Anda di halaman 1dari 15

BAB I

ILUSTRASI KASUS

I.1 Identitas Korban
Nama : Mr. X.
Jenis kelamin : Laki-laki.
Umur : 28 tahun.
Bangsa : Indonesia.
Agama : Tidak diketahui.
Pekerjaan : Tidak diketahui.
Alamat : Tidak diketahui.
No. Registrasi Forensik : 1170/SK IV/XII/2010
No. Laporan Polisi : 06/VER/XII/2010/Sek. Sanggar
Reg.RSUPN CM : 4006A
Tempat kejadian : Kali pesanggrahan RT/RW : 004/003 Ulujami Pasenggrahan.
Jakarta Selatan
Perkiraan kematian oleh polisi: Tidak diketahui.

I.2 Riwayat Kejadian
Mayat korban diterima RSCM pada tanggal 1 Desember 2010, pukul 09.10, disertai surat
permintaan visum dari Polri Daerah Metro Jaya Resor Metropolitan Jakarta Selatan Sektor
Pesanggrahan, tertanggal 1 Desember 2010, nomor polisi: 06/VER/XII/2010/Sek. Sanggar.
Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa korban ditemukan meninggal dunia di Kali
Pesanggrahan RT 004/RW 003 Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan pada tanggal 1 Desember
2010, pukul 06.00 WIB dengan riwayat tidak diketahui.



I.3 Pemeriksaan Jenazah
I.3.1 Pemeriksaan Luar
1. Label mayat : ada, berada di atas kantong mayat, terbuat dari karton berwarna
kuning dengan materai bertuliskan terlampir.
2. Tutup mayat :
a. Satu kantung mayat berbahan parasut berwarna jingga dengan tulisan Dinas
Pertamanan dan Pemakanan Provinsi DKI Jakarta.
3. Perhiasan mayat :
a. Pada pergelangan tangan kiri, terdapat tiga buah gelang; gelang pertama
berbahan karet berwarna, gelang kedua berbahan karet berwarna jingga dan
gelang ketiga berbahan kulit berwarna coklat tua.
4. Pakaian mayat :
a. Satu buah kemeja lengan panjang berbahan denin berwarna biru tua dengan
merk Yousee. Tanpa ukuran. Tampak basah dan berlumuran lumpur.
b. Satu buah kaos oblong lengan pendek berwarna hitam dengan sablon putih
bertulis Jack Daniels dan gambar mobil berwarna abu-abu pada bagian dada
bermerk defender. Tanpa ukuran. Tampak basah dan berlumpur.
c. Satu buah celana panjang berbahan denim berwarna hitam, dengan tiga buah
kantong pada bagian depan; di kantong depan kanan terdapat dua koin uang Rp
100,- dua kantong pada bagian belakang tanpa isi, bermerk Lend Strauss
berukuran 30. Tampak basah dan berlumuran lumpur.
d. Satu buah celana pendek berbahan katun berwarna coklat dengan satu buah
kantong pada bagian depan kanan bertutup, satu kantong pada bagian belakang
dan dua buah kantong pada bagian samping tanpa isi, bermerk Fritzie
berukuran M. Tampak basah dan berlumpur.
e. Satu buah celana dalam berbahan katun berwarna biru tua bermerk Inspot
berukuran M. Tampak basah dan berlumpur.
f. Satu pasang sepatu boot sebetis berbahan kulit berwarna hitam dengan tali
sepatu berwarna biru tua bermerk TNI berukuran 42, tampak basah.

5. Benda disamping mayat:
a. Terdapat satu potong tulang iga.
b. Beberapa ranting dan potongan kertas.
6. Kaku mayat dan lebam mayat tidak dapat dinilai karena sudah busuk lanjut.
7. Mayat adalah seorang laki-laki, berwarganegaraan Indonesia, ras Mongoloid,
berumur 21-30 tahun, kulit berwarna sawo matang, gizi tidak dapat dinilai karena
sudah busuk lanjut, panjang tubuh 170 cm, berat tubuh 56 kg, zakar disunat.
8. Identifikasi khusus:
a. Pada dada, tepat pada garis pertengahan depan, 9 cm di bawah puncak tulang
dada terdapat satu buah tahi lalat berwarna hitam berbentuk bulat dengan
diameter 0,2 cm.
9. Rambut berwarna hitam, tumbuhnya ikal, panjang 2- 10 cm.
Alis mata berwarna hitam, tumbuhnya tipis, panjang 0,5 cm.
Bulu mata berwarna hitam, tumbuhnya lurus, panjang 0,6 cm.
Kumis tercukur rapih.
Jenggot rapih.
10. Mata kanan terbuka 2 cm, selaput bening mata keruh, teleng mata tidak dapat
dinilai, warna tirai mata tidak dapat dinilai, selaput bola mata putih kehijauan
sebagian kemerahan, selaput kelopak mata kemerahan.
Mata kiri terbuka 2 cm, selaput bening mata keruh, teleng mata tidak dapat dinilai,
warna tirai mata tidak dapat dinilai, selaput bola mata putih kehijauan sebagian
kemerahan, selaput kelopak mata kemerahan.
Kedua bola mata tampak menonjol.
11. Hidung berbentuk pesek.
Telinga berbentuk oval.
Mulut terbuka 2,5 cm. Lidah terjulur 2 cm dari lidah.
12. Gigi-geligi 32 lengkap.
13. Dari lubang mulut dan lubang hidung keluar cairan merah kehitaman.
Dari lubang telinga kanan dan kiri, lubang kemaluan dan lubang pelepas keluar
cairan kehitaman.
14. Luka-luka:
a. Pada punggung kaki kiri, 5 cm di bawah pergelangan tangan kaki terdapat dua
buah bercak biru kehitaman berukuran masing-masing 3 cm x 3 cm dan 1 cmx
1cm.
15. Patah tulang: tidak teraba patah tulang.
16. Lain-lain:
a. Seluruh tubuh tampak basah dan berlumuran lumpur.
b. Pada kulit berwarna coklat kehijauan dengan gambaran pembuluh darah seperti
jala berwarna hitam mulai dari leher sampai tungkai bawah.
c. Pada kedua pergelangan tangan terikat tambang plastik berwarna merah.
d. Pada kedua pergelangan kaki terikat tambang plastik berwarna kuning.
e. Pada wajah, kedua lengan bawah dan kedua tungkai bawah tampak berwarna
lebih gelap dari kulit sekitar.
f. Pada kuku-kuku jari-jari tangan kiri dan ibu jari tangan kanan terlapis cat
berwarna merah.
g. Pada kedua bola mata menonjol, bibir mencucu.
h. Pada kulit ari tampak sebagian mengelupas hampir pada seluruh tubuh.
i. Pada telapak tangan tampak berkeriput.
j. Pada jaringan bawah kuku jari-jari tangan kanan tampak berwarna keunguan.
k. Sisa kulit tampak seperti kulit angsa (goose skin).

I.3.2 Pemeriksaan Dalam
17. Jaringan lemak bawah kulit berwarna kuning kehijauan, daerah dada setebal 9 mm
dan daerah perut 12 mm. Otot-otot berwarna merah kehitaman, cukup tebal. Sekat
rongga badan kanan setinggi sela iga IV, kiri setinggi sela iga V.
Tulang dada : utuh.
Iga-iga : utuh.
Dalam rongga dada kanan terdapat cairan berwarna merah kehitaman sebanyak 200
ml, sebelah kiri berisi cairan berwarna merah kehitaman sebanyak 100 ml.
Kandung jantung tampak lima jari diantara kedua paru, berisi kosong.
18. Jaringan ikat bawah kulit daerah leher tidak terdapat resapan darah.
Otot leher tidak terdapat resapan darah.
19. Selaput dinding perut berwarna kelabu mengkilat.
Otot dinding perut berwarna merah kehitaman.
Dalam rongga perut tidak terdapat cairan.
20. Lidah berwarna merah kecoklatan, penampang berwarna coklat.
Tulang lidah, rawan gondok, rawan cincin utuh.
Kelenjar gondok berwarna merah kecoklatan, perabaan lunak, penampang berwarna
coklat.
Kelenjar kacangan tidak ditemukan.
Kerongkongan berisi lendir berwarna kekuningan bercampur makanan setengah
cerna berupa potongan jagung, selaput lendir berwarna putih kelabu.
Batang tenggorok berisi potongan makanan setengah cerna bercampur pasir
berwarna kehitaman, selaput lendir berwarna merah kehitaman.
21. Jantung sebesar satu kali tinju kanan mayat, berwarna coklat kemerahan, perabaan
kenyal. Ukuran lingkaran katub serambi kanan 11 cm, kiri 9 cm, pembuluh nadi
paru 6 cm dan batang nadi 5,7 cm. Tebal otot bilik kanan 03 mm dan kiri 10 mm.
Pembuluh nadi jantung tidak teraba mengeras, sekat jantung berwarna merah
kecoklatan homogen, berat jantung 200 gr.
22. Paru kanan terdiri atas tiga baga, berwarna merah keunguan perabaan seperti spons,
penampang berwarna merah keunguan pada pemijatan keluar cairan merah
kehitaman dan busa halus, berat 250 gr.
Paru kiri terdiri atas dua baga, berwarna merah keunguan, perabaan seperti spons.
Penampang berwarna merah keunguan pada pemijatan keluar cairan berwarna
merah kehitaman dan busa halus, berat 210 gr.
23. Limpa berwarna kelabu keunguan, permukaan berkeriput perabaan kenyal,
penampang berwarna merah keunguan, gambaran limpa tidak jelas dan pada
pengikisan terikut jaringan, berat 140 gr.
24. Hati berwarna ungu kehijauan, permukaan licin, tepi tajam, perabaan kenyal,
penampang berwarna merah keunguan, gambaran hati tidak jelas, berat 990 gr.
25. Kelenjar empedu berisi cairan kuning kecoklatan, selaput lendir gambaran beludru
masih jelas, saluran empedu tidak tersumbat.
26. Kelenjar liur perut berwarna coklat kehijauan, permukaan berbaga-baga, perabaan
kenyal dan berisi gas, penampang berwarna kuning kehijauan, gambaran kelenjar
tidak jelas, berat 42 gr.
27. Lambung berisi makanan setengah cerna berupa potongan nasi dan jagung, selaput
lendir kemerahan.
Usus dua belas jari berisi makanan setengah cerna berupa potongan nasi.
Usus halus berwarna kelabu kehijauan berisi lendir kuning kecoklatan.
Usus besar berwarna kelabu kehijauan berisi massa kehijauan.
28. Kelenjar anak ginjal kanan dan kiri tampak melunak berwarna kuning kecoklatan.
29. Ginjal kanan simpai lemak cukup tebal, simpai ginjal mudah dilepas, permukaan
ginjal licin, warna merah keunguan, penampang berwarna merah keunguan,
gambaran ginjal tidak jelas, piala ginjal kosong, saluran kemih tidak tersumbat,
berat 120 gr.
Ginjal kiri simpai lemak cukup tebal, simpai ginjal mudah dilepas, permukaan
ginjal licin warna merah keunguan, penampang berwarna merah keunguan,
gambaran ginjal tidak jelas, piala ginjal kosong, saluran kemih tidak tersumbat,
berat 120 gr.
30. Kandung kemih kosong, selaput lendir berwarna kelabu kehijauan.
31. Kulit kepala bagian dalam tidak terdapat resapan darah.
Tulang tengkorak utuh.
Selaput keras otak, selaput lunak otak, otak besar, otak kecil, batang otak berupa
massa membubur berwarna kelabu kehijauan.
Bilik otak tidak dapat dinilai.
Berat otak 1350 gr.




1.4 Pemeriksaan Penunjang dan Hasil Pemeriksaan
Dilakukan pemeriksaan toksikologi ; pemeriksaan getah paru diatom negative dan sudah
diambil bilasan urin untuk pemeriksaan NAPZA negative.
Dilakukan juga pemeriksaan histologi forensik pada jaringan ; hati, jantung, paru-paru
kanan dan kiri, ginjal kanan dan kiri, limpa dan kelenjar liur perut. Hasil pemeriksaan belum
ada.

I.5 Kesimpulan
Pada pemeriksaan mayat laki-laki berusia dua puluh sampai tiga puluh tahun ini yang
dalam kondisi membusuk lanjut ini ditemukan tanda-tanda terendam air, bintik-bintik perdarahan
pada paru-paru, perlengketan pada paru kiri, serta butiran pasir pada saluran napas korban. Tidak
ditemukan tanda-tanda kekerasan pada bagian tubuh lainnya. Adanya butiran pasir pada saluran
napas ini menunjukkan bahwa korban masih hidup saat masuk ke dalam air.
Sebab kematian korban ini adalah akibat tenggelam. Saat kematian diperkirakan 48 - 72
jam sebelum pemeriksaan luar (28 November 2010, pukul 09.10 sampai 29 November 2010
pukul 09.10)














BAB II
PEMBAHASAN KASUS

II.1 Prosedur Medikolegal
Pembuatan VER pada manusia sebagai korban atau diduga korban tindak pidana
dilakukan berdasarkan pasal 133 KUHAP ayat (1): Dalam hal penyidik untuk kepentingan
peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
Permintaan ini dilakukan secara tertulis dan disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka, pemeriksaan mayat, atau pemeriksaan bedah mayat (pasal 133 KUHAP ayat 2).
Pada kasus ini, mayat dibawa ke Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal FKUI-RSCM oleh Polri Daerah Metro Jaya Resor Metropolitan Jakarta Selatan
Sektor Pesanggrahan dengan nomor polisi 06/VER/XII/2010/Sek. Sanggar tertanggal 1
Desember 2010. Dalam surat permintaan visum tersebut, tidak terdapat keterangan mengenai
identitas mayat dan terdapat permintaan untuk diadakan pemeriksaan luar dan pemeriksaan
dalam untuk mayat tersebut. Hal ini sudah sesuai dengan Pasal 133 ayat 1 dan 2. Pada pasal
133 ayat (3) KUHAP dikatakan,Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi
cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat. Pada kasus
ini, mayat diberi label identifikasi namun tidak dilak dan tidak dilekatkan pada ibu jari
sehingga prosedur pengiriman mayat tidak sesuai dengan ketentuan yang ada.

II.2 Pemeriksaan Mayat
Tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas (asfiksia)
disebabkan masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan. Sebenarnya istilah tenggelam
harus pula mencakup proses yang terjadi akibat terbenamnya korban dalam air yang
menyebabkan kehilangan kesadaran dan mengancam jiwa.
Dalam hal ini, korban termasuk ke dalam kategori wet drowning karena ditemukan
butiran butiran pasir pada saluran pernapasan. Beberapa istilah drowning :
1. Wet drowning. Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernapasan setelah
korban tenggelam.
2. Dry drowning. Pada keadaan ini cairan tidak masuk ke dalam saluran pernapasan akibat
spasme laring.
3. Secondary drowning. Terjadi gejala beberapa hari setelah korban tenggelam (dan
diangkat dari dalam air) dan korban meninggal akibat komplikasi.
4. Immersion syndrome. Korban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air dingin
akibat refleks vagal. Alkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus.

Oleh sebab mayat ditemukan di kali, maka termasuk dalam tenggelam di air tawar.
Pada keadaan tenggelam di air tawar akan terjadi absorbsi cairan yang masif. Karena
konsentrasi elektrolit dalam air tawar lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah, maka
akan terjadi hemodilusi darah, air masuk ke dalam aliran darah sekitar alveoli dan
mengakibatkan pecahnya sel darah merah (hemolisis). Akibat pengenceran darah yang
terjadi, tubuh mencoba mengatasi keadaan ini dengan melepaskan ion kalium dari serabut
otot jantung sehingga kadar ion Kalium dalam plasma meningkat, terjadi perubahan
keseimbangan ion K
+
dan Ca
2+
dalam serabut otot jantung dapat mendorong terjadinya
fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan darah, yang kemudian menyebabkan timbulnya
kematian akibat anoksia otak. Kematian terjadi dalam waktu 5 menit.
Berbeda dengan tenggelam di air asin, konsentrasi elektrolit cairan air asin lebih tinggi
daripada dalam darah, sehingga air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan
interstitial paru yang akan menimbulkan edema pulmoner, hemokonsentrasi, hipovolemi dan
kenaikan kadar magnesium dalam darah. Hemokonsentrasi akan mengakibatkan sirkulasi
menjadi lambat dan menyebabkan terjadinya payah jantung. Kematian terjadi kira-kira dalam
waktu 8-9 menit setelah tenggelam.




Beberapa mekanisme kematian pada korban tenggelam antara lain :
1. Asfiksia akibat spasme laring
2. Asfiksia karena gagging dan choking
3. Refleks vagal
4. Fibrilasi ventrikel (dalam air tawar)
5. Edema pulmoner (dalam air asin)

Pada pemeriksaan mayat akibat tenggelam, pemeriksaan harus seteliti mungkin agar
mekanisme kematian dapat ditentukan karena seringkali mayat ditemukan sudah dalam
keadaan membusuk.

II.2.1 Pemeriksaan Luar Jenazah
1. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan benda-benda
asing lain yang terdapat dalam air, kalau seluruh tubuh terbenam air.
2. Busa halus pada hidung dan mulut, kadang-kadang berdarah.
3. Mata setengah terbuka atau tertutup, jarang terdapat perdarahan atau
perbendungan.
4. Kutis anserina pada kulit permukaan anterior tubuh terutama pada ekstrimitas
akibat kontraksi otot erektor pili yang dapat terjadi karena rangsang dinginnya air.
5. Washer womans hand, telapak tangan dan kaki berwarna keputihan dan
berkeriput yang disebabkan karena imbibisi cairan ke dalam kutis dan biasanya
membutuhkan waktu lama.
6. Cadaveric spasme, merupakan tanda intravital yang terjadi pada waktu korban
berusaha menyelamatkan diri dengan memegang apa saja seperti rumput atau
benda-benda lain dalam air.
7. Luka-luka lecet pada siku, jari tangan, lutut, dan kaki akibat gesekan pada benda-
benda dalam air. Puncak kepala mungkin terbentur pada dasar waktu terbenam,
tetapi dapat pula terjadi luka post mortal akibat benda-benda atau binatang dalam
air.

Mayat ditemukan dalam keadaan basah dan berlumpur, tidak terdapat busa
halus pada hidung dan mulut, mata terbuka lebar melotot). Kutis anserina, washer
womans hand , cadaveric spasme, dan luka-luka lecet sulit dinilai pada pemeriksaan
korban karena mayat sudah membusuk.

II.2.2 Pemeriksaan Bedah Jenazah
1. Busa halus dan benda asing (pasir, tumbuh-tumbuhan air) dalam saluran
pernapasan (trakea dan percabangannya).
2. Paru-paru membesar seperti balon, lebih berat, sampai menutupi kandung jantung.
Pada pengirisan banyak keluar cairan. Keadaan ini terutama terjadi pada kasus
tenggelam di air laut.
3. Petekie sedikit sekali karena kapiler penjepit di antara septum inter alveolar.
Mungkin terdapat bercak-bercak perdarahan yang disebut bercak Paltauf akibat
robeknya penyekat alveoli (Polsin).
4. Dapat juga ditemukan paru-paru yang biasa karena cairan tidak masuk ke dalam
alveoli atau cairan sudah masuk ke dalam aliran darah (melalui proses imbibisi),
ini dapat terjadi pada kasus tenggelam di air tawar.
5. Otak, ginjal, hati, dan limpa mengalami perbendungan.
6. Lambung dapat sangat membesar, berisi air, lumpur, dan sebagainya yang
mungkin pula terdapat dalam usus halus.

Pada pemeriksaan dalam, di dalam kerongkongan terdapat lendir berwarna
kekuningan bercampur makanan setengah cerna berupa potongan jagung, selaput
lendir berwarna putih kelabu. Pada batang tenggorok juga berisi potongan makanan
setengah cerna bercampur pasir berwarna kehitaman, selaput lendir berwarna merah
kehitaman.
Jantung sebesar satu kali tinju kanan mayat, berwarna coklat kemerahan, berat
jantung 200 gram.

Paru-paru tidak membesar. Paru kanan terdiri atas tiga baga, berwarna merah
keunguan perabaan seperti spons, penampang berwarna merah keunguan pada
pemijatan keluar cairan merah kehitaman dan busa halus, berat 250 gram. Paru kiri
terdiri atas dua baga, berwarna merah keunguan, perabaan seperti spons. Penampang
berwarna merah keunguan pada pemijatan keluar cairan berwarna merah kehitaman
dan busa halus, berat 210 gram. Pada paru kiri tampak perlengketan dengan dinding
rongga dada. Terdapat bintik-bintik perdarahan dan berisi gas pembusukan. Paru-paru
yang tidak membesar sesuai dengan bukti bahwa korban tenggelam di air tawar.
Tidak ditemukan pasir atau benda asing lain pada saluran pencernaan. Lambung
dan usus dua belas jari berisi makanan setengah cerna berupa potongan nasi dan
jagung, selaput lendir kemerahan.
Otak, hati, limpa dan ginjal tidak mengalami perbendungan. Limpa berwarna
kelabu keunguan, permukaan berkeriput perabaan kenyal, penampang berwarna
merah keunguan, gambaran limpa tidak jelas, dan pada pengikisan terikut jaringan,
berat 140 gram.
Hati berwarna ungu kehijauan, permukaan licin, tepi tajam, perabaan kenyal,
penampang berwarna merah keunguan, gambaran hati tidak jelas, berat 990 gram.
Ginjal kanan simpai lemak cukup tebal, simpai ginjal mudah dilepas,
permukaan ginjal licin, warna merah keunguan, penampang berwarna merah
keunguan, gambaran ginjal tidak jelas, piala ginjal kosong, saluran kemih tidak
tersumbat, berat ginjal kanan 120 gram. Ginjal kiri simpai lemak cukup tebal, simpai
ginjal mudah dilepas, permukaan ginjal licin warna merah keunguan, penampang
berwarna merah keunguan, gambaran ginjal tidak jelas, piala ginjal kosong, saluran
kemih tidak tersumbat, berat ginjal kiri 120 gram.
Tulang tengkorak utuh, selaput keras otak, selaput lunak otak, otak besar, otak
kecil, batang otak berupa massa membubur berwarna kelabu kehijauan. Berat otak
1350 gram.




II.2.3 Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan diatom
Alga (gangggang) bersel satu dengan dinding terdiri dari silikat (SiO
2
) yang
tahan panas dan asam kuat. Diatom ini dapat dijumpai dalam air tawar, air laut,
air sungai, air sumur dan udara. Bila seseorang mati karena tenggelam maka
cairan bersama diatom akan masuk ke dalam saluran pernapasan atau pencernaan,
kemudian diatom akan masuk ke dalam aliran darah melalui kerusakan dinding
kapiler pada waktu korban masih hidup dan tersebar di seluruh jaringan.
Pemeriksaan diatom dilakukan pada jaringan paru mayat segar. Bila mayat
telah membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan dari jaringan ginjal, otot skelet
atau sumsum tulang paha. Pemeriksaan diatom pada hati, paru, dan limpa kurang
bermakna sebab dapat berasal dari penyerapan abnormal dari saluran pencernaan
terhadap air minum atau makanan.
2. Pemeriksaan darah jantung
Pemeriksaan berat jenis dan kadar elektrolit pada darah diambil dari bilik
jantung kiri dan bilik jantung kanan. Bila tenggelam di air tawar, berat jenis dan
kadar elektrolit dalam darah jantung kiri lebih rendah daripada jantung kanan.
Sedangkan pada tenggelam di air asin sebaliknya. Perbedaan kadar elektrolit lebih
dari 10% dapat menyokong diagnosis, walaupun secara tersendiri kurang
bermakna.

II.2.4 Diagnosa Tenggelam
Bila mayat masih segar (belum terdapat pembusukan), maka diagnosis kematian
akibat tenggelam dapat dengan mudah ditegakkan melalui pemeriksaan yang teliti
dari pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan laboratorium berupa
histologi jaringan, destruksi jaringan dan berat jenis serta kadar elektrolit darah.
Pada mayat tersebut dilakukan pemeriksaan diatom yang diambil dari getah
paru dan hasilnya negatif. Seharusnya pada mayat yang telah busuk, diatom diambil
dari jaringan ginjal, otot skelet atau sumsum tulang, maka diagnosis akan menjadi
makin pasti.
BAB III
KESIMPULAN

1. Pembuatan visum et repertum terhadap jenazah dalam kasus ini memenuhi sebagian ketentuan yang
berlaku dalam undang-undang, yaitu:
a. Dibuat berdasarkan permintaan penyidik dari kepolisian melalui surat permintaan visum yang
sah,
b. Dibuat oleh dokter ahli kedokteran kehakiman,
c. Struktrur penulisannya sesuai dengan standar yang baku, dan
d. Hal yang tidak sesuai adalah pada label mayat tidak ditemukan adanya lak/materai dan tidak
diletakkan pada ibu jari korban.
2. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dari pemeriksaan luar mayat dan pemeriksaan bedah
mayat, maka diduga sebab kematian pada korban adalah akibat tenggelam. Adanya butiran pasir
pada saluran nafas ini menunjukkan bahwa korban masih hidup saat masuk ke dalam air.

















Daftar Pustaka

1. Budianto A. et.al. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI, Ed.I.
Cetakan II, Jakarta 1997.
2. Staf pengajar FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FKUI. Ed. I,
Cetakan III, Jakarta 2000
3. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FKUI,
Cetakan II, 1994.

Anda mungkin juga menyukai