Anda di halaman 1dari 7

HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA PADA RAKYATNYA

Hak dan kewajiban suatu negara kepada rakyatnya Berdasarkan UUD 1945.

Menurut Prof. Dr. Notonagoro mengatakan suatu definisi dasar mengenai hak adalah kuasa
untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan terus
menerus oleh pihak lain maupun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa.
Hak dan kewajiban adalah merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi
terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang porsi yang terjadi pada negara
ini bahwa setiap warga yang memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan
yang layak, tetapi warga negara indonesia belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani
kehidupanya.

Dalam mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban salah satunya dengan cara
mengetahui posisi diri kita sendiri sebagai seorang warga negara yang harus tahu hak dan
kewajibannya. Seorang pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya
Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan
kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak
dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang, Apabila masyarakat tidak
bergerak untuk merubahnya. Karena para pejabat atau ini tidak akan pernah merubahnya,
walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini dan berbicara pada tempat pengaduan yang
pantas. sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya. Oleh karena
itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk
ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita
sebagai rakyat Indonesia.

Sekarang kita bicara mengenai UUD pasal 28 yang menetapkan bahwa hak warga negara dan
penduduk untuk berserikat dan berkumpul dari sana banyak asumsi yang mengeluarkan
pikiran dengan lisan maupun tulisan sebagaimana syarat-syarat pengaturan dalam undang-
undang. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi. Pada para
pejabat dan pemerintah untuk bersiap-siap hidup setara dengan kita. Harus menjunjung
bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang lebih baik dan maju. Yaitu dengan menjalankan
hak-hak dan kewajiban dengan seimbang. Dengan memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang
selama ini kurang mendapat kepedulian dan tidak mendapatkan hak-haknya.
Tetapi pada sekarang pasal 28 banyak orang yang salah mengartikan atau menterjemaahkan
apa itu pasal 28 seperti kasus pada akhir-akhir ini yaitu kasus akhmadiyah. kasus ini ini
bukan hanya membicarakan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara indonesia yang
mempunyai wewenang dalam memiliki pasal 28 yang berbunyi bahwa hak warga negara dan
penduduk menetapkan untuk berserikat dan berkumpul tetapi kasus ahmadiyah adalah kasus
penistaan agama islam yang bukan diamali oleh nabi muhammad saw. Rakyat diindonesia
sekarang-sekarang ini banyak sekali betentangan dengan kacamata publik dasar negara
indonesia yang berlandaskan NKRI tetapi kenyataan dilapangan sekarang beberapa daerah
seakan akan sudah menjadi NII bukan NKRI lagi, maka pemerintahan harus waspada dengan
gebrakan seperti ini karena bagaimana pada zaman soekarno pancasila sedikit demi sedikit
akan dihilangkan oleh piagam Jakarta.

Negara Indonesia dalam pasal 28 jangan diartikan dan diterjemaahkan oleh orang yang tidak
paham agama memang masyarakat dibebaskan untuk beragama tapi ada juga UUD PNPS
berisi tentang hal yang menodai agama oleh karena itu bisa mengancam masa depan anak
cucu kita kalo anak kita ingin berkembang sesuai perkemabangan yang baik dan
berpandangan kedepan tolong selidiki masuknya agama akhamadiyah dinegara indonesia.
MUI pun selaku mitra pemerintah yang konstitusional tidak ditanggapi oleh kebijakan
pemerintah kalo seperti itu keberadaan MUI, NU, Muhamadiyah, dibubarkan saja karena
tidak memberi kontribusi positif terhadap hak dan kewajiban beragama negara Indonesia.
Negara ini berkembang bila rakyat dan pemerintahan tidak melupakan Bhineka Tunggal Ika
yang harus dijaga oleh generasi muda bangsa indonesia. Dengan cara seperti sering
melakukan dialog-dialog yang harus dicari titik temu bukan hanya perbedaan ketika orang-
orang akan menyeragamkan pendapat atau keputusan yang dicari.





KEWAJIBAN NEGARA KEPADA RAKYATNYA
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak bulan Agustus 1997 telah menimbulkan
dampak yang luas bagi kehidupan masyarakat. Diawali dengan nilai tukar Rupiah yang terus
melemah terhadap Dolar AS, mengakibatkan kinerja kegiatan produksi menurun tajam
karena sebagian bahan bakunya berasal dari luar negeri. Kondisi ini kemudian menyebabkan
banyak perusahaan yang akhirnya harus gulung tikar. Tercatat sedikitnya dua puluh lima juta
orang pengangguran baru yang dihasilkan oleh krisis ini. Tentunya terdapat puluhan juta jiwa
yang menggantungkan hidup pada pekerja-pekerja yang di-PHK itu. Dari data yang
dikumpulkan Depsos untuk wilayah DKI Jakarta hingga Juli 1998, tercatat adanya
peningkatan jumlah Gelandangan dan Pengemis (Gepeng) sebesar 30%, WTS 30%, pedagang
asongan 75%, dan anak jalanan 200% (Republika, 29 Juli 1998).

Keadaan sosial yang telah menghasilkan banyak orang miskin baru ini merupakan masalah
sosial yang penting untuk segera diatasi. Jumlah siswa yang harus putus sekolah meningkat
tajam di saat wajib belajar sedang giat-giatnya digalakkan. Keadaan gizi dan kesehatan
masyarakat menurun sehingga mencapai titik yang memprihatinkan. Kenyataan ini harus
diantisipasi untuk menghindari terdapatnya generasi yang hilang beberapa dasawarsa
mendatang.
Pasal 34 Undang-undang Dasar 1945 menyatakan Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar
dipelihara oleh negara. Yang dimaksud dengan fakir miskin di sini adalah orang yang sama
sekali tidak mempunyai sumber mata pencarian dan tidak mempunyai kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan. Fakir miskin dapat juga berarti
orang yang mempunyai sumber mata pencarian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan
pokok yang layak bagi kemanusiaan. Para gelandangan, pengemis, maupun anak-anak
jalanan dapat pula dikategorikan sebagai fakir miskin untuk kemudian dipelihara oleh negara.

Bagaimanakah sebenarnya relisasi pemeliharaan oleh negara yang dikehendaki oleh
konstitusi? Penjelasan pasal 34 UUD 1945 berbunyi Telah cukup jelas, lihat di atas. Yang
dimaksud oleh kalimat di atas itu tidak lain adalah penjelasan dari pasal 33 UUD 1945
yang memang masuk dalam bab yang sama dengan pasal 34 yaitu bab mengenai
kesejahteraan sosial. Penjelasan Pasal 33 UUD 1945 antara lain menyebutkan bahwa
kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran perseorangan.
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas usaha kekeluargaan.

Dari penjelasan UUD 1945 tersebut terlihat jelas relevansi dari sistem ekonomi dalam upaya
menanggulangi kemiskinan. Sistem ekonomi kerakyatan yang berasal dari rakyat, dikerjakan
oleh rakyat, dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat banyak merupakan bentuk ideal
yang seyogianya dan wajib diciptakan oleh negara.

Dengan berjalannya mekanisme ekonomi kerakyatan yang memberikan kesempatan yang adil
terhadap sumber-sumber modal, maka kesejahteraan masyarakat dapat dipelihara agar tidak
jatuh ke jurang kemiskinan. Masyarakat tidak dapat disalahkan atas kemiskinan yang
dideritanya. Peningkatan kesejahteraan sebenarnya adalah hak mereka, sementara di lain
pihak, negara (pemerintah) berkewajiban dan memiliki kapasitas untuk menciptakan
mekanisme yang kondusif bagi kesejahteraan rakyat.

Dalam kenyataannya, pemerintah ternyata tidak berhasil menciptakan kesempatan bagi
masyarakat untuk mencapai hal itu. Akumulasi modal yang hanya berputar pada segelintir
kalangan masyarakat pada masa orde baru tak ayal lagi merupakan kejahatan terstruktur yang
tidak boleh terulang kembali. Oleh karena itu, usaha pemerintah untuk menerapkan sistem
ekonomi kerakyatan akhir-akhir ini dapat disambut positif sebagai wujud tanggung jawab
negara memelihara kesejahteraan rakyatnya.

Bantuan dan Rehabilitasi Sosial
Pasal 34 UUD 1945 dijabarkan lebih lanjut oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974
tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Pasal 1 UU 6/1974 menyatakan bahwa
Setiap warga negara berhak atas taraf kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya dan
berkewajiban untuk sebanyak mungkin ikut serta dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial.

Selain usaha menciptakan sistem perekonomian yang sifatnya mendasar, perlu pula usaha
yang sifatnya lebih pada pelaksanaan langsung di lapangan. Hal ini dibutuhkan untuk dapat
sesegera mungkin mengantisipasi keadaan sosial yang memprihatinkan ini. Pengaturan yang
bersifat lebih teknis di bawah UU 6/1974 adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 42 tahun 1981 tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Fakir Miskin. Pasal 2
ayat (1) dari PP 42/1981 di atas menyebutkan bahwa fakir miskin berhak mendapatkan
pelayanan kesejahteraan sosial. Selanjutnya, ayat (2) pasal yang sama menyatakan bahwa
pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin tersebut meliputi bantuan sosial dan
rehabilitasi sosial.

Bantuan sosial adalah bantuan bersifat sementara yang diberikan kepada keluarga fakir
miskin agar mereka dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya. Bantuan sosial yang
diberikan dapat berbentuk bantuan santunan hidup, bantuan sarana usaha ekonomi produktif,
atau bantuan sarana kelompok usaha bersama. Bantuan ini berupa bahan atau peralatan untuk
menunjang usaha ekonomi produktif. Sesuai dengan asas kekeluargaan yang dianut, maka
sarana usaha ekonomi produktif tersebut diberikan dan dikelola dalam sebuah kelompok
usaha bersama yang berada dalam pembinaan pemerintah.

Proses Pemberian Bantuan
Proses pemberian bantuan yang dilakukan pemerintah dengan pengajuan data keluarga
miskin yang perlu mendapatkan bantuan melalui RT/RW yang bersangkutan dalam rapat
koordinasi pembangunan (Rakorbang) kecamatan tiap-tiap desa/kelurahan. Data yang
diterima kemudian dibicarakan dan diolah di Rakorbang kabupaten/Kota Madya untuk
selanjutnya dibawa ke tingkat provinsi dan terakhir diajukan ke Bapenas. Data yang masuk
ke Bapenas diseleksi untuk disesuaikan dengan anggaran yang disediakan APBN. Proses
yang cukup panjang ini menghendaki efisiensi di setiap lini agar dapat mencapai sasaran
yang diinginkan.

Tindak lanjut dari pemberian bantuan sosial adalah rehabilitasi sosial yang berfungsi sebagai
proses refungsionalisasi dan pengembangan, untuk memungkinkan fakir miskin mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Dalam proses
rehabilitasi sosial ini, fakir miskin berhak untuk mendapatkan pembinaan kesadaran
berswadaya, pembinaan mental, pembinaan fisik, pembinaan keterampilan, dan pembinaan
kesadaran hidup bermasyarakat. Fakir miskin yang telah selesai menjalani pembinaan dapat
diberikan bantuan permodalan oleh Depsos guna meningkatkan taraf kesejahteraannya.

Jaring Pengaman Sosial
Program lain yang sedang digalakkan pemerintah untuk membantu meringankan beban
masyarakat dan mencegah timbulnya fakir miskin baru adalah program Jaring Pengaman
Sosial (JPS). JPS dilakukan dengan bekerjasama dengan badan-badan dana luar negeri. Salah
satu bentuk program ini dilaksanakan melalui kemitraan dengan perusahaan-perusahaan yang
masih mampu bertahan untuk dapat menampung sebagian tenaga kerja yang terkena PHK.
Salah satu kelebihan program jaring pengaman sosial ini adalah pelaksanaan di lapangan
tidak lagi dilakukan oleh aparat pemerintahan sehingga dapat dihindari kemungkinan
hambatan birokrasi yang menumpulkan efektivitas program.

Namun sayangnya program yang mempunyai dana milyaran dolar dan triliunan rupiah ini
belum dikelola dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari tidak terdapatnya kejelasan dan standar
baku terhadap pelaksanaan program JPS ini. Program yang melibatkan banyak LSM inipun
ternyata masih mengikutkan LSM yang sebenarnya kurang qualified, bahkan LSM yang
belum mempunyai struktur organisasi permanen.

Dibutuhkan: Partisipasi Masyarakat
Selain hak-hak yang dimiliki oleh masyarakat seperti dipaparkan di atas, terdapat pula
kewajiban bagi masyarakat, yang dibebankan oleh UU No.6 tahun 1974, untuk ikut serta
dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial. Keadaan keuangan negara yang tidak mendukung
saat ini sangat memerlukan bantuan yang intensif dari masyarakat, karena pada saat rakyat
sangat memerlukan bantuan dana pelayanan sosial dari pemerintah ternyata anggaran
pemerintah untuk pelayanan sosial justru menurun.

Ada beberapa peraturan yang telah dibuat untuk memfasilitasi kewajiban masyarakat
tersebut. Salah satunya adalah Keputusan Menteri Sosial Nomor 19 Tahun 1998, yang
memberikan wewenang kepada masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan
sosial bagi fakir miskin untuk melakukan pengumpulan dana maupun menerima dan
menyalurkan zakat, infaq, dan sadaqah. Pasal 12 PP 42/1981 juga memfasilitasi kewajiban ini
dengan memberikan kemungkinan bagi organisasi sosial yang menyelenggarakan pelayanan
kesejahteraan sosial untuk mendapatkan bantuan subsidi.

Menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bukanlah satu-satunya bentuk partisipasi
masyarakat. Untuk dapat meningkatkan kesejahteraan sosial, juga dibutuhkan kontrol sosial
dari masyarakat terhadap kewajiban pemerintah untuk menjamin kesejahteraan sosial ini.
Kritik langsung dan peranan insan pers akan selalu dibutuhkan untuk mencegah adanya
kebocoran-kebocoran dalam penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial.
Transparansi

Dari pengamatan langsung di bilangan Kampung Tengah Jakarta Selatan pada bulan Februari
1999, ditemukan komunitas masyarakat tidak mampu yang belum pernah sekalipun
mendapatkan bantuan dari pemerintah. Apakah mungkin kondisi mereka yang hidup di
lingkungan kumuh dengan rumah-rumah semi permanen berukuran tiga kali tiga meter masih
belum layak untuk mendapatkan bantuan? Yang jelas mereka sangat membutuhkan bantuan
dari pemerintah untuk modal usaha mereka agar tidak terjerat oleh rentenir. Aparat kelurahan
diketahui pernah mendata dan mendokumentasi mereka dengan iming-iming akan diberikan
bantuan permodalan, namun hingga tulisan ini dibuat janji tersebut belum kunjung terealisasi.
Langkah transparansi harus segera dilakukan agar efisiensi bantuan dapat terjamin. Adanya
transparansi sangat dibutuhkan dalam proses pemberian bantuan ini untuk memberikan
kepastian bahwa dana bantuan telah dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya.
Masyarakat pemberi dana, yaitu penyumbang maupun seluruh masyarakat sebagai pembayar
pajak kepada negara, yang dananya digunakan untuk kesejahteraan sosial, berhak untuk
mengetahui apa yang terjadi pada dana yang telah mereka berikan. Sementara masyarakat
yang berhak menerima dana tersebut juga berhak atas transparansi, untuk memastikan bahwa
hak mereka atas kesejahteraan sosial tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak
berhak menerimanya.

Masalah pemenuhan hak atas kesejahteraan sosial ini sangat mendesak untuk segera
dituntaskan. Konstitusi kita sendiri telah mengakomodasi hak atas kesejahteraan sosial. Para
pendiri bangsa ini telah tidak melupakan hak dasar ini, akankah kita -generasi sekarang-
justru melupakannya?

Hak-Hak Dalam Jaminan Kesejahteraan Sosial:
1. Setiap warga negara berhak atas taraf kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya. (Pasal 1
UU no.6 tahun 1974).
2. Fakir miskin berhak mendapatkan pemeliharaan dari negara (Pasal 34 UUD 1945).
3. Fakir miskin berhak mendapatkan sarana bantuan sosial dan rehabilitasi sosial. (Pasal 2
Peraturan Pemerintah RI no.42 tahun 1981).
4.Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum
5.Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
6. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
pemerintahan
7. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan
kepercayaan masing-masing yang dipercayai
8. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
9. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau nkri
dari serangan musuh
10. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku
Kewajiban-Kewajiban Dalam Jaminan Kesejahteraan Sosial:
1. Setiap warga negara wajib ikut serta dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial. (Pasal 1 UU
no.6 tahun 1974).
2. Pemerintah wajib mengusahakan sistem ekonomi yang berpihak pada rakyat banyak.
(Penjelasan pasal 33 UUD 1945).
3.Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh
4. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda)
5.Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan
pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya
6. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang
berlaku di wilayah negara indonesia


Sumber : http://heriimarun.blogspot.com/2011/04/hak-dan-kewajiban-negara-kapada.html

Anda mungkin juga menyukai