerahan pada daerah
sekitar luka jahitan
- Tampak sedikit edema
- Leukosit : 18,6
- Aroma terasa sedikit berbau
- Luka jahitan sepanjang 25 cm


Infeksi

Pembentukan
abses tulang
39

2. Ds.
- Klien mengatakan nyeri pada luka
jahitan
- Klien mengatakan luka kadang
seperti ditusuk tusuk
- Klien mengatakan jika kaki
diluruskan terasa sakit
Do :
- Klien tampak meringis
- Skala nyeri 4
- Intensitas nyeri sedang
- Tampak jahitan sepanjang 26 cm
- Bagian nyeri di tibia fibula
- Tekanan Darah : 150/90 mmHg.
Nadi : 90 kali/ menit
Pernafasan : 24 kali/menit
Suhu : 36,1 0C

Gangguan rasa
nyama nyeri

Agen cidera
biologis
3. Ds :
- Klien mengatakan sudah 4 kali
dilakukan pembedahan
- Klien mengatakan sudah putus asa
dengan penyakitnya.


Gangguan
gambaran diri

Pembedahan
40

Do :
- Klien tampak sedikit sedih
- Klien tampak sedikit mengeluh
- Klien banyak bicara

B. Diagnosa Keperawatan
No.
Diagnosa
Keperawatan
Tanggal
ditegakkan
Tanda
Tangan
Tanggal
Teratasi
Tanda
Tangan
1.


2.


3.
Infeksi berhubungan
dengan pembentukan
abses tulang
Gangguan rasa nyaman
nyeri berhubungan dengan
agen cidera biologis
Gangguan gambaran diri
berhubungan dengan
pembedahan
9 Maret
2013

9 Maret
2013

9 Maret
2013







41

C. Intervensi Keperawatan
No.
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Kriteria
Hasil
Intervensi
Keperawatan
Rasional
1 Infeksi
berhubungan
dengan
pembentukan
abses tulang

Tujuan:
Setelah
diberikan
intervensi
2x24 jam
diharapkan
tidak terjadi
perluasan
pada infeksi
dan infeksi
dapat
teratasi
Kriteria
Hasil :
- Tidak ada
tanda
tanda
infeksi
- Suhu tubuh
1. Observasi tanda
tanda vital seperti
tekanan darah,
nadi, pernafasan,
suhu.
2. Pertahankan teknik
aseptic bila
mengganti balutan/
merawat luka
3. Inspeksi balutan
dan luka,
perhatikan
karakteristik
drainase.




4. Tutup balutan
1. Peningkatan suhu
dapat
menunjukkan
terjadinya infeksi.

2. Meminimalkan
kesempatan
introduksi bakteri


3. Deteksi dini
terjadinya infeksi
memberikan
kesempatan untuk
intervensi tepat
waktu dan
mencegah
komplikasi lebiih
serius.
42

tetap
normal
- Tidak ada
pus yang
keluar
Luka
terlihat
kering
dengan
menggunakan
balutan yang
bersih & steril
5. Berikan antibiotic
sesuai indikasi.
4. Mencegah
kontaminasi



5. Antibiotik
berfungsi untuk
menvegah infeksi
lebih lanjut.
2 Gangguan rasa
nyama nyeri
berhubungan
dengan agen
cidera biologis

Tujuan:
Setelah
diberikan
intervensi 2
x 24 jam
diharapkan
nyeri berkur
ang atau
hilang
Kriteria
Hasil :
- Nyeri
berkurang /
hilang
1. Kaji karakteristik
nyeri, lokasi, skala,
dan intensitas nyeri





2. Pertahankan
imobilisasi




1. Tingkat dan
intensitas nyeri
merupakan data
dasar yang
dibutuhkan perawat
sebagai pedoman
pengambilan
intervensi
2. Membantu
meringankan
tugas tulang
dalam
mempertahankan
postur tubuh
43

- Skala nyeri
0-4
- Klien tidak
tampak
meringis
lagi
- Gerakan
melokalisir
nyeri (-)



3. Tinggikan
ekstrimitas yang
Nyeri






4. Ajarkan teknik
relaksasi (nafas
dalam)



5. Pertahankan posisi
tepat pada
ekstremitas yang
dijahit.
6. Pantau tanda
sehingga tidak
terjadi kekakuan
daerah sekitar
3. Peninggian
ekstrimitas dapat
membantu
meningkatkan
aliran balik vena
yang
menyebabkan
pembengkakan
berkurang
4. Teknik relaksasi
(nafas dalam )
dapat membantu
menurunkan
tingkat
ketegangan
5. Menurunkan
spasme otot dan
tegangan pada
jaringan sekitar.
6. Memudahkan
44

tanda vital seperti
tekanan darah,
nadi, pernafasan,
suhu.
7. Anjurkan klien
untuk beristirahat.

8. Kolaborasi
pemberian
analgesik
sesuai program
terapi
dalam melakukan
tindakan


7. Dengan istirahat
dapat menurunkan
nyeri
8. Analgesik
berfungsi untuk
melakukan
hambatan pada
sensor nyeri
3 Gangguan
gambaran diri
berhubungan
dengan
pembedahan
Tujuan :
Setelah
dilakukan p
erawatan,
diharapkan
gambaran
diri
meningkat
Kriteria
hasil:
- Klien dapat
1. Kaji perubahan
persepsi dan
hubungannya
dengan
ketidakmampuan
2. Ingatkan kembali
realitas bahwa
klien masih dapat
menggunakan sisi
yang sakit dan
belajar mengontrol
1. Menentukan
bantuan individu
dalam menyusun
rencana
perawatan
2. Memantu klien
menerima
bagian tubuh
yang sakit untuk
merasakan
harapan dan
45

beradaptasi
dengan
baik
- Klien
mampu
mengungka
pkan
perasaanny
a.
- Klien
mampu
menyataka
n
penerimaan
diri

sisi yang sehat
3. Bersama klien
mencari lateratif
koping yang
positif.

4. Bantu dan
anjurkan
perawatan yang
baik dan
memperbaiki
kebiasaan.

mulai menerima
situasi baru.

3. Dukungan
perawat kepada
klien
meningkatkan
rasa percaya diri
4. Membantu
meningkatkan
perasaan diri dan
mengontrol lebih
dari satu area
kehidupan.









46

D. Implementasi dan Evaluasi
No
Diagnosa
Keperawatan
Hari,
Tanggal
Implementasi
Hari,
Tanggal
Evaluasi
1 Infeksi
berhubungan
dengan
pembentukan
abses tulang

Selasa
9 Maret
2013
1. Mengobservasi
tanda tanda
vital seperti
tekanan darah,
nadi,
pernafasan,
suhu.
2. Mempertahank
an teknik
aseptic bila
mengganti
balutan/
merawat luka
3. Menginspeksi
balutan dan
luka,
perhatikan
karakteristik
drainase.
4. Melakukan
Selasa
9 Maret
2013
S :
- Klien
mengatakan
luka kadang
terasa gatal
- Klien
mengatakan
sebelumnya
pernah
mengalami
infeksi saat
pemasangan
pen
- Klien
mengatakan
sebelumnya
sudah
dilakukan
prosedur
bedah
47

redressing atau
pembersihan
luka secara
steril
5. Menutup
balutan dengan
menggunakan
balutan yang
bersih & steril
6. Memberikan
antibiotic
ceftriaxone 2 x
500 gr.
O :
- Tampak pus
dan darah
pada luka
jahitan
- Tampak
kemerahan
pada daerah
sekitar luka
jahitan
- Tampak
sedikit
edema
- Leukosit :
18,6
- Aroma terasa
sedikit
berbau
- Luka jahitan
sepanjang 25
cm
A : Masalah
belum teratasi
48

P : Intervensi
dilanjutkan
1. Mengobserva
si tanda
tanda vital
2. Mempertahan
kan teknik
aseptic
3. Menginspeks
i balutan dan
luka,
4. Melakukan
redressing
atau
pembersihan
luka Menutup
balutan
5. Memberikan
antibiotic
ceftriaxone 2
x 500 gr.
2 Gangguan rasa
nyaman nyeri
Selasa
9 Maret
1. Mengkaji
karakteristik
Selasa
9 Maret
S :
- Klien
49

berhubungan
dengan agen
cidera biologis

2013 nyeri, lokasi,
skala, dan
intensitas
nyeri
2. Mempertahan
kan
imobilisasi
3. Mengajarkan
teknik
relaksasi
(nafas dalam)
4. Mempertahan
kan posisi
tepat pada
ekstremitas
yang dijahit.
5. Memantau
tanda tanda
vital seperti
tekanan darah,
nadi,
pernafasan,
suhu.
2013 mengatakan
nyeri pada
luka jahitan
- Klien
mengatakan
luka kadang
seperti
ditusuk-tusuk
- Klien
mengatakan
jika kaki
diluruskan
terasa sakit
O :
- Klien tampak
meringis
- Skala nyeri 4
- Intensitas
nyeri sedang
- Tampak
jahitan
sepanjang 26
cm
50

6. Menganjurkan
klien untuk
beristirahat.
- Bagian nyeri
di tibia fibula
- Tekanan
Darah :
150/90
mmHg.
Nadi : 90
kali/ menit
Pernafasan :
24 kali/menit
Suhu : 36,1
0
C
A : Masalah
teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan

3 Gangguan
gambaran diri
berhubungan
dengan
pembedahan
Selasa
9 Maret
2013
1. Mengkaji
perubahan
persepsi dan
hubungannya
dengan
Selasa
9 Maret
2013
S :
- Klien
mengatakan
sudah 4 kali
dilakukan
51

ketidakmampu
an
2. Mengingatkan
kembali
realitas bahwa
klien masih
dapat
menggunakan
sisi yang sakit
dan belajar
mengontrol
sisi yang sehat
3. Membantu dan
anjurkan
perawatan
yang baik dan
memperbaiki
kebiasaan.

pembedahan
- Klien
mengatakan
sudah putus
asa dengan
penyakitnya.
O :
- Klien tampak
sedikit sedih
- Klien tampak
sedikit
mengeluh
- Klien banyak
bicara
A : masalah
teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan




52

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges, Marilynn E, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Mutataqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

NANDA. 2005. Diagnosa Keperawatan: Defini & Klasifikasi 2005-2006.
NANDA International, Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai