Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai pada akhir abad ke -20 ini, perkembangan pengetahuan
mikroskopis terus berkembang dengan pesatnya. Demikian pula halnya dengan
media yang digunakan di dalam penelitian sayatan tipis dalam hal ini
mikroskop. Pada awalnya, mikroskop yang digunakan pada bidang kedokteran
biologi atau bidang bidang lainnya hanyalah bersifat memperbesar benda
yang diamati. Untuk hal ini dapat dipakai mikroskop binokuler atau pun
mikroskop monokuler yang mempunyai pembesaran total yang berfariasi. enis
mikroskop yang terakhir yang digunakan dewasa ini berupa mikroskop ele!tron
dan mikroskop polarisasi.
Salah satu keutamaan dari mikroskop polarisasi yang nantinya akan
digunakan adalah sinar yang masuk berupa sinar yang terpolarisasi. Dengan
sinar tersebut, berapa sifat sifat optik mineral ataupun batuan dapat diketahui.
Supaya mengunakan mikroskop polarisasi dapat semaksimal mungkin,
maka perlu dipahami benar masing masing bagian dari fungsi alat alat yang
terdapat di dalam mikroskop tersebut .perlu diketahui pula bahwa beberapa
bagian dari mikroskop polarisasi ini sangat lah pekat terhadap debu dan kotoran
lainnya. "leh sebab itu harus di#aga baik baik karena butir debu yang
betapapun ke!ilnya akan dapat dibesarkan sehingga akan mengganggu #alannya
pengamatan.
1.2 Maksud dan Tujuan
$.2.$ %aksud
&dapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui Dan
mengidentifikasi sifat-sifat opti! mineral.
$.2.2 'u#uan
Untuk melakukan pendeskripsian sifat-sifat opti! berbagai #enis
mineral dengan menentukan warna interferensi, bias rangkap, bentuk,
orientasi opti!, pemadaman(gelapan, dan kembaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penentuan mikroskopik dengan ortoskop nikol silang dapat diartikan sebagai
suatu pengamatan mineral atau mineral dalam batuan se!ara mikroskopik dengan
bantuan analisator dan nikol atas.
)dentifikasi mineral se!ara opti! dengan ortoskop nikol silang menggunakan
lensa polarisator dan analisator. Dengan ketentuan bahwa arah getar polarisator harus
tegak lurus terhadap arah getar analisator.
*erikut ini akan di #elaskan masing-masing sifat opti! mineral yang dapat
teramati pada sistem ortoskop nikol bersilang.
2.1 arna Inter!erens"
+arna interferensi adalah warna yang hasilnya dari !ahaya yang
diteruskan melalui analisator kepada mata pengamat. +arna interferensi ter#adi
pada mineral anisotrop karena adanya selisih harga indeks bias sinar ordiner dan
sinar ekstraordiner. ,angkaian warna interferensi terbagi men#adi beberapa
orde, mulai dari orde pertama hingga orde keempat. %akin tinggi ordenya maka
akan men#adi !erah -terang. warnanya, misalnya kuning, orde )) lebih terang
dibandingkan kuning orde ). %ineral yang disayat tegak lurus pada salah satu
sumbu opti! tidak akan menun#ukkan adanya warna interferensi dan sayatan ini
akan tetap padam bila me#a obyeknya diputar.
/ara penentuan warna interferensi 0
$. Sayatan dianggap mempunyai ketebalan yang seragam
2. 1etakkan sayatan di atas me#a obyek lalu dilakukan pengamatan
ortoskop nikol silang dengan memakai analisator
2. %e#a obyek diputar sampai diperoleh warna interferensi maksimum
3. +arna yang nampak dibandingkan dengan warna standar komparator
dari table %i!hel-1e4y
5. %enentukan warna yang sesuai dan pada orde berapa yang sama.
2.2 B"as #angka$ %B"re!r"ngen&e'
/ahaya yang masuk dalam media anisotrop akan dibiaskan men#adi 2
-dua. sinar, yang bergetar dalam 2 -dua. bidang yang saling tegak lurus. 6arga
bias rangkap merupakan selisih maksimum kedua indeks bias sinar yang
bergetar daiam suatu mineral.
Pada mineral yang mempunyai system kristal tetragonal, he7agonal dan
trigonal, selisih indeks bias maksimum terdapat pada sayatan yang se#a#ar
sumbu kristalografi, karena pada sayatan ini sinar yang bergetar adalah sinar
biasa -ordiner. dan sinar luarbiasa -e7traordiner. yang sesungguhnya.
Sedangkan pada mineral yang mempunyai system kristal ortorombik, triklin,
dan monoklin, harga selisih indeks bias maksimum terdapat pada sayatan yang
dipotong se#a#ar bidang sumbu opti!, karena pada sayatan ini sinar yang bergetar
adalah sinar 8 -!epat. dan sinar 9 -lambat..
Dalam praktikum ini, sebagian !ontoh sayatan yang digunakan adalah
mineral pada sayatan tipis batuan, maka tidak semua mineral terpotortg se#a#ar
sumbu ! maupun terpotong se#a#ar sumbu opti!. "leh sebab itu, dalam
pengamatan ini tidak semua mineral dapat ditentukan bias rangkapnya, tetapi
bisa ditentukan selisih indeks bias sinar yang sedang bergetar. 6asinya dapat
berupa selisih maksimum ataupun tidak maksimum.
/ara menentukan harga selisih indeks bias 0
a. 1etakkan sayatan tipis mineral atau batuan pada me#a obyek.
b. Putar me#a obyek sampai nampak wama yang terang maksimum.
!. *andingkan warna tersebut dengan warna pada table %i!hel 1e4y
d. 'arik garis melalui ketebalan sayatah -0,02 mm. kemudian ba!a angka berapa
yang tertera pada bagian tepi table tersebut.
Penentuan orde dapat dibagi dalam beberapa bagian 0
"rde ) bawah ...............................................................................................
......................................................................................................................
1emah
"rde ) atas orde )) atas................................................................................ Sedang
"rde ))) bawah orde )) atas...............................................................................
.........................................................................................................................:uat
"rde ); bawah orde ))) atas .......................................................................
.....................................................................................................................
<kstrim
2.( )r"entas" )$t"k
"rintasi optik merupakan hubungan antara sumbu pan#ang kristalografi
mineral dengan sumbu indikatriknya -arah getaran sinar..Pada umumnya sumbu
terpan#ang kristalografi adalah sumbu ! kristalografi.'etapi pada kelompok
filosilikat, umumnya sumbu ! kristalografi merupakan sumbu terpendek,
sedangkan yang terpan#ang adalah sumbu a kristalografi.Untuk mempermudah
pemahaman dalam pembahasan selan#utnya, kita mengasumsikan bahwa sumbu
terpan#ang kristalografi adalah sumbu !, ke!uali untuk mineral-mineral
filosilikat.
"rientasi opti! length-slow, ter#adi apabila sumbu pan#ang -sumbu !.
mineral se#a#ar atau hampir se#a#ar sumbu indikatrik sinar lambat -9.
"rientasi opti! length-fast, ter#adi apabila sumbu pan#ang -sumbu !.
mineral se#a#ar atau hampir se#a#ar sumbu indikatrik sinar !epat -8..
Pada beberapa mineral, kedudukan sumbu pan#ang kristalografinya
berimpit dengan sumbu indikatrik sinar = -sinar intermedit., !ontohnya adalah
oli4ine."leh sebab itu orientasi mineral oli4ine sangat tergantung pada arah
sayatannya.Pada sayatan yang tegak lurus sumbu indikatrik sinar 8, sinar yang
bergetar pada mineral adalah sinar = dan sinar 9, sehingga sinar = berperan
sebagai sinar !epat."rientasi mineral oli4ine yang disayat demikian mempunyai
orientasi opti! length-fast karena sumbu ! berimpit dengan sumbu indikatrik
sinar !epat. Sebaliknya #ika disayat tegak lurus sinar 9, sinar yang bergetar
adalah sinar 8 dan sinar =. Sinar = berperan sebagai sinar lambat, sehingga
orientasi opti! mineral oli4ine pada sayatan tersebut adalah length slow
Sumbu indikatrik mineral merupakan sumbu ima#iner.Untuk menentukan
kedudukannya dipakai korhparator(kompensator keping gypsurh aitau keping
mika yang sudah dit>6iukan kedudukan sumbu indikatrikriya, yaitu sinar !epat
-8. berkedudukan ?+ -S< dan sinar lambat -9. berkedudukan ?<-S+.
Add"s" adalah ge#ala yang ter#adi apabila sumbu indikatrik sinar 9
mineral se#a#ar dengan sumbu indikatrik sinar 9 komperator.@e#ala ini terlihat
dengan adanya penambahan warna interferensi, yang disdbabkan bertambahnya
retardasi.
Su*straks" adalah ge#ala yang ter#adi apabila sumbu indikatrik sinar 9
mineral tegak lurus dengan sumbu indikatrik sinar 9 komparator.@e#ala ini
terlihat dengan adanya pengurangan warna interferensi karena berkurangnya
retardasi.
Dalam pengamatan suatu mineral, apabila me#a obyek diputar lebih dari
A0B, maka akan bisa diamati ge#ala adisi maupun substraksi. @e#ala yang bisa
terlihat tergantung kedudukan sumbu indikatrik mineral terhadap sumbu
indikatrik komparator.
/ara menentukan orientasi opti! -gambar 3C2., sebagai berikut0
$. %enentukan kedudukan sumbu pan#ang mineral.
2. %enentukan kedudukan sumbu indikatrik mineral agar posisinya
diagonal terhadap arah getar polarisator atau analisator. :edudukan sumbu
indikatrik pada posisi diagonal adalah pada waktu mineral
memperlihatkan warna interferensi maksimum.
2. Perhatikan apakah pada waktu terang maksimum kedudukan sumbu
pan#ang kristalografi ada di sebelah kiri atau kanan dari kedudukan
diagonal. ika kedudukan sumbu pan#ang kristalografi disebelah kiri
kedudukan diagonal, maka kedudukan sumbu indikatrik yang terdekat
dengan sumbu pan#ang kristalografi terletak disebelah kanannya
adalah positif -D...
3. %asukkan komparator keeping gips.
5. ika ter#adi ge#ala adisi, gambar kedudukan sumbu indikarik mineral,
misalnya sinar 9 se#a#ar sumbu indikatrik sinar 9 komparator.
E. 1ihat posisi sumbu indikatrik mineral terhadap sumbu pan#ang
kistalografi mineral
F. ika sumbu 9 se#a#ar atau kurang dari 35B terhadap sumbu pan#ang
kristalografi -sumbu !., maka orientasi optiknya adalah length slow
G. ika sumbu 8 se#a#ar atau kurang dari 35B terhadap sumbu pan#ang
kristalografi maka orientasinya adalah length fast
2.+ Sudut ,ela$an dan Jen"s ,ela$an %E-t"n&t".n'
@elapan atau pemadaman adalah keadaan mineral pada kedudukan
warna interferrensi minimum, ter#adi apabila sumbu indikatriks -arah getar
sinar. mineral se#a#ar dengan arah getar analisator atau polarisator. Pada
pengamatan mineral anistrop, apabila me#a ob#ek diputar 2E0H maka akan ter#adi
gelapan sebanyak 3 -empat. kali
Sudut pemadaman adalah sudut yang dibentuk oleh sumbu pan#ang
kristalografi -sb-!. dengan sumbu indikatrik mineral, baik sinar !epat maupun
sinar lambat -! C 8 atau ! C 9..
'erdapat beberapa #enis gelapan yang merupakan !iri opti! yang khusus
dari bebrbagai #enis mineral0
a. @elapan Se#a#ar -pararel., ter#adi bila pemadaman berada pada posisi dimana
sumbu pan#ang ataupun belahan mineralnya se#a#ar sumbu-! dan se#a#ar pula
dengan benang silang -! C 8,9 I 0H atau ! C 8,9 I A0H.. @elapan ini
umumnya ter#adi pada sistem :ristal tetragonal, heksagonal, trigonal, dan
ortorombik.
b. @elapan Simetri, ter#adi bila pemadaman pada posisi simetris -!C 8,9 I 35H..
Umumnya pada sayatan mineral sistem orthorombik, monokli, misalanya
pada #enis mineral piroksin dan amphibol
!. @elapan %irin, gelapan #enis ini merupakan pemadaman yang ter#adi pada
posisi dimana sumbu pan#ang :ristal -belahan yang se#a#ar sumbu-!.
membentuk sudut dengan arah getar analisator dan polarisator -! C 8,9 I $H-
33H..
d. @elapan *ergelombang, gelapan #enis ini ter#adi karena keseluruhan mineral
telah mengalami tekanan namun belum sampai rekristalisasi se!ara sempurna
umumnya pada kuarsa.
e. @elapan *intik, kenampakan #enis gelapan iniadalah pada posisi gelap
maksimum tidak seluruh :ristal men#adi gelap, dimana sebagian terdapat
bintik-bintik terang. 6al ini ter#adi karena mineral sili!a yang berlapis-lapis
sehingga mengakibatkan ter#adinya distorsi atau perubahan orientasi :ristal.
/ara penentuan sudut gelapan adalah sebagai berikut0
$. %enentukan kedudukan sumbu pan#ang mineral
2. %enentukan kedudukan mineral pada saat interferensi maksimum -posisi
sumbu indikatrik diagonal.
2. :arena kedudukan sumbu indikatriknya diagonal -? 35H <. maka kita harus
mengetahui apakah sumbu pan#ang kristalografi mineral pada saat
interferensi maksimum kedudukannya kurang dari 35H, atau lebih dari 35H,
agar bisa ditentukan harga sudut pemadaman positif -D. atau negati4e --..
3. %asukan keeping komperator, perhatikan apakah ter#adi ge#ala adisi atau
substraksi. Prosedur $-3 sama dengan !ara menentukan orientasi opti!.
5. 8o adalah sudut pemadaman / C 9
E. /ara mengukur 8o adalah meletakan kedua garis yang membatasinya pada
salah satu benang silang yang merupakan arah getar polarisator(analisator.
F. Putar me#a ob#ek ke kiri hingga sumbu-! berimpit dengan benangsilang tegak
-horiJontal., !atat skalaa noniusnya, misalnya 8H.
G. Putar lagi me#a ob#ek ke kiri hingga sumbu indikatriknya sinar 9 berimpit
benang silang 4ertikal di!irikan oleh pemadaman maksimum, !atat skala
noniusnya, misalnya 8$H.
A. 6arga sudut gelapan
! C 9 I 8o I -8H-8$H.
! C 8 I - -A0H - 8oH.
2./ Ke0*aran
Pada kenampakan mikroskopis, kembara.a.nampak sebagai lembar-
lembar yang memperlihatkan warna interferensi dan pemadaman yang berbeda.
:enampakan tersebut dapat disebabkan karena ter#adi gangguan pada waktu
proses kristalisasi yang menyebabkan kembaran tumbuh. Dapat #uga ter#adi
karena adanya proses deformasi pada waktu kristal tersebut sudah terbentuk
-kembaran deformasi.
Se!ara diskriptif keduanya dapat dibedakan dengan melihat bentuk dari
masing-masing lembar kembarannya.Pada kembaran tumbuh, lembar-lembar
kembarannya tertentu dan bidang batasnya lurus.Sedang pada kembaran
deformasi, lembar kembarannya berubah dan batasnya sering melengkung.
:embaran tumbuh dapat terbentuk karena bagian-bagian suatu kristal
mengalami rotasi se!ara mekanis antara satu dengan yang lainnya. Dapat pula
terbentuk karena pertumbuhan dua kristal atau lebih yang saling mengikat.
&da beberapa ma!am kembaran dengan dasar klasifikasi yang
berma!am-maeam pula.Dalam praktikum ini, kita klasifikasikan se!ara
diskriptif dengan fnelihat bentuk pola kembarannya sa#a. *entuk-bentuk
kembaran tersebut antara lain albit, /arlsbad, polisintetik, periklin dan
/arlsbadalbit.
P,&:'):U% %):,"S:"P %)?<,&1
',&?SP&,&? D&? *))6
&/&,& 0 ",'"S:"P ?):"1
S<&&, ?&%& 0 &?&S'&S=& S.?
6&,)('@1 0 S<1&S&(22-03-20$3
S'*
0 0A220$20025
?o. Urut 0 $
Pembesaran "b#ektif 0 3 7
Pembesaran "kuler 0 $0 7
Pembesaran 'otal 0 3 7$0 I 30
*ilangan Skala 0
3
$0
0 $00 I 0,025 mm
*ukaan diafragma 0 0.$0 p
+) %aksimum 0 'erang %inimum
Pleokrisme 0 Dwikroik
*entuk 0 Subhedral
)ndeks *ias 0 n
min
K n!b
*elahan 0 2 &rah
,elief 0 ,endah
Pe!ahan 0'idak ,ata
)nklusi 0 &da
+arna 0 6itam
*entuk 0 <uhedral
Ukuran 0 0,0$ mm
Sudut @elapan
enis gelapan 0 Se#a#ar
:embaran 0 -
"rde 0 "rde )))
*ias ,angkap 0 0,02E
Sistem :ristal 0 "rtorombik
:omposisi %ineral 0 -*aS"3.
?ama %ineral 0 BA#ITE
:eterangan 0
+arna dari )nterferensi %aksimum mineral ini yaitu terang minimum
dengan kedudukan se#a#ar analisator. Pleokrisme atau perubahan warna mineral pada
ortoskop nikol silang bila me#a ob#ek diputar
yaitu dwikroik dimana pada mineral ini
ter#adi 2 kali perubahan warna, bentuk dari
mineral ini yaitu subhedral yang mineranya
dibatasi hanya sebagian bidang :ristal sendiri
)ndeks bias dari per#alanan sinar di dalam medium yang berbeda yaitu n
min
K nb!.
*elahan atau ke!enderungan dari suatu :ristal untuk terbelah se#a#ar pada mineral ini
yaitu 2 arah. ,elief atau kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks
bias mineral dengan media di sekitarnya yaitu rendah, sedangkan pe!ahannya tidak
rata. Pada mineral ini terdapat mineral inklusi, inklusi merupakan mineral asing yang
terkungkung pada saat pembentukan mineral ini, warna dari mineral inklusi ini yaitu
hitam dengan bentuk <uhedral yang apabila :ristal dibatasi oleh bidang kristalnya
sendiri. Ukurannya 0,0$ mm. gelapan dari mineral yaitu se#a#ar yang ter#adi bila
pemadaman berada pada posisi dimana sumbu pan#ang ataupun belahan mineralnya
se#a#ar sumbu-! dan se#a#ar pula dengan benang silang. %ineral ini tidak memiliki
kembaran mineral ini masuk pada orde ))) -tabel warna interfernsi %i!hel-1e4y.,
dengan nilai bias rangkapnya 0,02E.
%ineral ini adalah *arite dengan sistem :ristal ortorombik, komposisi
kimiannya *aS"3. *arite adalah mineral yang umum dan penyebarannya luas.
'erbentuk sebagai mineral gang dalam urat-urat hidrotermal, berasosiasi dengan
bi#ih perak, ditemukan dalam urat-urat batugamping dengan kalsit, #uga dalam
batupasir dengan bi#ih tembaga
&S)S'<? P,&:'):&?
- 6 & , + & ? . -&?&S'&S=& S&PU',) ?U,D)?.
P,&:'):U% %):,"S:"P %)?<,&1 ',&?SP&,&? D&? *))6
&/&,& 0 ",'"S:"P ?):"1 S<&&, ?&%& 0 &?&S'&S=& S.?
6&,)('@1 0 S<1&S&(22-03-20$3 S'* 0 0A220$20025
?o. Urut 0 2
Pembesaran "b#ektif 0 3 7
Pembesaran "kuler 0 $0 7
Pembesaran 'otal 0 3 7$0 I 30
*ilangan Skala 0
3
$0
0 $00 I 0,025 mm
*ukaan diafragma 0 0.$0 p
+) %aksimum 0 'erang %inimum
Pleokrisme 0 Dwikroik
*entuk 0 &nhedral
)ndeks *ias 0 n
min
K n!b
*elahan 0 $ &rah
,elief 0 ,endah
Pe!ahan 0 'idak ,ata
)nklusi 0 'idak &da
+arna 0
*entuk 0
Ukuran 0
Sudut @elapan
enis gelapan 0 %iring
:embaran 0 -
"rde 0 "rde )))
*ias ,angkap 0 0,0E$F
Sistem :ristal 0 'riklin
:omposisi %ineral 0 -:?a. &lSi
2
"
G
?ama %ineral 0 MI1#)1LINE
:eterangan 0
+arna dari )nterferensi %aksimum
mineral ini yaitu terang minimum dengan
kedudukan se#a#ar analisator. Pleokrisme atau
perubahan warna mineral pada ortoskop nikol
silang bila me#a ob#ek diputar yaitu dwikroik
dimana pada mineral ini ter#adi 2 kali perubahan
warna, bentuk dari mineral ini yaitu anhedral yang mineranya tidak oleh bidang
:ristalnya sendiri, )ndeks bias dari per#alanan sinar di dalam medium yang berbeda
yaitu n
min
K nb!. *elahan atau ke!enderungan dari suatu :ristal untuk terbelah se#a#ar
pada mineral ini yaitu $ arah. ,elief atau kenampakan yang timbul akibat adanya
perbedaan indeks bias mineral dengan media di sekitarnya yaitu rendah, sedangkan
pe!ahannya tidak rata. Pada mineral ini tidak terdapat mineral inklusi, @elapan dari
mineral yaitu miring gelapan #enis ini merupakan pemadaman yang ter#adi pada
posisi dimana sumbu pan#ang :ristal membentuk sedut $H-33H. %ineral ini tidak
memiliki kembaran mineral ini masuk pada orde ))) -tabel warna interfernsi %i!hel-
1e4y., dengan nilai bias rangkapnya 0,0E$F.
%ineral ini adalah %i!ro!line yang memiliki sistem :ristal triklin,
komposisi kimiannya -:?a. &lSi
2
"
G
. %ineral ini terbentuk melalui proses
kristalisasi magma pada suhu E00H-F00H. Dan ditemukan pada batuan plutonik seperti
pegmatite, granite, syenit, mineral ini berasosiasi dengan albite, kuarsa, hornblende,
mineral ini digunakan sebagai bahan porselin dan bahan untuk pembuatan ka!a.
&S)S'<? P,&:'):&?
- 6 & , + & ? . -&?&S'&S=& S&PU',) ?U,D)?.
P,&:'):U% %):,"S:"P %)?<,&1 ',&?SP&,&? D&? *))6
&/&,& 0 ",'"S:"P ?):"1 S<&&, ?&%& 0 &?&S'&S=& S.?
6&,)('@1 0 S<1&S&(22-03-20$3 S'* 0 0A220$20025
?o. Urut 0 2
Pembesaran "b#ektif 0 3 7
Pembesaran "kuler 0 $0 7
Pembesaran 'otal 0 3 7$0 I 30
*ilangan Skala 0
3
$0
0 $00 I 0,025 mm
*ukaan diafragma 0 0.$0 p
+) %aksimum 0 'erang %inimum
Pleokrisme 0 Dwikroik
*entuk 0 <uhedral
)ndeks *ias 0 n
min
K n!b
*elahan 0 $ &rah
,elief 0 ,endah
Pe!ahan 0 ,ata
)nklusi 0 &da
+arna 0 "range :e!oklatan
*entuk 0
Ukuran 0
Sudut @elapan
enis gelapan 0 Se#a#ar
:embaran 0 -
"rde 0 "rde )))
*ias ,angkap 0 0,02$
Sistem :ristal 0 %onoklin
:omposisi %ineral 0 /aSo3. 26
2
"
?ama %ineral 0 ,2PSUM
:eterangan 0
+arna dari )nterferensi %aksimum
mineral ini yaitu terang minimum dengan
kedudukan se#a#ar analisator. Pleokrisme atau
perubahan warna mineral pada ortoskop nikol silang bila me#a ob#ek diputar yaitu
dwikroik dimana pada mineral ini ter#adi 2 kali perubahan warna, bentuk dari
mineral ini yaitu euhedral yang mineranya dibatasi bidang :ristal sendiri, )ndeks
bias dari per#alanan sinar di dalam medium yang berbeda yaitu n
min
K nb!. *elahan
atau ke!enderungan dari suatu :ristal untuk terbelah se#a#ar pada mineral ini yaitu $
arah. ,elief atau kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks bias
mineral dengan media di sekitarnya yaitu rendah, sedangkan pe!ahannya rata. Pada
mineral ini terdapat mineral inklusi, inklusi merupakan mineral asing yang
terkungkung pada saat pembentukan mineral ini, warna dari mineral inklusi ini yaitu
hitam dengan bentuk <uhedral yang apabila :ristal dibatasi oleh bidang kristalnya
sendiri, gelapan dari mineral yaitu se#a#ar yang ter#adi bila pemadaman berada pada
posisi dimana sumbu pan#ang ataupun belahan mineralnya se#a#ar sumbu-! dan
se#a#ar pula dengan benang silang. %ineral ini tidak memiliki kembaran mineral ini
masuk pada orde ))) -tabel warna interfernsi %i!hel-1e4y., dengan nilai bias
rangkapnya 0,02$.
%ineral ini adalah @ypsum yang memiliki sistem :ristal monoklin,
komposisi kimiannya /aSo3. 26
2
". %ineral @ypsum terbentuk pada suhu 32 /.
@ipsum adalah mineral yang umum dan penyebaran luas pada batuan sedimen,
sering sebagai lapisan tebal. )a umumnya berasosiasi dengan endapan-endapan halit,
anhidrit, dan batu gamping magnesium.
&S)S'<? P,&:'):&?
- 6 & , + & ? . -&?&S'&S=& S&PU',) ?U,D)?.
P,&:'):U% %):,"S:"P %)?<,&1 ',&?SP&,&? D&? *))6
&/&,& 0 ",'"S:"P ?):"1 S<&&, ?&%& 0 &?&S'&S=& S.?
6&,)('@1 0 S<1&S&(22-03-20$3 S'* 0 0A220$20025
?o. Urut 0 3
Pembesaran "b#ektif 0 3 7
Pembesaran "kuler 0 $0 7
Pembesaran 'otal 0 3 7$0 I 30
*ilangan Skala 0
3
$0
0 $00 I 0,025 mm
*ukaan diafragma 0 0.$0 p
+) %aksimum 0 'erang %inimum
Pleokrisme 0 -
*entuk 0 <uhedral
)ndeks *ias 0 n
min
K n!b
*elahan 0 2 &rah
,elief 0 ,endah
Pe!ahan 0 'idak ,ata
)nklusi 0 &da
+arna 0 6itam
*entuk 0 <uhedral
Ukuran 0 0,0$ mm
Sudut @elapan
enis gelapan 0 *erbintik
:embaran 0 -
"rde 0 "rde )))
*ias ,angkap 0 0,02A
Sistem :ristal 0 %onoklin
:omposisi %ineral 0 Si"2
?ama %ineral 0 KUA#SA
:eterangan 0
+arna dari )nterferensi %aksimum mineral ini yaitu terang minimum
dengan kedudukan se#a#ar analisator. Pleokrisme atau perubahan warna mineral pada
ortoskop nikol silang bila me#a ob#ek diputar yaitu dwikroik dimana pada mineral ini
'idak ada, bentuk dari mineral ini yaitu euhedral yang mineranya dibatasi bidang
:ristal sendiri, )ndeks bias dari per#alanan sinar di dalam medium yang berbeda yaitu
n
min
K nb!. *elahan atau ke!enderungan dari suatu :ristal untuk terbelah se#a#ar pada
mineral ini yaitu 2 arah. ,elief atau kenampakan yang timbul akibat adanya
perbedaan indeks bias mineral dengan media di sekitarnya yaitu rendah, sedangkan
pe!ahannya tidak rata. Pada mineral ini terdapat mineral inklusi, inklusi merupakan
mineral asing yang terkungkung pada saat pembentukan mineral ini, warna dari
mineral inklusi ini yaitu hitam dengan bentuk <uhedral yang apabila :ristal dibatasi
oleh bidang kristalnya sendiri, gelapan dari mineral yaitu berbintik dimana pada
mineralnya berbintik terang. %ineral ini tidak memiliki kembaran mineral ini masuk
pada orde ))) -tabel warna interfernsi %i!hel-1e4y., dengan nilai bias rangkapnya
0,02A.
%ineral ini adalah :uarsa yang memiliki sistem :ristal 6eksagonal,
komposisi kimiannya Si"2. :uarsa terbentuk melalui pembekuan magma pada
temperature L 250 H/, dimana magma dalam keadaan asam. %ineral ini banyak
di#umpai pada batuan beku seperti granit dan pada batuan metamorf seperti @neiss.
&S)S'<? P,&:'):&?
- 6 & , + & ? . -&?&S'&S=& S&PU',) ?U,D)?.
BAB I3
PENUTUP
+.1 Kes"0$ulan
:esimpulan yang didapa setelah mengikuti Praktikum ?ikol silang ini
yaitu 0
$. Pada pengamatan nikol bersilang dapat diamati sifat-sifat opti! yang penting
pada berbagai #enis mineral seperti warna interferensi dan bias rangkap,
sudut gelapan dan gelapan, tanda rentang opti! dan kembaran.
2. Perbedaan nikol silang dan nikol se#a#ar adalah dalam pengamatan nikol
se#a#ar, tidak menggunakan analisator dan kompensator tidak digunakan
sedangkan dalam pengamatan nikol bersilang mengunakan analistor dan
kompensatorM
+.2 Saran
Saran saya agar kiranya sarana dan prasarana di dalam lab perlu di
tingkatkan lagi. 'erima kasih
DA4TA# PUSTAKA
Setia @raha Doddy, )r. $AGF. NBatuan Dan MineralO. ?o4a0 *andung
,ia )rfan, Ul4a. 200E. Mineral Optik. Penuntun Praktikum 1aboratorium %ineral
"ptik urusan 'eknik @eologi Uni4ersitas 6asanudin0 %akassar
http0((globorotalia.blogspot.!om(20($2(05(laporan-mineral-optik-a!ara-dmp-
dan.htmlPmI$
http0((tryfor2wordpress.!om(20$2($$(22(mineralogi-optik-mikroskop-polarisasi(

Anda mungkin juga menyukai