Bagian Penyakit Dalam FK/RSU UKI Pendahuluan Pada geriatri gangguan gastro intestinal sifatnya tidak khas Gangguan fungsi sistem gastro intestinal pada geriatri terjadi apabila proses patologis pada organ tertentu Jika tidak ada proses patologis fungsi sistem gastrointestinal dapat dipertahankan sebagaimana manusia sehat Gangguan pencernaan merupakan faktor resiko frailty pada geriatri Proses menua pada saluran cerna Rongga mulut Gigi geligi mulai tanggal Kerusakan gusi proses degenerasi Mempengaruhi proses mastikasi makanan Susah mengunyah malas makan Kelenjar saliva produksi menurun Fungsi ludah sebagai pelicin makanan berkurang susah menelan Pentol pengecap di ujung lidah menurun jumlahnya terutama untuk rasa asin lansia cenderung makan yg lebih asin Farings dan esofagus Pada geriatri terjadi kelemahan otot polos sukar menelan Kelemahan otot esofagus hernia hiatus Lambung Terjadi atropi mukosa, sel kelenjar, sel parietal, sel chief sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinksik berkurang rangsang rasa lapar berkurang Ukuran lambung lebih kecil daya tampung makanan berkurang Usus halus Atropi mukosa jumlah vili berkurang proses absorbsi berkurang gangguan maldigesti dan malabsobsi Pankreas Produksi enzim amilase, tripsin dan lipase berkurang metabolisme karbohidrat, protein dan lemak menurun Sering terjadi pankreatitis ec batu kandung empedu Hati Organ penting proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Proses detoksifikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konjugasi bilirubin Meningkatnya usia atrofi sel2 hati jaringan fibrous menurunkan fungsi hati hati2 dalam pemberian obat Usus besar dan rectum Kelokan2 pembuluh darah meningkat motilitas kolon menurun absorbsi air dan elektrolit meningkat feses menjadi lebih keras konstipasi Peristaltik kolon melemah gagalnya pengosongan rektum Dinding abdomen melemah kontraksi dinding abdomen menurun konstipasi Imunitas gastro intestinal pada usia lanjut Alat pertahanan primer tubuh manusia terhadap faktor lingkungan yg masuk melalui mulut sistem imun mukosal ddg traktus gastrointestinal Faktor penting sistem imunitas terhadap infeksi pada usia lanjut nutrisi Gangguan dan penyakit pada saluran cerna 1. Esofagus Pd lansia proses degeneratif motilitas esofagus menurun Proses keganasan di daerah esofagus meningkat Pemeriksaan endoskopi diperlukan A. Gangguan motilitas lansia keluhan disfagia (sulit menelan/nyeri menelan) dievaluasi lebih lanjut pd ddg esofagus radiografi, endoskopi, pemeriksaan otolaringeal
A1. disfagia orofaringeal Pd hipofarings dan esofagus bag atas ketidak mampuan utk mengawali proses menelan impaksi bolus berlulang aspirasi Regurgitasi nasal Etiologi : disfungsi krikofaringeal, penyakit neurologis sentral dan perifer, gangguan metabolik seperti DM dan disfungsi tiroid A2. disfagia esofageal Kesulitan atau pasase makanan tak lengkap melalui esofagus Gejala : disfagia dan nyeri dada Etiologi : akalasia, kelainan esofagus spastik, penyakit jaringan ikat, degenerasi aorta, pembesaran atrium kiri, aneurisma toraks atau mediastinal, post opbedah toraks A3. Penyakit refluks gastro-esofageal (GERD) Insiden mencapai puncak pada usia 60-70 thn Adanya refluks isi lambung ke esofagus Etiologi : mekanisme anti refluks terganggu ( inkompetensi sfingter esofagus distal, lokasi sfingter, Integritas ligamentum frenoesofageal, bersihan asam di esofagus Zat yg menurun kompetensi sfingter esofagus distal : coklat, alkohol, lemak, tembakau, kafein meningkatkan GERD Gejala GERD : rasa panas di ulu hati, regurgitasi asam, disfagia dan nyeri dada Komplikasi GERD : batuk, spasme bronkus, striktur esofagus distal Terapi Tidur dgn posisi kepala tinggi Mengurangi membungkuk Menurunkan berat badan Berhenti merokok Farmakologik : prokinetik (metoclorpropamide) H2 bloker (ranitidin) PPI (omeperazole, lanzoperazole) A4. Divertikula Divertikulasi lokasi diatas sfingter esofagus proximal (divertikula zenker), diesofagus medial (divertikula karena tarikan) tepat diatas sfingter esofagus distal (divertikula epifrenik) Divertikula zenker Etiologi : disfungsi krikofaringeal Gejala klinik : disfagia regurgitasi aspirasi dan massa di leher yg tampak jelas Divertikula medial : asimtomatik Divertikula epifrenik : disfagia, regurgitasi Diagnostik esofagogram, endoskopi Terapi gejala ringan simtomatik dan prokinetik gejala berat tindakan bedah
A5. Hernia hiatus 60-90% pada usia 70 thn Gejala : refluks, disfagi, hemorhagia akibat ulkus peptikum pada esofagus dan volvulus lambung Diagnosis foto barium, esofagoskopi Terapi sama dengan terapi GERD 2. Penyakit dan Gangguan pada Lambung 1. Gangguan Motilitas Gastro Intestinal Primer gangguan yang tidak berhubungan dengan penyakit tertentu. 2. Gangguan Motilitas Gastro Intestinal Sekunder Etiologi: Gangguan neuromuskular Gangguan vaskular kolagen Obat-obatan Tindakan bedah saluran cerna gastroparesis
Gangguan Neuromuskular Neuropati diabetik Syndroma Shy-Drager ( kelainan degeneratif susunan syaraf otonom) Kelainan SSP Trauma medula spinalis Kelainan SSP paroksismal vertigo, migrain Lesi intrakranial Gangguan pengosongan lambung Hipertiroidisme percepatan pengosongan lambung dan metabolisme pencernaan di intestinum. Hipotiroidisme perlambatan pengosongan lambung dan pseudo obstruksi intestinal. Obat-obatan agonis adrenergik, agonis dopaminergik, antagonis kolinergik, opiat menghambat aktivitas kontraktilitas dan pengosongan lambung. 3. Ulkus Peptikum Lokasi: esofagus, lambung, duodenum Usia > 60 tahun Kadar asam lambung pada lansia menurun insiden ulkus lambung > ulkus duodenum. Pria:wanita 5-10 : 1
Penatalaksanaan: Modifikasi diet untuk pasien gastroparesis, diet cair dalam jumlah sedikit demi sedikit. Retensi lambung persisten terapi prokinetik (metoklopramid), meningkatkan kontraktilitas. Gangguan berat tindakan bedah. Gejala Klinik: Mual Rasa tidak enak di perut Penurunan berat badan
Komplikasi perforasi 50 % pada usia 70 tahun Terapi: Prokinetik PPI Sucralfat Amoxycilin & Clarithromycin jika H. pylori +
PROGNOSIS ad bonam kecuali penderita dengan komplikasi ad malam 4. Gastritis Proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung Gastritis dibagi menjadi beberapa bentuk, atas dasar: a) Manifestasi klinik b) Gambaran histologi c) Distribusi anatomi d) Kemungkinan patogenesis gastritis
Gatritis atrofikans terjadinya hipo atau akhlorhidia Gastritis akut E/ konsumsi alkohol, obat-obatan (anti inflamasi), toksin Stafilokokus. Gastritis superfisial inflamasi, edema, produksi mukus berlebihan. Gastritis hipertrofikans endoskopik pembesaran mukosa, ulserasi, dan erosi. 5. Gastritis Kronik infiltrasi sel-sel radang pada lamina propia, daerah epitelial atau pada kedua daerah tersebut, terdiri dari limfosit dan sel plasma, granulosit neutrofil. Gastritis kronik, berdasarkan distribusi anatomik ( Strickland dan McKay, 1973): a. Gastritis kronik korpus / tipe A Pada korpus dan kardia lambung Proses autoimun anemia pernisiosa b. Gastritis kronik antrum / tipe B Paling sering dijumpai Infeksi Helicobacter pylori c. Gastritis multifokal / tipe AB Menyebar keseluruhan gaster
Secara etiologi ada 2 hal penting bagi gastritis kronik : Imunologik Bakteriologik H. pylori Aspek lain : faktor refluks enterogaster cairan pankreato-bilier, asam empedu, lisolesitin. DIAGNOSIS endoskopik dan biopsi histopatologik dan H. pylori Urea breath test Penatalaksanaan: o Gastritis kronik autoimun terapi untuk anemia pernisiosa (Vit. B12) o Gastritis kronik bakteriologik eradikasi H. pylori Colloid bismuth subnitrat 4 x 120 mg/hari
2 diantara 3 : Metronidazol 4 x 500 mg Amoksisilin 4 x 500 mg Tetrasiklin 4 x 500 mg
Untuk 1 2 minggu PPI : Omeprazol 2 x 20 mg atau Lasoprazole 2 x 40 mg
2 antibiotika dari: Klaritromisin 2 x 500 mg, Amoksisilin 2 x 100 mg, atau Metronidazol 2 x 500 mg
Bila 2 terapi diatas gagal maka diberikan : Quadriple therapy: Colloid bismuth subnitrat 4 x 120 mg/hari
3. Gangguan pada Hati 1. Hepatitis Kronik Aktif Hepatitis virus B dan C Terapi : o Monitor dan evaluasi gejala klinik o Monitor pemeriksaan fungsi hepar, HBV DNA, HBeAg, HCV RNA ( untuk hepatitis C) o Biopsi hati 2. Sirosis Bilier Primer Gejala : pruritus, pigmentasi kulit, sindroma malabsorpsi, jari tabuh, pembesaran hati dengan tepi rata, splenomegali, fosfatase alkali me. Terapi : Kolestiramin untuk pruritus Vitamin A, D, K 3. Sirosis Etiologi: Hepatitis virus, alkoholisme, gangguan imunitas, kolestasis berkepanjangan, overload zat besi, malnutrisi, by pass jejunoileal. 4. Penyakit Kandung Empedu & Traktus Biliaris 1. Batu Empedu o Gejala: Ikterus ringan ikterus obstruktif berat Kolesistitis Kolangitis Kolik bilier o Diagnosis USG, ERCP o Terapi: Tergantung lokalisasi dan tipe batu Asam ursodeoksikolat atau asam kenodeoksikolat Kolesistektomi ERCP
2. Karsinoma Kandung Empedu o Khas pada wanita lansia o Berhubungan dengan batu empedu o Gejala: Ikterus obstruktif Nyeri kuadran perut kanan atas Penurunan berat badan o Pemeriksaan fisik : Nyeri tekan dan teraba massa keras di hipokondrium kanan o Diagnosis USG , ERCP o Terapi operatif Paliatif insersi prostesis untuk mengurangi ikterus karena in operable
3. Karsinoma Saluran Empedu (Kolangiokarsinoma) o Pria > wanita o Gejala: Ikterus obstruktif intermiten Nyeri Penurunan BB Hepatomegali o Diagnosis ERCP 5. Penyakit pada Pankreas 1. Pankreatitis Akut o Gejala : Nyeri epigastrik yang menjalar ke punggung Muntah Konfusio o Lab: Amilase dan lipase me Gula darah me Bilirubin me o Etiologi: Batu empedu, iskemia, hipotermia, keracunan karbon mono oksida. o Penatalaksanaan: Rehidrasi parenteral Analgesik Aspirasi cairan duodenum Puasa me stimulasi pankreas Laparotomi untuk keadaan abses pankreas
2. Pankreatitis Kronik o Etio: akibat pankreatitis akut berulang o Gejala: nyeri, mual, muntah, penurunan BB, diare, glukosa uria o Diagnosis: Foto polos abdomen, test Lundh (penurunan aktivitas tripsin) o Terapi: ekstrak pankreas 3. Karsinoma Pankreas o Usia > 80 tahun o Gejala: Ikterus obstruktif tanpa nyeri Anoreksia Penurunan BB Hepatomegali DVT Melena o Diagnosis USG, ERCP o Terapi: paliatif PENYAKIT USUS KECIL DAN USUS BESAR 6.1 MALABSORBSI Gejala : -kelemahan umum -nyeri otot -penurunan berat badan -diare atau steatore
Etiologi : -penyakit coeliac -peny. Divertikula pada usus kecil -syndrom pasca gastrektomi -limfoma -sirosis bilier primer
- Diagnosis : -test absorbsi silose -biopsi usus kecil + kultur cairan aspirat jejunum -test nafas dengan 14 C-glikokolic -pengukuran retensi sehcat -test triolein 14 C -ERCP -USG - Terapi : -antibiotika untuk bakteri usus -diet rendah glutein
6.2 GANGGUAN MOTILITAS USUS HALUS Terjadinya disfungsi neuron atau otot polos Gejala : distensi perut, kembung, kolik perut, anoreksia, nausea, vomitus, diare, steatore, dehidrasi, uremia ringan. Etiologi : -kelainan aktivitas neuromuskular diare, steatore -penyakit kolagen vaskuler (skleroderma) -distrofi otot -DM -gangguan elektrolit -obat-obatan Penatalaksanaan tindakan diagnostik untuk mencari etiologi
6.3 ISKEMIA MESENTERIK Trombosis dan emboli arteri atau vena mengenai pembuluh darah mesenterium iskemia mesenterik Etiologi : -penyakit aterosklerosis -infark jantung Gejala : -nyeri perut mendadak di epigastrium atau sekitar umbilikus -nausea -vomitus -diare, kadang bercampur darah -perut membesar syok
- Iskemia mesenterik kronik gejala nyeri perut berulang antara 10-15 menit setelah makan di perut bagian atas nyeri menghilang setelah 1-3 jam penderita takut makan syndrom makan sedikit-sedikit (small meal syndrome)
- Diagnosis : arteriografi - Th/akut : - embolektomi - rekonstruksi arteri - Eksisi usus yang mengalami nekrosis kronis : by pass
6.4 PENYAKIT CROHN - Bagian usus yang terkena : ileum yang menyebar ke kolon - Gejala : diare, nyeri perut dan anus - Diagnosis : seringkali sulit gejala mirip divertikular - Terapi : - Sulfasalasin dengan atau tanpa kortikosteroid - Metronidazole - Asatioprin - Tindakan bedah jika ada komplikasi peritonitis abses, fistula - Pemberian nutrisi yang adekuat - Koreksi anemia - Koreksi elektrolit dan cairan
6.5 PENYAKIT DIVERTIKULER - Gejala : -nyeri perut bawah - Konstipasi - Diare - Massa di fossa illiaka kiri - Hematokesia - Nausea - Vomitus - Inkontinensia fekal - Komplikasi : - fistula kandung kemih atau vagina - Perforasi - Peritonitis - Abses - Konstipasi - Terapi : - antibiotika - diet tinggi serat - komplikasi tindakan bedah 6.6 KOLITIS PSEUDOMEMBRANOSA - Etiologi : pemakaian antibiotika spektrum luas penekanan flora bakteri komensal di usus besar dan pertumbuhan tak terkontrol kuman C. dificille di kolon - Gejala : - diare hebat - Lekositosis, albumin - Diagnosis : - riwayat pemakaian antibiotika spektrum luas - kultur feses C. difficille + - Sigmoidorkopik - Terapi : - penghentian antibiotika spektrum luas - vankomisin atau metronidazol 6.7 KOLITIS ULSERATIVA - Gejala klinik : - diare - nyeri perut bawah - Komplikasi : - perforasi kolon - megakolon toksik - Diagnosis : - Sigmoidoskopi + biopsi - Radiografi kontras barium - Terapi : - Sulfalasin - Kortikosteroid - Tindakan bedah jika ada komplikasi 6.8 KARSINOMA KOLON DAN REKTUM - Keadaan prekondisi terjadinya keganasan kolitis ulserativa, polip kolon, adenoma - Gejala : - diare, inkontinensia fekal, konstipasi, pardarahan per rektal - massa di daerah kolon - Diagnosis : - Radiologik dengan kontars barium - Colonoscopy + biopsi - Angka survival 5 thn setelah reseksi usus dan sitostatika 65-80%