Anda di halaman 1dari 6

1

Jenis Kegiatan : Jurnal Reading Stase Anak


Judul : Studi Perbandingan Efektifitas Penggunaan Midazolam
Intranasal vs Midazolam Intravena pada Kejang Neonatus dan Anak
Presentan : dr. Restu Susanti
Pembimbing : dr. Iskandar Syarif, Sp.A(K)
==============================================================
Pendahuluan
Kejang merupakan perubahan paroksismal aktivitas motorik dan perilaku akibat
aktivitas listrik abnormal di otak. Antikonvulsan short acting benzodiazepin terutama
digunakan untuk mengontrol kejang, melewati sawar darah otak dan segera mencapai
konsentrasi puncak dalam beberapa menit pemberian. Diberikan secara parenteral (IV
atau IM) untuk penanganan akut kejang. Namun jalur IV sulit didapatkan pada anak
yang kejang dan membutuhkan keahlian. Jalur IM penyerapan dan efek SSP lama. Jalur
alternatif dievaluasi untuk mengatasi serangan akut kejang di rumah sakit dan di rumah.
Yaitu jalur intranasal, rektal, sublingual dan buccal. Jalur buccal dan sublingual sulit
karena adanya mulut berbuih dan terkatup akibat kejang. Jalur rektal sulit diterima
terutama pada remaja. Jalur intranasal (IN) dipikirkan lebih mudah diberikan.
Midazolam adalah benzodiazepin water soluble triazole, memiliki cincin imidazole
yang berbeda dengan benzodiazepine lainnya. Pada pH < 4 larut air dan pada pH
fisiologis sangat lipofilik sehingga penyerapan cepat, durasi singkat dan bersihan cepat.
Cocok dengan pemberian secara intranasal.

Bahan Dan Metode
Studi prospektif acak 100 pasien di bagian pediatrik RS pemerintah Shri Maharaja
Sulab Singh Fakultas kedoktran Jammu. Berusia 0-19 tahun, dirawat di ruang gawat
darurat dan NICU dengan keluhan kejang berulang. Persetujuan dari komite etik dan
informed consent tertulis dari orang tua/wali. Penyebab metabolik disingkirkan. Dibagi
secara acak menjadi dua kelompok dengan nomor serial dalam amplop tertutup.
GP-I diberikan midazolam 0,3 mg/kg BB satu tetes pada tiap lubang hidung dengan
menggunakan siringe.
GP-II diberikan preparat midazolam 0,3 mg/kg BB secara iv dengan kanul yang
sesuai.
2

Setelah pemberian obat, tanda vital dan SO
2
dipantau selama 30 menit.
Hasil : waktu yang dibutuhkan dari kontak dokter hingga obat diberikan dan waktu yang
dibutuhkan sejak obat diberikan hingga kejang berhenti.
Observasi Dan Hasil
Waktu rata-rata kontak dokter hingga obat diberikan secara signifikan lebih singkat
pada GP-I dibandingkan GP-II dan perbedaan ini secara statistik signifikan (p<0,05).
Waktu yang dibutuhkan dari pemberian obat hingga kejang berhenti lebih singkat
pada GP-I dibandingkan GP-II, tapi perbedaan ini tidak signifikan.
Pengaruh obat terhadap denyut jantung, frekuensi nafas dan tekanan darah dianalisis
dengan uji Bonferroni signifikan secara statistik antara GP-I dan GP-II tetapi
hasilnya tidak dapat diambil sebagai kesimpulan.
Tidak ada efek yang signifikan pada SO
2,
angka kekambuhan dan jumlah kejang
yang tidak terkontrol.
Diskusi
Midazolam intranasal dinilai baik. Kemampuan mukosa nasal yang kaya pembuluh
darah untuk menyerap obat sehingga dapat mencapai puncak plasma dan konsentrasi
CSF dalam beberapa menit pemberian menjadikannya sebagai jalur utama yang cepat
dan mudah digunakan.
Midazolam dapat mengontrol kejang 75%-100% sesuai dengan literatur.
Midazolam intranasal aman dan efektif dalam menangani serangan kejang akut. Waktu
yang dibutuhkan dari kontak dokter hingga obat diberikan lebih singkat pada kelompok
I (IN MDZ) dibandingkan kelompok II (IV MDZ). Berdampak penting terhadap
outcome klinis saat kritis anak yang kejang dan dapat membantu dokter untuk menilai
aspek lain perawatan kritis. Mengurangi durasi kejang akan menurunkan mortalitas dan
morbiditas. Lama waktu dari obat diberikan hingga kejang berhenti sama pada kedua
kelompok sama dan tidak ada efek samping kardiorespirasi. Pengamatan ini sama
dengan penelitian lain.

Kesimpulan
Midazolam intranasal jalurnya cepat, efektif, dan lebih dapat diterima cara
penggunaannya. Sehingga dapat digunakan dalam penanganan kejang di rumah.
3


4

ABSTRAK
Untuk membandingkan efektifitas pemberian midazolam intranasal dan midazolam
intravena dalam mengontrol kejang. Untuk menilai variabilitas kedua kelompok obat
dalam hal denyut jantung, frekuensi nafas, tekanan darah dan saturasi oksigen. Studi
prospektif acak pada 100 pasien berusia 0-19 tahun yang datang ke ruang gawat darurat
dan NICU dengan keluhan kejang berulang. Dibagi menjadi dua kelompok, GP-I yang
diberikan midazolam intranasal 0,3 mg/kg BB dan GP-II yang diberikan midazolam
intravena 0,3 mg/kg BB. Hasil yang dinilai yaitu waktu yang dibutuhkan dari kontak
dokter hingga obat diberikan dan waktu yang dibutuhkan dari pemberian obat hingga
kejang berhenti. Lama rata-rata kontak dokter hingga obat diberikan signifikan lebih
singkat pada pemberian midazolam intranasal dibandingkan midazolam intravena
(0,40+0,10 menit vs 1,06+0,40 menit) (p<0,05). Lama rata-rata waktu pemberian obat
hingga kejang berhenti hampir sama pada kedua kelompok (1,0+0,31 menit dan
1.0+0,32 menit) (p>0,05). Perbedaan ini secara statistik tidak signifikan. Penilaian
saturasi oksigen dan parameter vital pada kedua kelompok secara statistik tidak ada
perbedaan yang signifikan. Kontrol kejang lebih cepat pada pemberian midazolam
intranasal dibandingkan intravena dan waktu pemberian lebih singkat. Midazolam
intranasal cepat, efektif, mudah digunakan dan mudah diterima cara penggunaannya.
Sehingga tidak hanya dapat digunakan di rumah sakit, tetapi juga dapat digunakan di
rumah dengan intruksi yang tepat kepada orang tua.
PENDAHULUAN
Kejang merupakan perubahan paroksismal aktivitas motorik dan perilaku akibat
aktivitas listrik abnormal di otak. Antikonvulsan short acting benzodiazepin terutama
digunakan untuk mengontrol kejang, melewati sawar darah otak dan segera mencapai
konsentrasi puncak dalam beberapa menit pemberian. Diberikan secara parenteral (IV
atau IM) untuk penanganan akut kejang. Namun jalur IV sulit didapatkan pada anak
yang kejang dan membutuhkan keahlian. Jalur IM penyerapan dan efek SSP lama. Jalur
alternatif dievaluasi untuk mengatasi serangan akut kejang di rumah sakit dan di rumah.
Yaitu jalur intranasal, rektal, sublingual dan buccal. Jalur buccal dan sublingual sulit
karena adanya mulut berbuih dan terkatup akibat kejang. Jalur rektal sulit diterima
terutama pada remaja. Jalur intranasal (IN) dipikirkan lebih mudah diberikan.
Midazolam adalah benzodiazepin water soluble triazole, memiliki cincin imidazole
yang berbeda dengan benzodiazepine lainnya. Pada pH < 4 larut air dan pada pH
fisiologis sangat lipofilik sehingga penyerapan cepat, durasi singkat dan bersihan cepat.
Cocok dengan pemberian secara intranasal.

5

BAHAN DAN METODE
Studi prospektif acak pada 100 pasien selama 1 tahun di bagian pediatrik rumah sakit
pemerintah Shri Maharaja Sulab Singh Fakultas kedoktran Jammu. Berusia 0-19 tahun
yang dirawat di ruang gawat darurat dan NICU dengan keluhan kejang berulang.
Dengan persetujuan dari komite etik dan informed consent tertulis dari orang tua/wali.
Neonatus diberikan obat setelah penyebab metabolik disingkirkan. Dibagi secara acak
menjadi dua kelompok dengan nomor serial dalam amplop tertutup.
GP-I : kelompok yang diberikan preparat midazolam 0,3 mg/kg BB satu tetes
pada tiap lubang hidung dengan menggunakan siringe.
GP-II : kelompok yang diberikan preparat midazolam 0,3 mg/kg BB secara iv
dengan kanul yang sesuai.
Setelah pemberian obat, tanda vital dan SO
2
dipantau selama 30 menit.
Hasil yang diukur yaitu waktu yang dibutuhkan dari kontak dokter hingga obat
diberikan dan waktu yang dibutuhkan sejak obat diberikan hingga kejang berhenti.
Berupa mean dan standar deviasi dan dianalisis secara statistik. Analisis varians
perbandingan posthoc dengan uji Bonferroni. Nilai p (<0,05) dikatakan signifikan
secara statistik.
OBSERVASI DAN HASIL
Sebanyak 100 subjek diteliti selama periode satu tahun. Dibandingkan dalam hal umur,
jenis kelamin, riwayat kejang dan terapi antikejang. Waktu rata-rata kontak dokter
hingga obat diberikan secara signifikan lebih singkat pada GP-I dibandingkan GP-II dan
perbedaan ini secara statistik signifikan (p<0,05). Waktu yang dibutuhkan dari
pemberian obat hingga kejang berhenti lebih singkat pada GP-I dibandingkan GP-II,
tapi perbedaan ini tidak signifikan.
Pengaruh obat terhadap denyut jantung, frekuensi nafas dan tekanan darah
dianalisis dengan uji Bonferroni signifikan secara statistik antara GP-I dan GP-II tetapi
hasilnya tidak dapat diambil sebagai kesimpulan karena heterogenitas kelompok umur
(karena melibatkan kelompok neonatus). Tidak ada efek yang signifikan pada SO
2,
angka kekambuhan dan jumlah kejang yang tidak terkontrol.
DISKUSI
6

Usaha untuk mengatasi serangan akut harus segera dilakukan pada anak yang kejang.
Midazolam intranasal dinilai baik. Kemampuan mukosa nasal yang kaya pembuluh
darah untuk menyerap obat sehingga dapat mencapai puncak plasma dan konsentrasi
CSF dalam beberapa menit pemberian menjadikannya sebagai jalur utama yang cepat
dan mudah digunakan. Penelitian pada 100 subjek (berusia 0-19 tahun) yang datang
dengan keluhan kejang berulang menilai waktu yang dibutuhkan dari kontak dokter
hingga obat diberikan dan waktu yang dibutuhkan sejak obat diberikan hingga kejang
berhenti. Mayoritas berupa kejang umum tonik klonik dan sepertiga subjek telah
mendapatkan terapi anti kejang. Terdapat episode kejang terkontrol dan tidak terkontrol
yang sama pada kedua kelompok dan 2% pasien mengalami status epileptikus.
Midazolam dapat mengontrol kejang 75%-100% sesuai dengan literatur.
Midazolam intranasal aman dan efektif dalam menangani serangan kejang akut. Waktu
yang dibutuhkan dari kontak dokter hingga obat diberikan lebih singkat yaitu 0,4 menit
pada kelompok I (IN MDZ) dibandingkan 1,06 menit pada kelompok II (IV MDZ). Hal
ini berdampak penting terhadap outcome klinis saat kritis anak yang kejang dan dapat
membantu dokter untuk menilai aspek lain perawatan kritis. Mengurangi durasi kejang
akan menurunkan mortalitas dan morbiditas. Lama waktu dari obat diberikan hingga
kejang berhenti sama pada kedua kelompok sama dan tidak ada efek samping
kardiorespirasi. Pengamatan ini sama dengan penelitian lain.
KESIMPULAN
Midazolam intranasal jalurnya cepat, efektif, dan lebih dapat diterima cara
penggunaannya. Sehingga dapat digunakan dalam penanganan kejang di rumah.

Anda mungkin juga menyukai