a. Kelainan jantung - Dispnea (sulit bernapas) - Orthopnea - Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) - Pernapasan Cheyne-Stokes b. Kelainan paru - Wheezing - Stridor 2. Sebutkan tipe sesak nafas yang berhubungan dengan: a. Gagal jantung - Dispnea (sulit bernapas) Merupakan keluhan yang paling umum. Dispnea disebabkan oleh peningkatan kerja pernafasan akibat kongesti vaskular paru yang mengurang kelenturan paru dan peningkatan tahanan aliran udara. Dispnea saat beraktivitas (dyspneu deffort) menunjukan gejala awal dari gagal jantung kiri. - Orthopnea Orthopnea, yang didefinisikan sebagai sesak napas yang terjadi pada posisi berbaring, biasanya merupakan manifestasi lanjut dari gagal jantung dibandingkan dyspneu deffort. Hal ini terjadi akibat redistribusi dari cairan dari sirkulasi splanchnik dan ektremitas bawah kedalam sirkulasi pusat selama berbaring, disertai dengan peningkatan tekanan kapiler pulmoner. - Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) Istilah ini berarti adanya episode akut dari sesak napas yang berat dan batuk yang biasanya terjadi pada malam hari dan membangunkan pasien dari tidur, biasanya 1-3 jam setelah pasien tidur. PND dapat bermanifestasi sebagai batuk-batuk atau wheezing, kemungkinan karena peningkatan tekanan pada arteri bronchial menyebabkan kompresi saluran udara, disertai dengan edema pulmoner interstitial yang meyebabkan peningkatan resistensi saluran udara. Diketahui bahwa orthopnea dapat meringan setelah duduk tegak, sedangkan pasien PND seringkali mengalami batuk dan wheezing yang persisten walaupun mereka mengaku telah duduk tegak. - Pernapasan Cheyne-Stokes Juga disebut sebagai pernapasan periodic atau pernapasan siklik, pernapasan Cheyne-Stokes umum terjadi pada gagal jantung berat dan biasanya berkaitan dengan rendahnya cardiak ouput. Pernapasan Cheyne-Stokes disebabkan oleh berkurangnya sensitivitas pada pusat respirasi terhadap tekanan PCO2. Terdapat fase apneu, dimana terjadi pada saat penurunan PO2 arterial dan PCO2 arterial meningkat. Hal ini merubah komposisi gas darah arterial dan memicu depresi pusat pernapasan, mengakibatkan hiperventilasi dan hipokapnia, diikuti rekurensi fase apnea. Pernapasan Cheyne-Stokes dapat dipersepsi oleh keluarga pasien sebagai sesak napas parah (berat) atau napas berhenti sementara.
b. Kelainan paru-paru - Sesak napas karena kelainan saluran pernapasan paling sering ditemukan pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Penyakit ini disebabkan oleh proses peradangan paru dan ditandai dengan gangguan aliran udara dalam
saluran pernapasan yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali kekeadaan semula). - Sesak napas pada asma muncul saat saluran pernapasan (bronkus) mengalami peradangan dan menyempit. Gejalanya berupa sesak napas yang disertai bunyi napas tambahan yang tidak normal seperti suara bersiul yang kasar, biasa disebut mengi (wheezing). - Penyakit infeksi paru seperti pneumonia, TBC, flu babi, dan flu burung sering disertai dengan gejala sesak napas. Selain itu pasien juga akan mengalami demam, batuk, nyeri dada, dan badan lemas. c. Kelainan ginjal atau kelainan metabolik (DM) Pernapasan Kussmaul adalah nafas dalam yang abnormal bisa cepat, normal atau lambat, dan sering ditemukan pada penderita asidosis. Penyebab pernapasan Kussmaul adalah kompensasi pernapasan pada asidosis metabolik, yang sering terjadi pada pasien diabates pada ketoasidosis diabetikum. Gas-gas darah pada pasien dengan pernapasan Kussmaul memperlihatkan tekanan parsial karbon dioksida yang menurun karena adanya tekanan yang meningkat pada pernapasan. Pernapasan ini membuang banyak karbon dioksida. Pasien akan merasa ingin cepat untuk menarik napas secara mendalam, dan tampaknya terjadi secara tak sadar.
3. Sebutkan differensial diagnosis berdasarkan gambaran sputum
Klasifikasi sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Price Wilson Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian bawah. Sputum banyak sekali dan purulen kemungkinan proses supuratif (eg. Abses paru) Sputum yg terbentuk perlahan dan terus meningkat kemungkinan tanda bronkhitis/ bronkhiektasis. Sputum kekuning-kuningan kemungkinan proses infeksi. Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dlm sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi. Sputum merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru akut. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih kemungkinan tanda bronkitis kronik. Sputum berbau busuk kemungkinan tanda abses paru/ bronkhiektasis. (Price Wilson)
Klasifikasi sputum
Berdarah atau Hemoptisis, sering ditemukan pada tuberculosis Rusty berwarna - biasanya disebabkan oleh pneumokokus bakteri (dalam pneumonia) Bernanah - mengandung nanah. Warna dapat memberikan petunjuk untuk pengobatan yang efektif pada pasien bronkitis kronis. Warna (mukopurulen) berwarna kuning-kehijauan menunjukkan bahwa pengobatan dengan antibiotik dapat mengurangi gejala. Warna hijau disebabkan oleh Neutrofil myeloperoxidase . Berlendir putih, susu, atau buram sering berarti bahwa antibiotik tidak akan efektif dalam mengobati gejala. Informasi ini dapat berhubungan dengan adanya infeksi bakteri atau virus, meskipun penelitian saat ini tidak mendukung generalisasi itu. Berbusa putih - mungkin berasal dari obstruksi atau bahkan Edema.
4. Faktor resiko gagal jantung akut dan gagal jantung kronis a. Faktor resiko gagal jantung akut b. Faktor resiko gagal jantung kronis - Kebiasaan merokok - Kurang aktivitas fisik - Perubahan pola diet, kelebihan berat badan, dan hiperlipidemia - Diabetes dan hipertensi - Faktor usia dan jenis kelamin - Faktor keturunan 5. Perbedaan batuk karena bronchopneumonia dan batuk karena asma Asma adalah peradangan dalam pipa saluran napas yang ditandai dengan pembengkakan mukosa pipa saluran napas, penyempitan pipa saluran napas, dan terbentuknya lendir berlebihan dalam pipa saluran napas. Asma disebabkan penyakit alergi. Penyakit alergi merupakan penyakit keturunan. Penderita asma akan merasakan sesak/sulit bernapas, bisa disertai bunyi mengi dan batuk. Dahak/lendir pada penyakit asma berwarna putih bening dengan konsistensi kental/encer. Pada asma tidak ada demam. Pneumonia adalah peradangan pada jaringan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri/virus/jamur.Gejala pneumonia sesak napas, batuk, dan disertai demam. Dahak/lendir pada penyakit pneumonia berwarna kuning, hijau dan coklat/merah tua bila disertai darah. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif. Pada proses penyembuhan pneumonia bisa saja meninggalkan bekas luka pada jaringan paru, sehingga pipa saluran napas menjadi lebih sensitif dan mudah meradang sehingga timbul asma. 6. Sebutkan a. Faktor resiko DM tipe 2 - Faktor risiko yang tidak dapat diubah: seperti ras, etnik, riwayat keluarga dengan diabetes, usia > 45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg, riwayat pernah menderita DM Gestasional dan riwayat berat badan lahir rendah < 2,5 kg. - Faktor risiko yang dapat diperbaiki: berat badan lebih (indeks massa tubuh > 23kg/m2, kurang aktivitas fisik, hipertensi(>140/90 mmHg), dislipidemia (HDL <35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl dan diet tinggi gula rendah serat. - Faktor risiko lain: sindrom ovarium poli-kistik ressitensi insulin, sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa terganggu/glukosa darah puasa terganggu dan riwayat penyakit kardiovascular (stroke, penyempitan pembuluh darah koroner jantung, pembuluh darah arteri kaki). b. Kriteria DM perkeni
c. Manajemen diabetes 4 pilar 1. Penyuluhan (edukasi) Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan diabetes yang diberikan kepada setiap pasien diabetes. Di samping kepada pasien diabetes, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat berisiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. 2. Diet Karena penting bagi pasien untuk pemeliharaan pola makan yang teratur, maka penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perencanaan makanan. Tujuan perencanaan makanan dan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut : - Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal - Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil dan janinnya - Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman 3. Latihan jasmani (olahraga) Manfaat latihan jasmani yang teratur pada diabetes adalah memperbaiki metabolisme atau menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah, meningkatkan kerja insulin, membantu menurunkan berat badan, meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri, mengurangi risiko kardiovaskuler 4. Farmakologi Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemik oral (OHO) dapat dijumpai dalam bentuk golongan sulfonilurea, golongan biguanida dan inhibitor glukosidase alfa. d. Komplikasi akut dan kronik diabetes Komplikasi akut dapat berupa : - Hipoglikemia yaitu menurunnya kadar gula darah < 60 mg/dl - Keto Asidosis Diabetika (KAD) yaitu DM dengan asidosis metabolic dan hiperketogenesis - Koma Lakto Asidosis yaitu penurunan kesadaran hipoksia yang ditimbulkan oleh hiperlaktatemia. - Koma Hiperosmolar Non Ketotik, gejala sama dengan no 2 dan 3 hanya saja tidak ada hiperketogenesis dan hiperlaktatemia. Komplikasi kronis : Biasanya terjadi pada penderita DM yang tidak terkontrol dalam jangka waktu kurang lebih 5 tahun. Dapat dibagi berdasarkan pembuluh darah serta persarafan yang kena atau berdasakan organ. Pembagian secara sederhana sebagai berikut : - Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar (pembuluh darah yang dapat dilihat secara mikroskopis) antara lain pembuluh darah jantung / Penyakit Jantung Koroner, pembuluh darah otak /stroke, dan pembuluh darah tepi / Peripheral Artery Disease. - Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah mikroskopis antara lain retinopati diabetika (mengenai retina mata) dan nefropati diabetika (mengenai ginjal). - Neuropati, mengenai saraf tepi. Penderita bisa mengeluh rasa pada kaki/tangan berkurang atau tebal pada kaki atau kaki terasa terbakar/bergetar sendiri. Selain di atas, komplikasi kronis DM dapat dibagi berdasarkan organ yang terkena yaitu - Kulit : Furunkel, karbunkel, gatal, shinspot (dermopati diabetik: bercak hitam di kulit daerah tulang kering), necrobiosis lipoidica diabeticorum (luka oval, kronik, tepi keputihan), selulitis ganggren, - Kepala/otak : stroke, dengan segala deficit neurologinya - Mata :Lensa cembung sewaktu hiperglikemia (myopia-reversibel,katarax irreversible), Glaukoma, perdarahan corpus vitreus, Retinopati DM (non proliperative, makulopati, proliferatif), N 2,3,6 (neuritis optika) & nerve centralis lain - Hidung : penciuman menurun - Mulut :mulut kering, ludah kental = verostamia diabetic, Lidah (tebal, rugae, gangguan rasa), ginggiva (edematus, merah tua, gingivitis, atropi), periodontium (makroangiopati periodontitis), gigi (caries dentis) - Jantung : Penyakit Jantung Koroner, Silent infarction 40% kr neuropati otonomik, kardiomiopati diabetika (Penyakit Jantung Diabetika) - Paru : mudah terjangkit Tuberculosis (TB) paru dengan berbagai komplikasinya. - Saluran Cerna : gastrointestinal (neuropati esofagus, gastroparese diabetikum (gastroparese diabeticum), gastroatropi, diare diabetic) - Ginjal dan saluran kencing : neuropati diabetik, sindroma kiemmelstiel Wilson, pielonefritis, necrotizing pappilitis, Diabetic Neurogenic Vesical Disfunction, infeksi saluran kencing, disfungsi ereksi/ impotensi, vulvitis. - Saraf : Perifer: parestesia, anestesia, gloves neuropati, stocking, neuropati, kramp - Sendi : poliarthritis - Kaki diabetika (diabetic foot), merupakan kombinasi makroangiopati, mikroangopati, neuropati dan infeksi pada kaki. 7. Definisi gagal ginjal akut dan kronis a. Gagal ginjal akut adalah hilangnya kemampuan ginjal untuk menyaring darah secara tiba-tiba. Ketika itu terjadi maka cairan, elektrolit dan kotoran akan bercampur di dalam darah. b. Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m.
- Faktor resiko a. pasien dengan diabetes b. melitus atau hipertensi, obesitas atau perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan c. individu dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal dalam keluarga - Temuan klinis a. Kelainan hemopoeisis Anemia normokrom normositer dan normositer. Kelainan saluran cerna Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian pasien gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. b. Kelainan mata Visus hilang (azotemia amaurosis), Kelainan saraf mata menimbulkan gejala nistagmus, miosis dan pupil asimetris.Kelainan retina (retinopati) mungkin disebabkan hipertensi maupun anemia yang sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Penimbunan atau deposit garam kalsium pada conjunctiva menyebabkan gejala red eye syndrome akibat iritasi dan hipervaskularisasi. Keratopati mungkin juga dijumpai pada beberapa pasien gagal ginjal kronik. c. Kelainan kulit Kulit biasanya kering dan bersisik, tidak jarang dijumpai timbunan kristal urea pada kulit muka dan dinamakan urea frost. d. Kelainan selaput serosa Kelainan selaput serosa seperti pleuritis dan perikarditis sering dijumpai pada gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Kelainan selaput serosa merupakan salah satu indikasi mutlak untuk segera dilakukan dialisis. e. Kelainan neuropsikiatri Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia, dan depresi sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. f. Kelainan kardiovaskular
- Manajemen a. Terapi konservatif 1) Peranan diet 2) Kebutuhan jumlah kalori 3) Kebutuhan cairan 4) Kebutuhan elektrolit dan mineral
b. Terapi asimtomatik 1) Asidosis metabolik Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium (hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera diberikan intravena bila pH = 7,35 atau serum bikarbonat = 20 mEq/L. 2) Anemia Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) 3) Keluhan gastrointestinal Program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik. 4) Kelainan kulit Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit. 5) Kelainan neuromuskular Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis reguler yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi. 6) Hipertensi Pemberian obat-obatan anti hipertensi. 7) Kelainan sistem kardiovaskular Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang diderita. c. Terapi pengganti ginjal Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal. 1) Hemodialisis Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m, mual, anoreksia, muntah, dan astenia berat.
Kriteria Minor: Edema ekstremitas Batuk malam hari Dispnea d effort Hepatomegali Efusi pleura Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal Takikardia(>120/menit) Major atau minor Penurunan BB=4.5kg dalam 5 hari pengobatan. Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria major dan 2 kriteria minor b. Kelas fungsional Menurut New York Heart Association (NYHA), membagi klasifikasi fimgsional gagal jantung dalam 4 kelas : Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa kelahan. Kelas 2: Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari- hari tanpa keluhan. Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan. Kelas 4 : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan harus tirah baring. c. Manajemen berdasarkan kelainan fungsional Secara umurn tindakan dan pengobatan untuk gagal jantung didasarkan pada 4 aspek, yaitu: 1. Mengurangi beban kerja. 2. Memperkuat kontraktilitas miokard. 3. Mengurangi kelebihan cairan dan gararn. 4. Melakukan tindakan dan pengobatan khusus terhadap penyabab, factor-faktor pencetus, dan kelainan yang mendasari. Umumnya semua penderita gagal jantung dianjurkan untuk membatasi Aktivitas fisik sesuai dengan berat ringannya keluhan. Pada penderita gagal jantung ringan mungkin hanya perlu membatasi aktivitas yang lebih berat dari biasanya, narnun untuk penderita gagal jantung berat harus di rawat di rumah sakit untuk menjalani tirah baring. Untuk gagal jantung yang tetap bergejala walaupun penyakit yang mendasarinya telah diobati memerlukan pembatasan aktivitas fisik, pembatasan asupan garam, dan obat.
Pengobatan gagal jantung yaitu dapat dilakukan dengan mengurangi beban awal dengan cara pemberian diuretik, nitrat, atau vasodilator lainnya. Sedangkan untuk mengurangi beban akhir dapat dilakukan dengan pentberian pengharnbatan ACE. Untuk kontraktilitas dapat ditingkatkan dengan obat-obat inotropik seperti digitalis, dopamine, dan dobutamin.
Pada gagal jantung dengan NYHA kelas 4, penggunaan diuretic, digoksin, dan penghambat ACE sangat diperlukan mengingat usia harapan hidup yang pendek. Sedangkan untuk gagal jantung kelas 3 diharapkan dapat memperoleh manfaat yang besar dengan kombinasi obat diuretic, digoksin, dan penghambatan ACE, ha1 ini berlaku juga untuk pengobatan gagal jantung kelas 2. Rekomendasi saat ini untuk gagal jantung kelas 2 dan 3 adalah : a Diuretik dalam dosis rendah dan menengah ( furosernid 40-80 mg). b.Digoksin pada penderita dengan fibrilasi atrium maupun irama sinus. c. Penghambatan ACE ( kaptopril25-27 mg) d. ISDN pada penderita dengan kemampuan aktivitas yang terganggu atau adanya iskemia yang menetap. ISDN diberikan bertahap mulai dari dosis kecil 10-15 mg 3 kali sehari, dengan masa istirahat 8 jam sehari untuk mengurangi efek toleransi.